Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No.

ISSN 2089-0036

ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE


(KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI)
Mangrove forest management strategy analysis
(cases in the Tongke-Tongke Village, Sinjai Regency)

Patang
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
patangdr@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hutan mangrove harus selalu dijaga kelestariannya agar fungsi ekologinya tetap lestari.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi hutan mangrove serta strategi
pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksanakan di Kabupaten Sinjai. Desain
penelitian yang digunakan adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analisis melalui
pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan
Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan
April sampai Juli 2010. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan dan
sekunder dan dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, and Threat). Hasil penelitian menunjukkan stretegi dalam pengelolaan hutan
mangrove di Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat melakukan penanaman berdasarkan
potensi yang ada, membentuk kawasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat
diganggu, lebih meningkatkan peran organisasi masyarakat, lebih memberdayakan
masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penebangan mangrove, perlu
sentuhan teknologi dalam pengembangan mangrove, masyarakat dilibatkan dalam setiap
pengambilan kebijakan tentang mangrove peningkatan peran pemerintah, penyuluhan
tentang lingkugan dan ekosistem mangrove, memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang pemanfaatan mangrove, peningkatan pendidikan/pelatihan kepada masyarakat,
serta melakukan musyawarah antara masyarakat dan pemerintah tentang pemanfaatan dan
pengelolaan mangove, sosialisasi penerapan peraturan pemerintah tentang lingkungan,
melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
mangrove, pemerintah dan masyarakat bersama-sama mendukung pengelolaan mangrove,
peningkatan penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai serta. Pada prinsipnya posisi
model pengelolaan hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai
masuk dalam kategori pertumbuhan dan stability strategy yaitu suatu strategi yang
diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kata kunci: strategi, pengelolaan, dan mangrove

ABSTRACT
Mangrove forests should always be preserved in order to remain sustainable ecological
functions. This study aims to analyze the potential of mangrove forest and mangrove forest
management strategies are best implemented in Sinjai Regency. The design study is a
survey research is descriptive analysis through a case study approach. This research was
conducted in the Tongke-Tongke village of Sinjai Regency. Research was carried out for 3
100

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

ISSN 2089-0036

(three) months, April to July 2010. The data was collected consists of secondary and
primary data and analyzed with the approach and SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, and Threat). The results of research showed strategy in the management of
mangrove forests in Sinjai Regency is the community planting based on the existing
potential, forming a protected mangrove forest which can not be bothered, further
enhancing the role of community organization, empower, socialization to the public about
the dangers of mangrove harvesting, need to touch technology in the development of
mangrove, the community is involved in any decision-making on mangrove increase the
role of government, and of environmental education on mangrove ecosystems, provide
insight to the community on mangrove utilization, increase education/training to the
community, and to conduct meetings between citizens and government about the use and
management mangove, socialization of the application of government regulations on the
environment, involve the community in the preparation of the planning and
implementation of mangrove management, government and community together to support
the management of mangroves, increased planting around the coast as well. In principle,
the position of the mangrove forest management in the Eastern District of Sinjai, Sinjai
Regency in the category of growth and stability strategy is a strategy that is applied
without changing the direction of a predetermined strategy.
Keywords: Strategy, management and mangrove

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki hutan mangrove terluas di
dunia (Onrizal, 2010). Hutan mangrove
umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang
pada lokasi-lokasi yang mempunyai hubungan pengaruh pasang air (pasang surut) yang merembes pada aliran sungai
yang terdapat di sepanjang pesisir pantai
(Tarigan, 2008). Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang mempunyai
peranan penting ditinjau dari sisi ekologis
maupun aspek sosial ekonomi. Hutan
mangrove adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan pohon bakau (mangrove)
yang khas terdapat di sepanjang pantai
atau muara sungai dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut (Hogarth, 1999).
Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda
dan merupakan mata rantai yang sangat
penting dalam memelihara keseimbangan
siklus biologi di suatu perairan (Waas dan
Nababan, 2010).
Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya
alam, pemanfaatan mangrove diarahkan

untuk kesejahteraan ummat manusia dan


untuk mewujudkan pemanfaatannya agar
dapat berkelanjutan, maka ekosistem
mangrove perlu dikelola dan dijaga keberadaannya. Kerangka pengelolaan hutan
mangrove terdapat dua konsep utama. Pertama, perlindungan hutan mangrove yaitu
suatu upaya perlindungan terhadap hutan
mangrove menjadi kawasan hutan mangrove konservasi. Kedua, rehabilitasi hutan
mangrove yaitu kegiatan penghijauan
yang dilakukan terhadap lahan-lahan yang
dulu merupakan salah satu upaya rehabilitasi yang bertujuan bukan saja untuk
mengembalikan nilai estetika, tetapi yang
paling utama adalah untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove yang telah ditebang dan dialihkan
fungsinya kepada kegiatan lain.
Walters et al. (2008) menyatakan bahwa
hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai dan sungai secara umum menyediakan
habitat bagi berbagai jenis ikan. Hutan
mangrove sebagai salah satu lahan basah
di daerah tropis dengan akses yang mudah
serta kegunaan komponen biodiversitas
101

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

dan lahan yang tinggi telah menjadikan


sumberdaya tersebut sebagai sumberdaya
tropis yang kelestariannya akan terancam
(Valiela et al., 2001) dan menjadi salah
satu pusat dari isu lingkungan global.
Konversi hutan mangrove terus meningkat
untuk dijadikan lahan pertanian atau tambak ikan/udang, sehingga menyebabkan
penurunan produktivitas ekosistem tersebut (Dave, 2006).
Salah satu daerah di Sulawesi Selatan
yang masih memiliki hutan mangrove
yang cukup luas adalah Kabupaten Sinjai.
Pengelolaan hutan mangrove di daerah ini
telah dilakukan oleh masyarakat secara
swadaya, mengingat beberapa waktu yang
lalu ketika mereka melaut ke berbagai
daerah, maka pada saat kembali mereka
membawa bibit mangrove untuk selanjutnya ditanam di sekitar pantai karena mereka meyakini bahwa tanaman mangrove
memiliki banyak fungsi, di antaranya dapat menahan angin kencang, ombak yang
besar dan sebagainya. Selanjutnya, wilayah di Kabupaten Sinjai yang masih memiliki hutan mangrove yang cukup luas
adalah Desa Tongke-Tongke dan Kelurahan Samataring. Pada tahun 1995 Desa
Tongke-Tongke dan Lingkungan Pangasa
Kelurahan Samataring Kecamatan Sinjai
Timur Kabupaten Sinjai telah melakukan
penanaman kembali terhadap hutan mangrove yang telah mengalami degradasi akibat penebangan secara sembarangan.
Hutan mangrove yang telah ditanam oleh
masyarakat tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan, dan
setelah 18 tahun kemudian, tanaman
mangrove tersebut sudah dapat dimanfaatkan, dan setelah tanaman tersebut ingin
dimanfaatkan oleh masyarakat, timbul
Peraturan Pemerintah Kabupaten Sinjai
tentang pelarangan penebangan hutan
mangrove. Luas hutan di Kelurahan Tongke-Tongke merupakan hutan terluas yang
ada di Kabupaten Sinjai, ternasuk hutan
mangrove-nya.
102

ISSN 2089-0036

Meningkatnya kecenderungan pengrusakan ekosistem hutan mangrove seiring


dengan meningkatnya kebutuhan hidup
masyarakat lokal seperti, penebangan pohon mangrove yang dijadikan kayu bakar
untuk kebutuhan rumah tangga dan bara
arang untuk diperdagangkan, tanpa memperhatikan daya dukung dan daya pulihnya, serta meningkatnya aktivitas pencari
kepiting (pasodok) yang mencari kepiting
ke wilayah ekosistem mangrove juga memicu peningkatan kerusakan hutan mangrove.
Upaya pelestarian kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan beberapa waktu lalu, telah menjadi perhatian oleh masyarakat Desa TongkeTongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai dengan melakukan penanaman kembali terhadap hutan mangrove yang
rusak melalui swadaya masyarakat.
Masalah berikutnya adalah penebangan
secara liar baik digunakan sebagai kayu
bakar, atau dijadikan arang untuk dijual,
perluasan areal tambak secara tidak terkendali, sehingga apabila hal ini tidak
segera dihentikan, maka suatu saat kita
tidak melihat lagi hutan mangrove di Kabupaten Sinjai dan hal ini merupakan bencana besar. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis potensi hutan mangrove serta strategi pengelolaan hutan
mangrove yang terbaik untuk dilaksanakan di Kabupaten Sinjai.

BAHAN DAN METODE


Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian
ini adalah penelitian survai yang bersifat
deskriptif analisis yang dilanjutkan dengan analisis kuantitatif yang berusaha
mengungkap hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Format pe-

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

nelitian yang digunakan adalah pendekatan studi kasus.

ISSN 2089-0036

gunakan model matrik IE dan matrik


TOWS.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di desa Desa
Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur,
Kabupaten Sinjai. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan
April sampai Juli 2010, yang terdiri atas 1
(satu) bulan persiapan, dan 2 (dua) bulan
penelitian inti termasuk pengolahan data,
analisis data sampai penyusunan laporan
akhir.
Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengumpulan data,
maka akan dilakukan terlebih dahulu
pengamatan lapangan yang meliputi keseluruhan kawasan hutan dengan tujuan
untuk melihat secara umum keadaan
fitososiologi dan komposisi tegakan hutan serta keadaan pasang surut daerah
setempat dan sebagainya. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan
dan sekunder. Data primer dikumpulkan
melalui observasi langsung di lapangan,
serta wawancara dengan menggunakan
daftar kuesioner secara terstruktur. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
dinas terkait dengan penelitian ini.
Analisis data
Untuk mengetahui bagaimana upaya dan
strategi dalarn pengelolaan hutan mangrove, di Kabupaten Sinjai dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, and Threat). Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi
berbagai faktor internal dan eksternal
secara sistematis yang hasilnya akan
digunakan dalam perencanaan pengelolaan untuk merumuskan strategi pengelolaan mangrove. Model-model analisis yang
dipakai dalam mengolah data-data yang
telah terkumpul adalah matrik IFAS dan
matrik EFAS, sedangkan untuk menganalisis hasil pengolahan data tersebut di-

HASIL DAN PEMBAHASAN


Strategi Pegelolaan Mangrove di Kabupaten Sinjai
Dalam membahas mengenai strategi-strategi dalam pengelolaan mangrove di Kabupaten Sinjai, maka terlebih dahulu dikemukakan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari hasil analisis
yang selanjutnya ditransfer ke dalam
matriks TOWS untuk membuat berbagai
alternatif strategi (SO, ST, WO, WT),
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
1. Strategi SO (Stength-Oportunity)
Kabupaten Sinjai memiliki potensi pengembangan mangrove yang sangat besar.
Desa Tongke-tongke merupakan salah
satu desa yang memiliki potensi mangrove
yang cukup besar yaitu sekitar 152,5 ha.
Apabila hutan mangrove tersebut dikelola
dengan baik, maka akan memberikan
manfaat yang sangat besar baik terhadap
lingkungan sekitar (sebagai tempat hidup
beberapa jenis biota flora dan fauna)
maupun dapat melindungi masyarakat dari
abrasi pantai. Hasil penelitian Onrizal et
al., (2009) yang melakukan penelitian di
Pantai Timur Sumatera Utara menyebutkan bahwa kerusakan hutan mangrove
dapat berdampak pada penurunan volume
dan keragaman jenis ikan yang ditangkap
(65,7% jenis ikan menjadi langka/sulit
didapat, dan 27,5% jenis ikan menjadi
hilang/tidak pernah lagi tertangkap) serta
penurunan pendapatan nelayan sebesar
40,5%.
Salah satu cara untuk mengurangi penebangan hutan mangrove adalah membentuk suatu kawasan yang dinamakan kawasan hutan lindung yaitu suatu kawasan
dimana hutan mangrove dilindungi dan
tidak dapat ditebang karena dengan penebangan yang tida terkendali dapat
103

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

menyebabkan menurunnya kualitas dan


kuantitas hutan mangrove. Onrizal dan
kusmana, 2008), menyatakan bahwa menurunnya kualitas dan kuantitas hutan
mangrove telah mengakibatkan dampak

ISSN 2089-0036

yang sangat mengkawatirkan, seperti abrasi yang meningkat, penurunan tangkapan perikanan pantai, intrusi air laut
yang semakin jauh ke arah darat, malaria
dan lainnya (Onrizal & Kusmana, 2008).

Tabel 1. Matrik TOWS


Strengths (S)
1. Masyarakat melakukan
penanaman mangrove
2. Penanaman melalui swadaya masyarakat
3. Peran pemerintah dalam
pengelolaan mangrove
4. Terdapat organisasi kemasyarakatan yang mengelola mangrove
5. Dapat memperbaiki perekonomian daerah

Weaknesses (W)
1. Masyarakat melakukan penebangan mangrove
2. Mangrove digunakan untuk
kayu bakar
3. Belum tersentuh teknologi
4. Bantuan yang diberikan
masyarakat dalam pengelolaan mangrove
5. Masyarakat tidak dilibatkan dalam penyusunan
peraturan pemerintah

Oportunities (O)
1. Potensi pengembangan mangrove besar
2. Adanya larangan penebangan
hutan mangrove
3. Penanaman mangrove tidak
melanggar kebiasaan dan adat
istiadat
4. Memperbaiki ekonomi masyarakat
5. Peran lembaga masyarakat

Stretegi SO :
a. Masyarakat melakukan
penanaman berdasarkan
potensi yang ada
b. Perlunya membentuk kawasan hutan lindung
mangrove yang tidak dapat
diganggu
c. Lebih meningkatkan peran
oraganisasi masyarakat
d. Lebih memberdayakan
masyarakat

Strategi WO :
a. Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penebangan mangrove
b. Perlu sentuhan teknologi
dalam pengembangan
mangrove
c. Masyarakat dilibatkan dalam setiap pengambilan
kebijakan tentang mangrove
d. Peningkatan peran pemerintah

Threats (T)
1. Pengetahuan masyarakat
tentang pengelolaan lingkungan masih kurang
2. Masyarakat melakukan penanaman hanya untuk membangun tambak
3. Adanya ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan
pemerintah tentang pelarangan penebangan hutan mangrove
4. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah
5. Munculnya komplik pemanfaatan hutan mangrove

Strategi ST :
a. Penyuluhan tentang lingkugan dan ekosistem
mangrove
b. Memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang
pemanfaatan mangrove
c. Peningkatan pendidikan/
Pelatihan kepada masyarakat
d.Melakukan musyawarah
antara masyarakat dan Pemerintah tentang pemanfaatan dan pengelolaan
mangove

Strategi WT :
a. Sosialisasi penerapan peraturan pemerintah tentang
lingkungan
b. Melibatkan masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan mangrove
c. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mendukung pengelolaan mangrove
d. Peningkatan penanaman
mangrove di sekitar pesisir
pantai

IFAS

EFAS

104

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

Penanaman mangrove di Kabupaten Sinjai


telah dibangun berdasarkan swadaya masyarakat, namun saat ini yang menjadi
kendala adalah pemeliharaan hutan mangrove yang telah dibangun tersebut sehingga dapat menjadi ekosistem yang mampu
bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
2. Strategi ST (Strength-Threat)
Penyuluhan merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk menyampaikan sesuatu hal yang baru, baik mengenai
pengelolaan mangrove, lingkungan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan kepada masyarakat. Namun demikian, yang sering menjadi kendala adalah kurangnya informasi hasil-hasil riset
yang diterima penyuluh untuk disampaikan kepada masyarakat atau pengalaman
lapangan yang dapat menunjang keberhasilan penyuluhan.
Pemanfaatan mangrove harus dilakukan
secara dinamis dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan dimensi ekologis, sosial ekonomi, sosial budaya, sosial
politik, peraturan dan kelembagaan. Ada
beberapa kemungkinan pemanfaatan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai, di
antaranya sebagai obyek wisata (ekotourisme), sylvofishery, sumber benih berbagai komoditas, hutan pendidikan, pemanfaatan kayu terbatas serta berbagai
pemanfaatan lainnya. Menurut Onrizal
(2010), perubahan luas hutan mangrove
primer menjadi hutan mangrove sekunder
terutama disebabkan oleh aktivitas. Penebangan, baik untuk industri kayu arang
maupun kayu bakar dan perancah. Perubahan dari hutan mangrove primer dan
sekunder menjadi areal non hutan mangrove diakibatkan oleh konversi, terutama
pembukaan areal untuk pertambakan dan
pertanian (Onrizal, 2010).
Dalam pengelolaan dan pengembangan
hutan mangrove juga diperlukan musya-

ISSN 2089-0036

warah antara pihak pemerintah dan masyarakat tentang model pengelolaan hutan
mangrove yang dapat dikembangkan.
3. Strategi WO (Weakness-Oportunity)
Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penebangan hutan mangrove perlu senantiasa dilakukan. Adanya kerusakan terhadap hutan mangrove di Kabupaten sinjai
dapat terjadi sebagai akibat keinginan
memiliki luas lahan yang lebih besar,
kurangnya pengetahuan tentang kegunaan
ekosistem mangrove, keinginan memiliki
areal tambak yang lebih luas, tekanan
ekonomi masyarakat, pemanfaatan kayu
mangrove untuk kayu bakar secara tidak
terkendali, perburuan fauna yang memiliki
peluang pasar tertentu, hambatan dalam
pengamanan dan penegakan hukum.
Dalam pengelolaan dan pengembangan
hutan mangrove diperlukan teknologi tepat guna, misalnya bagaimana mendapatkan mutu bibit mangrove yang berkualitas, metode pemeliharaan melalui kajian/penelitian dari para peneliti serta halhal lain yang bernuansa ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan pengelolaan hutan mangrove di
kabupaten Sinjai utlak diperlukan, mengingat hampir seluruh kawasan hutan
mangrove yang ada di Kabupaten Sinjai
merupakan hasil swadaya masyarakat, sehingga dengan melibatkan masyarakat,
maka mereka merasa ikut dilibatkan dan
bertanggung jawab terhadap pelestarian
dan pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Sinjai.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah di atas dirasakan masih perlu
dilanjutkan dan ditingkatkan lagi supaya
apa yang telah dicapai saat ini dapat
berlanjut dan berkesinambungan.

105

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

ISSN 2089-0036

Tabel 2. Matriks IFAS


Faktor-faktor Strategi Internal
Kekuatan :
1. Masyarakat melakukan penanaman mangrove melalui
swadaya masyarakat
2. Peran Dinas Kehutanan dalam pengelolaan mangrove
3. Peran organisasi kemasyarakatan dalam pengelolaan
mangrove
4. Pengaruh keberadaan mangrove terhadap perekonomian
5. Kegiatan penelitian mangrove semakin berkembang
Kelemahan :
1. Masyarakat melakukan penebangan mangrove untuk dijadikan tambak

Bobot

Rating

Skor

0.11

0.44

Masyarakat melaku-

kan penanaman
Penanaman melalui

0.11

0.44

0.09

0.27

0.10

0.40

0.09

0.27

0.11

0.11

2. Mangrove digunakan untuk


kayu bakar

0.09

0.18

3. Belum tersentuh teknologi

0.10

0.20

4. Bantuan yang diberikan masyarakat dalam pengelolaan


mangrove
5. Masyarakat tidak dilibatkan
dalam penyusunan peraturan
pemerintah
Jumlah

0.11

0.33

0.09

0.18

1.00

4. Strategi WT (Weakness-Threat)
Pada saat ini Pemerintah kabupaten Sinjai
telah berupaya mensosialisasi peraturan
pemerintah tentang pengelolaan lingkungan dan pelarangan penebangan hutan
mangrove sedang digiatkan. Namun demikian, dalam pelaksanaan ini tentu tidaklah
mudah karena akan bersentuhan langsung
106

Komentar

swadaya masyarakat
Peran pemerintah
belum optimal
Pengelolaan dilakukan
secara terorganisir
melalui kelompok
Belum tampak secara
nyata meningkatkan
PAD
Dengan semakin inten-

sifnya penjagaan Dinas Kehutanan, kegiatan penebangan mangrove untuk dijadikan


tambak menjadi berkurang, bahkan sudah
tidak kelihatan lagi
Penggunaan mangrove
sebagai kayu bakar
semakin terkendali
Perlu teknologi tepat
guna
Bantuan umumnya berupa tenaga
Perlu melibatkan masyarakat dalam setiap
pengambilan kebijakan dan keputusan

2.82

dengan kepentingan masyarakat yang juga


ingin memanfaatkan hutan mangrove yang
telah mereka tanam. Sosialisasi yang telah
dilakukan antara lain melalui penyuluhan
maupun pertemuan dengan masyarakat
yang bermukim di sekitar hutan mangrove.

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

ISSN 2089-0036

Tabel 3. Matriks EFAS


Faktor-faktor Strategi Eksternal
Peluang :
1. Potensi pengembangan
mangrove besar
2. Adanya larangan penebangan
hu-tan mangrove
3. Penanaman mangrove tidak
me-langgar kebiasaan dan
adat isti-adat
4. Memperbaiki ekonomi masyarakat
5. Peran lembaga masyarakat

Ancaman
1. Pengetahuan masyarakat
tentang pengelolaan
1.0
lingkungan
masih kurang
2. Masyarakat melakukan
penanaman hanya untuk
membangun tambak
3. Adanya ketidakpatuhan
masya-rakat terhadap
peraturan pemerintah tentang
pelarangan penebangan hutan
mangrove
4. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah
5. Munculnya komplik
pemanfaatan hutan mangrove
Jumlah

Bobot

Rating

Skor

Komentar

0.11

0.44

Pengembangan se-

0.09

0.36

Sosialisasi dan pe-

cara berkelanjutan

0.10

0.30

0.09

0.27

0.11

0.44

0.11

0.22

nyuluhan
Dapat dijalankan
menurut normanorma dalam masyarakat
Pengelolaan diikuti
kegiatan ke arah
usaha
Lebih mengoptimalkan peran organisasi
Pelatihan, penyuluh-

an secara berkala
Menumbuhkan kesa-

0.11

0.11

0.10

0.10

0.09

0.18

0.09

0.09

1.00

Salah satu penyebab munculnya komplik


antara masyarakat yang telah menanam
mangrove dengan pihak pemerintah beberapa waktu yang lalu karena masyarakat
kurang dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan tentang pengelolaan hutan
mangrove.
Langkah yang paling tepat dalam pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten
Sinjai adalah jika pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama dalam menge-

daran dan peran serta


masyarakat
Melibatkan masyarakat pada setiap kegiatan pengelolaan
mangrove
Pemberantasan buta
aksara
Melibatkan semua
pihak dalam pengambilan kebijakan
dan keputusan

2.51

lola dan mengembangkan hutan mangrove.


Dengan semakin menurunnya mutu dan
jumlah tanaman mangrove di sekitar pesisir pantai, maka perlu dilakukan penanaman mangrove secara berkelanjutan
yang dilakukan oleh masyarakat yang bekerjasama dengan pihak pemerintah. Dengan demikian ekosistem mangrove akan
tetap terjaga. Selain itu, pihak pemerintah
dan masyarakat juga perlu secara ber107

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

sama-sama dalam memelihara dan melestarikan hutan mangrove.


Analisis berdasarkan Matrik Internal
Eksternal (IE)
Adapaun nilai yang diperoleh dari hasil
analisis terhadap faktor strategi internal
dan faktor eksternal dalam pengelolaan
hutan mangrove di Kabupaten Sinjai, akan
dianalisis menggunakan matrik internal

TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI


EKSTERNAL

4.0

ISSN 2089-0036

eksternal (IE) dapat dilihat dengan jelas


pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bahwa pada prinsipnya posisi model pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan
Sinjai Timur Kabupaten Sinjai termasuk
dalam kategori pertumbuhan dan stability
strategy, yaitu suatu strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi
yang telah ditetapkan sebelumnya.

TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL


3.0
2.82
2.0
1
2
3

1.0

PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

PENCIUTAN

Konsentrasi melalui
integrasi vertikal

Konsentrasi melalui
integrasi horisontal

Turnaround

PERTUMBUHAN

PENCIUTAN
Captive company atau
divestment

Tinggi

3.0

2.5
Menengah

2.0

STABILITAS
Hati-hati

Konsentrasi melalui
integrasi horisontal

PERTUMBUHAN

PERTUMBUHAN

LIKUIDASI

Diversifikasi
Konsentrik

Diversifikasi
konglomerat

Bangkrut atau likuidasi

rendah

Gambar 1. Matrik internal eksternal (IE)

KESIMPULAN
Stretegi pengelolaan hutan mangrove di
Kabupaten Sinjai yaitu masyarakat melakukan penanaman berdasarkan potensi
yang ada, membentuk kawasan hutan lindung mangrove yang tidak dapat diganggu, lebih meningkatkan peran oraganisasi
masyarakat dan lebih memberdayakan
108

masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat


tentang bahaya penebangan mangrove,
perlu sentuhan teknologi dalam pengembangan mangrove, masyarakat dilibatkan
dalam setiap pengambilan kebijakan tentang mangrove serta peningkatan peran
pemerintah, penyuluhan tentang lingkugan
dan ekosistem mangrove, memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2

pemanfaatan mangrove, peningkatan pendidikan/pelatihan kepada masyarakat, serta melakukan musyawarah antara masyaakat dan pemerintah tentang pemanfaatan
dan pengelolaan mangove, sosialisasi peerapan peraturan pemerintah tentang lingungan, melibatkan masyarakat dalam peyusunan perencanaan dan pelaksanaan pegelolaan mangrove, pemerintah dan mayarakat bersama-sama mendukung pengeolaan mangrove, peningkatan penanaman
mangrove di sekitar pesisir pantai.
Pada prinsipnya posisi model pengelolaan
hutan mangrove yang di Kecamatan Sinjai
Timur Kabupaten Sinjai masuk dalam kaegori pertumbuhan dan stability strategy
yaitu suatu strategi yang diterapkan tanpa
mengubah arah strategi yang telah dietapkan sebelumnya.

ISSN 2089-0036

Onrizal, 2010. Perubahan tutupan hutan


mangrove di Pantai Timur Sumatera
Utara Periode 1977-2006. J. Biologi
Indonesia 6(2): 163 172.
Onrizal, A. Purwoko, dan M. Mansor.
2009. Impact of mangrove forests
degradation on fisherman income
and fish catch diversity in eastern
coastal of North Sumatra, Indonesia.
International Conference on Natural
and Environmental Sciences 2009
(ICONES09) at the Hermes Palace
Hotel Banda Aceh on May 6-8,
2009.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, M. S. 2008. Sebaran dan luas


hutan mangrove di Wilayah Pesisir
Teluk Pising Utara Pulau Kabaena
Provinsi Sulawesi Tenggara. Bidang
Dinamika Laut, Pusat Penelitian
Oseanografi, LIPI, Jakarta 14430,
Indonesia. Makara, Sains 2: 108
112.

Dave, R., 2006. Mangrove ecosystem of


south, west Madagascar: an ecoloical, human impact, and subsistence
value assessment. Tropical Res.
Bulletin 25: 7 13

Valiela, I., J.L. Bowen, dan J.K. York.


2001. Mangrove Forest: One of the
Worlds Threatened Major Tropical
Environments. Bioscience 51 (10):
807 815.

Harold, J. D., H.J.D. Waasp, dan B.


Nababan, 2010. Pemetaan dan analisis index vegetasi mangrove di
Pulau Saparua, Maluku Tengah. e J. Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis 2 (1): 50 58,

Walters, BB., P. Ronnback, JM. Kovacs,


B. Crona, S.A. Hussain, R. Badola,
J.H. Primavera, E. Barbier, dan F.
Dahdouh-Guebas, 2008. Ethnobiology, Socio-Economic and Management of Mangrove Forests: a review.
Aquatic Botany 89: 220 236.

Hogarth, P.J., 1999. The Biology of


Mangroves. Oxford University
Press, Oxford.

109

Anda mungkin juga menyukai