Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

HUTAN MANGROVE DI DAERAH TONGKE-TONGKE

NAMA : FITRIANI AHAD


STAMBUK : 1.0206.15.0012
JURUSAN : TEKNIK LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA INDONESIA


MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai sumberdayapembangunan, baik sebagai sumberdaya ekonomi maupun sumberdaya
ekologi, oleh karena itu ekosistem hutan mangrove dimasukan dalam salah satu ekosistem
pendukung kehidupan yang penting dan perlu dipertahankan keberadaanya.(Nindi 2008)Hutan
mangrove adalahhutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut.
Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang
hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol
yang disebutakar nafas. Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan
tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob (Departemen Kehutanan, 2006). Potensi
sumberdaya hutan mangrove diera otonomi saat ini merupakan aset daerah yang tidak kecil,
artinya dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah khususnya pembangunan
daerah pesisir. Karena itu, pelestarian hutan mangrove merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan, dengan tetap mempertahankan manfaat ekologi, ekonomi, sosial,dan budaya lokal
setempat.Menyadari pentingnya manfaat hutan mangrove bagikehidupan masyarakat
khusunyadaerah pesisir, baik manfaat lansung maupun tidak lansung, maka sumberdaya hutan
mangroveharus tetap dipertahankan keberedaanya.Pemanfaatan hutan mangrove yang berlebihan
bukan hanya menimbulkan masalah lingkungan tapi juga masalah sosial dan ekonomi
masyarakat pengguna jasa lingkungan. Hutan3mangrove juga sangat penting peranannya yaitu
sebagai penyangga kehidupan di kawasan pantaidengan ekosistem laut.Wilayah propinsi
Sulawesi Tengah, luas hutan mangrove (bakau) terdapat seluas26.536,1 Ha yang tersebar di
sembilan wilayah Kabupaten (Donggala, Poso, Banggai,Buol,Toli-Toli, Morowali, Bangkep,
Touna dan Parimo). Berdasarkan hasil identifikasi hutan mangrove oleh dinas kehutanan tahun
2006 ternyata luas areal yang masih bervegatasi mangrove tersisa seluas 6.996,1 Ha (26,4%) dan
seluas 19.540 Ha (76,6%) yang telah mengalami kerusakan. Kerusakan ekosistem hutan
mangrove seluas 19.540 Ha dan sebagian disebabkan oleh abrasi pantai dan penebangan pohon
bakau untuk pemenuhan kayu bakar dan arang (BPDAS,2006). Salah satu ekosistem hutan
mangrove di Sulawesi Tengah terdapat di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala, yang oleh masyarakat sekitar kawasan hutan mangrove dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perekonomianya. Hutan mangrove harus dilindungi,
karena banyak memiliki fungsi dan manfaat bagi manusia, serta layak untuk diperhatikan sebagai
salah satu penunjang bagi masyarakat. Disamping
menghasilkan bahan dasar untuk keperluan rumah tangga dan industri, hutan mangrove juga
memiliki fungsi -fungsi ekologis penting antara lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat
mencari makan bagi biota laut yang hidup di sekitar mangrove, dan juga mampu berperan
sebagai penahan abrasi bagi wilayah daratan yang berada dibelakang ekosistem ini. Namun saat
ini, tedapat banyak kepentingan manusia yang menyebabkan kehidupan kawasan mangrove
tertekan.
4 . Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik maupun abiotik di dalam
ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi atau rusak yang disebabkan oleh factor alam
dan faktor manusia. Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh
aktivitas manusia dalam pendayagunaan sumberdaya alam wilayah pantai tidak memperhatikan
kelestarian, seperti: penebangan untuk keperluan kayu bakar yang berlebihan, tambak,
permukiman, industri dan pertambangan (Permenhut, 2004). Oleh karena itu dituntut peran
masyarakat dalam mempertahankan fungsi ekosistem hutan mangrove agar ekosistem mangrove
dapat dipertahankan kelangsungan yang bisa menjaga sekaligus menguntungkan manusia.
Adapun alasan penulis mengambil daerah ini sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
1) Daerah tersebut terdapat pengalihfungsian ekosistem Hutan Mangrove ?
2) Daerah tempat penelitian merupakan tempat ekosistem hutan mangrove yang mempunyai
banyak keanekaragaman ekosistem mangrove ?
Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah ini sebelumnya ? Berpijak dari hal
tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang peran masyarakat dalam
pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, maka di rumuskan pokok permasalahan
penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana peran masyarakat dalam mempertahankan fungsi
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di kemukakan maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peran masyarakat dalam mempertahankan fungsi
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Kabonga Besar Keca matan Banawa Kabupaten
Donggala.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : Bagi pemerintah, dalam hal ini para
pengambil kebijakan dapat di jadikan sebagai bahan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pengembangan wilayah.
1.4.1 Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan agar pengelolaan ekosistem hutan
mangrove di lakukan secara bijaksana.
E. Bagi peneliti,
sebagai bahan referensi atau bahan bacaan pada penelitian berikutnya dengan pendekatan yang
berbeda.
BAB II.
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan
survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel
dengan menanyakan melalui angket atau interview agar nantinya menggambarkan sebagai aspek
dari populasi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui teknik
wawancara terbuka , dan wawancara mendalam Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk
yang bermukim dekat hutan mangrove yang berjumlah 2556 jiwa atau 545 KK. Sampel Menurut
Arikunto S. (2002) menyatakan bahwa Sampel adalah atau wakil dari populasi yang diteliti.
Samp el juga merupakan sebagian anggota
6 dari anggota populasi yang dapat memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam
suatu penelitian, sampel ini biasanya disimbolkan dengan (n) yang ukurannya akan selalu lebih
kecil dari populasi (N). yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang
berdomisilin di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala . Sampel
dalam penelitian adalah penduduk Kelurahan Kabonga Besar yang bermukim di sekitar kawasan
ekosistem hutan mangrove, dari keempat dusun yang berada di Kelurahan Kabonga Besar hanya
ada dua dusun yang berada di sekitar ekosistem hutan mangrove dan jumlah keseluruhan
berjumlah 160 jiwa dari 113 KK. Penarikan sampel secara Simple Random Sampling yaitu
jumlah sampel setiap Rt ditarik berdasarkan proporsi masing
- masing, selanjutnya untuk menentukan siapa anggota sampel peneliti melakukan cara
undian. Hal ini dimaksudkan agar semua individu (penduduk) dalam populasi
mempunyai peluang atau kesempatan yang sama menjadi anggota sampel. Jadi sampel
yang diperoleh itu mempunyai tingkat kepercayaan sebesar 95% terhadap populasinya.
penentuan jumlah sampel (sample size) adalah : X 2 NP (1 - P) S = d 2 (N 1 ) + X 2 p
(1 P) di mana: S = Jumlah anggota sampel N =Jumlah anggota populasi P = Proporsi
populasi (0,5) d = Derajat ketelitian (0,05) x 2 = Nilai tabel X 2 (3,841). 7 Berdasarkan
pendapat di atas, maka jumlah sampel yang diambil yaitu : X 2 NP (1 - P) S = d 2 (N - 1)
+ X 2 p (1 P) 3,841.160.0,5 (1 - 0,5) S = 0,05 2 (160 - 1)+3,841.0,5(1 0,5)153,64S =
1.35775 S = 113Penelitian ini yang dijadikan sampel adalah penduduk yangterlibat
langsung dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove dan penduduk yang berada
disekitar kawasan hutan mangrove, akan tetapi untuk mempermudah dalam pengambilan
sampel maka dihitung dari jum lah populasi penduduk 160 KK. Sehingga dari hasil
perhitungan dengan menggunakan formulasi di atas diperoleh sampel sebanyak 113
orang. Kelurahan Kabonga Besar secara geografis terletak di Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah , denga n luas 2.500 Ha dan memiliki
batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Palu
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Ganti
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kabonga Kecil
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lo li Dondo
BAB III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian yang diperoleh di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala
melalui teknik wawancara yang diajukan kepada masyarakat yang bermukim disekitar kawasan
ekosistem hutan mangrove. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap bapak Herman
selaku aparatur pengawas hutan mangrove mengatakan bahwa : pada tahun 2000 dibentuklah
suatu kelompok yag bernama Kelompok Alam Bahari yang digagas oleh BPDAS Palu
- Poso dengan melakukan percobaan penanaman dan penataan hutan mangrove dengan
luas 5 hektar untuk tanaman mangrove, alhamdulillh pecobaan ini berhasil, akan tetapi
ada juga kendala yaitu dalam penataan dan penanaman hutan mangrove terdapat tiram
atau hama pengganggu mangrove yang melengk padapohon,jadidibutuhkankesabarandan
kerja kerasuntuk kelangsungan ekosistemhutanmangrove.Sementarahubunganantaraperan
masyarakat terhadap pengembangan ekosistem hutan mangrove masih berlangsung
pengembangan hutan mangrove harus dilakukan secara penuh kesadaran oleh karena itu
melalui wawancara den gan bapak Maskar mengatakan bahwa :
pengembangan ekosistem hutan mangrove sudah berjalan melalui bantuan Bansos yaitu
melakukan pembibitn atau merapatkan jenis hutan mangrove dan kami
diberikan pembibitan untuk mengganti tanaman yang rusak maupun ditempat yang belum
ditanami hutan mangrove. Hubungan antara peran masyarakat dalam pemeliharaan ekosistem
hutan mangrove berlangsung secara konservatif yaitu melakukan pemeliharaan ekosistem hutan
mangrove secara berkelanjutan hal ini disampaikan bapak
Harianto dalam wawancara mengatakan bahwa :
10 pemeliharaan ekosistem hutan mangrove dilakukan secara berkelanjutan dan
berkeseimbangan agar tidak terjadi kerusakan hutan mangrove jika ada yang mau mengambil
kayu atau pohon mangrove, tidak boleh banyak atau m enghabiskan akan tetapi harus dirawatdan
digantikan dengan bibit atau tanaman baru.Hubungan antara peran masyarakat dalam
pemanfaatan hutan mangrove dalam penelitian ini cendrung memilih memanfaatkan kayu hutan
mangrove lebih cendrung tidak merusak sebagai yang dikatakan bapak Asrun dalam wawancara :
kami tidak akan merusak hutan mangrove, kalaupun kami mau mengambilnya itu hanya sebatas
kayu bakar atau tiang rumah tanpa menghabiskan ekosistem hutan mangrove karena sudah ada
kesad aran bahwa ekosistem hutan mangrove mempunyai banyak fungsi jadi kami tidak mungkin
merusak dan kalaupun merusak kami dapat teguran maupun sanksi jika kami melanggar sesuai
aturan yang dibuat. Hubungan antara peran masyarakat dalam pemulihan ekosistem hutan
mangrove Hal Ini yang diungkapkan oleh bapak Subri bahawa : pemulihan ekosistem hutan
mangrove harus ada pengawas yang memerintahkan agar hama, sampah plastic yang tersangkut
bisa jadi penghambat ekosistem hutan mangrove dan memperbaiki ulang ekosistem hutan
mangrove yang sudah rusak untuk ditanam kembali agar dapat terjaga kelansungan hidup
ekosistem hutan mangrove Hubungan antara peran masyarakat dalam pengawasan ekosistem
hutan mangrove sebagai mana yang dikatakan bapak Herman yang juga ketua pengawas
ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Kabonga Besar 11
saya sudah jalankan kontrolnya, sudah saya perintahkan dan sekaligus memeliharaekosistem
hutan mangrove untuk dijaga agar dapat terjaga kelestarianya, untungnya masyarakat punya
kesadaran sehingga tanam an ekosistem hutan mangrove tetap terjaga keseimbanganya sampai
sekarang dan tingkat kerusakanya semakin sedikit. Hubungan antara peran masyarakat dalam
pengendalian ekosistem hutan mangrove sangat erat hubunganya sebagai mana yang dikatakan
oleh bapak
Ali bahwa :Agar dapat dikendalikan ekosistem hutan mangrove perlu ada kebijakan artinya
bahwa dalam memanfaatkan ekosistem hutan mangrove tidak boleh merusak secara keseluruhan
dan perlu ditanam bibit kembali dimana tempat ia mengambil pohon mangrove harus ada
ditandai dengan bambu disampingnya sebagai kode bahwa disitu telah diganti dan ditanami
ekosistem hutan mangrove. Penjelasan diatas menunjukan bahwa pemahaman masyarakat
terhadap fungsi ekosistem hutan mangrove sudah menunjukan hal yang positif, hal itu
dikarenakan adanya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya fungsi dari ekosistem hutan
mangrove yang tidak merusak atau deskruftif melainkan secara konservatif atau memelihara
berkelanjutan secara bijaksana.
B. Pembahasan
C. Peran Masyarakat Dalam Mempertahankan Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove Sikap Adalah
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- Cara tertentu yang berkaitan dengan
keyakinan, perasaan dan kecenderungan untuk bertindak dalam hal ini terhadap pemanfaatan
hutan mangrove. Dalam penelitian ini sikap masyarakat yang Dimaksudkan adalah sikap yang
positif dan sikap yang negatif.Sikap yang positif adalah sikap yang ditunjukkan melalui perilaku
pemanfaatan yang bijaksana/berkelanjutan (konservatif) yaitu dimana mereka hanya mengambil
sesuai dengan kebutuhan tdak untuk diperjual belikan, ada

Anda mungkin juga menyukai