Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan

khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau

kecil, dan merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Hutan

mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan

terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan

dan pengelolaannya.

Sumber daya ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya wilayah

pesisir, merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat terbaharui (renewable

resources) yang harus dijaga keutuhan fungsi dan kelestariannya, supaya dapat

menunjang pembangunan dan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan

pengelolaan yang lestari.

Saat ini ekosistem hutan mangrove telah mengalami kerusakan yang cukup

signifikan. Hal yang mempengaruhi kerusakan dari ekosistem ini adalah kegiatan

manusia sebagai pengunjung ataupun masyarakat yang bermukim di sekitar. Dari hal

yang menyebabkan rusaknya ekosistem mangrove tersebut, kita sebagai penerus

bangsa sepatutnya harus sudah mulai menyadari pentingnya menjaga kelestarian

hutan mangrove. Mengingat fungsinya sebagai penopang keseimbangan ekosistem

laut adalah sangat besar. Jangan sampai hutan mangrove kita rusak.

1
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis juga dapat mengidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa itu hutan mangrove?

2. Bagaimana lingkungan hutan mangrove?

3. Apa saja yang hidup di lingkungan hutan mangrove?

4. Bagaimana ekosistem di hutan mangrove?

5. Apa fungsi hutan mangrove bagi lingkungan sekitar?

6. Apa manfaat hutan mangrove bagi masyarakat sekitar?

7. Mengapa hutan mangrove rentan terhadap kerusakan?

8. Bagaimana cara melestarikan hutan mangrove?

9. Bagaimana cara mengelola hutan mangrove?

10. Apa manfaat melestarikan hutan mangrove?

11. Siapa yang harus melestarikan hutan mangrove?

12. Siapa yang bertanggung jawab untuk melestarikan hutan mangrove?

13. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar mengenai hutan mangrove?

14. Bagaimana kebiasaan pengunjung terhadap lingkungan hutan mangrove?

15. Apa saja kebiasaan positif yang dilakukan pengunjung?

16. Apa saja kebiasaan negatif yang dilakukan pengunjung?

17. Mengapa pengunjung melakukan kebiasaan tersebut?

18. Apa dampak dari kebiasaan yang dilakukan pengunjung bagi lingkungan hutan

mangrove?

19. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan pengunjung yang bersifat negatif?

20. Bagaimana dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem hutan mangrove?

2
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan tidak meluas

mengingat keterbatasan kemampuan penulis, serta mengantisipasi timbulnya

penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis membatasi masalah dengan lebih

memfokuskan pada “Bagaimana dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem hutan

mangrove?”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Pengertian hutan mangrove.

2. Kebiasaan positif dan negatif pengunjung.

3. Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem hutan mangrove.

4. Sebab kebiasaan positif dan negatif pengunjung.

E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini disusun dengan tujuan:

1. Sebagai tugas bahasa indonesia.

2. Mengetahui keadaan lingkungan hutan mangrove.

3. Mengetahui kebiasaan pengunjung.

4. Mengetahui sebab kebiasaan pengunjung.

F. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis :

a. Merupakan sebagai penerapan ilmu yang diperoleh penulis selama studi

wisata di daerah Desa Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten

Indramayu.

3
b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.

2. Bagi akademik :

a. Merupakan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai pengaruh

kebiasaan pengunjung terhadap lingkungan hutan mangrove di Pantai

Karangsong Desa Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten

Indramayu.

4
BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Pengertian Hutan Mangrove

Gambar 2.1 Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa

berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air

laut tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi

bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di

sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang

dibawanya dari hulu, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai

yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang

komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue” dan

bahasa Inggris ”grove”. Dalam bahasa inggris kata mangrove digunakan baik untuk

komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk

individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.

5
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,

vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Hutan mangrove oleh masyarakat

sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau.

Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada

pantai yang terlindung dari gerakan gelombang bila keadaan pantai sebaliknya, benih

tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini

tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau

atau pada pulau massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang

terlindung.

Mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman yang luar biasa. Mangrove

sendiri dikelompokkan menjadi 2 yaitu: sejati dan asosiasi. Mangrove sejati sendiri

terdiri dari 2 jenis yaitu mayor dan minor. Mangrove mayor memiliki 34 jenis dan

,mangrove minor ada 20 jenis.Mangrove asosiasi adalah pohon yang mempunyai

banyak kesamaan dengan bakau, maka mangrove pun digabungkan dalam kelompok

bakau. Mangrove assosiasi memiliki 60 jenis. Di Indonesia, ada beberapa mangrove

sejati, seperti Family Rhizophoraceae, Family Sonneratiaceae dan Family

Avicenniaceae.

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya

kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir,

terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang

khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau.

Ekosistem hutan mangrove bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran

yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta

mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis

6
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan

bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Dalam

suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua jenis

spesies mangrove.

Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan,

energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik.

Sedangkan IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi

spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk

lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe tanah.

2. Kebiasaan Positif dan Negatif Pengunjung.

Kebiasaan adalah suatu cara lazim yang wajar dan diulang-ulang dalam

melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Masing-masing manusia pasti mempunyai

perilaku-perilaku tertentu yang menyenangkan sehingga akan dikerjakan setiap

waktu. Perilaku-perilaku tersebut bisa sama atau bisa juga berbeda dengan individu

yang lain. Perbuatan atau perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi

pola hidup seperti itulah yang disebut kebiasaan. Di masyarakat, juga terdapat

kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diikuti oleh setiap warganya. Kebiasaan itu bisa

berupa cara-cara melakukan atau memanfaatkan sesuatu ataupun perilaku-perilaku

tertentu yang dianggap praktis dan juga benar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dianggap

sebagai suatu cara yang lazim, wajar, dan juga benar. Karena dianggap wajar dan

benar, maka dilakukan berulang-ulang dan menjadi bagian dari kehidupan

bermasyarakat.

a. Kebiasaan positif pengunjung antara lain:

1) Tidak membuang sampah sembarangan.

2) Tidak memetik daun, buah pada tanaman.

7
3) Mematuhi peraturan yang ada.

b. Kebiasaan negatif pengunjung antara lain:

1) Membuang sampah sembarangan.

2) Tidak menjaga kebersihan lingkungan.

3) Memetik daun, buah pada tanaman.

4) Tidak tertib pada aturan yang ada.

Gambar 2.2 Kebiasaan Pengunjung Membuang Sampah Sembarangan

3. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Hutan Mangrove

Secara ekologis ekosistem hutan mangrove memiliki peran utama sebagai

daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat

mencari makan (feeding ground) sebagian besar jenis biota laut (ikan, udang,

kepiting) yang bernilai ekonomi penting. Sekitar 80% dari jenis-jenis ikan laut

daerah tropika menghabiskan masa hidupnya paling tidak satu fase dalam daur

hidupnya didaerah pesisir berhutan mangrove.

8
Kegiatan manusia baik sengaja maupun tidak sengaja telah menimbulkan

dampak terhadap ekosistem mangrove. Beberapa aktivitas manusia terhadap

ekosistem mangrove beserta dampaknya adalah:

a. Berubahnya komposisi tumbuhan, pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh

spesies-spesies yang nilai ekonominya rendah dan hutan mangrove yang ditebang

ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makan (feeding ground) dan

daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam ikan dan udang

stadium muda yang penting secara ekonomi.

b. Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara

melalui aliran air tawar berkurang. Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada

pembangunan irigasi.

c. Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove menyebabkan dominasi dari spesies-

spesies yang lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih asin, ikan dan udang

dalam stadium larva dan juvenil mungkin tidak dapat mentoleransi peningkatan

salinitas, karena mereka lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang

memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva atau stadium

muda ikan dan udang.

d. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove

dikonversi dapat diikat oleh substrat mangrove.

e. Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan

mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove

f. Intrusi garam melalui saluran-saluran alam yang bertahankan keberadaannya atau

melalui saluran-saluran buatan manusia yang bermuara di laut.

9
g. Pembuangan sampah cair (sewage) menyebabkan penurunan kandungan oksigen

terlarut dalam air, bahkan dapat terjadi keadaan anoksik dalam air sehingga bahan

organik yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobik yang

antara lain menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya

merupakan racun bagi organisme hewani dalam air. Bau H2S seperti telur busuk

yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik.

h. Pembuangan sampah padat menyebabkan kemungkinan terlapisnya pneumatofora

dengan sampah padat yang mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove.

Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut ke

perairan di sekitar pembuangan sampah.

i. Pencemaran minyak dalam jumlah besar menyebabkan kematian pohon-pohon

mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak.

j. Penambangan dan ekstraksi mineral menyebabkan kerusakan total di lokasi

penambangan dan ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan :

1) Musnahnya daerah asuhan (nursery ground) bagi larva dan bentuk-bentuk

juvenil ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting dilepas pantai, dan dengan

demikian mengancam regenerasi ikan dan udang tersebut.

2) Pengendapan sedimen yang berlebihan mengakibatkan terlapisnya

pnematofora oleh sedimen yang pada akhirnya dapat mematikan pohon mangrove.

4. Sebab Kebiasaan Positif dan Negatif Pengunjung

Sebab kebiasaan pengunjung dimulai dari kepribadian pengunjung itu sendiri.

Secara umum kepribadian itu adalah gambaran saat seseorang tampil dihadapan

orang lain dan akhirnya menimbulkan kesan bagi individu lain. Kepribadian

sebenarnya adalah corak perilaku dan kebiasaan yang akhirnya menjadi ciri khas

dari orang tersebut.

10
Macam-macam kepribadian secara umum ada 2 yaitu kepribadian positif dan

negatif. Kepribadian positif merupakan kepribadian yang memuat sifat-sifat baik.

Sedangkan kepribadian negatif merupakan kepribadian yang memuat sifat-sifat

buruk.

Kebiasaan pengunjung melakukan kebiasaan yang positif maupun negatif

disebabkan karena norma yang diterapkan di lingkungan sekitarnya, seperti

keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat pekerjaan. Didalam pikiran alam

bawah sadar masyarakat menganggap bahwa kebiasaan tersebut bukan merupakan

suatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan.

Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar didalam munculnya suatu

perilaku. Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa mudah untuk

dilakukan. Faktor tempat dan fasilitas juga memicu terjadinya perilaku tersebut

dilakukan. Misalnya, kurangnya tempat sampah membuat orang sulit untuk

membuang sampah. Dan tempat yang asal mulanya terdapat banyak sampah, bisa

membuat orang yakin bahwa membuah sampah sembarangan diperbolehkan di

tempat itu.

B. Kerangka Berpikir

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa

berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air

laut tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi

bahan organik.Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Hutan mangrove oleh

masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau.

Ekosistem hutan mangrove adalah ekosistem dengan ciri khusus di mana

lantai hutannya tergenang oleh air yang tinggi permukaannya dipengaruhi oleh

11
pasang dan surutnya air laut. Ekosistem mangrove masuk dalam lingkup ekosistem

pantai karena ia terletak pada kawasan perbatasan antara ekosistem air laut dan

ekosistem darat. Yang menarik dari ekosistem ini adalah kemampuannya dalam

menjaga keseimbangan ekosistem laut, karena hutan mangrove sejatinya adalah

tempat di mana ikan-ikan dan biota lain yang berasal dari tengah laut melakukan

reproduksi secara massal.Keberadaan ekosistem mangrove sangat penting dalam

menjaga keseimbangan ekosistem laut dan darat, baik itu dari fungsi fisik, fungsi

ekonomis, maupun fungsi biologis.

Meski memiliki banyak fungsi, kita menyadari saat ini ekosistem hutan

mangrove telah mengalami kerusakan yang cukup signifikan. Beberapa hal yang

mempengaruhi kerusakan dari ekosistem ini antara lain:

1. Pertumbuhan penduduk yang membeludak membuat pesisir pantai digunduli dan

digunakan sebagai tempat untuk bermukim.

2. Alih fungsi ekosistem mangrove menjadi kawasan tambak tradisional yang

dilakukan secara masif oleh masyarakat sekitar pantai.

3. Penebangan hutan mangrove sebagai kegiatan untuk mendapatkan kayu bakar.

Kebiasaan yang biasa dilakukan pengunjung dan masyarakat sekitar dapat

berpengaruh bagi kelangsungan ekosistem hutan mangrove. Terutama kebiasaan

yang negatif. Seperti menebang pohon mangrove dan membuang sampah

sembarangan. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan negatif tersebut dapat merusak

ekosistem hutan mangrove. Dapat merubah komposisi tumbuhan mangrove, hutan

mangrove yang ditebang ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makan

(feeding ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi

bermacam ikan dan udang. Dampak yang disebabkan oleh kegiatan membuang

sampah sembarangan adalah tercemarnya air laut dan berbahaya bagi ekosistem laut.

12
Sebab mengapa pengunjung dan masyarakat sekitar melakukan kegiatan

tersebut biasanya karena mereka tidak tahu dampak yang disebabkan dan tidak peduli

akan lingkungan sekitar. Selain itu, bisa disebabkan karena norma yang berlaku di

sekitar lingkungannya. Kurangnya fasilitas juga menjadi salah satu sebab para

pengunjung dan masyarakat sekitar melakukan kebiasaan tersebut.

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Observasi dilakukan pada pagi hari pukul 06.00, pada hari sabtu tanggal 29

Oktober 2016.

2. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini di Pantai Karangsong Desa

Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.

B. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam Penelitian ini adalah metode survei yaitu dengan

cara penyelidikan yang dilakukan oleh memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada

dan mencari keterangan yang faktual.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara :

1. Observasi atau pengamatan, yaitu cara pengumpulan data dengan cara mengamati

dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diamati.

2. Dokumentasi, dilakukan untuk pengambilan gambar dan lain sebagainya.

14
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kebiasaan Pengunjung

Terhadap Lingkungan Hutan Mangrove Desa Karangsong Kecamatan Indramayu

Kabupaten Indramayu, kebiasaan yang dilakukan pengunjung tidak semuanya

positif. Ada beberapa kebiasaan negatif yang dapat merusak lingkungan hutan

mangrove. Contoh dari kebiasaan positif pengunjung di Pantai Karangsong antara

lain:

1. Membuang sampah pada tempatnya.

2. Menjaga keasrian tumbuhan mangrove.

3. Mematuhi tata tertib yang ada.

Contoh kebiasaan negatif yang dilakukan pengunjung di Pantai Karangsong

antara lain:

1. Membuang sampah sembarangan.

2. Memetik daun tanaman mangrove.

3. Melanggar aturan yang ada.

Padahal disana sudah cukup banyak disediakan tempat sampah di lingkungan

hutan mangrove. Tetapi, di lingkungan sekitar pantai fasilitas tempat sampah sangat

sedikit. Sehingga banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai. Sampah yang

berserakan di sekitar pantai sangat mengganggu pengunjung lain. Selain mengganggu

pemandangan, sampah yang berserakan juga berdampak bagi kesehatan dan

15
kelestarian ekosistem sekitar pantai. Dapat mencemarkan laut dan merusak ekosistem

laut.

Penyebab dari kebiasaan pengunjung antara lain, didalam pikiran alam bawah

sadar masyarakat menganggap bahwa kebiasaan tersebut bukan merupakan suatu hal

yang salah dan wajar untuk dilakukan. Norma dari lingkungan sekitar, seperti

keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan

merupakan suatu faktor besar didalam munculnya suatu perilaku. Seseorang akan

melakukan suatu tindakan yang dirasa mudah untuk dilakukan. Faktor tempat dan

fasilitas juga memicu terjadinya perilaku tersebut dilakukan. Misalnya, kurangnya

tempat sampah membuat orang sulit untuk membuang sampah. Dan tempat yang asal

mulanya terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang

sampah sembarangan diperbolehkan di tempat itu.

Kebiasaan pengunjung yang tidak mengganggu lingkungan sekitar seperti,

foto-foto, makan-makan di tepi pantai, bermain di tepi pantai, berjalan-jalan, dan

memancing. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak berpengaruh bagi lingkungan hutan

mangrove. Di kawasan hutan mangrove dan sekitar pantai terdapat beberapa larangan

dengan pemberitahuan sanksi jika melanggarnya dalam bentuk papan yang dipasang

tinggi. Larangan-larangan tersebut sebagai berikut:

1. Dilarang membuang sampah sembarangan.

2. Dilarang berburu satwa endemik hutan mangrove.

3. Dilarang menebang pohon.

4. Dilarang berenang di pantai.

16
Gambar 4.1 Larangan Berburu Satwa Endemik Gambar 4.2 Larangan Menebang Pohon

17
Gambar 4.3 Larangan Membuang Sampah Sembarangan

Gambar 4.4 Larangan Berenang di Laut

18
B. Kesimpulan Penelitian

Kebiasaan positif pengunjung tidak berpengaruh terhadap lingkungan hutan

mangrove dan lingkungan sekitar pantai. Sedangkan kebiasaan negatif pengunjung

dapat merusak dan mencemari lingkungan sekitar. Walaupun sudah tersedia fasilitas,

masih ada beberapa pengunjung yang melakukan kebiasaan negatif.

Penyebab kebiasaan positif dan negatif pengunjung disebabkan karena

kepribadian dan norma dari lingkungan sekitar pengunjung yang bersifat baik dan

buruk. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar dalam munculnya suatu

perilaku yang menyebabkan kebiasaan. Faktor tempat dan fasilitas juga penyebab

terjadinya kebiasaan.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan

merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove

memiliki nilai ekonomis yang tinggi tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila

kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya.

Saat ini ekosistem hutan mangrove telah mengalami kerusakan yang cukup

signifikan. Hal yang mempengaruhi kerusakan dari ekosistem ini adalah kegiatan

manusia sebagai pengunjung atau masyarakat yang bermukim di sekitar. Kegiatan

manusia baik sengaja maupun tidak sengaja telah menimbulkan dampak terhadap

ekosistem mangrove.

Kebiasaan adalah suatu cara lazim yang wajar dan diulang-ulang dalam

melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Perbuatan atau perilaku yang dilakukan

secara berulang-ulang dan menjadi pola hidup seperti itulah yang disebut kebiasaan.

Kebiasaan positif pengunjung tidak berpengaruh terhadap lingkungan hutan

mangrove. Sedangkan kebiasaan negatif pengunjung berpengaruh terhadap

lingkungan hutan mangrove. Kebiasaan negatif akan merusak lingkungan hutan

mangrove dan mencemari lingkungan sekitar pantai.

Sebab kebiasaan pengunjung dimulai dari kepribadian pengunjung itu sendiri.

Kepribadian adalah corak perilaku dan kebiasaan yang akhirnya menjadi ciri khas dari

orang tersebut. Kebiasaan pengunjung melakukan kebiasaan yang positif maupun

negatif disebabkan karena norma yang diterapkan di lingkungan sekitarnya, seperti

keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat pekerjaan.

20
B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pengaruh kebiasaan pengunjung

terhadap lingkungan hutan mangrove, penulis memberi saran:

1. Untuk peneliti lain:

Mengamati dengan lebih detail, juga berwawancara dengan pengunjung lain dan

memberikan kuisioner mengenai kebiasaan pengunjung sebagai pembanding.

2. Untuk masyarakat:

Lebih menjaga lingkungan sekitar hutan mangrove, dengan tidak membuang sampah

sembarangan dan kebiasaan-kebiasaan negatif yang lainnya.

21

Anda mungkin juga menyukai