Mangrove umumnya tumbuh pada pantai yang terlindung atau datar dan juga daerah yang
mempunyai muara sungai besar dan delta dengan aliran air yang banyak mengandung
lumpur dan pasir. Ekosistem mangrove atau biasa disebut hutan bakau termasuk komunitas
yang sangat menarik. Ekosistem mangrove di wilayah tropis dan subtropis mempunyai peran
yang sangat penting dalam melindungi adanya erosi di wilayah pesisir dan menjaga fungsi
hidrologis di wilayah tersebut, sehingga dapat berfungsi untuk sebagai stabilator garis pantai
dan juga berperan dalam penambahan lahan pantai.
Besar potensi bahari yang dimiliki Indonesia, baik dari segi ekologis, ekonomi, sosial maupun
politik. Negeri kepulauan, selayaknya menjadi negeri maritim yang mampu bersaing dengan
dunia global dan mampu menyejahterakan bangsanya. Dari segi ekologis, negara kepulauan
tentu memiliki kekayaan sumber daya alam hayati, baik spesies hewan maupun tumbuhan.
Hutan bakau yang tumbuh alami salah satu contohnya merupakan sumber daya alam hayati bagi
keseimbangan ekosistem alam, sekaligus perlindungan garis pantai atau wilayah pesisir pantai.
Selain itu, aneka ragam ikan yang melimpah, terumbu karang, rumput laut, dan masih banyak
lagi, tentunya dapat membawa berkah bagi perekonomian bangsa Indonesia. Adapun dengan
kekayaan yang dimiliki Indonesia, ledakan penduduk yang dialaminya pun tak luput dari
perhatian
Pada kawasan hutan mangrove di Kecamatan Muara Gembong ini mengalami perubahan
berupa penambahan dan pengurangan luasan pada tahun 2009-2019 diketahui terjadi
penambahan luasan lahan mangrove sebesar 1017,746 ha dan pengurangan luasan mangrove
sebesar 275,37 ha. Selain itu, terdapat pula lahan mangrove yang tetap bertahan pada kurun
waktu 2009-2019 seluas 255,057 ha. Sehingga perubahan lahan mangrove yang terjadi di
Kecamatan Muara Gembong cenderung mengalami pertambahan luasan lahan mangrove, yaitu
sebesar 66% lahan mangrove yang bertambah.
- Konservasi apa
Sekitar 27 juta hektare atau 21 persen dari total hutan dan perairan di Indonesia ditetapkan oleh
Pemerintah sebagai kawasan konservasi. Sebagian besar kawasan konservasi tersebut berada
dalam tekanan karena adanya tiga ancaman utama, yaitu klaim dan okupasi oleh masyarakat
lokal, perambahan oleh industri, dan konflik antara pemerintah pusat dan daerah atas
kewenangan sumber daya alam (file:///C:/Users/Owner/Downloads/1858-4725-1-SM.pdf )
Masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan, di satu sisi memiliki andil yang
sangat besar terhadap pelestarian hutan karena sebagian besar dari mereka secara turun
temurun hidup dan mengetahui secara jelas tentang bagaimana cara mengelola hutan tanpa
merusak dan mengeksploitasinya. Namun di sisi lain, peladangan berpindah yang mereka
lakukan sering dianggap sebagai penyebab utama kerusakan hutan
Kegiatan konservasi seringkali dihadapkan pada dua hal yang selalu dipertentangkan, yaitu
promanusia atau pro-lingkungan. Dalam pengelolaan kawasan konservasi, kedua hal tersebut
dapat disatukan dalam satu konsep pengelolaan, yaitu pengelolaan kolaboratif.
Kondisi ekosistem mangrove sangat peka terhadap gangguan dari luar terutama akibat praktik
pengelolaan sumberdaya laut yang tidak ramah lingkungan, seperti dari kegiatan pencemaran,
konversi ekosistem mangrove menjadi kawasan non-hutan seperti pemukiman, tambak serta
ekploitasi hasil mangrove yang berlebihan
- Factor penyebab
Kerusakan hutan mangrove disebabkan dua hal yaitu aktivitas manusia dan faktor alam. Negara
Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas, akan tetapi laju deforestrasi ekosistem
mangrove terjadi pula, yang merupakan permasalahan rusaknya hutan mangrove.
- Penanggulangan
- Yang dilakukan pemerintah
- Sekarang menjadi apa
Berdasarkan beberapa pasal yang disebutkan dalam RTRW Kabupaten Bekasi, Kecamatan
Muaragembong merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi tetap, dimana daerahnya
memiliki potensi bencana abrasi dan banjir
Akses menuju Desa Pantai Mekar sebenarnya bisa dilalui oleh transportasi darat berupa mobil. Namun,
semakin mendekati kawasan Ekowisata, jalan semakin sempit dan sulit untuk mobil berpapasan.
Kemudian, akses menuju ekowisata mangrove pun harus menyusuri perairan dengan perahu dan tidak
bisa dengan jalur darat.
Degradasi dan perusakan hutan bakau kini merajalela di seluruh daerah tropis dan subtropic
mangerove yang sering ditemui di Muaragembong adalah pedada, api-api, dan bakau. Secara
sederhana, berikut ini beberapa ciri-ciri dari tumbuhan mangrove yang sering dijumpai di
Muaragembong :
Ekowisata Hutan Mangrove ini terletak di Desa Pantai Mekar. Desa ini terletak di tengah-tengah
Kecamatan Muaragembong
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN Pasal 38.
Ayat (1) Kepentingan pembangunan di luar kehutanan yang dapat dilaksanakan di dalam kawasan hutan
lindung dan hutan produksi ditetapkan secara selektif. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan serius dan mengakibatkan hilangnya fungsi hutan yang bersangkutan dilarang.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara pihak Perhutani dengan PT. Pertamina EP Asset Tambun Field
Perum Perhutani untuk memaksimal wilayah konservasi mangrove yang menunjang perekonomian
masyarakat.
Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan
kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat dan melibatkan
interpretasi pendidikan (The International Ecotourism Scociety (TIES), 2015)
Peningkatan luasan lahan mangrove terjadi seriring dengan adanya upaya-upaya merehabilitasi dan
revitalisasi vegetasi mangrove yang terdapat di Kecamatan Muara Gembong, terutama lahan mangrove
yang kondisinya sudah mengalami kerusakan. Guna mendukung kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi
lahan mangrove dilakukan kegiatan pembuatan persemaian dan pembibitan tanaman mangrove yang
selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman mangrove di wilayah pesisir telah mengalami penurunan
kualitas lingkungannya (Sari et al., 2018).
pada tahun 2003, saat hutan mangrove di muaragembong sudah habis dan digantikan dengan
keberadaan tambak yang menyebabkan banjir 12 tahun yang lalu. Kemudian, diikuti pada tahun 2010
hingga 2017 yang menunjukkan bahwa terdapat perkembangan terkait revitalisasi hutan mangrove di
Muaragembong.