Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GEOGRAFI

HUTAN MANGROVE SEBAGAI TAMBAK UDANG

Kelas : XI IPS 1 (Perempuan)

SMA NEGERI I DARUSSHOLAH SINGOJURUH


TAHUN AJARAN 2015 / 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan makalah Geografi yang
membahas mengenai Hutan Mangrove sebagaI Tambak Udang. Secara khusus pembahasan
dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan
kurikulum yang digunakan disekolah.
Tak lupa kami juga meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik itu dalam
pembahasan materi ataupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas makalah yang dibuat selanjutnya.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah
kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km.
Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah
interaksi/ peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan
ciri yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan
lainnya. Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan
lautan, yang mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem hutan
mangrove.
Hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem wilayah pesisir dan lautan yang
sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup, namun sudah semakin kritis ketersediaannya. Di beberapa daerah
wilayah pesisir di Indonesia sudah terlihat adanya degradasi dari hutan mangrove akibat
penebangan hutan mangrove yang melampaui batas kelestariannya. Hutan mangrove
telah dirubah menjadi berbagai kegiatan pembangunan seperti perluasan areal pertanian,
pengembangan budidaya pertambakan, pembangunan dermaga dan lain sebagainya.
Seharusnya kegiatan pembangunan tidak perlu merusak ekosistem pantai dan
hutan mangrovenya, asalkan mengikuti penataan yang rasional, yaitu dengan
memperhatikan segi segi fungsi ekosistem pesisir dan lautan dengan menata sepadan
pantai dan jalur hijau dan mengkonservasi jalur hijau hutan mangrove untuk perlindungan
pantai, pelestarian siklus hidup biota perairan pantai (ikan dan udang, kerang, penyu),
terumbu karang, rumput laut, serta mencegah intrusi air laut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti atau pengertian Hutan Mangrove?
2. Apa Ciri ciri Hutan Mangrove?
3. Bagaimana Kondisi Mangrove di Indonesia?
4. Bagaimana peranan Hutan Mangrove didalam ekosistem?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Mengetahui arti atau pengertian Hutan Mangrove?
2. Mengetahui Ciri ciri Hutan Mangrove?
3. Mengetahui Kondisi Mangrove di Indonesia?
4. Mengetahui peranan Hutan Mangrove didalam ekosistem?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutan Mangrove


Hutan Bakau atau disebut juga Hutan mangrove adalah sebutan untuk
sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai di atas rawa rawa
berair payau yang terletak pada garis pantai. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat
tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk teluk
yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Istilah mangrove digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk
menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon
bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain
bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya. Ekosistem hutan
mangrove bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya
abrasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh
pasang surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat
semacam ini, dan jenis jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah
melewati proses adaptasi dan evolusi.
Hutan mangrove terdapat di sepanjang garis pantai di kawasan tropis, dan menjadi
pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan siklus unsur hara.
Namun luas hutan mangrove telah mengalami penurunan sampai 30 50% dalam
setengah abad terakhir ini karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan
tambak dan penebangan yang berlebihan.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan penting di
wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien
bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan (nurseryground) berbagai macam biota,
penahan abrasi pantai, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah
interusi air laut, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis yang tinggi seperti
sebagai penyedia kayu, obat obatan, alat dan teknik penangkapan ikan.

B. Ciri Ciri Hutan Mangrove


1. Jenis pepohonan yang relatif terbatas.
2. Akar pepohonan terbilang unik sebab berbentuk layaknya jangkar dengan
melengkung juga menjulang di bakau atau Rhizphora Spp.
3. Mempunyai akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun
penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih
di pohon (vivipar).
4. Terdapat beberapa pohon yang akarnya mencuat secara vertical layaknya pensil di
pidada atau Sonneratia dan juga api api atau Avicennia Spp.
5. Terdapat biji atau propagul dengan sifat vivipar atau mampu melakukan proses
perkecambahan pada kulit pohon.
6. Mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu
berdaun.
7. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove
lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan
baik di air tawar.

C. Kondisi Hutan Mangrove Indonesia

Data FAO (2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya
mencapai 3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di
dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).

Di Asia sendiri luasan hutan mangrove indonesia berjumlah sekitar 49% dari luas
total hutan mangrove di Asia yang dikuti oleh Malaysia (10% ) dan Mnyanmar (9%).
Akan tetapi diperkirakan luas hutan manrove diindonesia telah berkurang sekitar 120.000
ha dari tahun 1980 sampai 2005 karena alasan perubahan penggunaan lahan menjadi
lahan pertanian (FAO, 2007).

Data tentang luasan mangrove di Indonesia sangat bervariasi. Kementerian


Kehutanan tahun 2007 menyebutkan bahwa luas mangrove Indonesia sekitar 7.758.411
Ha yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan PSSDAL-Bakosurtanal (Peta
Mangrove Indonesia, 2009) menyebutkan Luas Mangrove Indonesia sebesar 3.244.019
Ha. kedua instansi tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per propinsi di 33
Provinsi di Indonesia. luas-luas mangrove di 33 Provinsi dapat dilihat pada tabel berikut:

NASA (2010) juga mengeluarkan informasi tentang luas mangrove dan sebarannya.
menurutnya luas mangrove di indoensia telah berkurang 35% antara tahun 1980-2000
dimana luas mangrove pada tahun 1980 itu mencapai 4,2 juta ha dan pada tahun 2000
berkurang menjadi 2 juta ha.
Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang
tertinggi di dunia. Sebaran mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera,
Kalimantan dan Papua. Namun demikian, kondisi mangrove Indonesia baik secara
kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1982, hutan
mangrove di Indonesia tercatat seluas 4,25 juta ha sedangkan pada tahun 1993 menjadi
3,7 juta ha, dimana sekitar 1,3 juta ha sudah disewakan kepada 14 perusahaan Hak
Pengusahaan Hutan (Onrizal, 2002). Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan
Kusmana (1995) diketahui bahwa dalam kurun waktu antara tahun 1982 1993 (11
tahun), luas hutan mangrove turun sebesar 11,3 % (4,25 juta ha pada tahun 1982 menjadi
3,7 juta ha pada tahun 1993) atau 1 % per tahun. Data Wetlands International
sebagaimana yang diungkapkan Drs. Pramudji, M.Sc. dalam orasi pengukuhan Profesor
Risetnya 9 Desember lalu, memperlihatkan bahwa luas hutan mangrove di Indonesia
pada tahun 2005 tinggal sekitar 1,5 juta ha.

Dalam penelitiannya, Pramudji membagi tingkat kerusakan mangrove itu ke dalam


tiga kategori, yakni masih baik, sebagian rusak dan rusak berat. Kondisi terparah terdapat
di pantai Utara Nangroe Aceh Darussalam, Teluk Lampung, Tanjung Pasir (Tangerang),
Delta Mahakam (Kaltim), Lombok Barat dan teluk Saleh (NTB). Secara umum,
kerusakan tersebut disebabkan oleh tiga faktor, yakni faktor antrogenik, faktor alami dan
faktor biologis. Penyebab terbesar adalah faktor antrogenik di mana manusia menjadi
pelaku utama perusakan itu. Eksploitasi hutan mangrove yang tidak terencana, adanya
penebangan liar, pembukaan lahan mangrove untuk areal pertambakan, pertanian,
penggaraman dan pemukiman, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap manfaat mangrove termasuk juga persepsi negatif masyarakat terhadap
keberadaan mangrove sudah merupakan contoh konkrit bahwa manusialah sesungguhnya
yang punya andil besar merusak ekosistem mangrove tersebut.

Konflik pemanfaatan lahan mangrove selalu menjadi bayang-bayang akan


timbulnya degradasi baik fisik dan kualitasnya. Hal ini telah mendapatkan perhatian yang
serius bagi banyak kalangan pemerhati lingkungan. Pengembangan tambak-tambak
beberapa tahun belakangan dapat dikatakan menjadi salah satu faktor yang merusak
karena pengembangannya didahului dengan penebangan mangrove sehingga ekosistem
yang telah terbentuk sebelumnya mengalami gangguan. Sedangkan faktor alam yang
menyebabkan rusaknya mangrove antara lain seperti: banjir, kekeringan, hama penyakit,
tsunami, dan kebakaran yang merupakan faktor penyebab relatif kecil (Tirtakusumah,
1994 dalam Rahmawaty, 2006).
D. Peranan Hutan Mangrove
Fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi fungsi fisik, fungsi biologi,
dan fungsi ekonomi yang potensial.
Sebagai fungsi fisik, yaitu untuk :
a. Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari erosi atau
abrasi.
b. Memacu percepatan perluasan lahan.
c. Melindungi pantai dan tebing sungai.
d. Mengendalikan intrusi dari air laut.
e. Berperan sebagai pelindung daerah belakang hutan mangrove dari pengaruh
buruk hempasan gelombang juga angin yang kencang.
f. Sebagai kawasan penyangga dari rembesan air lautan.
g. Sebagai pusat pengolahan limbah organik.

Fungsi biologi, meliputi :


a. Tempat benih benih ikan, udang dan kerang kerang dari lepas pantai.
b. Tempat bersarang burung- burung besar.
c. Sebagai habitat alami bagi banyak jenis biota.
d. Sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat memijah, tempat untuk
a. berkembang biak berbagai organisme seperti ikan, udang dan lain-lain.
e. Sebagai salah satu sumber plasma nutfah.

Fungsi ekonomi yang potensial, antara lain:


a. Sebagai lahan untuk tambak, tempat pembuatan garam, tempat berekreasi,
f. memperoleh balok.
b. Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi manusia.
c. Sebagai penghasil beberapa unsur penting seperti obat-obatan, minuman,
g. makanan, tannin juga madu.
d. Sebagai lahan untuk produksi pangan.

E. Hutan Mangrove Untuk Tambak Udang


Dewasa ini mangrove menarik perhatian berbagai pihak, baik di kalangan
pemerintah, ilmuwan, media massa, maupun kalangan pengusaha. Hal tersebut tidak
terlepas dari pengaruh tingginya harga udang di pasaran ekspor.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting
di wilayah pesisir dan kelautan. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia
nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan, dan asuhan (nursery ground) berbagai
macam biota, penahan abrasi pantai, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah,
pencegah air laut dan lain-lain, hutan indonesia dengan garis pantainya yang panjang
yaitu 81.000 Km merupakan modal dasar bagi usaha budidaya air payau. Saat ini, potensi
lahan pertambakan diperkirakan mencapai 866.550 Ha. Bahkan dengan kemajuan
teknologi, potensi yang tersedia diperkirakan melebihi angka tersebut (karena lahan
interidal dan marginal yang berpasir sekalipun telah terbukti dapat dimanfaatkan untuk
usaha pertambakan dengan hasil yang cukup baik)
Sampai dengan tahun 1997 luas tambah yang ada adalah sekitar 421.510 Ha atau
tingkat pemanfaatan potensial lahannya baru sekitar 39,78%. Berdasarkan perkiraan
dirjen perikanan 1998 potensi hutan mangrove yang akan dibangun tambak sekitar
1.211.309 Ha. Kenaikan rata-rata pertambahan luas tambak di indonesia sekitar 3,67%
per tahun berdasarkan data dirjen perikanan 1998 luas tambak sekitar 344.759 Ha atau
perikanan luas tambak tahun 2000 sebesar 360.000 Ha namun demikian, luas hutan
mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak diperkirakan lebih dari itu. Hal tersebut
dapat dilihat pada beberapa daerah dengan kasus konversi hutan mangrove yang sangat
menonjol, seperti dikawasa delta mahakam kalimantan timur dimana perkembangan luas
konversi hutan mangrove untuk dijadikan tambak tahun 1992 sebesar 15.000 Ha, tahun
1998 sebesar 40.000 Ha dan tahun 1999 sebesar 85.000 Ha (santoso, 2002).
Dampak krisis ekonomi yang dialami negara indonesia dan turunnya nilai tukar
rupiah telah mendorong laju konversi hutan mangrove terutama untuk budidaya
perikanan (udang). Beberapa lokasi yang diduga cukup menonjol terjadi konversi hutan
mangrove di NAD. Provinsi sumatera utara, riau, sumatera selatan, kalimantan barat,
kalimantan tengan dan kalimantan timur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jadi, Hutan Bakau atau disebut juga Hutan mangrove adalah sebutan untuk
sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai di atas rawa rawa
berair payau yang terletak pada garis pantai.
2. Sedangkan ciri ciri Hutan Mangrove adalah sebagai berikut :
a. Jenis pepohonan yang relatif terbatas,
b. Akar pepohonan terbilang unik sebab berbentuk layaknya jangkar dengan
melengkung juga menjulang di bakau atau Rhizphora Spp,
c. Mempunyai akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun
penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika
masih di pohon (vivipar), dll.
3. Keanekaragaman Flora di Hutan Mangrove antara lain Kandelia, Rhizophora,
Bruguiera, Avicennia, Ceriops, Lumnitzera, Laguncularia, Sonneratia dan Nypa.
Sedangkan keanekaragaman fauna di Hutan Mangrove antara lain kera ekor panjang
(Macaca Spp.), biawak (Varanus Salvator), berbagai jenis burung, Mollusca dan
Crustaceae.
4. Peranan Hutan Mangrove adalah sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar
terhindar dari erosi atau abrasi, tempat benih benih ikan, udang dan kerang
kerang dari lepas pantai, sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan
bangunan bagi manusia, dsb.

B. Saran
Sebagai warga negara yang baik sebaiknya kita menjaga hutan mangrove di
Indonesia yang sangat banyak dan kurang terawat. Banyak hutan mangrove yang rusak
karena perbuatan manusia sendiri jadi kesadaran diri sebagai sesama makhluk hidup
harus saling menjaga. Terlebih Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar
wilayahnya adalah perairan sehingga banyak juga hutan mangrove di berbagai wilayah
indonesia. Hijaukan kembali Hutan Mangrove kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-hutan-mangrove.html
www.id.slideshare.net/medhiena/ekosistem-hutan-mangrove
www.Indonesia.com/ciri-ciri+hutan+mangrove
http://rendhy-nizer.blogspot.com/2012/05/upaya-melestarikan-hutan-mangrove.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/fungsi-hutan-mangrove.html

Anda mungkin juga menyukai