Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587

e-ISSN:2549-7863

Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk Organisme Laut

Karimah1
1
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram
Email : karimah@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini menjelaskan tentang peran ekosistem hutan mangrove sebagai habitat untuk
organisme laut dengan menggunaan analisis diskriptif. Data diambil dari literatur-literatur terkait
yang kemudian didiskripsikan lebih lanjut. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hutan
mangrove di Indonesia diperkirakan mencakup area seluas 4,25 juta hektar, hanya sekitar 2%
dari seluruh wilayah daratan, namun nilai ekonomi dan lingkungannya tidak boleh di bawah
perkiraan, oleh karena itu kehadirannya harus dijaga. Sebagai zona transisi antara ekosistem
terestrial dan laut, ekosistem mangrove telah lama dikenal memiliki banyak fungsi dan
merupakan penghubung penting dalam menjaga keseimbangan biologis ekosistem pesisir.
Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat penting bagi organisme laut. Umumnya
didominasi oleh moluska dan krustasea. Moluska ini terdiri terutama dari Gastropoda dan
selanjutnya didominasi oleh dua keluarga, yaitu Potamidae dan Ellobiidae. Sedangkan untuk
krustasea, terutama terdiri dari Brachyura. Beberapa fauna mangrove juga dikenal sebagai bahan
habis pakai dan secara ekonomi penting seperti Terebralia palustris, Telescopium telescopium
(Gastropoda), Anadara kuno, Coaxans polymesoda, Ostrea cucullata (Bivalvia), dan Scylla
serrate, S. olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus, Labnanium politum (Crustacea).
Kata kunci : hutan mangrove, ekosistem mangrove, moluska

Abstract
This paper describes the role of the mangrove forest ecosystem as a habitat for marine organisms
by using descriptive analysis. The data are drawn from related literatures which are further described. The
data obtained indicate that mangrove forests in Indonesia are estimated to cover an area of 4.25 million
hectares, only about 2% of the entire land area, but its economic and environmental value should not be
underestimated, therefore its presence must be maintained. As a transition zone between terrestrial and
marine ecosystems, the mangrove ecosystem has long been known to have many functions and is an
important link in maintaining the biological balance of coastal ecosystems. The mangrove forest
ecosystem is an important habitat for marine organisms. Generally dominated by molluscs and
crustaceans. This mollusc consists mainly of Gastropods and is further dominated by two families,
namely Potamidae and Ellobiidae. As for crustaceans, mainly consisting of Brachyura. Some mangrove
fauna are also known as economical and economically important materials such as Terebralia palustris,
Telescopium telescopium (Gastropoda), ancient Anadara, Coaxans polymesoda, Ostrea cucullata
(Bivalvia), and Scylla serrate, S. olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus, Labnanium politic
(Crustacea).

Keywords: mangrove forest, mangrove ecosystem, mollusk,

1
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

I. Pendahuluan yang sangat penting bagi kehidupan mahluk


Indonesia merupakan suatu negara hidup yang berada di perairan sekitarnya.
kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau Materi organik menjadikan hutan mangrove
dan mempunyai wilayah pantai sepanjang sebagai tempat sumber makanan dan
54.716 kilometer.Wilayah pantai (pesisir) tempatasuhan berbagai biota seperti ikan,
ini banyak ditumbuhi hutan mangrove. Luas udang dan kepiting. Produksi ikan dan
hutan mangrove di Indonesia sekitar udang di perairan laut sangat bergantung
4.251.011,03 hektar dengan penyebaran: dengan produksi serasah yang dihasilkan
15,46 persen di Sumatera, 2,35 persen di oleh hutan mangrove. Berbagai kelompok
Sulawesi, 2,35 persen di Maluku, 9,02 moluska ekonomis juga sering ditemukan
persen di Kalimantan, 1,03 persen di Jawa, berasosiasi dengan tumbuhan penyusun
0,18 persendi Bali dan Nusa Tenggara, dan hutan mangrove. Sedangkan Bruno, dkk
69,43 persen di Irian Jaya (Fao, 1990 dalam (1998) menyatakan bahwa hutan mangrove
Hainim, 1996). Namun, menurut Cifor merupakan jenis maupun komunitas
(2012), luas hutan mangrove di Indonesia tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang
telah mengalami penurunan 30-50% pada surut. Selain itu, hutan mangrove
setengah abad terakhir ini karena mempunyai karakteristik yang unik
pembangunan daerah pesisir, perluasan dibandingkan dengan formasi hutan lainnya.
pembangunan tambak, abarasi air laut, dan Keunikan hutan tersebut terlihat dari habitat
penebangan yang berlebihan. Sedangkan tempat hidupnya, juga keanekaragaman
berdasarkan data Kementrian Kehutanan flora, yaitu: Avicennia, Rhizophora,
(2013), Hutan mangrove di Indonesia Bruguiera, dan tumbuhan lainnya yang
tersebar di beberapa provinsi di berbagai mampu bertahan hidup disalinitas air laut,
gugusan kepulauan. Luasan hutan mangrove dan fauna yaitu kepiting, ikan, jenis
di Indonesia lebih kurang 3,7 juta hektar Molusca, dan lain-lain. Hutan mangrove
yang merupakan hutan mangrove terluas juga memiliki fungsi ekonomi, ekologi, dan
yang ada di Asia dan bahkan di dunia. sosial. Fungsi ekonomi yang ada di hutan
Menurut catatan Statistik Kehutanan Tahun mangrove yaitu penghasil kebutuhan rumah
1993 NTB mempunyai luas kawasan hutan tangga, penghasil keperluan industri, dan
sebesar 1.063.273,20 ha., dan 160.878,50 ha penghasil bibit. Fungsi ekologisnya yaitu
(15,13 %) berada di pulau Lombok. Luas sebagai pelindung garis pantai, mencegah
hutan mangrove dalam Statistik Kehutanan intrusi air laut, sebagai habitat berbagai jenis
NTB Tahun 1993, sebesar 49.174 ha. burung, dan lain-lain (Kustanti, 2011).
(Chaniago dan Hayashi , 1994). Namun Saenger et al. (1983) menyatakan
bahwa, jenis tumbuhan mangrove di seluruh
Menurut Imran (2016), ekosistem dunia adalah sekitar 60 jenis.
hutan mangrove merupakan salah satu
ekosistem yang memiliki produktivitas Studi ini dilakukan dengan
tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan menggunakan metode deskriptif.
dekomposisi bahan organik yang tinggi, dan Pengambilan data dilakukan dengan
menjadikannya sebagai mata rantai ekologis penelusuran data sekunder dari studi-studi

2
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

terkait. Data yang diperlukan adalah data substrat tersebut, sangat jelas
yang terkait dengan peranan mangrove
sebagai habitat berbagai organisme yang ada
di laut.

II. Pembahasan

2.1 Faktor yang Mempengaruhi


Eksistensi Hutan Mangrove

Sebagai daerah peralihan antara laut


dan daratan, hutan mangrove mempunyai
gradien sifat lingkungan yang sangat
ekstrim. Pasang- surut air laut menyebabkan
terjadinya perubahan beberapa faktor
lingkungan yang besar, terutama suhu dan
salinitas. Oleh karena itu, hanya beberapa
jenis tumbuhan yang memiliki daya
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
yang ekstrim tersebut saja yang mampu
bertahan hidup dan berkembang
didalamnya. Kondisi yang terjadi tersebut
juga menyebabkan rendahnya
keanekaragaman jenis, namun disisi lain
kepadatan populasi masing-masing jenis
umumnya tinggi.
Walaupun habitat hutan
mangrove bersifat khusus, namun masing-
masing jenis tumbuhan memiliki kisaran
ekologi tersendiri, sehingga kondisi ini
menyebabkan terbentuknya berbagai macam
komunitas dan bahkan permintakatan atau
zonasi, sehingga kompetisi jenis berbeda
dari satu tempat ke tempat lainnya.
Munculnya fenomena permintakatan yang
terjadi pada hutan mangrove tersebut sangat
berkaitan erat dengan beberapa faktor, antara
lain adalah tipe tanah, keterbukaan areal
mangrove dari hempasan ombak, salinitas
dan pengaruh pasang- surut (Soerianegara,
1971; Champman, 1976; Kartawinata &
Waluyo, 1977). Pengaruh tipe tanah atau
3
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

terlihat pada jenis Rhizophora, misalnya


pada tanah lumpur yang dalam dan lembek
akan tumbuh dan didominasi oleh
Rhizophora mucronata yang kadang-
kadang tumbuh berdampingan dengan
Avicennia marina, kemudian untuk
Rhizophora stylosa lebih menyukai pada
pantai yang memiliki tanah pasir atau
pecahan terumbu karang, dan biasanya
berasosiasi dengan jenis Sonnerafia alba.
Sedangkan untuk jenis Rhizophora
apiculata hidup pada daerah transisi.
Selain tipe tanah, kondisi
kadar garam atau salinitas pada substrat
juga mempunyai pengaruh terhadap sebaran
dan terjadinya permintakatan. Berbagai
macam jenis tumbuhan mangrove mampu
bertahan hidup pada salinitas tinggi, namun
jenis Avicennia merupakan jenis yang
mampu hidup bertoleransi terhadap kisaran
salinitas yang sangat besar. Macnae (1968)
menyebutkan bahwa Avicennia marina
mampu tumbuh pada salinitas sangat
rendah sampai 90‰, sedangkan
Sonneratia sp. umumnya hidup pada
salinitas yang tinggi, kecuali Sonnerafia
casiolaris (sekitar 10 ‰). Jenis Bruguiera
sp biasanya tumbuh pada salinitas
maksimum sekitar 25‰, sedangkan jenis
Ceriops tagal, Rhizophora mucronafa dan
Rhizophora stylosa mampu hidup pada
salinitas yang relatif tinggi.
Disamping faktor-
faktor tersebut di atas, pasang-surut air laut
juga mempunyai pengaruh terhadap jenis
tumbuhan mangrove yang tumbuh pada
suatu daerah. Watson dalam Kartawinata,
ddk (1979) memberikan gambaran tentang
lima kelas genangan yang merupakan
korelasi antara tingginya genangan air
pasang dan

4
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

lama genangan, dengan jenis tumbuhan yuwana jenis jenis ikan tertentu dan menjadi
mangrove. Adapun klasifikasi kelas habitat alami berbagai jenis biota dengan
genangan tersebut adalah sebagai berikut: produktivitas yang tinggi, serta
1) Kawasan pantai digenangi oleh bersarangnya burung-burung besar.
setiap air pasang (all high tides). Di
tempat seperti ini jarang jenis Ekosistem mangrove merupakan
mangrove yang mampu hidup, ekosistem peralihan antara darat dan laut
kecuali Rhizophora mucronata. yang dikenal memiliki peran dan fungsi
2) Kawasan pantai digenangi oleh air sangat besar. Secara ekologis mangrove
pasang agak besar (medium high
tide). Di tempat seperti ini yang memiliki fungsi yang sangat penting dalam
muncul adalah jenis Avicennia sp. memainkan peranan sebagai mata rantai
dan Sonneratia sp. makanan di suatu perairan, yang dapat
3) Kawasan pantai digenangi oleh air menumpang kehidupan berbagai jenis ikan,
pasang rata-rata (normal high tide). udang dan moluska. Perlu diketahui bahwa
Tempat ini mencakup sebagian besar hutan mangrove tidak hanya melengkapi
hutan mangrove, yang ditumbuhi pangan bagi biota aquatik saja, akan tetapi
jenis Rhizopora mucronata,
Rhizophora apiculata, Ceriops tagal juga dapat menciptakan suasana iklim yang
dan Bruguiera parviflora. kondusif bagi kehidupan biota aquatik, serta
4) Kawasan pantai digenangi oleh air memiliki kontribusi terhadap
pasang perbani (spring tides). Di keseimbangan siklus biologi di suatu
daerah ini jenis tumbuh jenis perairan. Kekhasan tipe perakaran beberapa
Bruguiera sp., dan umumnya adalah jenis tumbuhan mangrove seperti
Bruguiera cylindrica membentuk
Rhizophora sp., Avicennia sp. dan
tegakan murni, namun kadang-kadang
pada areal yang baik drainasinya Sonneratia sp. dan kondisi lantai hutan,
ditumbuhi oleh Bruguiera kubangan serta alur- alur yang saling
parviflora dan Bruguiera berhubungan merupakan perlidungan bagi
sexangula. larva berbagai biota laut. Kondisi seperti ini
5) Kawasan pantai yang kadang- juga sangat penting dalam menyediakan
kadang digenangi oleh pasang tempat untuk bertelur, pemijahan dan
tertinggi (excep tional or equinoctial
pembesarkan serta tempat mencari makan
tides). Di tempat ini Bruguiera
gymnorrhiza berkembang dengan berbagai macam ikan dan udang kecil,
baik, dan kadang berasosiasi karena suplai makanannya tersedia dan
dengan paku-pakuan Acrostichum sp. terlindung dari ikan pemangsa. Ekosistem
mangrove juga berperan sebagai habitat bagi
2.2 Peranan dan Fungsi Ekosistem jenis-jenis ikan, kepiting dan kerang-
Mangrove kerangan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi.
Menurut Saenger (1981) dalam Dilihat dari aspek fisik, hutan
Anwar, dkk (1984) salah satu fungsi mangrove mempunyai peranan sebagai
ekosistem mangrove adalah sebagai Fungsi pelindung kawasan pesisir dari hempasan
biologi, yaitu sebagai dearah pasca larva dan angin, arus dan ombak dari laut, serta

5
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

berperan juga sebagai benteng dari


pengaruh

6
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

banjir dari daratan. Tipe perakaran beberapa (Kartawinata dkk. 1979). Penyebaran fauna
jenis tumbuhan mangrove (pneumatophore) penghuni hutan mangrove
tersebut juga mampu mengendapkan memperlihatkan dua cara, yaitu penyebaran
lumpur, sehingga memung- kinkan secara vertical dan secara horisontal.
terjadinya perluasan areal hutan Penyebaran secara vertikal umumnya
mangrove. Disamping itu, perakaran jenis dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya
tumbuhan mangrove juga mampu berperan menempel atau melekat pada, akar, cabang
sebagai perangkap sedimen dan sekaligus maupun batang pohon mangrove, misalnya
mengendapkan sedimen, yang berarti pula jenis Liftorina scabra, Nerita albicilla,
dapat melindungi ekosistem padang lamun Menetaria annulus dan Melongena
dan terumbu karang dari bahaya galeodes (Budiman & Darnaedi, 1984;
pelumpuran. Terciptanya keutuhan dan Soemodihardjo, 1977). Sedangkan
kelestarian ketiga ekosistem dari bahaya penyebaran secara horizontal biasanya
kerusakan tersebut, dapat menciptakan ditemukan pada jenis fauna yang hidup pada
suatu ekosistem yang sangat luas dan substrat, baik itu yang tergolong infauna,
komplek serta dapat memelihara kesuburan, yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau
sehingga pada akhirnya dapat menciptakan dalam substrat, maupun yang tergolong
dan memberikan kesuburan bagi perairan epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di
kawasan pantai dan sekitarnya. atas substrat. Distribusi fauna secara
horisontal pada areal hutan mangrove yang
sangat luas, biasanya memperlihatkan pola
2.3 Organisme Laut Penghuni Hutan
permintakatan jenis fauna yang dominan dan
Mangrove
sejajar dengan garis pantai. Permintakatan
Pengetahuan tentang organism yang terjadi di daerah ini sangat erat
laut penghuni hutan mangrove di Indonesia kaitannya dengan perubahan sifat ekologi
hingga saat ini masih dirasakan sangat yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke
kurang, dan kalaupun ada orientasinya darat. Kartawinata & Soemodihardjo (1977)
bukan pada aspek ekologinya, akan tetapi menyatakan bahwa, permintakatan fauna
penekanannya cenderung pada aspek hanya terlihat pada hutan mangrove sangat
taksonominya. iuas, tetapi tidak terlihat pada hutan
Sebagaimana fenomena yang mangrove yang ketebalannya sangat rendah.
terjadi pada hutan mangrove yakni dicirikan Secara ekologis, jenis moluska
dengan adanya zonasi atau permintakatan penghuni mangrove memiliki peranan yang
oleh jenis tumbuhan yang dominan, maka besar dalam kaitannya dengan rantai
fauna penghuni hutan mangrove pun juga makanan di kawasan mangrove, karena
memperlihatkan adanya permintakatan. disamping sebagai pemangsa detritus,
Terkait dengan sifat fauna yang pada moluska juga berperan dalam merobek atau
umumnya sangat dinamis, maka batasan memperkecil serasah yang baru jatuh.
zonasi yang terjadi pada fauna penghuni Perilaku moluska jenis Telebraria palustris
mangrove kurang begitu jelas dan beberapa moluska lainnya dalam

7
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

memecah atau menghancurkan serasah adalah jenis Polymesoda coaxans,


man- grove untuk dimakan, namun disisi Anadara antiquata dan Ostrea cucullata
lain sangat besar artinya dalam Kelas Crustacea yang ditemukan pada
mempercepat proses dekomposisi serasah ekosistem hutan mangrove adalah sebanyak
yang dilakukan mikrorganime akan lebih 54 jenis, dan umumnya didominasi oleh
cepat. Disamping membantu dalam proses jenis kepiting (Brachyura) yang dapat
dekomposisi, beberapa fauna kepiting juga dikategorikan sebagai golongan infauna,
membantu dalam penyebaran seedling dengan sedangkan beberapa jenis udang
cara menarik propagul kedalam lubang tempat (Macrura) yang ditemukan pada
persembunyiannya ataupun pada tempat yang ekosistem mangrove sebagian besar hanya
berair. Aktifitas kepiting ini dampaknya sebagai penghuni sementara. Dari beberapa
sangat baik dalam kaitannya dengan distribusi penelitian yang dilakukan di berbagai
dan kontribusi pertumbuhan dari seedling tempat menunjukkan bahwa famili
mangrove dari jenis Rhizophora sp, Grapsidae merupakan penyusun utama
Bruguiera sp. dan Ceriops sp., terutama fauna Crustacea hutan mangrove
pada daerah yang sudah atau mulai terjadi (Soemodihardjo 1977, Budiman dkk. 1977).
konversi hutan mangrove. Jenis Thalassina anomala merupakan jenis
Fauna moluska yang hidup udang lumpur sebagai penghuni setia hutan
sebagai penghuni hutan mangrove di mangrove, karena udang ini hidup dengan
Indonesia umumnya didominasi oleh cara membuat lubang dan mencari makan
Gastropoda, yaitu sekitar 61 jenis, hanya disekitar sarang tersebut. Sedangkan
sedangkan dari kelas Bivalvia hanya sekitar pada hutan mangrove bersubstrat lumpur
9 jenis saja. Dari fauna Gastropoda agak pejal, umumnya didominasi Uca
penghuni mangrove yang memiliki dusumeri. Jenis lain yang muncul pada
penyebaran yang sangat luas adalah substrat tersebut adalah Uca lactea, U.
Littorina scabra, Terebralia palustris, T. vocans, U. signatus dan U. conso- brinus.
sulcata dan Cerithium patalum. Sedangkan Diantara kepiting mangrove yang
jenis yang memiliki daya adaptasi yang mempunyai nilai ekonomis dan dikonsumsi
tinggi terhadap lingkungan yang sangat masyarakat adalah Scylla serrata, S.
ekstrim adalah Littorina scabra, olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus
Crassostrea cacullata dan Enigmonia dentatus dan Labnanium politum.
aenigmatica (Budiman & Darnaedi, 1984).
Selanjutnya disebutkan pula bahwa dari III. Kesimpulan
sebanyak Gastropoda penghuni hutan
Berdasarkan hasil studi yang telah
mangrove tersebut beberapa diantaranya
dilakukan dengan menggunakan metode
dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi
deskriptif dan studi studi literature, maka
masyarakat sekitar mangrove, antara lain
dapat disimpulkan bahwa ekosistem hutan
adalah jenis Terebralia palustris dan
mangrove merupakan habitat penting bagi
Telescopium telescopium. Sedangkan kelas
organisme laut. Umumnya didominasi oleh
Bivalvia yang dikonsumsi masyarakat
moluska dan krustasea. Moluska ini terdiri

8
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

terutama dari Gastropoda dan selanjutnya Imran, Ali dan Efendi, Ismail.2016.
didominasi oleh dua keluarga, yaitu Inventarisasi Mangrove di Pesisir
Potamidae dan Ellobiidae. Sedangkan untuk Pantai Cemare Lombok Barat. JUVE;
krustasea, terutama terdiri dari Brachyura. vol. I.
Fao, Rome. 1983. Hutching, P and
Beberapa hewan yang hidup di hutan P.Saenger.Ecology of Mangroves.
mangrove juga dikenal sebagai bahan habis University of Queensland, London.
pakai dan secara ekonomi penting seperti 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal
Terebralia palustris, Telescopium Waters.
telescopium (Gastropoda), Anadara kuno, Kartawinata, K. and E. B. Waluyo, 1977. A
Coaxans polymesoda, Ostrea cucullata preliminary study of the mangrove
forest on Pulau Rambut, Jakarta Bay.
(Bivalvia), dan Scylla serrate, S. olivacea,
Mar. Res. Indon. 18:119-129.
Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus, Kartawinata, K., S. Adisoemardjo, S.
Labnanium politum (Crustacea), oleh sebab oemodihardjo dan I. G. M. Tantra.
itu hutan mangrove harus dijaga 1979. Status pengetahuan hutan bakau
kelestariannya. di Indonesia Pros. Sem. Ekos. Hutan
Mangrove: 21-39.
Daftar Pustaka Kementerian Kehutanan. 2013. Luasan hutan
mangrove di Indonesia. Diunduh pada
Al Hakim, I., A. L. Devi dan Siswanto, 1982. tanggal 14 November 2017.
Studi pendahuluan susunan jenis hhtp://kementerian kehutanan.com.
moluska dan krustasea di Tanjung Kustanti, A. 2011. Manajemen Hutan
Karawang, Jawa Barat Pros. Sem. II Mangrove. Buku. IPB Press. Bogor. 248 p.
Ekos. Hut. Mangrove. MAB-LIPI: Saenger, P., E. J. Hegerl and J. D. S. DA Vie
224-231. 1983. Global status of mangrove
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan ecosystems. By the working group on
Manfaatnya..Yogyakarta. mangrove ecosystems on the IUCN
Budiman, A., M. Djajasasmita dan F. Sabar, Commission on Ecology. The environ-
1977. Penyebaran keong dan kepeting mentalist, Vol. 3. Supplement No.: p. 88.
hutan bakau Wai Sekampung, Soemodihardjo, S. dan W. Kastoro. 1977.
Lampung. Ber. Biol. 2:1-24. Notes on Telebraria palustris
Budiman, A. dan D. Darnaedi, 1984. Struktur (Gastropoda) from the coral Islands in
komunitas moluska di hutan mangrove the Jakarta Bay area. Mar. Res. Indone-
Morowali, Sulawesi Tengah. Pros. sia. 18:131-148.
Sem. II Ekos. Mangrove. MAB- LIPI: Soemodihardjo, S., K. Kartawinata dan S.
175- 182. Prawiroatmodjo. 1977. Kondisi hutan
Center for International Forestry Research payau di Teluk Jakarta dan pulau-pulau
(Cifor). 2012. Mangrove adalah salah sekitarnya. Ose. Di Indon. 7:1-23.
satu hutan terkaya karbon di kawasan Toro, V. 1990. Beberapa aspek ekologi udang
tropis. Jurnal brief. 12(1):1. windu, Penaeus monodon Fabricius di
Djamali, A. 1990 . Telah ekologi kelimpahan perairan mangrove Segara Anakan,
juwana udang jerbung (Paneus Cilacap, Jawa Tengah Pros. Sem. IV
merguensisi de Man) di perairan Ekos. Mangrove. MAB-LIPI: 117-128.
sekitar mangrove Sungai Donan, Jawa
Tengah. Pros. Sem. IV Ekos. Mangrove.
MAB-LIPI: 174-182.

9
Jurnal Biologi Tropis, Juli-Desember 2017: Volume 17 (2) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

Anda mungkin juga menyukai