Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI LAUT

MANGROVE

Oleh :
Dhiaqonita Kautsari Izdihar
210341100096

Asisten:
Abdul Chalim

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022

Revisi 1 Revisi 2 Revisi 3 Nilai

ACC
22/11/22 23/11/22 75
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara darat dengan laut
yang bagian lautnya masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan. Aktivitas
daratan yang dimaksud adalah seperti sedimentasi, aliran air tawar, dan
bagian daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas laut. Aktivitas laut
yang dimaksud yaitu seoerti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin. Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang paling mudah terkena
dampak kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang berdampak pada
wilayah pesisir antara lain kegiatan pembangunan yang dapat berdampak
buruk bagi ekosistem pesisir. Ekosistem pada wilayah pesisir contohnya
adalah ekosistem mangrove (Julaikha, 2017)
Ekosistem mangrove merupakan slah satu sumber daya pesisir yang
memiliki peranan dna fungsi penting ditinjau dari sudut fisik, ekonomi
dan ekologis. Ekosistem ini dapat ditemukan di sepanjang pantai atau
muara sungai. Hutan mangrove dipengaruhi oleh pasang surut air laut..
Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks, dikatakan kompleks karena
ekosistemnya dipenuhi oleh vegetasi mangrove, serta menjadi habitat
berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya
termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang memiliki
kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas
tukar kation yang tinggi. (Handono et al., 2014)
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan, melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata memiliki tujuan untuk
menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur pendidikan,
pemahamandan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Ekowisata bukan untuk
tujuan pariwisata saja, hal ini membuat masyarakat setempat agar dapat
mengelola sumber daya pariwisata secara baik dan benar dengan
partisipasi masyarakat setempat (Fahrian, 2015)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Ekologi Laut mengenai “Identifikasi
Mangrove” adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis mangrove yang mendominasi di Lembung
Paseser
2. Mengetahui indeks nilai penting mangrove di Lembung Paseser
3. Mengetahui indeks kesesuaian wisata di Lembung Paseser

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari prakktikum Ekologi Laut mengenai “Identifikasi
Mangrove” adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis mangrove yang mendominasi
di Lembung Paseser
2. Mahasiswa dapat mengetahui indeks nilai penting mangrove di
Lembung Paseser
3. Mahasiswa dapat mengetahui indeks kesesuaian wisata di
Lembung Paseser
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mangrove
Ekosistem hutan mangrove merupakan ekosistem penopang kehidupan
terpenting di wilayah pesisir. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis
seperti menyediakan nutrisi bagi kehidupan perairan, tempat pemijahan dan
pertumbuhan berbagai biota, serta sebagai penahan erosi pantai. Mangrove
adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut, tetapi juga
dapat tumbuh di pantai karang, dataran karang mati yang tertutup lumpur, atau
pantai berlumpur. Mangrove merupakan ekosistem tumbuhan yang terdapat di
daerah pasang surut dan daerah dengan sedimen tinggi (Zainuri et al, 2015).
Kata mangrove adalah kata yang berasal dari paduan kata mangue dari
Bahasa Portugis dan kata grove dari Bahasa Inggris. Kata mangrove dalam
Bahasa Portugis digunakan untuk spesies tumbuhan dan kata mangal
digunakan untuk komunitas hutan yang terdiri dari individu-individu satu
spesies mangrove. Kata mangrove digunakan dalam bahasa Inggris
menggambarkan tumbuh pohon atau rumput di wilayah pesisir (Rosyid,
2020).
Kehutanan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan daratan
yang mengandung pepohonan yang dalam mendominasi sumber daya hayati
asosiasi lingkungan. Pohon mangrove merupakan tumbuhan hutan tumbuh di
antara garis pasang surut, tetapi juga dapat tumbuh di pantai Karang.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem perjumpaan yang unik antara
ekosistem laut dan darat yang dicirikan oleh produktivitas tingkat tinggi dan
siklus nutrisi yang cepat bertanggung jawab untuk sebagian besar Kebutuhan
energi ekosistem lepas pantai dianggap sebagai sumber kekuatan yang paling
penting (Rosyid, 2020)

2.2 Struktur Komunitas Mangrove


Struktur komunitas mangrove biasanya dibagi menjadi tiga struktur
tanam berdiameter 1 m, (3) pohon berdiameter > 4 cm. Pencarian informasi
struktur komunitas mangrove dilakukan melalui pengamatan langsung yang
diawali dengan pendataan dan identifikasi jenis mangrove berdasarkan
diameter pohon saja (>4 cm). Daerah percobaan terpilih, jumlah individu yang
ditemukan dihitung dan diameter batang setiap pohon mangrove diukur
setinggi dada (kurang lebih 1,33 cm). Data spesies mangrove yang ditemukan
dan teridentifikasi dianalisis untuk mendapatkan kelimpahan spesies,
kerapatan spesies, dominasi, footprint dan nilai kunci. (Supriadi et al., 2015).
Jenis penemuan di gambarkan dengan menghitung nilai dominan.
Dominasi dapat dinyatakan dengan menggunakan Simpson Dominance Index.
Skor Keragaman Mangrove dihitung berdasarkan Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener. Digunakan untuk mengukur kelimpahan komunitas
berdasarkan jumlah spesies dan jumlah individu masing-masing spesies di
lokasi tertentu. Semakin banyak jenisnya maka semakin beragam
komunitasnya, untuk mengetahui seberapa mirip persebaran jumlah individu
dari masing-masing jenis digunakan indeks keseragaman yaitu
membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai maksimumnya.
Semakin merata distribusi individu antar spesies, semakin seimbang
keseimbangan ekosistem (Supriadi et al., 2015)

2.3 Indeks Nilai Penting


Indeks nilai penting (INP) adalah indeks yang dihitung berdasarkan
jumlah yang diterima untuk menentukan level dominasi spesies dalam
komunitas tumbuhan. Penggunaan Nilai Indeks penting dalam pohon dan bibit
dapat mempertahankan vegetasi mangrove penjumlahan frekuensi relatif.
Kepadatan relatif dan penutupan relative vegetasi dinyatakan sebagai
persentase. Indeks Nilai Penting (INP) mangrove yang didapatkan terdiri dari
beberapa tingkatan yaitu tingkatan pohon, anakan dan semai. Spesies-spesies
yang dominan(yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan akan
memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling
dominan akan memiliki indeks nilai penting yang paling besar (Parmadi et al.,
2016).
Hasil Indeks Nilai Penting mangrove (INP) menunjukkan adanya
perbedaan nilai INP pada setiap tingkat yaitu tingkat pohon, anakan dan
semai. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh spesies terhadap komunitas
mangrove berbeda pada setiap skala. Tingkat pohon memiliki nilai INP
tertinggi dibandingkan anakan dan semai dipengaruhi oleh nilai tutupan jenis
yang lebih tinggi, sehingga menghasilkan nilai INP yang lebih tinggi. Dampak
populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya bergantung pada jenis
organisasi yang terlibat, tetapi juga pada jumlah atau kepadatan populasi.
(Agustini et al., 2016).

2.4 Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove


Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan ke Kawasan yang alami
dengan tujuan melestarikan lingkungan dan kehidupan serta kesejahteraan
masyarakat setempat. Ekowisata dapat dikatakan layak jika telah melewati
parameter pengukuran indeks suatu lokasi ekowisata. Tak terkecuali di
ekowisata mangrove yang membutuhkan berbagai fasilitas penunjang untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung. Pengunjung yang merasa
aman menambah nilai kawasan ekowisata mangrove, yaitu meningkatkan
pendapatan masyarakat desa setempat (Subandi et al., 2017).
Sarana pendukung yang diperlukan untuk ekowisata mangrove antara
lain tempat peristirahatan berupa tempat duduk, paviliun, pondok baca,
warung, berbagai fasilitas lainnya seperti ayunan, perahu kecil dan perahu
berukuran sedang, tempat parkir dan tempat cuci tangan untuk berenang.
Fasilitas yang disediakan tidak hanya untuk pengunjung tetapi juga untuk
masyarakat setempat yang memperkuat komunitas lokal. Untuk menghasilkan
pendapatan tambahan, masyarakat setempat diberi kesempatan untuk
menyewa perahu, menjual makanan dan minuman, dll. Pariwisata berbasis
ekosistem dapat digunakan untuk mendorong perubahan kehidupan melalui
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat (Sadik et al., 2017).
II.5Hemispherical Photography
Hemispherical Photography merupakan teknik pengambilan foto untuk
mengetahui tutupan kanopi pohon. Metode ini memiliki penerapan yang
cukup mudah dengan biaya yang murah serta mendapatkan hasil yang cukup
akurat. Pengambilan foto dilakukan dengan posisi kamera sejajar dengan
tinggi dada peneliti dan tegak lurus menghadap ke arah langit, maka akan
didapatkan perbedaan nilai pada setiap tutupannya. Konsep dari metode
hemispherical photography yaitu memisahkan antara pixel tutupan vegetasi
dengan langit dimana foto akan diubah menjadi hitam putih agar mudah untuk
didapatkan perbedaan pixel sehingga persentase jumlah pixel pada setiap
tutupan kanopi mudah dihitung dalam analisis gambar biner (Kumala et al.,
2021).
Hemispherical photography merupakan suatu metode fotografi yang
digunakan untuk melihat tutupan kanopi mmangrove atau tutupan kanopi
hutan darat melalui foto depan kamera. Kamera depan handphone digunakan
pada metode hemispherical photography ini dikarenakan memiliki keunggulan
secara in heren dengan waktu, tutupan awan dan tahun. Metode hemispherical
photography yang menggunakan kamera handphone ini adalah metode tidak
langsung untuk mengukur transmisi cahaya. Metode fotografi lainnya untuk
menghitung tutupan kanopi pohon adalah menggunakan metode fotografi
tertutup tidak menggunakan lensa mata ikan dan lebih focus pada analisis
parameter kanopi seperti indeks luasan daun (Purnama et al., 2020).
III. METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Laut Tropis tentang “Ekosistem Mangrove”
dilaksanakan dengan dua tahap yaitu tahap pengambilan data di lapang dan
tahap pengolahan data di rkbi. Tahap pengambilan data dilaksanakan di
ekowisata mangrove Lembung Paseser, Kec Sepulu, Bangkalan pada hari
Sabtu tanggal 29 Oktober 2022 pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
Pengolahan data dilakukan pada hari Rabu tanggal 9 November 2022 pukul
07.00 WIB hingga pukul 08.40 WIB di RKBI Fakultas Pertanian, Universitas
Trunojoyo Madura.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat dan Fungsi

No Alat Fungsi

1. Meteran Jahit Digunakan untuk mengukur


lingkar pohon mangrove
2. Data Sheet Digunakan untuk mencatat hasil
data mangrove
3. Laptop Digunakan untuk mengolah data
mangrove
4. Hp Digunakan untuk
mendokumentasi kanopi
mangrove
5. Buku Mangrove Digunakan untuk acuan dalam
mengidentifikasi mangrove

III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Bahan dan Fungsi
No Bahan Fungsi

1. Tali Rafia 10×10 Digunakan untuk membuat plot


yang akan diukur

2. Plastik Sampel Digunakan untuk wadah


gastropoda dan sampel

3. Excel Digunakan untuk mengolah data


mangrove

4. Alat Tulis Digunakan untuk mencatat hasil


data ukur mangrove

III.3 Prosedur Kerja Pembuatan Plot Mangrove

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Menentukan 3 titik perstasiun

Memasang transek 10x10m pada setiap titik

III.4 Prosedur Kerja Struktur Komunitas

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

Mengidentifikasi jenis mangrove serta mencatat hasil dari identifikasi


tersebut

Mengukur diameter batang mangrove menggunakan meteran dan


mencatat hasilnya
III.5 Prosedur Kerja Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove

Menganalisa ketebalan mangrove

Menganalisa kepadatan mangrove

Menganalisa spesies mangrove

Menganalisa pasang surut pada wisata mangrove

Menganalisa objek biota pada wisata mangrove

Menganalisa aksesibilitas dan infrastruktur wisata mangrove


3.6 Prosedur Kerja Hemisphere

Menyiapkan alat dan bahan

Memfoto kanopi sebanyak 5 di setiap transek

Mengolah foto menggunakan software ImageJ

Membuka aplikasi ImageJ dan pilih Tools untuk membuka foto

Memilih menu imagej untuk mengubah type menjadi 8-bit

Memilih menu imagej, pilih Adjust dan klik Thershold untuk mengatur
foto

Apply hasil Thershold

Memilih Analyze dan klik Histogram untuk mencatat nilai mode dan
count

Membuka Excel untuk mwnghitung persentase tutupan kanopi


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Struktur Komunitas Mangrove

Spesies D Pi InPi H’ E C
i

Avicennia 5 0.119048 - 0.253361 0.712021 0.014172


2.12823
Marina

Sonneratia 2 0.619048 - 0.296879 0.38322


0.47957
Alba 6

Rhizopora 5 0.119048 - 0.253361 0.014172


2.12823
Stylosa

Rhizopora 1 0.02381 - 0.088992 0.000567


3.73767
Muncronata

Rhizopora 5 0.119048 - 0.253361 0.014172


2.12823
Apiculata

Jumlah 4 1 - 1.145953 0.426304


10.6019
2
IV.2 Hasil Indeks Nilai Penting

Spesies Di Rdi Fi Rfi Ci Rci INP

Avicennia 6 11.90476 1 27.27273 72.7377 10.0565 49.23396


Marina

Sonneratia 26 61.90476 1 27.27273 539.569 74.599 163.7765


Alba

Rhizopora 5 11.90476 0.66666 18.18182 52.9839 7.32538 37.41196


Stylosa 7

Rhizopora 1 2.380952 0.33333 9.090909 10.0824 1.39396 12.86582


Muncronata 3

Rhizopora 5 11.90476 0.66666 18.18182 47.9195 6.62519 36.71177


Apiculata 7

Jumlah 42 100 3.66666 100 723.292 100 300


7 6

IV.3 Hasil Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove

Parameter Bobot Kategori Skor Ni

Ketebalan 5 819 3 15

Kepadatan 4 14 2 8

Spesies 4 8 3 12

Pasang Surut 3 0 0 0

Objek Biota 3 2 1 3

Aksesibilitas 5 1 1 5

Infrastruktur 3 1 1 3
TOTAL 27 81 46

IKW 56.79%

Kriteria Sesuai

IV.4 Hasil Hemisphere

Stasiun 1 2 3 4 5 Rata- Keterangan


14 rata

Transek 1 56,70 66,61 62,21 51,39 51,31 57,64 Sedang

Transek 2 62,07 68,91 63,94 52,69 78,23 65,16 Sedang

Transek 3 58,54 50,27 55,33 65,60 51,49 56,24 Sedang

Padat = >75%
Sedang = 50% - 75%
Jarang = <50%

IV.5 Pembahasan

Indonesia memiliki mangrove yang beraneka ragam. Mangrove pada


lokasi yang kami identifikasi tepatnya di kawasan Lembung Paseser
memiliki 5 jenis mangrove dengan tutupan kanopi mangrove sebesar
56,79. Kelima jenis mangrove tersebut adalah Avicennia Marina,
Sonneratia Alba, Rhizopora Stylosa, Rhizopora Muncronata dan
Rhizopora Apiculata. Pada kawasan mangrove yang kami identifikasi
memiliki jenis mangrove Sonneratia Alba sebagai mangrove yang
mendominasi.
Hasil indeks nilai penting pada stasiun 14 di kawasan lembung passer
memiliki perbedaan nilai pada setiap tingkatan pohon dan anakan. Hasil
indeks nilai penting memiliki pengaruh pada suatu jenis dalam komunitas
mangrove yang berbeda dari setiap tingkatan. Pohon mangrove memiliki
nilai indeks penting yang tinggi jika dibandingkan dengan anakan. Indeks
nilai penting dipengaruhi oleh nilai penutupan jenis yang lebih besar. Nilai
penutupan jenis yang lebih besar pada kawasan lembung passer yaitu
Sonneratia Alba.
Hasil indeks kesesuaian wisata mangrove dilihat dari beberapa
parameter yang telah dtentukan. Kesesuaian sumber daya dan daya
dukung kawasan wisata merupakan aspek yang penting dalam konsep
pemanfaatan sumber daya alam untuk tujuan wisata. Indeks kesesuaian
wisata mangrove di klasifikasikan menjadi 3 yaitu Sangat sesuai dengan
nilai 83-100%, Sesuai dengan nilai 50-<83%, sesuai bersyarat dengan
nilai 17-<50% dan tidak sesuai dengan nilai <17%. Hasil indeks
kesesuaian wisata mangrove pada kawasan lembung paseser mendapatkan
nilai 56,79 yang berarti sesuai.
Data mangrove pada penelitian Apriyanto dan Romadhon (2021) pada
jurnalnya yang berjudul “Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove di
Pantai Kutang Kabupaten Lamongan” dikumpulkan dengan cara
menganalisa ketebalan mangrove dan mengukur dengan ArcGIS,
membuat plot pada setiap stasiun dengan ukuran 10m x 10m, menghitung
serta mengidentifikasi jenis spesies mangrove. Hasil identifikasi mangrove
dari 3 stasiun diperoleh 4 jenis yaitu Rhizopora Apiculata, Rhizopora
Muncronata, Ceriops Tagal, dan Bruguiera Gymnorrhiz. Sepesies yang
mendominasi yaitu Rhizopora Apiculata. Indeks nilai penting pada jurnal
ini menunjukkan perbedaan nilai di setiap tingkatan. Hasil indeks
kesesuaian wisata mangrove termasuk sesuai dengan nilai rata-rata
54,64% (Apriyanto dan Romadhon, 2021)
Hasil penelitian dari jurnal tersebut memiliki persamaan dengan
praktikum mengenai identifikasi mangrove. Persamaan yang dimiliki yaitu
pada penggunaan kuadrat plot untuk melakukan transek. Perbedaan antara
jurnal dengan praktikum ini yaitu pada nilai indeks dominasi pada
praktikum tergolong rendah, sedangkan nilai indeks dominasi pada jurnal
tersebut tergolong sedang. Jenis spesies yang mendominasi juga berbeda,
pada jurnal tersebut jenis spesies yang mendominasi adalah Rhizopora
Apiculata, sedangkan jenis spesies yang mendominasi di kawasan
Lembung Paseser adalah Sonneratia Alba. Hasil indeks nilai kesesuaian
wisata mangrove pada jurnal tersebut memiliki nilai sebesar 54,64% yang
tergolong sesuai, sedangkan indeks nilai kesesuaian wisata mangrove di
kawasan Lembung Paseser memiliki nilai sebesar 56,79% yang tergolong
sesuai.
V. PENUTUP
V.1Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Ekologi Laut
mengenai “Identifikasi Mangrove” adalah sebagai berikut:
1. Jenis mangrove yang mendominasi pada lembung paseser pada transek
pertama, kedua dan ketiga yaitu terdapat 5 jenis mangrove. Jenis
mangrove tersebut yaitu Avicennia Marina, Sonneratia Alba,
Rhizopora Stylosa, Rhizopora Muncronata dan Rhizopora Apiculata.
2. Indeks nilai penting yang diperoleh pada lembung pesisir yaitu
Avicennia Marina memiliki nilai sebanyak 49.23396, Sonneratia Alba
memiliki nilai sebesar 163,7765, Rhizopora Stylosa memiliki nilai
sebesar 37,41196, Rhizopora Muncronata memiliki nilai sebesar
12,86582, dan Rhizopora Apiculata memiliki nilai sebesar 36.71177.
3. Indeks kesesuaian wisata yang diperoleh pada lembung paseser yaitu
sebesar 56,79%. Hasil yang didapat tergolong sesuai dimana berada
pada rentang nilai 50% hingga 83%.
V.2Saran
1. Laboratorium
Saran untuk laboratorium yaitu disediakan laboratorium
komputasi supaya praktikan bisa mengoprasikan dan mengolah data
yang digunakan pada praktikum ekologi laut.
2. Asisten Praktkikum
Saran untuk asisten yaitu saat praktikum lapang diharapkan
untuk menjelaskan lebih baik mengenai data yang harus diambil dan
memberi format laporan yang jelas. Saran Berikutnya yaitu
memastikan jumlah asisten yang terjun ke lapang guna bisa
memperhatikan praktikan dalam melakukan tugasnya.
3. Praktikan
Saran untuk praktikan yaitu lebih memahami modul yang
sudah diberikan supaya tidak kesusahan dalam mengambil dan
mengolah data. Praktikan diharapkan untuk kondusif saat praktikum
lapang maupun pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N. T. (2016). Struktur Komunitas Mangrove di Desa Kahyapu Pulau


Enggano. Jurnal Enggano, 1(1) : 19-31.
Apriyanto, J. d. (2021). Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Pantai Kutang
Kabupaten Lamongan. Juvenvil: Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 2(2) :
107-114.
Fahrian, H. H. (2015). Potensi ekowisata di kawasan mangrove, Desa Mororejo,
Kabupaten Kendal. Biosaintifika: Journal of Biology Education, 7(2) : 1-1.
Handono, N. T. (2014). Struktur vegetasi dan nilai ekonomi hutan mangrove Teluk
Youtefa, Kota Jayapura, Papua. Jurnal Biologi Papua, 6(1) : 1-11.
Julaikha, S. d. (2017). Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove. Jurnal Biologi
Tropis, 17(1) : 24-29.
Kumala, K. A. (2021). Hemispherical Photography Vegetasi Pantai di Perairan Pulau
Sintok, Taman Nasional Karimunjawa. Journal of Marine Research, 10(2) :
313-320.
Parmadi, E. H. (2016). Indeks nilai penting vegetasi mangrove di kawasan Kuala Idi,
Kabupaten Aceh Timur. Doctoral dissertation, Syiah Kuala University, 1(1) :
1-1.
Purnama, M. P. (2020). Analisa tutupan kanopi mangrove dengan metode
Hemispherical Photography di Desa Betahwalang, Kabupaten Demak.
Journal of Marine Research, 9(3) : 317-325.
Rosyid, N. U. (2020). Ekoliterasi Mangrove. SPASI MEDIA.
Sadik, M. M. (2017). Kesesuaian ekowisata mangrove ditinjau dari aspek biogeofisik
kawasan pantai Gonda di Desa Laliko Kecamatan Campalagian Kabupaten
Polewali Mandar. Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE, 3(2) : 1-1.
Subandi, I. K.-S. (2018). Indeks Kesesuaian Wisata di Pantai Pasir Putih Kabupaten
Karangasem. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 4(1) : 47-57.
Supriadi, S. R. (2015). Struktur Komunitas Mangrove di Desa Martajasah Kabupaten
Bangkalan. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and
Technology, 8(1) : 44-51.
Zainuri, A. T. (2017). Konservasi ekologi hutan mangrove di Kecamatan Mayangan
Kota Probolinggo . Jurnal Dedikasi, 14(1) : 01-07.
LAMPIRAN

TRANSEK 1

TRANSEK 2

TRANSEK 3

Anda mungkin juga menyukai