Oleh:
Nama
: Mirawati
NIM
: M11112270
Menurut Nybakken (1992) zonasi yang terbentuk pada pantai berpasir sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik perairan. Hal ini nampak dari hempasan gelombang dimana jika
kecil maka ukuran partikelnya juga kecil, tetapi sebaliknya jika hempasan gelombang besar
maka partikelnya juga akan besar. Pada pantai berpasir hempasan gelombangnya kecil.
Secara umum kita dapat membagi kawasan pantai berpasir sebagai kawasan pasang
surut karena sangat dipengaruhi oleh pola naik dan surutnya air laut kedalam tiga zona yang
merupakan pemilahan dari pola pergerakan pasang surut dan hempasan riak gelombang yang
dinamis tersebut.
Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya
mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak yang menerpa
daerah tersebut (supratidal), Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang
tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut
terendah garis permukaan laut (subtidal).
Pada kawasan pantai yang sesekali dibasahi oleh hempasan riak kecil gelombang, dan
pada batas tumbuhnya beberapa tanaman khas pantai seperti pohon kelapa, dan pohon
lainnya, kawasan inilah yang di kenal dengan zona supratidal. Kawasan ini hanya sesekali
mendapat percikan air pada pasang-pasang tertinggi dan sering terjadi proses pengeringan
dengan kontak langsung oleh sinar matahari serta udara pantai, termasuk pengaruh daratan
yang lebih dominan terutama oleh aktifitas manusia. Pada kawasan yang lebih rendah yang
terus dibasahi oleh air laut saat pasang adalah zona intertidal yang lebih nyaman bagi
beberapa hewan kecil yang bergerak lincah. Kawasan ini sesekali terendam oleh air saat
pasang dan sesekali terjemur oleh teriknya matahari saat surut.
Flora dan Fauna
Pada kawasan supratidal dan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang
bergerak cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan atau mengubur diri
kedalam pasir seperti beberapa jenis kerang-kerangan (bivalve) dan cacing pantai (Annelida).
Khusus pada zona intertidal, hewan-hewan yang membanamkan diri pada pasir (infauna)
lebih banyak di jumpai di bandingkan dengan daerah subtidal yang di dominasi oleh hewanhewan kecil yang hidup di atas permukaan pasir (epifauna).
Sebagian besar dari hewan-hewan ini adalah hewan yang bergerak aktif atau
membenamkan diri dalam pasir (infauna) dan atau melekat pada beberapa substrat padat
seperti batuan yang terdapat di sepanjang daerah tersebut.
Ekosistem pantai pasir, merupakan zona litoral yang terkena deburan ombak terusmenerus dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam. Vegetasinya membentuk formasi
prescaprae dan formasi baringtonia, sebagai suatu unit vegetasi yang terbentuk karena
habitatnya dan diberi nama sesuai dengan nama vegetasi yang mendominasi. Pada formasi
prescaprae didominasi oleh vegetasi Ipomoea pescaprae, tumbuhan lain yang hidup disini
ialah Vigna, Spinifex littorius (rumput angin), Crinum asiaticum (bakung) dan Euphorbia
atoto. Formasi baringtonia didominasi oleh vegetasi Borringtonia. Tumbuhan lain yang ada
antara lain adalah Callophyllum, Hernandia, Hibiscus tiliaceus, Terminalia dan Erythrina.
Hewan pada ekosistem pantai pasir kebanyakan hidup di dalam pasir, misalnya kepiting
kecil.
Manfaat Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Objek wisata
Wilayah pantai paling banyak dijadikan sebagai objek wisata.
6.
Sumber:
http://www.academia.edu/9852116/EKOSISTEM_PANTAI
http://www.bimbie.com/ekosistem-pantai.htm
http://www.scribd.com/doc/219014595/Ekosistem-Pantai-Berpasir-Intertidal#scribd