Anda di halaman 1dari 27

Macam-macam Ekosistem Pantai: Sebelum membaca ini, saya sarankan sobat membaca artikel saya sebelumnya tentang Pengertian

atau Definisi Ekosistem Pantai serta Karakteristiknya dan juga tentang Klasifikasi Ekosistem Pantai. Nah, mari kita lanjut dengan membaca artikel berikut ini tentang Macam-macam Ekosistem Pantai.

Ekosistem pantai terletak di zona litoral. Ekosistem ini dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di subtrak keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa ganggang, molusca dan remis.

a. Ekosistem pantai pasir

Sumber: tanjungbatuderawan.blogspot.com

Ekositem pantai pasir merupakan zona litoral yang terkena ombak terus menerus dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam.Pantai berpasir hampir tidak ada kehidupan. Pantai berpasir merupakan komponen penting lingkungan pesisir sebagai :

Penghalang terdapat erosi pantai Tempat rekreasi Habitat berbagai jenis burung, penyu, ikan dan berbagai invertebrata.

Vegetasinya membentuk formasi :

1) Formasi Prescaprae

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuhan yang tumbuh digundukan pasir adalah Ipomoea Pes Caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin,tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex Littorium (rumput angin), Vigna.

2) Formasi Baringtonia

Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

Sebagian besar pantai di wilayah tropis adalah pantai berpasir.Pantai pasir secara ekologis sangat penting sebagai habitat beberapa organisme,termasuk kepiting dan burung,dan beberapa lokasi sebagai tempat lahirnya penyu.Pantai berpasir ini dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena beberapa tempat di pantai ini dijadikan tempat rekreasi yang penting.Pantai berpasir ini juga banyak digunakan oleh perahu-perahu ikan dan beberapa aktivitas perikanan sebagai landasan (base) atau lokasi kegiatan.Minyak umumnya akan terakumulasi pada permukaan sendimen antar-pasang-surut dan dapat menimbulkan dampak pada organisme termasuk burung-burung dan penyu-penyu yang mendarat di daerah pantai ini.

Minyak juga dapat masuk ke dalam lapisan bawah permukaan, tingkat penetrasi ini dipengaruhi oleh ukuran butir sedimen, tingkat penterasi air, kekentalan minyak, dan keberadaan lubang jejakjejak jalan kepiting atau cacing.

Penetrasi minyak ke dalam pasir kuarsa lebih besar dibanding pasir halus, sementara kemungkinan penetrasi minyak ke dalam sedimen yang memiliki lubang jalan air lebih kecil dibanding sedimen yang kering. Minyak ringan dapat melakukan penetrasi dengan mudah, sedang minyak yang kental cenderung tetap berada pada permukaan.

Minyak yang masuk ke dalam lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing dapat mengakibatkan dampak kematian pada kepiting atau cacing yang hidup dalam lubang-lubang tersebut. Minyak yang tetap berada pada atau sekitar permukaan pasir dan minyak yang terkena aksi gelombang yang besar tidak akan tinggal pada pantai berpasir dalam jangka waktu lama, namun minyak yang berada di lapisan bawah pemrukaan dapat tetap tinggal hingga beberapa tahun, kecuali dibersihkan secara mekanis.

Sedimen minyak yang terangkat dari permukaan pantai berpasir oleh aksi gelombang dapat terbawa dan terendapkan pada kawasan yang lebih kearah lepas pantai, dimana minyak dapat memberi dampak pada organisme di dasar perairan. Kandungan minyak hidrokarbon pada daging kerang telah terdeteksi dari beberapa kasus tumpahan minyak, khususnya pada kawasan teluk yang landai.

Dampak ini cenderung tidak terjadi pada pantai yang terbuka, dimana sedimen terkontaminasi minyak dapat tersebar dan terendapkan dalam lingkungan kawasan yang lebih luas.

Karakteristik Pantai Pasir

Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar,bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung. Dibatasi didaerah diamana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan. Total bahan organik dan organisme yang hidup di pantai berpasir jauh lebih sedikit dibanding dengan jenis pantai lainnya.

Pantai berpasir dinominasikan oleh 3 invertebrate :

Cacing Polikaeta Mollusca Bivalvia Rustacea

Fungsinya:

Tempat beberapa biota meletakan telurnya Tidak dapat menahan air dengan baik karena sendimennya yang kasar akibatnya lapisan permukaannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm diatas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut.

Parameter lingkungannya:

Pola arus yang akan mengangkut pasir yang halus Gelombang yang akan melepaskan energinya dipantai Angin yang juga merupakan pengangkut pasir

Asosiasi Fauna

Dua kelompok ukuran organism yang bias beradaptasi di daerah pantai pasir :

Organisme Infauna makro (berukuran 1-10 cm),yang mampu menggali liang didalam pasir. Organisme Meiofauna mikro (berukuran 0,1-1 mm),yang hidup diantara butiran pasir di ruang teristitial

Sumber : http://juprimalino.blogspot.com/2012/06/ekologi-macam-macam-ekosistem-pantai.html

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagai kawasan yang di kenal dengan daerah tropis, Indonesia memiliki sangat banyak potensi keindahan alam pantai yang menakjubkan. Keindahan tersebut merupakan paduan dari hamparan biru laut dan batas pulau yang memanjang yang di kenal dengan kawasan pesisir pantai. Sangat sering kita melihat hamparan pasir, batuan dan daerah pasang surut yang memberi kesan keindahan tersendiri. (wordpress.com) Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilahan zona bagi kawasan ini yang banyak di pengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut. Pasang surut merupakan fenomena pantai landai yang di pengaruhi oleh gaya gravitasi bulan sebagai benda langit terdekat dengan bumi. Hingga ketinggian laut sebagai medium cair bumi pada garis pantai terlihat mencolok oleh gaya tarik tersebut. Sebagai kawasan yang dinamis, kawasan berpasir tidak hanya indah namun unik karena pola pembatasan yang terpilah tersendiri. (wordpress.com)

1.2 Tujuan 1.2.1 Untuk mengidentifikasi biota-biota yang hidup pada ekosistem pantai berpasir. 1.2.2 Untuk mengetahui hubungan/interaksi dan keterkaitan antara biota yang ditemukan dengan ekosistem pantai berpasir. 1.2.3 Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman dan dominasi suatu biota pada ekosistem pantai berpasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Pantai Berpasir Kita dapat membagi kawasan pantai berpasir sebagai kawasan pasang surut karena sangat dipengaruhi oleh pola naik dan surutnya air laut kedalam tiga zona yang merupakan pemilahan dari

pola pergerakan pasang surut dan hempasan riak gelombang yang dinamis tersebut. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa daerah tersebut (supratidal), Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut (subtidal). (wikipedia.org) Zona intertidal sesekali terendam oleh air saat pasang dan sesekali terjemur oleh teriknya matahari saat surut. Pada kawasan supratidal dan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang bergerak cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan atau mengubur diri kedalam pasir seperti beberapa jenis kerang-kerangan (bivalve) dan cacing pantai (Annelida). Khusus pada zona intertidal, hewan-hewan yang membanamkan diri pada pasir (infauna) lebih banyak di jumpai di bandingkan dengan daerah subtidal yang di dominasi oleh hewan-hewan kecil yang hidup di atas permukaan pasir (epifauna). (wikipedia.org) 2.2 Karateristik Pantai Berpasir ng banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung. -partikel yang halus dan ringan. dibandingkan dengan jenis pantai lainnya.

Pantai berpasir didominasi oleh 3 kelas invertebrata : - Cacing policaeta - Molusca bivalvia - Crustacea (wikipedia.org) 2.3 Fungsi

karena sedimennya yang kasar akibatnya lapisan permukannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm di bagian atas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut. (scribd.com) 2.4 Parameter Lingkungan ang halus

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2011 Tempat Pelaksanaan : Pantai Marine Station, Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah

3.2 Alat dan Bahan Transek kuadran Kamera digital Rafia 100m Masker dan snorkel Gayung Plastik Sekop Ayakan Alat tulis (pensil, kertas HVS, dll)

3.3 Cara Kerja 1. Mengukur dan mencatat parameter kualitas air dengan DO meter, pH meter, thermometer, dan refraktometer 2. Pasang tali raffia sepanjang 100 m yang telah ditandai setiap 1 m tegak lurus garis pantai. 3. Catat panjangnya daerah pantai berpasir. 4. Pasang transek kuadran pada titik-titik stasiun yang telah ditentukan yaitu pada titik yang dengan pantai, titik pertengahan dan titik yang terjauh dari pantai.

5. Amati jenis biota yang terlihat pada tiap-tiap subtransek. 6. Ambil substrat dengan kedalaman 10 cm pada tiap-tiap subtransek. 7. Ayak substrat tersebut dengan air untuk mendapatkan biota yang hidup di dalam pasir. 8. Hitung jumlah biota pada setiap transek. 9. Gambarlah setiap biota yang ditentukan. 10. Hitung indeks keanekaragaman dengan rumus : H = -(ni/N)Ln(ni/N) Dimana : H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener N = Jumlah total individu ni = Jumlah individu tiap species ke-i H<1 : Indeks Keanekaragaman rendah 1H3 : Indeks Keanekaragaman sedang H>3 : Indeks Keanekaragaman tinggi 11. Hitung indeks dominasi dengan rumus : C = (ni/N) Dimana : C = Indeks Dominansi n = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah seluruh individu

C<0,5 : Dominasi rendah 0,5C1 : Dominasi sedang C>1 : Dominasi tinggi 12. Lakukan hal yang sama untuk bagian transek yang sejajar garis pantai. 13. Catat lebarnya substrat berpasirnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil praktikum dengan menggunakan transek kuadran yang ditempatkan pada jarak teretentu yaitu titik yang dekat dengan pantai, titik pertengahan, dan titik yang terjauh dari pantai, diperoleh data sebagai berikut A1 A2 A3 A4 A8 A7 A6 A5 A9 A10 A11 A12 A16 A15 A14 A13

A1 = - A2 = - A3 = - A4 = A8 = - A7 = - A6 = - A5 = A9 = - A10 = - A11 = - A12 = A16 = A15 = A14 = - A13 = Hanya ditemukan pecahan karang dengan substrat berpasir

A1 = Bivalvia (1) A2 = - A3 = - A4 =A8 = - A7 = A6 = A5 = A9 = Bivalvia (1) A10 = - A11 = - A12 = Bivalvia (1) A16 = A15 = Rumput laut (2) A14 =

Bivalvia (1) A13 = -

A1 = Rumput laut (1) A2 = Bivalvia (1) Rumput laut (1) A3 = Bivalvia (1) A4 = Gastropoda (1) A8 = Rumput laut (1) A7 = Rumput laut (1) A6 = - A5 = Rumput laut (1) A9 = - A10 = Gastropoda (1) A11 = - A12 = Gastropoda (1) A16 = Bivalvia (1) A15 = rumput laut (2) A14 = Bivalvia (1) A13 = Bivalvia (1)

Indeks Keanekaragaman : a) Stasiun 1 H = (ni / N)Ln(ni / N)

= - (0/0) Ln (0/0) =0 H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah b) Stasiun 2 * Bivalvia H = (ni / N)Ln(ni / N) = - (4/6) Ln (4/6) = 0,27 H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah

* Rumput Laut H = (ni / N)Ln(ni / N) = - (2/6)Ln(2/6) = 0,37 H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah c) Stasiun 3

* Bivalvia H= (ni / N)Ln(ni / N) = - (5/15)Ln(5/15) = 0,366 H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah * Rumput Laut H= (ni / N)Ln(ni / N) = - (7/15)Ln(7/15) = 0,356 H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah

* Gastropoda H= (ni / N)Ln(ni / N) = - (3/15)Ln(3/15) = 0,321 H < 1 : Indeks keanekaragaman rendah

Indeks Dominasi a) Stasiun 1 C = (ni/N)2 = (0/0)2 =0 C<1 : Dominansi rendah b) Stasiun 2 * Bivalvia C = (ni/N)2 = (4/6)2 = 0,44 C<1 : Dominansi rendah

* Rumput Laut C = (ni/N)2 = (2/6)2 = 0,111 C<1 : Dominansi rendah

c) Stasiun 3 * Bivalvia C = (ni/N)2 = (5/15)2 = 0,111 C<1 : Dominansi rendah * Rumput Laut C = (ni/N)2 = (7/15)2 = 0,218 C<1 : Dominansi rendah * Gastropoda C = (ni/N)2 = (3/15)2 = 0,04 C<1 : Dominansi rendah

Parameter Oseanografi Salinitas : 38 o/oo pH : 5,28 Suhu : 25oC

4.2 Pembahasan Praktikum ekosistem pantai berpasir dilakukan dengan beberapa tujuan, diantaranya untuk mengidentifikasi biota-biota yang hidup pada ekosistem pantai berpasir, untuk mengetahui hubungan atau interaksi dan keterikatan antara biota yang ditemukan dengan ekosistem pantai berpasir, dan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman dan dominansi suatu biota pada ekosistem pantai berpasir. Untuk dapat menjawab semua tujuan tersebut praktikum dilihat dari dua aspek yaitu aspek oseanografi biologi dan aspek keanekaragaman hayati laut. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil yang dipengaruhi oleh kedua aspek tersebut.

4.2.1 Aspek Oseanografi Biologi Daerah pantai berpasir merupakan daerah yang selalu terkena hempasan gelombang laut. keberadaan biota-biota pada ekosistem pantai berpasir ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya 1. Faktor fisika Adanya pasang surut maka menyebabkan faktor pembatas pada ekosistem pantai berpasir. Faktor pembatas ini yaitu kekeringan, suhu, dan sinar matahari. Ketiga faktor ini saling terkait. Jika laut surut maka daerah pantai terekspose oleh sinar matahari, akibatnya suhu meningkat. Suhu yang meningkat menyebabkan penguapan dan dampaknya menjadi kering. Selain itu keadaan pH dan salinitas pun akan mempengaruhi keadaan biota-biota yang ada pada ekosistem pantai berpasir. 2. Faktor Biologis Faktor ini tergantung dari faktor fisik perairan. Organisme berusaha untuk menyesuaikan diri pada keadaan yang sangat ekstrim tersebut. Ada berbagai macam cara organisme pantai berpasir menyesuaikan diri dengan lingkungannya salah satunya dengan mengubur diri atau memodifikasi bentuk cangkang agar dapat hidup pada daerah kering.

4.2.2 Aspek Keanekaragaman Hayati Laut Biota yang ditemukan di ekosistem pantai berpasir adalah Bivalvia, Gastropoda, dan rumput laut. 1. Bivalvia Bivalvia merupakan kelas dari Mollusca. Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya. Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.

Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung, lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, dan lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel. Kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air.

Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Spesies Bivalvia yang ditemukan diantaranya adalah Barbatia candida (www.edu2000.org). Barbatia candida Kerajaan : Animalia Filum : Mollusca Kelas : Bivalvia Subkelas : Pteriomorpha Ordo : Arcoida Famili : Arcidae Genus : Barbatia Spesies : Barbatia candida

2. Gastropoda Gastropoda merupakan kelas dari filum Mollusca yang memiliki ukuran relatif besar. Nama Gastropoda berarti kaki perut ( gaster : perut; pous : kaki). Cangkangnya asimetri dan biasanya menggulung seperti ulir memutar ke kanan. Hewan ini menggendong cangkang, kakinya besar dan lebar untuk mrayap di batu atau mengeduk pasir atau lumpur. Gastropoda bernapas dengan epidermis pada struktur seperti insang. Warna hewan ini cerah dan indah dalam keadaan hidup atau segar dan tidak demikian jika diawetkan (Kasijan, 2009). Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris . spesies Gastropoda yang ditemukan diantaranya Buccinulum corneum (www.edu2000.org).

Buccinulum corneum Kerajaan : Animalia

Filum : Mollusca Kelas : Gastroproda Subkelas : Orthogastropoda Ordo : Neogastropoda Famili : Buccinidae Genus : Buccinulum Spesies : Buccinulum corneum

3. Rumput Laut Rumput laut yang ditemukan adalah dari jenis padina. Padina memiliki bentuk seperti kipas membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis brambut radial dan perkampuran di bagian permukaan daun. Padina berwarna coklat kekuning-kuningan atau kadang memutih karena terdapat kapur. Padina tersebar luas di perairan Pasifik Selatan dan Perairan Samudra Hindia. Mudah ditemukan di Indonesia (www.iptek.net.id).

Kerajaan : Plantae Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Dictyoles Famili : Dictyotaceae Genus : Padina Berdasarkan tempat hidup hewan-hewan akuatik dibagi menjadi epifauna dan epifauna. Epifauna yaitu hewan yang hidup di atas permukaan sedimen atau tanah. Sedangkan Infauna adalah hewan akuatik yang hidup di dasar substratum, bukan di permukaannya. Biasanya, hewan infauna semakin jarang ditemukan seiring bertambahnya kedalam air dan jaraknya dari garis pantai. Bivalvia dan Gastropoda merupakan contoh hewan-hewan epifauna. Karena hewan ini hidup diatas permukaan sedimen yaitu berupa pasir.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang didapat dapat disimpulkan bahwa 1. Biota-biota yang hidup pada ekosistem berpasir diantara adalah hewan-hewan dari filum Mollusca diantaranya dari kelas Bivalvia dan Gastropoda, Selain itu ditemukan juga rumput laut dari jenis Padina. 2. Keberadaan biota-biota ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisika dan faktor biologis 3. Tingkat keanekaragaman ekosistem pantai berpasir di Teluk Awur rendah karena H<1. Dan tingkat dominasi setiap biota juga rendah karena C < 0,5.

DAFTAR PUSTAKA

Kasijan. 2009. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta. http://www.iptek.net.id/ind/pd_alga/index.php?alga=coklat&id=8. Diakses pada 6 juni 2011. http://www.edu2000.org/portal/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=269. Diakses pada 6 Juni 2011. Wikipedia.org. Diakses pada 5 Juni 2011 Wordpress.com. Diakses pada 5 Juni 2011

Sumber : http://zee-marine.blogspot.com/2011/06/pantai-berpasir.html

Keanekaragaman dan Status Flora pada Pantai Berbatu dan Berpasir Written by Administrator Saturday, 25 June 2011 15:47 Ekosistem pantai berbatu dan berpasir memiliki karakteristik minim hara, tanahnya berporipori besar dengan permeabilitas tanah sangat baik, memiliki air tanah dangkal, selain itu letaknya yang berdekatan dengan laut menyebabkan udaranya cukup lembab dan berkadar garam tinggi. Tumbuhan berbiji yang hidup di daerah ini beradaptasi pada habitat tanah berpasir, dengan porositas tinggi, berada pada ketinggian 1 - 10 m.dpl, dan dengan curah hujan yang rendah, dimana ditemukan 170 jenis flora yang terbagi dalam 42 ordo dan 61 famili dan 135 genus. Kandungan airtanah yang ckup dangkal menjadikan flora mudah hidup untuk tumbuh pada ekosistem ini. Adanya berbagai usaha pertanian dari masyarakat sekitar menjadikan keanekaragaman flora pada ekosistem ini cukup tinggi. Dari flora yang ada, terdapat 3 flora yang termasuk dalam red list dan CITES, yaitu Buah Naga, Flamboyan dan Mahoni (Tabel). Mahoni dan Buah Naga termasuk Appendiks II sehingga dalam perdagangan komersil perlu diatur supaya tidak tereksploitasi berlebihan dan menjadikan kepunahan. Mahoni juga dalam status genting sehingga harus dilindungi dari kepunahan karena memiliki risiko kepunahan tinggi dalam waktu yang tidak terlalu lama jika dieksploitasi berlebihan. Flamboyan memiliki status rentan, yang terancam di masa yang akan datang jika tidak dilakukan berbagai usaha perlindungan.

Gambar Flamboyan

Gambar Buah Naga

Tabel Spesies Flora yang Terancam, Termasuk Appendiks CITES dan DIlindungi Pada Ekosistem Dataran Rendah Pada Ekosistem Pantai Berbatu dan Berpasir Nama lokal 1Buah Naga 2Flamboyan 3Mahoni Nama latin Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose Delonix regia VU Swietenia mahagoni Jacq. EN Status CITES

No

IUCN

Nasional TDL TDL TDL

II Rentan Genting II

Keanekaragaman dan Status Fauna pada Pantai Berbatu dan Berpasir Written by Administrator Saturday, 25 June 2011 15:52 Ekosistem pantai berbatu dan berpasir memiliki 64 jenis fauna dengan keragaman tertinggi adalah Aves, terbagi dalam 6 kelas, 22 ordo, 34 famili 59 genus. Teradapat 17 spesies yang termasuk dalam daftar terancam, appendik CITES atau dilindungi. Spesies yang terancam adalah burung Kacamata Jawa yang termasuk dalam status hampir terancam. Selain itu Penyu Hijau dan Penyu Tempayan merupakan spesies yang genting dan akan mengalami kepunahan dalam waktu dekat jika tidak dilakukan perlindungan (Gambar). Spesies yang dalam posisi kritis adalah Penyu Sisik (Gambar ) yang dilindungi akan tetapi tidak termasuk dalam daftar appendiks CITES (Tabel).

Gambar Penyu Hijau

Gambar Penyu Sisik

Gambar Penyu Tempayan

Spesies yang termasuk dalam appendiks II CITES adalah elang ular bido, kacamata jawa dan betet biasa sehingga untuk menjaga keberlangsungannya harus diatur perdagangannya akan tetapi tidak dalam status dilindungi. Spesies yang berada dalam daftar appendiks I adalah Penyu Hijau, Penyu Lekang dan Penyu Tempayan sehingga tidak diperdagangkan secara komersil untuk menjaga keberlangsungannya dan mencegah kepunahannya di masa yang akan datang. Sedangkan spesies yang dilindungi antara lain adalah Elang Ular Bido, Kuntul Karang, Cekakak Jawa, Cekakak Suci, Cekakak Sungai, Madu Kelapa, Madu Sriganti, Takur Tahtor, Penyu Hijau, Penyu Sisik, Penyu Lekang, Penyu Tempayan dan Kuntul. Elang Ular Bido (Spilornis cheela) keberadaannya sudah sangat jarang dijumpai sehingga dimasukkan dalam appendiks II dan dilindungi Tabel Spesies Fauna yang Terancam, Termasuk Appendiks CITES dan Dilindungi Pada Ekosistem Dataran Rendah Pada Ekosistem Pantai Berbatu dan Berpasir Status No Nama lokal 1Elang-ular bido 2Kacamata jawa 3kuntul karang 4Betet biasa 5Cekakak jawa 6cekakak suci 7Cekakak sungai 8kuntul karang 9madu kelapa Nama ilmiah IUCN Spilornis cheela LC Zosterops flavus NT Egretta sacra LC Psittacula alexandri LC Halcyon cyanoventris LC Todirhamphus LC sanctus Todirhamphus chloris LC Egretta sacra LC Anthreptes LC status CITES Nasional risiko rendah II DL hampir terancam II TDL risiko rendah DL risiko rendah II TDL risiko rendah DL risiko rendah risiko rendah risiko rendah risiko rendah DL DL DL DL

10Madu sriganti 11Takur tohtor 12Betet biasa 13Penyu Hijau 14 15 16 17 Penyu Sisik Penyu Lekang Penyu Tempayan Kuntul

malacensis Nectarinia jugularis LC Megalaima armillaris LC Psittacula alexandri LC Chelonia mydas EN Eretmochelys CR imbricata Lepidochelys olivacea VU Caretta caretta EN Bubulcus ibis LC

risiko rendah risiko rendah risiko rendah Genting Kritis Rentan Genting Risiko rendah

II I I I -

DL DL TDL DL DL DL DL DL

Sebagian besar kawasan ini telah dikonversi menjadi pemukiman dan tambak sehingga perlu adanya penataan kawasan yang terpadu dan eksploitasi lingkungan dapat diatasi demi keberlangsungan hidup biotanya.

Sumber : http://jogja.indonesianchm.or.id/index.php/ekosistem-pantai-berbatu-danberpasir/keanekaragaman-dan-status-fauna-pada-pantai-berbatu-dan-berpasir

KARAKTERISTIK Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung. Dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan. Total bahan organik dan organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jenis pantai lainnya. Pantai berpasir didominasi oleh 3 kelas invertebrate : - cacing polikaeta - Moluska bivalvia - dan rustasea FUNGSI Tempat beberapa biota meletakkan telurnya Tidak dapat menahan air dengan baik karena sedimennya yang kasar akibatnya lapisan permukannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm di bagian atas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut. PARAMETER LINGKUNGAN Pola arus yang akan mengankut pasir yang halus Gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai Angin yang juga merupakan pengangkut pasir.
Sumber : http://zhi3pisces.wordpress.com/2009/02/12/ekosistem-pantai-berpasir/

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

ALIRAN MATERI DAN RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM MANGROVE DI PESISIR KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT Laut merupakan salah satu bagian utama dari komposisi permukaan bumi. Perbandingan daratan dan lautan adalah 30 % bagian dari permukaan bumi adalah daratan, dan 70 % sisanya adalah lautan. Nybaken (1992) membagi secara garis besar daerah perairan laut menjadi 2 (dua) kawasan utama yaitu pelagik dan bentik. Zona pelagic adalah zona permukaan laut yang menerima cahaya matahari (fotik), sedangkan zona bentik adalah zona dasar laut yang kurang atau tidak sama sekali menerima cahaya matahari (afotik). Pada zona pelagik terdapat 3 jenis ekosistem utama yang memiliki produktivitas primer yang tinggi dan umum dijumpai yaitu ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain: pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan rumah tangga dan penghasil keperluan industri. Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya. Di kawasan pesisir dan laut Kabupaten Karawang terdapat banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya sumber daya hutan mangrove, sumber daya terumbu karang, sumber daya perikanan laut dan sumber daya perikanan tambak. Mangrove (bakau, api-api dan sejenisnya) adalah vegetasi khas di daerah pesisir pantai. Jenisjenis tumbuhan mangrove yang ada di Kabupaten Karawang adalah Rhizopora apicullata, Rhizopora mucronata, Avicennia marina, Sonneratia alba dan Lumnitzera racemoza.

Mangrove dapat tumbuh subur di wilayah pesisir Karawang. Wilayah pesisir Karawang memiliki banyak muara sungai, sehingga memiliki karakteristik sedimen pantai berlumpurpasir. Perairan yang kaya unsur hara dari aliran muara sungai dan substrat yang berpasirlumpur ini merupakan kondisi lingkungan yang mendukung untuk tumbuh suburnya vegetasi mangrove. Hutan mangrove di Kabupaten Karawang tersebar di sembilan kecamatan, yaitu Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Namun potensi koloni hutan mangrove yang terbesar ada di Kecamatan Tirtajaya, Cibuaya, Cilebar dan Cilamaya. Sedangkan di kecamatan-kecamatan lainnya hanya bersifat setempat dengan jumlah pohon yang tinggal hanya beberapa batang saja. Mengingat mangrove lebih cocok tumbuh di tanah yang berpasir-lumpur, khusus di daerah Pakisjaya yang struktur tanahnya hanya berpasir dan tidak berlumpur, vegetasi didominasi oleh tanaman pakis atau Pinus merkusii, bukan oleh tanaman mangrove. Berikut peta sebaran hutan mangrove yang ada di Kabupaten Karawang Tahun 2004

Sumber: Puslitbang Geologi Kelautan, 2004 ALIRAN MATERI PADA EKOSISTEM MANGROVE

Materi anorganik yang masuk ke lingkungan mangrove akan dimanfaatkan oleh produsen dalam hal ini adalah tumbuhan mangrove untuk kebutuhan fotosintesis. Nutrien tersebut berupa Karbon organik, Nitrogen, dan Posfat dan bentuk nutrien yang lainnya. Mangrove akan menghasilkan serasah berupa bunga, ranting dan daun mangrove yang jatuh ke perairan sebagian akan tenggelam atau terapung di perairan tersebut dan sebagian lagi

akan terbawa oleh arus laut ke daerah lain. Serasah yang dihasilkan oleh pohon-pohon mangrove merupakan landasan penting bagi produksi ikan di muara sungai dan daerah pantai. Zat organik yang berasal dari penguraian serasah hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di sekitarnya dalam rantai makanan. RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM MANGROVE

Mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove ini tidak terputus. Pada dasarnya rantai makanan pada ekosistem mangrove ini terbagi atas dua jenis yaitu rantai makanan secara langsung dan rantai makanan secara tidak langsung ( rantai detritus ). 1. Rantai Makanan Langsung

Pada rantai makanan langsung yang bertindak sebagai produsen adalah tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove ini akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya sebagai konsumen tingkat satu adalah ikan-ikan kecil dan udang yang langsung memakan serasah mangrove yang jatuh tersebut. Untuk konsumen tingkat dua adalah organisme karnivora yang memakan ikan-ikan kecil dan udang tersebut. Selanjutnya untuk konsumen tingkat tiga terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung burung pemakan ikan. Pada akhirnya konsumen tingkat tiga ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa organic yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut. 2. Rantai Makanan Tidak Langsung / Rantai Detritus

Pada rantai makanan tidak langsung atau rantai detritus ini melibatkan lebih banyak organisme. Bertindak sebagai produsen adalah mangrove yang akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya serasah ini akan terurai oleh detrivor / pengurai. Detritus yang mengandung senyawa organic kemudian akan dimakan oleh Crustacea, bacteria, alga, dan mollusca yang bertindak sebagai konsumen tingkat satu. Khusus untuk bacteri dan alga akan dimakan protozoa sebagai konsumen tingkat dua. Protozoa ini kemudian akan dimakan oleh amphipoda sebagai konsumen tingkat tiga. Lalu, baik crustacea ataupun amphipoda ini dimakan oleh ikan kecil (Konsumen Tingkat 4) dan kemudian akan dimakan oleh ikan besar (konsumen 5). Selanjutnya untuk konsumen tingkat enam terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung burung pemakan ikan dan pada akhirnya konsumen tingkat enam ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut. Sumber referensi: Anonim. 2007. Ekosistem Pesisir Jawa Barat 2. http://uwadadang.blogspot.com/2007/12/ekosistem-pesisir-jawa-barat-2.html Anonim. 2010. Fauna Mangrove dan Interaksi di Ekosistem Mangrove. http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/index.php?option=com_content&task=view&id=18&Itemi d=57 Anonim. 2010. Inventarisasi Lahan Kritis Akibat Abrasi di Wilayah Pesisir Kabupaten Karawang. http://www.bplh-karawang.com/files/Lap%20Keg%20Pesisir.pdf

Anda mungkin juga menyukai