Asisten Praktikan
Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Ekologi Laut
1.3 Manfaat
1.3.1 Mangrove
1. Mengetahui dan menambah informasi mengenai jenis tumbuhan mangrove di Perairan
Pantai Blebak, Mlonggo, Jepara
2. Mengetahui dan memahani teknik pendataan terhadap ekosistem mangrove dengan
metode sample plot
3. Menambah pengetahuan mengenai tingkat keanekaragaman jenis mangrove
3
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
2.1.1 Definisi Mangrove
Menurut Karimah (2017), mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki
produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan organik yang
tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting bagi kehidupan
mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. Mangrove adalah jenis tanaman dikotil
yang hidup di air payau. Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang
tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan mangrove
adalah ekosistem hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok pepohonan yang
bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Mangrove merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan yang mampu tumbuh
dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur.
Menurut Martuti et al. (2019), Mangrove merupakan ekosistem yang berada pada
wilayah intertidal, dimana pada wilayah tersebut terjadi interaksi yang kuat antara perairan
laut, payau, sungai, dan terestrial. Mangrove sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup
yang berada di perairan sekitarnya. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau
atau hutan bakau. Mangrove adalah tumbuhan yang mampu beradaptasi untuk hidup di
lingkungan berkadar garam tinggi seperti air laut. Mangrove merupakan komponen mayor
disebut juga mangrove sejati, sedangkan mangrove yang termasuk komponen minor disebut
dengan mangrove ikutan.
4
membantu mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh mereka yang tinggal di
sekitar hutan mangrove (Senoaji & Hidayat, 2016).
Menurut Martuti et al. (2019), fungsi ekosistem mangrove dari segi ekologisnya yaitu
sebagai perlindungan pantai dari abrasi oleh ombak, pelindung dari tiupan angin, penyaring
intrusi air laut ke daratan, menyerap kandungan logam berat yang berbahaya serta menyaring
bahan pencemar, pengatur iklim mikro, serta sebagai stok karbon. Hutan mangrove juga
berperan sebagai habitat atau tempat tinggal berbagai jenis biota laut, tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan
(spawning ground). Ekosistem ini memiliki produktivitas yang tinggi dengan menyediakan
makanan berlimpah bagi berbagai jenis hewan laut dan menyediakan tempat berkembang
biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan udang.
Hutan mangrove juga berperan sebagai habitat berbagai jenis burung.
5
2.1.4 Identifikasi Mangrove
Menurut Danong et al. (2019) mengatakan bahwa identifikasi pada mangrove sendiri
dapat diidentifikasi menjadi dua tanaman mangrove yang terdiri dari mangrove utama dan
mangrove peralihan. Pada mangrove utama, spesies mangrove yang termasuk didalamnya
sepenuhnya beradaptasi dengan kondisi salinitas yang tinggi yang dikontrol oleh pasang surut.
Bentuk adaptasi tersebut dapat berupa akar nafas atau pnematofora, bibit yang vivipary,
mekanisme adaptasi sekresi garam, dan adaptasi fisiologis terhadap kondisi salinitas tinggi.
Sedangkan pada mangrove peralihan, telah mampu beradaptasi dengan salinitas rendah dan
atau air tawar, dan bahkan tidak mampu beradaptasi dengan salinitas yang tinggi (air laut).
Mangrove peralihan ini berhabitat pada area pantai kearah darat.
Menurut Martuti et al. (2019), Indonesia memiliki sekitar 202 jenis tumbuhan
mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44
jenis epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis diantaranya 33 jenis pohon dan
beberapa jenis perdu ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara jenis
lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate
asociate). Di seluruh dunia terdapat 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Data tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis mangrove yang tinggi. Lebih lanjut,
Mengutip dari Noor et al., (2006) menyampaikan, yang termasuk dalam mangrove sejati
meliputi: Acanthaceae, Pteridaceae, Plumbaginaceae, Myrsinaceae, Loranthaceae,
Avicenniaceae, Rhizoporaceae, Bombacaceae, Euphorbiaceae, Asclepiadaceae,
Sterculiaceae, Combretaceae, Arecaceae, Myrtaceae, Lythraceae, Rubiaceae,
Sonneratiaceae, Meliaceae. Sedangkan untuk mangrove tiruan meliputi: Lecythidaceae,
Guttiferae, Apocynaceae, Verbenaceae, Leguminosae, Malvaceae, Convolvulaceae,
Melastomataceae. Adanya keanekaragaman spesies tumbuhan yang sebagian besar tergolong
spesies asosiasi mangrove dan spesies berhabitus pohon, mengindikasikan adanya
percampuran spesies daratan sebagai akibat adanya zona transisi dari zona sungai menuju
daratan.
7
yang tumbuh baik pada substrat berpasir, bahkan substrat berupa pecahan karang. Kondisi
substrat merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pembentukan zonasi mangrove.
1
0
acak petak-petak plot, determinasi setiap jenis tumbuhan mangrove yang ada pada setiap
petak plot tersebut.
Berfungsi untuk
6. Topi lapangan
keselamatan dan
melindungi dari sinar
matahari
Membantu dalam
7. Data Sheet
mengolah data
mangrove yang sudah
didapatkan
1
3
13. Kantong plastik Sebagai wadah sampel
mangrove
3.3 Metode
3.3.1 Mangrove
1. Metode pengamatan memakai metode plot transek. Langkah awal yaitu alat dan
bahan yang akan digunakan pada saat praktikum pendataan mangrove disiapkan.
2. Lokasi atau stasiun penelitian/pengamatan mangrove yang akan didata
ditentukan. Lokasi dapat ditentukan dengan metode citra satelit, random
stratified, ataupun pengamatan langsung. Pada praktikum ini pendataan
dilakukan di pantai Blebak.
3. Transek ditetapkan dan dibuat plot transek dengan rincian sebagi berikut :
a. Transek 10 x 10 m untuk mengidentifikasi diameter, tinggi, koordinat, dan
spesies pohon atau tree mangrove.
b. Transek 5 x 5 m untuk mengidentifikasi diameter, tinggi, koordinat, dan
spesies anakan (sampling) mangrove yang memiliki diameter 1 cm sampai 4 cm.
c. Transek 1 x 1 m untuk mengidentifikasi diameter, tinggi, koordinat X dan Y
semai atau seedling mangrove yang memiliki diameter kurang dari 1 cm.
4. Mangrove dideterminasi berdasarkan (jenis dan diameter) pada setiap plot
transek yang sudah dibuat sebelumnya. Penentuan jenis mangrove dibantu
dengan buku identifikasi.
5. Pembuatan herbarium. Herbarium dibuat untuk menentukan spesies mangrove
yang tidak dapat ditentukan langsung dengn kata lain praktikan belum dapat
mengelompokkan jenisnya pada saat pengamatan.
6. Parameter lingkungan seperti suhu, salinitas dan pH diukur menggunakan water
qualiti checker.
7. Jenis substrat yang terdapat pada masing-masing plot diidentifikasi.
8. Biota yang ada di sekitar ekosistem mangrove diidentifikasi.
1
4
9. Data-data yang sudah diidentifikasi sebelumnya dicatat pada form identifikasi
yang sudah disiapkan.
10. Data-data hasil identifikasi ekosistem mangrove diolah menggunakan microsoft
excel untuk mengetahui jenis spesies, kerapatan, keragaman dan informasi
lainnya mengenai mangrove yang ada di pantai blebak.
1
5
3.4 Diagram Alir
3.4.1 Mangrove
MULAI
Herbarium dibuat
Data diolah
SELESAI
1
6
3.5 Peta Titik Pengambilan Data
3.5.1 Mangrove
1
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Mangrove
4.1.1.1. Plotting (stasiun 1,2,3)
Stasiun 1
1
8
Stasiun 3
No. Spesies Tinggi (m) Diameter (cm) X Y Substrat Keterangan (%) Basal Area
Stasiun 2
Tabel 3. Data Transek B 1m x 1m (Seedling)
DATA TRANSEK B 1 m x 1 m (SEEDLING)
No. Spesies Tinggi (m) Diameter (cm) X Y Substrat Keterangan (%) Basal Area
1 - - - - - - - -
- - - - - - - -
Total 0
Stasiun 3
Tabel 4. Data Transek C 1m x 1m (Seedling)
DATA TRANSEK C 1 m x 1 m (SEEDLING)
No. Spesies Tinggi (m) Diameter (cm) X Y Substrat Keterangan (%) Basal Area
1 Rhizophora mucronata - - - - - jumlah : 2, cover 12,5% 12.5 -
Total 0
1
9
b. Transek Ukuran 5x5 meter (stasiun1,2,3)
Stasiun 1
Tabel 5. Data Transek A 5m x 5m (Sapling)
DATA TRANSEK A 5 m x 5 m (SAPLING)
No. Spesies Tinggi (m) Diameter (cm) X Y Substrat Keterangan Basal Area
patah, biota : ikan kecil, kepiting, siput, laba-
1 Rhizophora apiculata 2.5 2.83 3 1 pasir 6.287
laba
patah, biota : ikan kecil, kepiting, siput, laba-
2 Excoecaria agallocha 1.5 1.2 1 1 pasir 1.130
laba
patah, biota : ikan kecil, kepiting, siput, laba-
3 Xylocarpus granatum 1.2 1.71 1 3 pasir 2.295
laba
patah, biota : ikan kecil, kepiting, siput, laba-
4 Xylocarpus granatum 1.3 1.71 1 4 pasir 2.295
laba
Total BA Rhizophora apiculata 6.287
Total BA Excoecaria agallocha 1.130
Total BA Xylocarpus granatum 4.591
Stasiun 2
Tabel 6. Data Transek B 5m x 5m (Sapling)
DATA TRANSEK B 5 m x 5 m (SAPLING)
Tinggi Diameter
No. Spesies X Y Substrat Keterangan Basal Area
(m) (cm)
1 pasir pecahan patah, biota : ikan kecil, kepiting, siput, laba-
Rhizophora stylosa 9.182
0.9 3.42 5 3 karang laba
2 pasir pecahan patah, biota : ikan kecil, kepiting, siput, laba-
3.528
Rhizophora mucronata 0.8 2.12 5 4 karang laba
Total BA Rhizophora stylosa 9.182
Total BA Rhizophora mucronata 3.528
Stasiun 3
Tabel 7. Data Transek C 5m x 15 (Sapling)
DATA TRANSEK C 5 m x 5 m (SAPLING)
Tinggi Diameter
No. Spesies X Y Substrat Keterangan Basal Area
(m) (cm)
1 Rhizophora mucronata 1.9 1 5 3 lumpur fauna : mollusca 0.785
2 Rhizophora mucronata 1.5 1 4 4 lumpur fauna : mollusca 0.785
Total BA Rhizophora mucronata 1.570
2
0
Stasiun 2
Tabel 9. Data Transek B 10m x 10m (Pohon)
DATA TRANSEK B 10 m x 10 m (POHON)
Tinggi Diameter
No. Spesies X Y Substrat Keterangan Basal Area
(m) (cm)
1 1.8 4.32 6 3 Pasir pecahan rajungan, keong
Rhizophora stylosa 14.650
karang
2 2 4.07 3 3 Pasir pecahan patah, fauna: kepiting, kelomang
Rhizophora stylosa 13.003
karang
3 1.8 4.02 6 3 Pasir pecahan patah, fauna: kepiting, kelomang
Rhizophora stylosa 12.686
karang
4 2.3 4.45 5 9 Pasir pecahan patah, fauna: kepiting, kelomang
Rhizophora mucronata 15.545
karang
5 2.3 4.41 5 9 Pasir pecahan patah, fauna: kepiting, kelomang
Rhizophora mucronata 15.267
karang
Total BA Rhizophora stylosa 40.339
Total BA Rhizophora mucronata 30.812
Stasiun 3
Tabel 10. Data Transek C 10m x 10m (Pohon)
DATA TRANSEK C 10 m x 10 m (POHON)
Tinggi Diameter
No. Spesies X Y Substrat Keterangan Basal Area
(m) (cm)
1 Rhizophora mucronata 5 8 2 5 Lumpur bivalvia, insecta, crustacea 50.240
2 Rhizophora mucronata 3.5 4.2 3 1 Lumpur mollusca, crustacea 13.847
3 Rhizophora mucronata 3.5 4.2 7 1 Lumpur mollusca, crustacea 13.847
4 Rhizophora mucronata 5 6.5 7 5 Lumpur amfibi, pisces 33.166
Total BA Rhizophora mucronata 111.101
A 1. Sesuvium portulacastrum
Jumlah (Σ)
1
1
1
1
1
1
1
1
100%
100%
0
0
keanekaragaman rendah
keanekaragaman rendah
0
0
Keseragaman Rendah
Keseragaman Rendah
0
0
0
0
0
0
0
0
0.5
0.5
1
1
150%
150%
B 2. -
Jumlah (Σ)
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
C 3. Rhizophora mucronata
Jumlah (Σ)
1
1
1
1
1
1
1
1
100%
100%
0
0
keanekaragaman rendah
keanekaragaman rendah
0
0
Keseragaman Rendah
Keseragaman Rendah
0
0
0
0
0
0
0
0
0.5
0.5
1
1
150%
150%
Transek 5x5
Tabel 12. Hasil Pengolahan Data Transek 5m x 5m (Sapling)
Anakan/ sapling (diameter batang 1 - < 4cm)
2
Lokasi Sampling No Spesies ni A (m ) ni/N K KR (%) H' Keterangan J' Keterangan BA Ci Rci BAi/BA DR (%) D NP (%)
1. Rhizophora apiculata 1 25 0.25 0.04 25% 1.3862944 keanekaragaman sedang 1 Keseragaman Rendah 6.287 0.25148 0.23916 0.52357 0.125 0.04 38%
A 2.
3.
Excoecaria agallocha
Xylocarpus granatum
1
2
25
25
0.25
0.5
0.04
0.08
25%
50%
1.3862944
0.6931472
keanekaragaman sedang
keanekaragaman rendah
1
0.5
Keseragaman Rendah
Keseragaman Rendah
1.130
4.591
0.0452 0.04299
0.18364 0.17464
0.0941
0.38233
0.125
0.25
0.04
0.08
38%
75%
Jumlah (Σ) 4 75 1 0.16 100% 3.4657359 keanekaragaman tinggi 2.5 Keseragaman Sedang 12.008 0.48032 0.45679 1 0.5 0.16 150%
1. Rhizophora stylosa 1 25 0.5 0.04 50% 0.6931472 keanekaragaman rendah 1 Keseragaman Rendah 9.182 0.36728 0.34928 0.72242 0.125 0.04 63%
B 2. Rhizophora mucronata
Jumlah (Σ)
1
2
25
50
0.5
1
0.04
0.08
50%
100%
0.6931472
1.3862944
keanekaragaman rendah
keanekaragaman sedang
1
2
Keseragaman Rendah
Keseragaman Sedang
3.528
12.710
0.14112 0.13421
0.5084 0.48349
0.27758
1
0.125
0.25
0.04
0.08
63%
125%
C 1. Rhizophora mucronata
Jumlah (Σ)
2
2
25
25
1
1
0.08
0.08
100%
100%
0
0
keanekaragaman rendah
keanekaragaman rendah
0
0
Keseragaman Rendah
Keseragaman Rendah
1.570
1.570
0.0628 0.05972
0.0628 0.05972
1
1
0.25
0.25
0.08
0.08
125%
125%
2
1
Transek 10x10
Tabel 13. Hasil Pengolahan Data Transek 10m x 10m (Pohon)
Pohon (diameter batang > 4 cm)
2
Lokasi Sampling No Spesies ni A (m ) ni/N K KR (%) H' Keterangan J' Keterangan BA Ci Rci BAi/BA DR (%) D NP (%)
A 1. Rhizophora apiculata
Jumlah (Σ)
3
3
100
100
1
1
0.03
0.03
100%
100%
0
0
keanekaragaman rendah
keanekaragaman rendah
0
0
Keseragaman Rendah
Keseragaman Rendah
50.666
50.666
0.50666
0.50666
0.21753
0.21753
1
1
0.25
0.25
0.03
0.03
125%
125%
1. Rhizophora stylosa 3 100 0.6 0.03 60% 0.5108256 keanekaragaman rendah 0.7369656 Keseragaman Rendah 40.339 0.40339 0.17319 0.56695 0.25 0.03 85%
B 2. Rhizophora mucronata
Jumlah (Σ)
2
5
100
200
0.4
1
0.02
0.05
40%
100%
0.9162907
1.4271164
keanekaragaman rendah
keanekaragaman sedang
0.5693234
1.0294468
Keseragaman Rendah
Keseragaman Sedang
30.812
71.151
0.30812
0.71151
0.13229 0.43305 0.16667
0.30548 1 0.41667
0.02
0.05
57%
142%
C 1. Rhizophora mucronata
Jumlah (Σ)
4
4
100
100
1
1
0.04
0.04
100%
100%
0
0
keanekaragaman rendah
keanekaragaman rendah
0
0
Keseragaman Rendah
Keseragaman Rendah
111.101
111.101
1.11101
1.11101
0.477
0.477
1
1
0.33333
0.33333
0.04
0.04
133%
133%
4.2. Pembahasan
4.2.1 Mangrove
Menurut Martuti et al. (2018), Mangrove merupakan ekosistem yang berada pada
wilayah intertidal, dimana pada wilayah tersebut terjadi interaksi yang kuat antara perairan
laut, payau, sungai, dan terestrial. Hutan mangrove merupakan komunitas pantai tropis, yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Mangrove umumnya tumbuh pada daerah
intertidal yang jenis tanah berlumpur atau berpasir. Hal ini sesuai dengan keberadaan
mangrove di pantai blebak. Beberapa spesies mangrove yang ada di pantai blebak seperti
Rhizopora apiculata, Excoecaria agallocha, Xylocarpus granatum dan beberapa spesies
lainnya hidup pada substrat jenis pasir. Terdapat juga spesies yang dominan tumbuh pada
substrat lumpur seperti Rhizophora mucronata.
Menurut Prihadi et al. (2018), Karakteristik substrat merupakan faktor yang membatasi
pertumbuhan dan distribusi mangrove. Jenis substrat sangat mempengaruhi susunan jenis dan
kerapatan vegetasi mangrove yang hidup diatasnya. Semakin cocok substrat untuk vegetasi
mangrove jenis tertentu dapat dilihat dari banyaknya tegakan vegetasi tersebut merapati area
hidupnya. Substrat adalah tempat dimana akar-akar mangrove dapat tumbuh. Substrat
merupakan faktor pembatas utama terhadap pertumbuhan dan distribusi mangrove. Mangrove
dapat tumbuh dengan baik pada substrat berupa pasir, lumpur atau batu karang. Sebagian
besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada substrat berlumpur, namun ada pula
yang tumbuh baik pada substrat berpasir, bahkan substrat berupa pecahan karang. Di pantai
blebak terdapat ketiga jenis substrat tersebut. Di stasiun 1 yaitu transek A bersubstrat pasir,
Substrat pasir pecahan karang merupakan substrat yang terdapat pada stasiun 2 yaitu transek
B tumbuhan mangrove pada fase sapling dan pohon. Di stasiun 3 yaitu transek C jenis
substratnya adalah lumpur. Pada habitat mangrove terdapat berbagai biota seperti ikan kecil,
kepiring, siput, laba-laba, kelomang, Mollusca, Bivalvia, dan beberapa insecta.
2
2
4.2.1.2 Bentuk Adaptasi Mangrove di Pantai Blebak
Praktikum kali ini yaitu praktikum Ekologi Laut yang kita lakukan adalaha di Pantai
Blebak Kec Mlongo. Jepara, Jawa Tengah. Mangrove biasanya hidup didaerah berlumpur dan
di daerah intertidal. Mangrove mampu beradaptasi terhadap lingkungannya yang memliki
salinitas yang tinggi. Pada pengamatan yang telah dilakukan di pantai Blebak, terdapat
beberapa spesies mangrove yang hidup dan berdaptasi disana. Adanya lingkungan yang
berlumpur, pasir dan tergenang oleh air merupakan tempat yang favorit bagi beberapa
mangrove. Mangrove beradaptasi terhadap kadar oksigen rendah, pohon mangrove memiliki
bentuk perakaran yang khas, bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora yang
terdapat pada salah satu jenis mangrove yang tumbuh di pantai blebak yaitu Xylocarpus spp
untuk mengambil oksigen dari udara.
Dapat dilihat bahwa keadaan pantai Blebak di dominasi oleh subtrat dasar berlumpur
dan berkarang yang dipenuhi pasir. Hal tersebut dapat secara alami membuat mangrove akan
malakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Bentuk akarnya tunjang merupakan salah satu
bentuk adaptasi yang dilakukan mangrove untuk bertahan hidup. Akar tunggang yang ada
pada mangrove merupakan bentuk adaptasi untuk dapat bertahan hidup dalam ombak dan
badai. Selain itu mangrove juga mempunyai sel-sel khusus pada daun yang berfungsi untuk
menyimpan kadar garam. Mangrove juga berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung
air untuk mengatur kesetimbangan garam.
2
5
4.2.1.7 Faktor Oseanografi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove di Pantai
Blebak
Perumbuhan mangrove dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor
manusia. Faktor alam berkaitan dengan faktor oseanografi yang mempengaruhi pertumbuhan
mangrove seperti salinitas, pasang-surut, dan jenis substrat. Variabel pasang surut memiliki
pengaruh terhadap keberlangsungan pertumbuhan mangrove karena pasang surut merupakan
faktor yang mempengaruhi ketersediaan air payau sehingga mempengaruhi kadar salinitas
pada habitat mangrove. Selain itu, lama waktu penggenangan sangat mempengaruhi sistem
perakaran pada mangrove seperti pada saat pasang akan mengurangi pasokan oksigen yg
akan diserap oleh akar, sedangkan untuk seedling(anakan) akan kesulitan mendapatkan
oksigen pada saat waktu penggenangan dan menganggu transfer nutrien dan fosfor masuk ke
dalam habitat mangrove. Ketinggian maksimum air saat terjadinya pasang juga
mempengaruhi keberlangsungan hidup mangrove karena tinggi perendaman akan berdampak
pada kehidupan akar mangrove sebagai penyerap nutrien yang ada pada substrat sehingga
ketinggian air pada saat perendaman air pasang juga harus diperhatikan (Wahyudi et al.,
2019)
Salinitas yang berkisar diantara 29-30 ppm cukup baik bagi mangrove Avicennia dan
Rhizopora yang mampu beradaptasi dengan baik untuk kondisi salinitas tersebut. Hal ini
sesuai dengan hasil pengolahan data mangrove yang dilakukan di pantai blebak terlihat dari
keberadaan spesies Rhizipora mucronate, Rhizophora stylosa, Rhizophora apicullata tumbuh
dengan baik di lokasi ini. Pengaruh salinitas pada kehidupan mangrove adalah pada propagul
membantu dalam perkembang kecambahnya, sedangkan untuk seedling (anakan) membantu
pada pertumbuhan terutama dalam mendapatkan makanan pada aktivitas fotosintesis. Pada
dasarnya kondisi habitat mangrove dapat tumbuh dengan baik pada kondisi substrat yang
berlumpur. Jenis substrat lumpur dan pasir pecahan karang merupakan jenis substrat yang
mendominasi habitat mangrove pada lokasi pengamatan yaitu pantai blebak.
2
6
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Mangrove
5.2 Saran
5.2.1 Mangrove
2
7