Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fifi

Nim : 1532220121

Kelas : Pendidikan Biologi 3

Mata Kuliah : Biologi Lingkungan

Analisis SWOT

Sumber Daya Pantai dan Laut di Indonesia


(Mangrove, Lamun & Terumbu karang)

Analisa SWOT Kawasan Konservasi Mangrove Wonorejo


Analisa yang digunakan adalah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
ancaman serta kesempatan pada kawasan konservasi mangrove Wonorejo. Adapun
analisa yang dilakukan berupa deskriptif dengan SWOT adalah sebagai berikut:
1. Strengths
Kawasan konservasi mangrove Wonorejo yang juga dialokasikan sebagai
kawasan konservasi di pantai Timur Surabaya dan dijadikan sebagai ekowisata
merupakan kekayaan lingkungan yang perlu dilestarikan keberlanjutannya untuk
memberikan manfaat baik pada segi ekonomi, sosial maupun lingkungan. Kawasan
mangrove wonorejo yang dinilai memiliki banyak manfaat bagi lingkungan pesisir
maupun masyarakat ini turut dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Adanya
kawasan yang dijadikan sebagai kawasan wisata sekaligus edukasi ini jelas
mengundang banyak perhatian masyarakat untuk mengunjunginya. Banyaknya
pengunjung disertai dengan aksesibilitas yang mudah untuk menuju kawasan
mangrove merupakan suatu daya dukung positif terhadap keberadaan mangrove.
Banyaknya pengunjung yang datang dan memberikan biaya untuk masuk ke area
ekowisata mangrove dapat memberikan income tersendiri untuk perekonomian
pihak pengelola khusus kawasan ekowisata mangrove Wonorejo.
Selain kekuatan daya tariknya terhadap pengunjung, kekuatan lain yang
dimiliki oleh kawasan mangrove Wonorejo adalah keanekaragaman mangrove
yang ada di kawasan konservasi Mangrove Wonorejo tergolong banyak dan bisa
dikembangkan. Selain fungsi ekologis mangrove sebagai tempat hidup biota pesisir
dan penahan abrasi pantai, mangrove juga memiliki banyak manfaat ditinjau dari
segi ekonomi. Pengelolaan konservasi mangrove Wonorejo secara berkelanjutan
juga banyak mendatangkan keuntungan ekonomi bagi warga sekitar ataupun
pengelola. Ditinjau dari segi ekonomi, kayu mangrove merupakan bahan baku kayu
bakar, bangunan dan arang yang sangat baik. Selain itu, kayu mangrove juga dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk industri tekstil, kertas, pengawetan makanan
dan insektisida. Hal tersebut dapat mengembangkan perekonomian dengan
memanfaatkan mangrove sebagai bahan baku industry atau dijual sebagai kayu
bakar dan arang. Selain itu, buah mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan. Buah Avicennia dapat dimanfaatkan sebagai keripik; buah Sonneratia
untuk bahan sirup dan dodol; buah Nypa untuk pembuatan es teler, permen, dan
manisan; buah Rhizopora dapat dijadikan agar-agar. Hal tersebut juga dapat
mendatangkan keuntungan jika bagian mangrove yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan diolah dengan baik dan benar. Dalam hutan mangrove juga terdapat
beberapa ekosistem ikan yang bernilai ekonomi tinggi diantaranya seperti kakap,
belanak, kuwe, tembang, teri dll. Jika dimanfaatkan dengan penangkapan yang
benar, ikan tersebut juga mampu mendatangkan nilai ekonomis tersendiri.

A. Masyarakat melakukan penanaman mangrove


B. Penanaman melalui swadaya masyarakat
C. Peran pemerintah dalam pengelolaan mangrove
D. Terdapat organisasi kemasyarakatan yang mengelola mangrove
E. Dapat memperbaiki perekonomian daerah

2. Weakness
Kawasan konservasi mangrove Wonorejo yang mengundang banyak
pengunjung dan bermanfaat dari segi ekonomi memiliki kelemahan dalam
pengembangannya sampai saat ini. Adanya wilayah konservasi yang rusak
membuat sebagian ekosistem mangrove juga ikut berkurang serta rusak dan tidak
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan kembali oleh pengelola ataupun
masyarakat. Selain itu, banyaknya sampah yang ditemui baik di sungai ataupun di
kawasan konservasi mangrove juga menjadi kelemahan kawasan tersebut.
Kawasan yang kurang bersih karena sampah terkesan tidak terawat dan
menghilangkan rasa nyaman bagi pengunjung. Hal tersebut dapat mengurangi
jumlah pengunjung yang datang ke kawasan konservasi mangrove Wonorejo
karena banyaknya sampah dan lingkungan yang kurang terawat, pengurangan
pengunjung yang mau berkunjung ke kawasan mangrove otomatis juga berdampak
pada nilai ekonomi yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan. Kelemahan yang
lain adalah di kawasan mangrove wonorejo sebagai kawasan konservasi masih
sering menjadi perdebatan terkait kepemilikan lahannya. Masih ada wilayah
konservasi yang lahannya masih milik warga sekitar sehingga terkadang terdapat
sengketa akan lahan. Kawasan konservasi seharusnya dilakukan pembebasan lahan
dari pemerintah sehingga pengelolaan dan pengembangannya dapat optimal dan
terhindar dari sengketa.

A. Masyarakat melakukan penebangan mangrove


B. Mangrove digunakan untuk kayu bakar
C. Belum tersentuh teknologi
D. Bantuan yang diberikan masyarakat dalam pengelolaan mangrove
E. Masyarakat tidak dilibatkan dalam penyusunan peraturan pemerintah

3. Opportunities
Kesempatan pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi mangrove
Wonorejo antara lain adalah adanya dukungan dari warga sekitar baik untuk
menjaga dan melestarikan kawasan mangrove wonorejo ataupun untuk mengolah
hasil mangrove sebagai bahan pembuatan batik, makanan ataupun pemanfaatan
kayu mangrove yang mendatangkan nilai ekonomi. Selain itu, kawasan konservasi
yang dikelola oleh pemerintah kota dan swadaya masyarakat dan mampu
mendatangkan banyak pengunjung ke kawasan konservasi tersebut juga merupakan
kesempatan bagi pengembangan kawasan konservasi mangrove Wonorejo sebagai
kawasan konservasi yang mendukung wisata dan edukasi dan mendatangkan
manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

A. Potensi pengembangan mangrove besar


B. Adanya larangan penebangan hutan mangrove
C. Penanaman mangrove tidak menlanggar kebiasaan dan adat istiadat
D. Memperbaiki ekonomi masyarakat
E. Peran lembaga masyarakat

4. Threats
Kawasan konservasi mangrove Wonorejo merupakan salah satu kawasan
yang rawan akan pencemaran sungai karena banyaknya sampah rumah tangga yang
dibuang sembarangan ke sungai dan bermuara ke kawasan mangrove Wonorejo
sebagai tempat pembuangan terakhir. Hal tersebut menandakan bahwa masih
banyak masyarakat yang tidak peduli lingkungan baik masyarakat permukiman
sekitar sungai, masyarakat sekitar ataupun masyarakat pengunjung yang juga
membuang sampah sembarangan. Selain itu, aktivitas pengunjung kawasan
konservasi mangrove juga dapat merusak sebagian ekosistem mangrove oleh
tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab, hal tersebut menjadi ancaman
pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi mangrove Wonorejo.

A. Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan masih kurang


B. Masyarakat melakukan penanaman hanya untuk membangun tambak
C. Adanya ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah tentang
pelarangan penebangan hutan mangrove
D. Munculnya komplik pemanfaatan mangrove

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove


terluas di dunia (Onrizal, 2010). Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh
pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang pada lokasi-lokasi yang
mempunyai hubungan pengaruh pasang air (pasang surut) yang merembes pada
aliran sungai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai (Tarigan, 2008). Hutan
mangrove merupakan suatu ekosistem yang mempunyai peranan penting ditinjau
dari sisi ekologis maupun aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan
yang ditumbuhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas terdapat di sepanjang
pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Hogarth,
1999). Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang
sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan
(Waas dan Nababan, 2010).
Sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam, pemanfaatan mangrove
diarahkan untuk kesejahteraan umat manusia dan untuk mewujudkan
pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan, maka ekosistem mangrove perlu
dikelola dan dijaga keberadaannya. Kerangka pengelolaan hutan mangrove
terdapat dua konsep utama. Per-tama, perlindungan hutan mangrove yaitu suatu
upaya perlindungan terhadap hutan mangrove menjadi kawasan hutan mang-rove
konservasi. Kedua, rehabilitasi hutan mangrove yaitu kegiatan penghijauan yang
dilakukan terhadap lahan-lahan yang dulu merupakan salah satu upaya rehabi-litasi
yang bertujuan bukan saja untuk mengembalikan nilai estetika, tetapi yang paling
utama adalah untuk mengembali-kan fungsi ekologis kawasan hutan mang-rove
yang telah ditebang dan dialihkan fungsinya kepada kegiatan lain.
Walters et al. (2008) menyatakan bahwa hutan mangrove di sepanjang
pesisir pan-tai dan sungai secara umum menyediakan habitat bagi berbagai jenis
ikan. Hutan mangrove sebagai salah satu lahan basah di daerah tropis dengan akses
yang mudah serta kegunaan komponen biodiversitas dan lahan yang tinggi telah
menjadikan sumberdaya tersebut sebagai sumberdaya tropis yang kelestariannya
akan terancam (Valiela et al., 2001) dan menjadi salah satu pusat dari isu
lingkungan global. Konversi hutan mangrove terus meningkat untuk dijadikan
lahan pertanian atau tam-bak ikan/udang, sehingga menyebabkan penurunan
produktivitas ekosistem ter-sebut (Dave, 2006).
Salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang masih memiliki hutan mangrove
yang cukup luas adalah Kabupaten Sinjai. Pengelolaan hutan mangrove di daerah
ini telah dilakukan oleh masyarakat secara swadaya, mengingat beberapa waktu
yang lalu ketika mereka melaut ke berbagai daerah, maka pada saat kembali
mereka membawa bibit mangrove untuk selanjut-nya ditanam di sekitar pantai
karena me-reka meyakini bahwa tanaman mangrove memiliki banyak fungsi, di
antaranya da-pat menahan angin kencang, ombak yang besar dan sebagainya.
Selanjutnya, wila-yah di Kabupaten Sinjai yang masih me-miliki hutan mangrove
yang cukup luas adalah Desa Tongke-Tongke dan Kelurah-an Samataring. Pada
tahun 1995 Desa Tongke-Tongke dan Lingkungan Pangasa Kelurahan Samataring
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai telah melakukan penanaman kembali
terhadap hutan mang-rove yang telah mengalami degradasi aki-bat penebangan
secara sembarangan.
Hutan mangrove yang telah ditanam oleh masyarakat tersebut tumbuh dan
berkem-bang sesuai dengan yang diharapkan, dan setelah 18 tahun kemudian,
tanaman mangrove tersebut sudah dapat dimanfaat-kan, dan setelah tanaman
tersebut ingin dimanfaatkan oleh masyarakat, timbul Peraturan Pemerintah
Kabupaten Sinjai tentang pelarangan penebangan hutan mangrove. Luas hutan di
Kelurahan Tong-ke-Tongke merupakan hutan terluas yang ada di Kabupaten
Sinjai, ternasuk hutan mangrove-nya.
Meningkatnya kecenderungan pengrusa-kan ekosistem hutan mangrove
seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat lokal seperti,
penebangan po-hon mangrove yang dijadikan kayu bakar untuk kebutuhan rumah
tangga dan bara arang untuk diperdagangkan, tanpa mem-perhatikan daya dukung
dan daya pulih-nya, serta meningkatnya aktivitas pencari kepiting (pasodok) yang
mencari kepiting ke wilayah ekosistem mangrove juga me-micu peningkatan
kerusakan hutan mang-rove.
Upaya pelestarian kembali hutan mang-rove yang telah mengalami
kerusakan be-berapa waktu lalu, telah menjadi per-hatian oleh masyarakat Desa
Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabu-paten Sinjai dengan melakukan
penanam-an kembali terhadap hutan mangrove yang rusak melalui swadaya
masyarakat.
Masalah berikutnya adalah penebangan secara liar baik digunakan sebagai
kayu bakar, atau dijadikan arang untuk dijual, perluasan areal tambak secara tidak
ter-kendali, sehingga apabila hal ini tidak segera dihentikan, maka suatu saat kita
tidak melihat lagi hutan mangrove di Ka-bupaten Sinjai dan hal ini merupakan ben-
cana besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi hutan mang-
rove serta strategi pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksana-kan di
Kabupaten Sinjai.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya, Hendra. (2006). Kondisi Mangrove Pantai Timur Surabaya dan Dampaknya
Terhadap Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 14.

Mutaqin, Ammirudin., Rohani, Mariana N. (2005). Upaya Rehabilitasi Mangrove di


Pantai Timur Surabaya. 7.

Antara News. (2015). Kerusakan Mangrove di Surabaya Parah


http://www.antaranews.com/berita/301041/kerusakan-mangrove-di-surabayaparah
(diakses tanggal 24 Mei 2016).

Jawa Pos. (2014). Laut Pamurbaya Dikavling


http://www.jawapos.com/baca/artikel/10129/laut- pamurbaya-dikavling (diakses tanggal
24 Mei 2015) Jawa Pos. (2014).

Pemkot Beli Seluruh Lahan Konservasi.


http://www.jawapos.com/baca/artikel/10205/pemkot-beli-seluruh-lahankonservasi
(diakses tanggal 24 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai