RAHMAN
A 351 08 044
JURNAL
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menggambarkan kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan
mangrove oleh penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan mangrove, jenisjenis aktivitas sosial-ekonomi penduduk yang berpengaruh terhadap kerusakan
ekosistem hutan mangrove, serta merumuskan berbagai upaya pemulihan kerusakan
ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas sosial-ekonomi penduduk di Desa Dongko
Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli. Populasi dalam penelitian ini adalah
penduduk yang bermukim di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove yaitu dusun 1
Dongko dan dusun 3 Silumba dengan jumlah 465 KK. Besar sampel penelitian adalah
211 KK yang ditentukan dengan teknik sampling acak sederhana (simple ramdom
sampling) dan dihitung menggunakan formulasi Krijcie dan Morgan. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei, pengamatan
(observasi), wawancara, dan pemetaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan
ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko dengan Sistem Informasi Geografi (SIG),
hasil pemetaan dan analisis peta penggunaan lahan tahun 2007-2012 diketahui luas
kerusakan 40,21 Ha (50,36%) dari luas seluruh hutan mangrove seluas 79,83 Ha, yang
pada saat ini hanya tinggal tersisa 39,62 Ha, hal ini disebabkan oleh aktivitas sosial
ekonomi penduduk seperti pengalih fungsian lahan hutan mangrove menjadi lahan
pertambakan, pemukiman, dan fasilitas umum. Berdasarkan hasil analis SWOT perlu
dilakukan pengembangan kawasan hutan mangrove di Desa Dongko sebagai hutan
lindung yang berpedoman pada kebijakan pemerintah Kabupaten Tolitoli terkait
pengelolaan mangrove, meningkatkan prasarana dan sarana guna menunjang
pembangunan dan penanggulangan kerusakan kawasan ekosistem hutan mangrove,
meningkatkan sumberdaya manusia, merumuskan kebijakan pengelolaan dan
pembangunan yang tepat di sekitar hutan mangrove serta melakukan penaman kembali
terhadap ekosistem hutan mangrove yang rusak.
Kata kunci: Ekosistem, Kerusakan Ekosistem, Hutan Mangrove, Desa Dongko
ABSTRACT
The purpose of this research was to describe the fisical damage of mangrove
forest, the kinds of social-economy activities that influence towrds the ecosystem
damage of mangrove forest, and to formulate efforts to rescue the damage of the
mangrove forest ecosystem caused by the social-economy activities of the villagers
living in Dongko village subdistrict of South Dampal, District of Tolitoli. The
population of this research was the inhibitants who lived around mangrove forest
ecosystem namely Dongko Village I and Silumba Village 3 with the total number of 465
parents. The number of sampled students in this research was 211 parents using simple
random sampling technique dan the calculation was done by using Krijcie and Morgan
formulation. The method used in this research was survey study, observation, interview
and mapping. The result of this research showed that the damage of the mengrove
forest ecosystem in Dongko village by applying Geography Information System (GIS),
the result of the mapping and the analysis of the map about the use of the land during
2007 2012, it is found out that the damage of the forest was 40.21 Ha (50,36%) out of
79.83 Ha width, the rest of the area is now only 39.62 Ha, This happened becuase the
social economy activities of the inhibitants and refunctioning of the mangrove forest
becoming embankment, living areas, and public facilities. Based on the SWOT analysis,
it was found that the development of mangrove forest in Dongko village needed to be
done the areas should be considered as conservation forest based on the governments
policy in the district of Tolitoli in relation to mangrove issues, to increase
infrastructure that supports development and coping with the damages of mangrove
forest ecosystem, to increase human resources, to formulate the management and
development that suit with the area and to replanting towards damaged mangrove
forest.
Keywords: Ecosystem, Ecosystem damage, Mangrove Forest, Dongko Village
1.
PENDAHULUAN
Kabupaten Tolitoli menurut Andi Mohsen (Kepala Desa Dongko). yang antara lain
menyebabkan kekurangan tempat berlindung bagi berbagai jenis biota laut, selain itu
menyebabkan pula terjadinya penurunan jumlah vegetasi mangrove serta terjadinya
gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari vegetasi pada hutan mangrove tersebut,
serta menimbulkan bencana banjir di pemukiman penduduk di sekitar hutan mangrove. Hal
itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Terkait dengan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kondisi dan perubahan kawasan hutan mangrove di Desa
Dongko Kecamatan Dampal Selatan selama lima tahun terakhir dengan judul Kerusakan
Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Tahun 20072012.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah:
1.2.1 Bagaimanakah gambaran kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di
Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli tahun 2007-2012?
1.2.2 Jenis aktivitas sosial-ekonomi penduduk apa sajakah yang paling berpengaruh
terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan
Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli tahun 2007-2012?
Mahasiswa Program Studi Pend.Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
Desa
Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah:
1.4.1 Kawasan hutan mangrove Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten
Tolitoli;
1.4.2 Penduduk Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli yang telah
melakukan pembukaan hutan mangrove untuk berbagai keperluan usaha (tambak
ikan, pemukiman, sumber bahan bakar kayu arang dan peralatan rumah);
1.4.3 Pemerintah Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli;
1.4.4 Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Kehutanan Kabupaten
Tolitoli;
1.5
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.5.1 Memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam
upaya
sebagaimana mestinya;
1.5.2 Memberikan masukan bagi upaya pemulihan dan pelestarian ekosistem hutan
mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli;
1.5.3 Bahan kajian bagi pihak peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sama di
tempat dan permasalahan yang lain.
Mahasiswa Program Studi Pend.Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
II
2.1
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei.
2.2
Lokasi Penelitian
Secara adminitrasi daerah penelitian terletak di Desa Dongko, yang merupakan salah
satu diantara 11 desa yang ada di Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Tolitoli, Provinsi
Sulawesi Tengah. Secara astronomi wilayah Desa Dongko berada pada 04546- 05315
LU dan 1201705- 1201821 BT. Desa Dongko terbagi menjadi 3 (tiga) dusun dengan
luas wilayah Desa Dongko adalah 48,10 Km2 atau 4810 Ha (12% luas Kecamatan Dampal
Selatan).
Batas Administrasi Desa Dongko
2.3
Sebelah Utara
:Desa Mimbala.
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
:Teluk Dampal.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah penduduk (responden) Desa Dongko,
Kantor Desa, dan Koordinator Statistik Kecamatan Dampal Selatan.
2.5
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian yang dimaksudkan
disini adalah
langsung dalam perubahan penggunaan lahan ekosistem hutan mangrove dan penduduk
yang bermukim di sekitar hutan mangrove yang berjumlah 1021 jiwa atau 465 Kepala
Keluarga (KK).
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang bertempat tinggal/berdomisili
di Desa Dongko. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple
Random Sampling). Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Formulasi Krejcie dan
Morgan diperoleh sampel sebanyak 211 KK (45,3%) dan ditambah informan yaitu Kepala
Desa (Andi Moh. Messeng).
2.6
Variabel penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent
variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Varibel bebas adalah kerusakan
ekosistem yang diberi simbol X, sedangkan variabel terikat adalah hutan mangrove yang
diberi simbol Y. Penelitian ini bersifat korelasi, berdasarkan varibel penelitian maka ada
hubungan variabel X dan varibel Y adalah:
2.7
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan dalam melakukan
penelitian, tujuan dari adanya intsrumen ini yaitu untuk memberi kemudahan kepada
peneliti dalam melakukan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daftar pertanyaan penelitian/kuesioner (questionaire), dan peta (map).
2.8
Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data
2.9
Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif.
Mahasiswa Program Studi Pend.Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
2.11
Analisis SWOT
Dalam penelitian ini analisis SWOT dipergunakan untuk merumuskan strategi
pengelolaan kawasan hutan mangrove Desa Dongko dengan merebut peluang yang tersedia
maupun untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi.
Lahan Pertambakan
Berdasarkan hasil penelitian dari 211 orang (100%) menjawab ya atau telah terjadi
pengalihfungsian kawasan hutan mangrove menjadi pertambakan. Ancaman langsung
yang paling serius terhadap mangrove pada umumnya diakibatkan pembalakan liar
mangrove untuk pembangunan tambak ikan dan udang.
2) Pengalihfungsian Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan
Pembangunan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 211 orang (100%) menjawab terdapat
alihfungsi lahan, bahwa di Desa Dongko telah terjadi pengalihfungsian kawasan hutan
mangrove menjadi kawasan pembangunan/areal terbangun baik berupa pemukiman
penduduk maupun sarana umum. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin
meningkat, maka kebutuhan lahan semakin meningkat pula. Hal ini mengakibatkan
terjadinya pengalihfungsian kawasan hutan mangrove menjadi lahan pemukiman
penduduk dan sarana pelayanan pendukung pemukiman.
3.1.5 Kondisi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove
1) Kondisi Ekosistem Hutan Mangrove
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem hutan
mangrove di Desa Dongko dalam kondisi rusak (<1000 pohon/Ha) sebayak 138 orang
(65,40%), sedang (10001500/Ha) sebayak 73 orang (34,60%), sebagaimana yang
terdapat pada gambar berikut.
Ancaman yang paling serius bagi ekosistem hutan mangrove adalah persepsi di
kalangan penduduk Desa Dongko dan sebagian besar pegawai pemerintah yang
menganggap mangrove merupakan sumberdaya yang kurang berguna yang hanya cocok
untuk pembuangan sampah atau dikonversi untuk keperluan lain. Sebagian besar pendapat
untuk mengkonversi mangrove berasal dari pemikiran bahwa lahan mangrove jauh lebih
berguna bagi individu dan pemerintah daripada sebagai lahan yang berfungsi secara
ekologi. Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko, Kecamatan Dampal
Selatan, Kabupaten Tolitoli terjadi di Dusun 1 Dongko dan Dusun 3 Silumba luas
kerusakan 40,21 Ha (50,36%).
2) Tingkat Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk terhadap Kerusakan
Ekosistem Hutan Mangrove
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengaruh aktivitas ekonomi penduduk
terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove berdasar wawancara dengan responden
berkisar dari kecil sampai besar, kecil (tidak begitu terasa) sebanyak 64 orang (30,33%),
sedang (terasa dan nyata pengaruhnya) sebanyak 134 orang (63,51%), dan besar (sangat
terasa pengaruhnya) sebanyak 13 0rang (6,16%).
3) Pengaruh Kerusakan Ekositem Hutan Mangrove terhadap Aktivitas Ekonomi
Penduduk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan ekosistem hutan mangrove
berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi penduduk yang ditunjukkan oleh mayoritas
(sebanyak 172 orang (81,49%)) menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap aktivitas
ekonomi penduduk. Hal ini diperparah lagi apabila terjadi musim hujan, mengakibatkan
banjir di pemukiman penduduk sehingga aktivas ekonomi penduduk terganggu karena
terpaksa tidak pergi bekerja.
Berdasarkan metode matriks analisis SWOT, maka dihasilkan empat kemungkinan
alternatif strategi yang akan dihadapi dalam menanggulangi kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Desa Dongko, yaitu: dengan memetakan komponen-komponen Kekuatan
(S), dan Kelemahan (W) kepada faktor Peluang (O), dan Tantangan (T) sehingga
hasil pemetaan tersebut adalah.
a. Strategi S-O
1. Pengembangan kawasan hutan mangrove di Desa Dongko sebagai hutan lindung, yang
berpedoman pada kebijakan pemerintah Kabupan Tolitoli terkait pengolahan mangrove.
(O 1,2-S 1,2,3).
b. Sterategi O 2-W 2
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan IPTEK masyarakat
yang tinggal di kawasan hutan mangrove guna mewujudkan rencana dan strategi
pembangunan daerah, khususnya Desa Dongko dengan berbagai pendidikan dan
pelatihan. (O 2-W 2).
2. Mencari solusi terbaik untuk memecahkan masalah kerusakan ekosistem hutan
mangrove di Desa Dongko ke arah yang lebih baik lagi (O 2-W 1,3).
c. Strategi S-T
1. Merumuskan kebijakan yang mengatur pengelolaan ekosistem hutan mangrove
(S 1,2,3-T 1,3).
2. Merumuskan kebijakan yang mengatur pembangunan di sekitar kawasan ekosistem
hutan mangrove dengan tetap menjaga kelestarian daya dukung potensi SDA dan
kelestarian lingkungan hidup (S 1-T 2,3)
d. Strategi T-W
1. Melakukan penanaman kembali terhadap ekosistem hutan mangrove yang rusak
(T 1,2,3-W 1,2,3).
IV
4.1
PEMBAHASAN
Indikasi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Desa
Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Tolitoli Tahun 2007 2012
Dongko
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Desa Dongko Tahun 2007 Skala 1:40.000
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Desa Dongko Tahun 2012 Skala 1:40.000
baru
untuk
melangsungkan
kehidupannya.
Sehingga
menyebabkan
pembukaan lahan baru untuk membangun rumah di sekitar kawasan mangrove. serta
memanfaatkan kayu hutan mangrove untuk peralatan rumah dan bahan bakar kayu arang
untuk memasak.
4.2.2 Lahan Tambak/Empang
Konversi hutan mangrove menjadi tambak/empang di kawasan Desa Dongko
pertama kali terjadi pada tahun 1990 untuk mengembangkan budidaya pertambakan Ikan
Bandeng dan Udang, yang kemudian tidak terlalu berhasil karena masih dikerjakan secara
tradisional yang mengakibatkan banyak tanggul tambak yang jebol akibat air pasang.
tahun 2008 alat berat (escavator) mulai masuk sehingga mengakibatkan pembukaan lahan
tambak terjadi secara besar-besaran/intensif sampai dengan saat ini.
4.2.3 Lahan Fasilitas Umum
Sama halnya dengan konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman,
konversi hutan mangrove menjadi fasilitas umum juga dikarenakan oleh faktor jumlah
Mahasiswa Program Studi Pend.Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan penulis di Desa Dongko Kecamatan
Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut
5.1
5.2
5.3
VI
Saran
Upaya pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove perlu diselaraskan dengan upaya
pelestariannya, agar fungsi hutan mangrove secara fisik, ekologis dan sosial-ekonomis tetap
lestari dan berkelanjutan. Upaya-upaya yang dilakukan hendaknya melibatkan semua pihak
yang terkait seperti masyarakat, pemerintah, swasta, akademika dan lembaga swadaya
masyarakat serta pihak-pihak lain dalam bentuk kemitraan yang adil dan sejajar.
VII
DAFTAR PUSTAKA
Akhbar, 2003. Potensi Degradasi dan Program Rehabilitasi Hutan Mangrove di Sulawesi
Tengah. Jurnal: Yayasan Perhutanan Sosial Bumi Tadulako (YPST) Sulawesi
Tengah,
Anonim, 2003. Kepmen LH No. 201 Tahun 2003 tentang Kriteria Baku dan Pedoman
Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta: Sekretariat Negara RI.
_______,
2012a.
Pengertian
kepala
keluarga.
http://id.answers.yahoo.com
/question/index?qid=20100114122438AAtkSNX diakses 21 Januari 2013 jam 20.00
Wita
Aronoff, 1989. Pengertian Peta dan Pemetaan Sistem Informasi Geografi
http://dwigunauncp.blogspot.com/2012/10/pengertian-peta-dan-pemetaan-dansig.html. (Online), Diakses Tanggal 2 Oktober 2013 Jam 15.45 WITA.
Aziz Budianta, 2008. Kumpulan Istilah Lingkungan Hidup. Palu: Tadulako
Press.
University