Anda di halaman 1dari 22

2.

1 Ekosistem Air Tawar, Air Laut, Dan Estuaria

Pengertian ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk dikarenakan hubungan timbal
balik yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem
dapat juga dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh serta menyeluruh antara unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Air Tawar

Ekosistem air tawar adalah ekosistem air yang airnya memiliki kadar garam yang rendah.
Eksistem air tawar biasanyaberada di daratan. Eksistem air tawar memiliki banyak manfaat
kepada masyarakat, antara lain sebagai sumber irigasi bagi pertanian.

Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri abiotik antara lain sebagai berikut :

 Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca


 Memiliki kadar garam ( salinitas ) yang rendah, bahkan lebih rendah dari pada cairan
yang ada dalam sel makhluk hidup
 Penetrasi atau masuknya cahaya matahari kurang

Ekosistem air tawar, dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan keadaan air dan berdasarkan
daerahnya.

1. Berdasarkan keadaan air, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 2 yaitu perairan tenang
dan mengalir.

 Perairan tenang adalah danau dan rawa. Ekosistem danau adalah sebuah cekungan
besar yang terisi oleh air. Danau dapat terbentuk akibat dari aktivitas gunung api. Selain
itu danau juga dapat terbentuk akibat sedimentasi yang memotong jalur sungai. Danau
biasanya berukuran sangat luas. Sehingga memiliki banyak makhluk hidup di dalamnya.
Rawa- rawa adalah salah satu ekosistem perairan yang tenang. Rawa adalah genangan
air yang terjadi di dataran yang cekung. Genangan air ini dapat bersifat musiman, akibat
hujan dan luapan air sungai, atau permanen akibat lokasinya yang dekat dengan sumber
air. Rawa- rawa biasanya berada di dataran rendah.
 Sedangkan yang mengalir adalah sungai. Ekosistem sungai adalah aliran air yang ada di
permukaan bumi. Sungai mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Aliran sungai mengalir dan berhenti di laut. Sungai adalah salah satu sumber air terbsar
di bumi. air sungai termasuk air tawar, sehingga ikan yang dapat hidup di sungai adalah
ikan air tawar seperti ikan nila, ikan gurami, atau ikan lele.

2. Berdasarkan daerahnya di menjadi 3 yaitu litoral, limnetik, dan profundal.


 Litoral adalah sungai dangkal yang mendapatkan banyak sinar matahari. Sungai ini lebih
banyak memiliki ekosistem di dalamnya. hal ini karena sinar matahari yang masuk,
sehingga tumbuhan dapat subur disini. Selain itu, akibat banyaknya tumbuhan yang
hidup, makan akan banyak ikan yang dapat hidup disini. Ikan air tawar bisanya
memakan serangga atau hewan laut kecil yang hidup disekitar akar- akar pohon.
Sehingga menjadi tempat yang bagus bagi ikan dalam mencari mangsa.
 Limnetik adalah sungai yang berada jauh di dalam hutan, tetapi masih mendapatkan
cahaya matahari. Sungai ini biasanya berada di dalam hutan yang lebat. Akan tetapi
sungai ini masih mendapatkan cahaya matahari, sehingga masih banyak tumbuhan yang
hidup di sekitar sungai ini. Sungai ini juga memiliki banyak ikan, akibat banyaknya
tumbuhan yang hidup disekitar sungai ini.
 Profundal adalah sungai yang berada jauh di dalam hutan, dan tidak mendapatkan
cahaya matahari. Sungai ini berada di dalam hutan lebat, yang tertutup oleh rimbunnya
daundaunan. Sungai ini memiliki jumlah vegetasi yang cenderung sedikit, karena tidak
memdapatkan cahaya matahari. Selain itu, hewan seperti ikan, jarang muncul di sungai
ini. Sungai ini biasanya memiliki kedalaman yang cukup dangkal, dan akan menjadi
dalam, saat terjadi hujan.

Air Laut

Ekosistem air laut adalah ekosistem air yang memiliki kadar garam yang tinggi (baca: Ekosistem
Air Laut : Pengertian, Ciri-ciri dan Jenisnya). Ekosistem ini berada di laut. Ekosistem ini memiliki
pergerakan air yang di pengaruhi oleh arah angin. Selain itu suhu dalam ekosistem ini
bervariasi, tergantung dari kedalamannnya. Ekosistem air laut mempunyai ciri khusus yang
membedakannya dengan ekosistem lainnya.

Ciri- ciri ekosistem laut ini secara umum adalah sebagai berikut:

 Mempunyai variasi suhu, yakni perbedaan suhu antara bagian permukaan laut dengan
bagian dalam atau kedalaman air laut.
 Memiliki tingkat salinitas yang tinggi, yakni semakin mendekati garis khatulistiwa maka
salinitas semakin tinggi.
 Tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan iklim dan juga cuaca (baca: iklim di Indonesia).
 Didominasi oleh NaCI hingga mencapai 75%.
Ekosistem air laut dibedakan menjadi 4 yaitu ekosistem laut dalam, ekosistem
terumbu karang, ekosistem estuari, dan ekosistem pantai pasir.

 Ekosistem laut dalam adalah ekosistem yang berada pada kedalaman lebih dari 2000 m
dari permukaan laut (Baca: Lapisan Kedalaman Laut dan Penjelasannya). Suhu pada
daerah ini diperkirakan sangat dingin akibat dari tidak masuknya sinar matahari.
Makhluk hidup yang tinggal di daerah ini hanyalah hewan predator serta hewan
pemakan bangkai. Ikan yang hidup di daerah ini, memiliki kemampuan bertahan hidup
yang berbeda dari ikan yang hidup diatas. Hal ini karena daerah ini sangat gelap,
sehingga ikan di daerah ini cenderung buta. Salah satu hewan prasejarah yang dipercaya
masih hidup di kedalaman ini adalah hiu megoladon dan gurita raksasa.
 Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem laut dangkal, dimana sinar matahari masih
dapat masuk. Dalam ekosistem ini terumbu karang dan rumput laut dapat untuk
melakukan fotosintesis. Selain itu hewan laut di daerah ini lebih banyak dan bervariasi.
Ikan lebih banyak tinggal di dekat terumbu karang, sehingga tercipta simbiosis
mutualisme.
 Ekosistem estuari adalah ekosistem tempat bertemunya air tawar dan air laut. Dalam
ekosistem ini, tanaman yang bisa ditemukan adalah jenis tanaman mangrove.
Sedangkan hewan yang bisa ditemukan adalah beberapa jenis kepiting. Di beberapa
daerah, monyet juga ada yang tinggal di daerah ini.
 Ekosistem pantai adalah daerah pantai yang berada di tepi laut. Daerah ini adalah salah
satu daerah hasil proses sedimentasi oleh air laut. Hewan jenis kepiting dan beberapa
jenis kerang dapat ditemukan di daerah ini. Pantai adalah ekosistem yang terdekat
dengan laut. Hal ini menyebabkan pantai menjadi bagian dari lautan. Hewan- hewan
yang hidup di sekitar pantai, juga mampu hidup laut. Sehingga pantai menjadi ekosistem
laut, bukan eksistem darat.

Setiap ekosistem, entah darat maupun air, memiliki peranan yang penting dalam keseimbangan
alam. Hal ini, karena setiap ekosistem memiliki peranan dalam menjaga alam. Akan tetapi
akibat ulah manusia, banyak ekosistem air yang mulai tercemar

Bagian- bagian Ekosistem Air Laut


Sebagai suatu ekosistem, ekosistem laut ini terdiri atas beberapa bagian. Secara umum,
bagian- bagian dari ekosistem air laut ini dilihat dari jarak dari pantai dan juga kedalamannya.
Dilihat dari sudut tersebut, ekosistem air laut dibedakan menjadi zona litoral, zona neritik, dan
juga zona oseanik.

1. Zona litoral

Zona litoral ini juga disebut sebagai zona pasang surut, yakni merupakan zona yang paling atas
atau paing dangkal dari lautan. Zona litoral ini merupakan zona dari laut yang berbatasan
langsung dengan daratan. zona litoral ini juga merupakan zona yang terendam ketika air laut
mengalami pasang, dan akan terlihat seperti daratan ketika air laut surut. Di zona litoral ini, kita
akan menemukan banyak hewan atau sekelompok hewan, diantaranya adalah bintang laut,
udang, kepiting, bulu babi, hingga cacing laut.

2. Zona neritik

Zona yang kedua adalah zona neritik. Zona neritik ini disebut juga dengan ekosistem pantai
pasir dangkal. Zona neritik ini merupakan bagian dari laut yang mempunyai tingkat kedalaman
sekitar 200 meter, sehingga masih dapat ditembus oleh cahaya matahari hingga ke bagian
dasar. zona neritik ini merupakan zona yang banyak dihuni oleh berbagai jenis tumbuhan
ganggang lalu atau rerumputan laut dan juga berbagai jenis ikan. Do zona neritik ini kita akan
menemukan suatu ekosistem lainnya yang lebih kecil, yakni ekosistem terumbu karang,
ekosistem pantai batu, dan ekosistem pantai lumpur. Ketiga ekosistem tersebut disebut juga
sebagai jenis- jenis dari ekosistem pantai pasir dangkal atau zona neritik ini.

3. Zona oseanik

Dari kedua zonae sebelumnya, yakni zona litoral dan zona neritik, zona oseanik merupakan
zona yang paling dalam dari ekosistem air laut. Zona oseanik ini merupakan wilayah ekosistem
air laut yang lepas, yang mana kedalamannya sangat dalam. Saking dalamnya, zona ini sampai
terlihat gelap. Zona oseanik ini dibedakan menjadi dua macam, yakni zona batial dan juga zona
abisal. Zona batial merupakan zona yang memiliki kedalaman sekitaran 200 hingga 2000 meter.
Zona batial mempunyai keadaan yang remang- remang karena cahaya matahari yang masuk
hanya sidkit sekali, sehingga tanpak remang- remang.

Di zona batial ini kita tidak bisa menemukan produsen karena hanya dihuni oleh nekton (sejenis
organisme yang aktif berenang). Sementara zona abisal merupakan zona yang memiliki
kedalaman yang lebih jauh lagi yakni lebih dari 2000 meter. Zona abisal ini merupakan zona
yang sama sekali tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Zona abisal ini dihuni oleh
binatang- binatang predator, detrivitor atau pemakan sisa organisme, dan juga pengurai. Secara
umum, air di zona oseanik ini tidak dapat bercampur dengan dengan air di permukaan air laut,
hal ini karena keduanya memiliki perbedaan suhu. Batas dari kedua bagian ini dinamakan
daerah termoklin. Itulah bagian- bagian dari laut apabila dilihat dari tingkat kedalamannya.

Lalu jika dilihat berdasarkan intesitas cahaya matahari (baca: bagian- bagian matahari) yang
bisa masuk, ekosistem air laut dibedakan atas zona- zona sebagai berikut:

1. Zona fotik, yakni merupakan zona yang mudah ditembus cahaya matahari dan mempunyai
kedalaman air kurang dari 200 meter. Di zona fotik ini kita akan menemui organisme yang
melakukan fotosintesis.

2. Zona twilight, yakni zona yang mempunyai kedalaman air antara 200 hngga 2000 meter. Di
zona ini, cahaya matahari yang masuk hanya sedikit, oleh karena itu bersifat remang- remang.

3. Zona afotik, merupakan zona yang tidak dapat ditembus cahaya matahari sama sekali, yakni
di kedalam lebih dari 2000 meter.

Kemudian berdasarkan wilayah permukaan secara vertikal, laut dibedakan atas bebera zona
berikut ini:

1.Epipelagik, yakni daerah yang berada di antra permukaan hingga kedalaman sekitar 200
meter.

2.Mesopelagik, yakni daerah dengan kedalaman antara 200 hingga 1000 meter.

3.Batiopelagik, yakni daerah jerang benua yang mempunyai kedalaman 200 hingga 2500 meter.

4.Abisalpelagik, yakni daerah yag mempunyai kedalaman 4000 meter.

5.Hadal pelagik, yakni daerah laut yang paling dalam dimana kedalaman lebih dari 6000 meter.

Itulah bagian- bagian dari ekosistem air laut apabila dilihat dari beberapa kriteria. Selanjutnya
akan dijelaskan mengenai macam- macam ekosistem air laut.

Ekosistem Estuari

Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki badan air
dengan hubungan terbuka antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai.
Percampuran ini terjadi paling tidak setengah waktu dari setahun. Pada wilayah tersebut terjadi
percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau
(brackish). Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat
estuari dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai
wilayah yang sangat dinamis. Karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik
maupun biologis. Sehingga estuari memiliki sifat yang unik akibat adanya percampuran antara
massa air laut dan tawar membuat tingkat salinitas yang dimiliki dapat berubah-ubah atau
memiliki fluktuasi tersendiri.

Berubahnya salinitas estuari dapat dipengaruhi oleh adanya pasang surut air dan musim.
Selama musim kemarau, volume air sungai yang masuk berkurang, sehingga air laut dapat
masuk sampai ke daerah yang lebih tinggi atau hulu dan menyebabkan salinitas yang dimiliki
wilayah estuari meningkat. Sebaliknya yang terjadi apabila pada musim penghujan air tawar
yang masuk dari hulu ke wilayah estuari meningkat sehingga salinitas yang dimiliki rendah
(Barus, 2002).

Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan
air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen
merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuari yang
melebihi produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Oleh karena itu, lingkungan wilayah
estuari menjadi paling produktif.

B. Pembagian dan Macam-Macam Tipe Estuari

Estuari sebagai sebuah ekosistem memiliki macam-macam tipe dilihat dari berbagai
aspek, yaitu:

1. Perbedaan salinitas di wilayah estuari mengakibatkan terjadinya proses pergerakan massa


air. Air asin yang memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar menyebabkan
air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar ke permukaan menuju
laut. Sistem sirkulasi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya proses up-welling. Yaitu
prosespergerakan antar massa air laut dan tawar yang menyebabkan terjadinya stratifikasi atau
tingkatan-tingkatan salinitas. Sehingga terbentuklah beberapa tipe estuari, yaitu:

a. Estuari positif (baji garam)

Estuari tipe ini memiliki ciri khas yaitu gradien salinitas di permukaan lebih rendah
dibandingkan dengan salinitas pada bagian dalam atau dasar perairan. Rendahnya salinitas di
permukaan perairan disebabkan karena air tawar yang memiliki berat jenis lebih ringan
dibanding air laut akan bergerak ke atas dan terjadi percampuran setelah beberapa saat
kemudian. Kondisi ini, juga dapat disebabkan pula oleh rendahnya proses penguapan akibat
sedikitnya intensitas matahari yang masuk pada wilayah estuari. Tipe estuari ini dapat
ditemukan di wilayah sub tropis yang mana terjadinya penguapan rendah dan volume air tawar
yang relatif banyak. Sedangkan untuk wilayah tropis sendiri, dapat pula ditemukan tipe ini
apabila terjadi musim penghujan. Yang mana intensitas cahaya matahari pada musim tersebut
sedikit dan massa air tawar yang masuk lebih besar(Knox, 1986).

b.Estuari negatif

Estuaria tipe ini biasanya ditemukan di daerah dengan sumber air tawar yang sangat
sedikit dan penguapan sangat tinggi seperti di daerah iklim gurun pasir. Keadaan dari estuari
tipe ini dikarenakan oleh air laut yang masuk ke daerah muara sungai melewati permukaan
sehingga mengalami sedikit pengenceran karena bercampur dengan air tawar yang terbatas
jumlahnya. Lalu tingginya intensitas cahaya matahari menyebabkan penguapan sangat cepat
sehingga air permukaan hipersalin (banyak mengandung garam) (Knox, 1986).

c.Estuari sempurna

Percampuran sempurna menghasilkan salinitas yang sama secara vertical dari


permukaan sampai ke dasar perairan pada setiap titik. Estuaria seperti ini kondisinya sangat
tergantung dari beberapa faktor antara lain: volume percampuran masa air, pasang surut,
musim, tipe mulut muara dan berbagai kondisi khusus lainnya. Estuaria percampuran sempurna
kadang terjadi atau ditemukan di daerah tropis khususnya ketika volume dan kecepatan aliran
air tawar yang masuk ke daerah muara seimbang dengan pasang air laut serta ditunjang dengan
mulut muara yang lebar dan dalam (Knox, 1986)

2. Berdasarkan geomorfologi, iklim, dan sejarah geologinya estuari dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:

a.Estuari dataran pesisir

Estuari ini terbentuk pada akhir jaman es, ketika permukaan laut menggenangi lembah
sungai yang letaknya lebih rendah dibanding dengan permukaan laut itu sendiri.

b.Estuari tektonik

Terjadi karena turunnya permukaaan daratan sehingga daerah tertentu khususnya


didekat pantai digenangi air.

c.Estuari semi-tertutup (gobah)


Terbentuk karena adanya gumuk pasir yang sejajar dengan garis pantai dan sebagian
wilayahnya memisahkan perairan yang terdapat dibelakang gumuk dengan air laut. Keadaan ini
menyebabkan terbentuknya gumuk yang merupakan tempat penampungan bagi air tawar dari
daratan. Salinitas yang terdapat dalam gobah bervariasi tergantung keadaan iklim, ada tidaknya
aliran sungai yang masuk, dan luas wilayah gumuk pasir membatasi masuknya aliran air laut
yang masuk.

d. Fjord

Tipe ini sebenarnya adalah lembah yang telah mengalami pendalaman akibat gleiser.
Kemudian kubangan yang terbentuk digenangi air laut. Tipe ini memiliki ciri khas berupa suatu
ambang yang dangkal pada mulut muaranya (Kramer et al, 1994).

Keanekaragaman spesies air laut

Keanekaragaman spesies mahluk hidup merupakan tingkatan yang sangat mudah


dipamahi. Keanekaragaman spesies laut sangat bervariasi berdasarkan lokasi.

Keanekaragaman spesies ditentukan oleh dua gradien geografis, yaitu :
1. Posisi geografis, bahwa keanekaragaman spesies bervariasi di antara daerah tropis dan 
dingin (temperate). Mis; ekosistem laut tropis, terumbu dan padang lamun, keanekaragamannya s
angat tinggi terutama untuk spesies moluska, kepiting, dan ikan. Namun bintang laut (starfishes)
dan alga coklat dari ordo Laminariales (kelps), keanekaragamannya tinggi pada perairan dingin
Seperti diLaut pasifik
Berdasarkan posisi perairan, bahwa perairan Indo-Pasifik Barat (Philipina, Indonesia dan
Australia barat Laut) memiliki tingkat keanekaragaman tinggi, selanjutnya Pasifik Barat dan
Atlantik Barat tingkat keanekaragaman sedang dan di perairan Atlantik Timur tingkat
keanekaragamannya rendah.
2. Keanekaragaman genetic menjelaskan adanya variasi faktro factor keturunan di dalam
dan di antara individu dalam suatu populasi. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan susunan
empat pasang basa dari asam nukleat (adenine, guanin, sitosin, dan timin) yang berfungsi sebagai
pembentuk kode genetik. Variasi genetik baru, muncul akibat terjadinya mutasi gen dalam
kromosom

Keanekaragaman spesies air tawar


Tercatat spesies ikan yang ada di Indonesia berjumlah 1193 spesies dan keanekaragaman spesies
ikan air tawar Indonesia nomor tiga terkaya di dunia. Ikan endemik adalah ikan yang
keberadaannya hanya ada pada satu tempat tertentu, dan tidak ada di tempat lain. Ikan endemik
di Indonesia berjumlah sekitar 120 spesies.Ditinjau dari sudut iktiogeografis, ikan air tawar di
Indonesia mendiami tiga daerah sebaran geografis (Paparan Sunda, Daerah Wallace, dan Paparan
Sahul) yang dibatasi oleh dua garis maya: Garis Wallace dan Garis Weber. Menetapkan tujuan
dan sasaran konservasi; Merancang langkah-langkah pelaksanaan; Menyiapkan sarana dan
prasarana pendukung yang diperlukan; Menentukan kriteria atau tolok ukur keberhasilan
konservasi; dan Memantau serta mengevaluasi hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Keanekaragaman spesies ikan menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi, serta


menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu. Maka dapat dipahami bila
keanekaragaman ikan dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain. Persebaran ikan yang
didasarkan atau dipandang dari sudut lokasi (letak geografis) disebut persebaran geografis atau
sering diistilahkan sebagai iktiogeografi. Kian besar jumlah spesies kian besar pula
keanekaragaman hayati. Melalui proses evolusi yang terus menerus terbentuklah spesies baru
(spesiasi). Sebaliknya, dengan terus menerus terjadi pula kepunahan spesies. Apabila laju
terjadinya spesies baru lebih besar daripada laju kepunahan, maka jumlah spesies bertambah
banyak. Keanekaragaman hayati pun kian naik. Bila hal sebaliknya yang terjadi, yaitu jumlah
spesies berkurang manakala laju kepunahan lebih besar daripada laju terjadinya spesies baru,
maka keanekaragaman hayati turun. Hal terakhir ini yang dikhawatirkan telah dan terus
berlangsung dewasa ini, juga pada dunia ikan. Nguyen & de Silva (1996) memperlihatkan
jumlah spesies ikan yang terancam punah dibandingkan dengan total spesies di berbagai negara
Asia (Gambar 1). Terlihat pada gambar tersebut di Indonesia jumlah spesies yang terancam
punah mencapai sekitar 8%.

spesies ikan yang ada di Indonesia berjumlah 1193 spesies (Froese & Pauly 2013). Hal ini
mendekati perkiraan Kottelat & Whitten (1996) bahwa jumlah spesies ikan air tawar di Indonesia
lebih kurang sebesar 1300 spesies. Keanekaragaman spesiesikan air tawar Indonesia nomor tiga
terkaya di dunia di bawah0101(Froese & Pauly 2013). Para ahli memperkirakan masih ada
sekitar ratusan spesies ikan di wilayah Indonesia yang belum ditemukan dan dideskripsikan.
Penemuan spesies baru dan revisi terhadap spesies yang ada terus berlangsung. Ini dapat dilihat
antara lain dari tulisan Hadiaty & Siebert (1998), Hadiaty & Siebert (2001), Ng et al. (2004), dan
Page et al. (2007).Penemuan spesies baru terus berlangsung. Salah satu yang monumental adalah
ditemukannya spesies terkecil di dunia (Paedocypris progenetica) di perairan rawa-rawa Jambi.
Ikan ini telahmencapai matang gonad pada panjang 0,76 cm (Kottelat et al. 2005). Buku yang
mendeskripsikan secara morfologis ikan Indonesia ditulis nyaris satu abad yang lalu ditulis oleh
Max Weber & de Beaufort (1911–1936) sebanyak tujuh jilid, yang kemudian dilanjutkan oleh de
Beaufort dan rekannya (1940 – 1962) sebanyak empat volume. Buku yang berjudul “The fishes
of the Indo-Australian Archipelago”

keanekaragaman speies estuari

3. HEWAN YANG BISA HIDUP DILINGKUNGAN ESTUARIN

Daerah estuarin merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-
anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai
nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu penambahan bahan- bahan organik secara
terus menerus yang berasala dari daerah aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal, sehingga
cukup menerima matahari untuk membantu kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak,
daerah estuarin merupak tempat yang relative kecil menerima aksi gelombang akibatnya detritus
dapat menumpuk didalamnya, aksi pasang selalu mengaduk-aduk bahan organic yang berada
disekitar tumbuh-tumbuhan.

Sayangnya, manuasia membuat daerah ini menjadi tempat yang lebih tercemar daripada
bagian lautan lainya.pembuangan sampah dan kotoran –kotoran hasil industri yang khususnya
mengandung racun yang tinggi kebanyakan dibuang kedalam sungai dimana mereka ini
kemudian diangkut kearah muara sungai dan masuk akedalam estuarin sehingga derah tersebut
menjadi tercemar.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup
endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa
yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang
tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah
pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan
komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan
larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

Terdapat juga binatang yang dapat kita golongkan kedalam kompenen peralihan, kedalam kompenen ini
termasuk dalam organisme seperti ikan yang melakukan migrasi yang melewati estuaria dalam
perjalananya kedaerah pemijahan baik diair tawar maupun air laut, contoh umum adalah ikan salem
(Salmo, Oncorbyncus) dan Belut laut (Anguilla). Sedangkan untuk fauna peralihan juga termasuk
binatang yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan dan termasuk berbagai burung dan ikan.
Organisme estuarin berasal dari binatang laut dan bukan dari air tawar, karena binatang laut mampu
mentolerir penurunan sanilitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas
3.1.1 Arwana

Deskripsi

Profil Status Biota

Perairan Dilindungi dan Terancam Punah

Arwana termasuk kelompok ikan purba yang banyak dimanfaatkan sebagai ikan hias. Di perairan
Indonesia terdapat dua jenis, yaitu Arwana Kalimantan (Scleropages formosus) dan Arwana Irian
(Scleropages jardinii). Klasifikasi ikan Arwana adalah sebagai berikut:

Filum Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo Osteoglossiformes

Famili : Osteoglossidae
Genus Scleropages

Spesies : Scleropagesformosus

Scleropages jardinii

Kedua jenis ikan tersebut memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, sisik pada badan berukuran besar
dan keras, sedangkan kepala tidak bersisik. Mulut Iebar dan mengarah ke atas, pada ujung rahang
bawah terdapat sepasang sungut. Sirip punggung letaknya hampir mendekati ekor dengan ukuran lebih
pendek dibandingkan sirip anal, sirip dada memanjang. Perbedaan dari kedua jenis tersebut adalah
jumlah sisik sepanjang gurat sisi pada Arwana Kalimantan yaitu antara 21-24 buah yang lebih sedikit
dibandingkan Arwana Irian yaitu 3 2-3 5 buah;

mulut pada Arwana Kalimantan lebih mengarah ke atas (55-65') sedangkan mulut Arwana Irian
membentuk sudut 40-45° (Tabell). Arwana Kalimantan memiliki 4 strain, yaitu super red, golden red,
green, dan silver. Strain yang terkenal dan paling mahal harganya adalah super red. Pada strain ini warna
merah pada sirip, ekor dan sun gut sudah dimiliki sejak kecil. Warna merah terse but akan muncul
kemudian di bagian pi pi dan pinggiran tutup insang. Ring pada sisik akan mulai terlihat saat mencapai
ukuran 25 em, namun belum mengeluarkan warna merah. Warna merah pada badan akan mulai keluar
saatikan berumur 3-4 tahun.

Status populasi

Kajian ilmiah mengenai kondisi populasi ikan Arwana di habitat alaminya masih terbatas. Namun dengan
tingginya tingkat penangkapan dan adanya kerusakan habitat oleh berbagai faktor telah berdampak
pada penurunan populasinya secara signifikan. Pada saat ini dapat diketahui bahwa populasi ikan
Arwana Kalimantan di habitat aslinya sudah sangat kritis, sebaliknya untuk Arwana Irian masih cukup
melimpah.

KEANEKARAGAMAN POPULASI

3.1.2 Napoleon

Deskripsi

lkan Napoleon atau Cheilinus undulatus merupakan ikan karang terbesar dari Famili Labridae yang hid
up berasosiasi dengan lingkungan karang. lkan Napoleon diklasifikasikansebagai berikut:

Filum Chordata

Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes

Famili Labridae

Genus Cheilinus

Spesies Cheilinus undulatus

lkan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Giant Wrasse Hump Head Wrasse, Maori Wrasse,
Napoleon Wrasse, Truck Wrasse

dan Undulate Wrasse, sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama ikan Napoleon, Maming, Langkoe,
Somei, Mengkait, dan Bele-bele. lkan ini dapat mencapai panjang 2 m dengan berat hingga 190 kg. lkan
ini secara signifikan mengalami perubahan warna dan bentuktubuh seiring pertumbuhannya. Dalam
pertumbuhannya ikan ini menjadi dewasa melalui beberapa fase pertumbuhan yang dapat dilihat dari
perbedaan bentuk dan warna tubuhnya. Sisik tubuhnya berukuran besar, pada ukuran ikan yang sedang,
besar diameter sisiknya mencapai 10 em. lkan juvenil yang berukuran kecil berwarna hitam dan putih
dan juvenil yang lebih besar akan berwarna hijau pucat, memiliki spot besar berwarna hitam pada
beberapa sisiknya dan membentuk barisan memanjang sepanjang badannya. lkan ini memiliki sepasang
garis hitam yang jelas pada setiap matanya memanjang ke arab belakangpada semua fase
kehidupannya. Hal ini merupakan ciriyang membedakan jenis ini dengan jenis lainnya dari genus
Cheilinus. Untuk ikan juvenil, profil bagian atas kepalanya lurus sejajar dengan matanya. lkan dewasa
berwarna hijau kebiruan, garis vertikal sisiknya berwarna hitam. Kepalanya berwarna biru kehijauan
diselingi garis kuning tidak beraturan, sementara bagian belakang

Status Populasi

lkan Napoleon cenderung hid up so liter atau berpasangan, a tau bisa juga ditemukan dalam kelompok
kecil antara tiga sampai tujuh ekor. Dilaporkan bahwa ikan ini akan berpasangan dengan ikan yang sama
untuk waktu yang cukup lama. Kepadatan alaminya tidak pernah tinggi, walaupun pada habitat yang
menjadi kesukaannya

3.1.3 Terubuk

Deskripsi
lkan Terubuk (Tenualosa spp.) adalah ikan tropis yang sebelumnya ditemukan di seluruh daerah estuaria
dan perairan pantai Sumatera dan Kalimantan yang merupakan daerah basis perikanan. Daerah yang
saat ini masih dapat dijumpai ikan ini adalah di perairan Selat Bengkalis, Provinsi Riau untuk jenis
Tenualosa macrura (Gambar 8), dan perairan Sungai Barumun Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi
Sumatera Utara untuk jenis Tenualosa ilisha berikut.

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo Clupeiformes

Famili Clupeidae

Genus Tenualosa

Spesies Tenualosa macrura

Tenualosa illisha

lkan Terubuk memiliki ciri-ciri bertubuh lonjong dan agak pipih dengan ukuran ±52 em. Bersifat pelagik
dan anadromous. Tubuhnya polos, tidak terdapat bintik di sepanjang tubuhnya. Panjangkepala yaitu 22-
25% dari panjangtubuh, sedangkan panjang sirip ekor 40-42% dari panjang tubuhnya. Sirip ekor panjang
dan meruncing. Tapis insang berkembang dengan baik pada lengkung bawah insang, namun tidak
banyak hanya 60-75lembar. lkan ini juga bersifat hermafrodit. Punggung ikan Terubuk berwarna hijau
keunguan, bagian perut keperakan dan sirip berwarna kuning keemasan.

Status Populasi

Populasi ikan Terubuk diketahui dalam keadaan terancam, disinyalir penyebabnya adalah degradasi
lingkungan dan pemanfaatan tidak terkendali. Berbagai us aha telah dilakukan untuk memulihkan
kembali stok sumber daya tersebut Sampai saat ini usaha tersebut sudah menunjukkan titik terang,
terutama setelah keluarnya beberapa regulasi dalam pengelolaan perikanan terubuk di Provinsi Riau

Keanekaragaman Hayati Air Tawar

Organisme yang hidup di daerah ekosistem air tawar memiliki karakteristik tertentu, seperti
tumbuhan rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi
mempunyai akar sulur untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung,
ganggang biru dan ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri
mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit
minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis.

1. Bioma Air Tawar


Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap
panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada
tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir)
misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnya sungai.
Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran
besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di
ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran
mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air
tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.

2. Organisme Air Tawar


Berdasarkan cara hidupnya, organisme yang hidup di air dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:

a). Plankton, yaitu organisme yang berukuran mikroskopik yang hidup melayang-layang dalam
air. Plankton dibedakan atas fitoplankton (plankton tumbuhan), zooplankton (plankton hewan),
dan bakterioplankton (bakteri).

b).Nekton, yaitu organisme yang hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.

c).Neuston, yaitu organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air.

d). Bentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai
penghancur (dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga.

e). Perifiton, yaitu organisme yang melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada
benda-benda lain di air.

Keanekaragaman Hayati Air Laut

Keanekaragaman hayati adal


ah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta interaksi diantara mereka dan
antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati atau keragaman hayati merujuk
pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman yang berbeda-beda, hewan dan
mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di dalamnya, dan ekosistem yang mereka bentuk. 
Kekayaan hidup adalah hasil dari sejarah ratusan juta tahun berevolusi.  Keanekaan sistem
pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan keanekaragaman hayati.
Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari
makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti
manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang
membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit.
Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia

Nilai Nilai
Negara Nilai Total
Keanekaragaman Endemisme

Brazil 30 18 48

Indonesia 18 22 40

Kolombia 26 10 36
Australia 5 16 21
Mexico 8 7 15

Madagaskar 2 12 14

Peru 9 3 12
Cina 7 2 9
Filipina 0 8 8
India 4 4 8
Ekuador 5 0 5

Venezuela 3 0 3

Organisme Keragaman Hayati

Organisme laut memainkan peran penting dalam hampir semua proses biogeokimia yang
menopang biosfer, dan menyediakan berbagai produk (barang) dan fungsi (layanan) yang
penting untuk manusia kesejahteraan. Barang meliputi produksi pangan (sekitar 100 juta ton per
tahun) dan bahan alami, bahan-bahan untuk bioteknologi dan farmasi, dan bahkan tanah
(misalnya, platform karbonat yang membentuk Bahama). Barang-barang ini terutama
disampaikan oleh organisme makroskopis.
Selain barang, ekosistem laut memberikan serangkaian layanan yang penting untuk
berfungsinya bumi. Ini termasuk produksi dan mineralisasi bahan organik, penyimpanan karbon,
penyimpanan polusi dan produk limbah dari tanah, buffering iklim dan perubahan iklim,
perlindungan pantai (mangrove, sistem gundukan-pantai, terumbu karang). Sebagian besar dari
layanan ini disampaikan oleh organisme mikroskopis.

Tingkat dan efisiensi dari setiap proses yang organisme laut menengahi, serta berbagai
barang dan jasa yang mereka berikan, ditentukan oleh interaksi antara organisme, dan antara
organisme dan lingkungannya, dan karena itu dengan keanekaragaman hayati. Hubungan ini
belum dihitung, dan kami saat ini tidak dapat memprediksi konsekuensi dari hilangnya
keanekaragaman hayati akibat perubahan lingkungan dalam hal ekologi, ekonomi atau sosial.

Penilaian ekonomi barang dan jasa telah menjadi subyek banyak penelitian dan
perdebatan baru-baru ini. Meskipun mungkin untuk atribut nilai moneter untuk berbagai barang
dan jasa (dan untuk menunjukkan bahwa nilai ini bisa sangat tinggi) juga penting untuk
menyadari bahwa nilai-nilai non-penggunaan seperti bunga intelektual, kesenangan estetika dan
pengertian umum tentang pengelolaan terhadap kehidupan non-manusia planet kita merupakan
prasyarat penting bagi dukungan publik konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan lingkungan
laut

1. TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI


 Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman
genetik, keragaman spesies dan keragaman ekosistem.
 Keragaman genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung dalam
setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme.  Keragaman genetik terdapat di
dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang berbeda.
 Keragaman spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup. 
 Keragaman ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan
proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada ekosistem dengan
perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi. 

2.     KERAGAMAN GENETIK
Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies.  Ini meliputi variasi genetik
antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih,
Platycercus eximius.  Hal tersebut juga meliputi variasi genetik dalam populasi yang sama,
dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E.
delegatensis, dan E. saligna.(2)  Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi
berdasarkan DNA dan tehnik lainnya.(3)
Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi
secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. 
Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi  terbentuk melalui
seleksi.  Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan
menyebabkan perubahan frekuensi  gen-gen pada kumpulan tersebut.
Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi
sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitat-habitat yang ada, serta
berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup.

3. KERAGAMAN SPESIES
Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda.  Aspek-aspek keragaman
spesies dapat diukur melalui beberapa cara.  Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke
dalam tiga kelompok pengukuran:  kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman
taksonomi atau filogenetik.(5)
Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. 
Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada.  Contoh
yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang
tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui.  Pengukuran
keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif
spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan.(5), (6).  Pendekatan
lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau filogenetik, yang
mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies.  Pengukuran yang
didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini pada umumnya
ditampilkan dalam bentuk ‘pohon’ yang mengesampingkan pola percabangan agar dapat
mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait.

4. KERAGAMAN EKOSISTEM
Adanya hempasan gelombang air laut maka di daerah pasang surut yang merupakan perbatasan
darat dan laut terbentuk gundukan pasir, dan jika menuju ke darat terdapat hutan pantai yang
terbagi menjadi beberapa wilayah, yaitu sebagai berikut.

1) Formasi pescaprae, didominasi tumbuhan Vigna, Spinifex litorus,Ipomoea pescaprae,


Pandanus tectorius.

2) Formasi baringtonia, tumbuhan yang khas, misalkan Hibiscus tilliaceus, Terminalia catapa,
Erythrina sp.

3) Hutan bakau, tumbuhan yang khas adalah Rhizopora (bakau), dan Acanthus.

Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki karakteristik tertentu, seperti hewan
dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel kira-kira sama dengan tekanan
osmosis air laut maka itu adaptasinya tidak terlalu sulit. Sedangkan, hewan bersel banyak,
misalnya ikan, cara adaptasi yang dilakukan dengan cara melakukan banyak minum, sedikit
mengeluarkan urin, pengeluaran air dilakukan secara osmosis, sedangkan garam mineral
dikeluarkan secara aktif melalui insang.
5. MANFAAT EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT
 Nilai kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar
(GEF/UNDP/IMO 1999)
 Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta
(GEF/UNDP/IMO 1999)
 Nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999)
 Nilai ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16 juta
(GEF/UNDP/IMO 1999)
 Nilai manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1
miliar (Dahuri 2002)
 Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber
penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wil tsb
 Ekosistem pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus
pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan Nusantara)
 Nilai jasa lingkungan :
- sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/thn
- pelindung pantai dari erosi (mangrove)

Keanekaragaman Hayati Eustaria

Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran
antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar
dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut yang
sangat di pengaruhi oleh pasang surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut (Kasim,
2005). Menurut Bengen, 2002 dan Pritchard, 1976 dalam Tiwow (2003), estuaria adalah perairan
yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi
dapat bercampur dengan air tawar.

1. ASPEK BIOLOGI KOMPOSISI BIOTA DAN PRODUKTIVITAS HAYATI


Di estuaria terdapat tiga komonen fauna, yaitu fauna lautan, air tawar dan payau.
Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna lautan, yaitu hewan stenoalin yang
terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas (umumnya > 30 o/oo) dan hewan
eurihalin yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30
o/oo. Komponen air payau terdiri dari soesies organisme yang hidup di pertengahan daerah
estuaria pada salinitas antara 5 – 30 o/oo . Spesies ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut
maupun tawar. Komponen air tawar biasanya biasanya terdiri dari hewan yang tidak mampu
mentolerir salinitas di atas 5 o/oo dan hanya terbatas pada bagian hulu estuaria . Jumlah
organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang
hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini terutama disebabkan oleh
fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang
mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga
miskin akan flora. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang
dapat tumbuh mendominasi.

Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan
hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena :

1. Estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang. Jebakan ini bersifat
fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri sendiri melalui : -
Dipertahankanya dan cepat di daur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup di dasar
esutaria seperti bermacam kerang dan cacing. Ekologi Estuaria 126 - Produksi detritus, yaitu
partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang
kemudian di makan oleh bermacam ikan dan udang pemakan detritus. - Pemanfaatan zat hara
yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba (organisme renik seperti bakteri ),
lewat akar tumbuhan yang masuk jauh kedalam dasar estuary, atau lewat aktivitas hewan
penggali liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.

2. Beragamnya komposisi tumbuhan di estuaria baik tumbuhan makro (makrofiton)


maupun tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang
tahun.

3. Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut, sehingga antara
memungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat hara yang diperlukan berbagai organisme
estuaria.

2. HABITAT ESTUARIA
Kolom air di estuaria merupakan habitat untuk plankton (fitoplankton dan zooplankton),
neuston (organisme setingkat plankton yang hidup di lapisan permukaan air) dan nekton
(organisme makro yang mampu bergerak aktif). Di dasar estuaria hidup berbagai jenis organisme
baik mikro maupun makro yang disebut bentos. Setiap kelompok organisme dalam habitanya
menjalankan fungsi biologis masing-masing, misalnya fitoplankton sebagai produser melakukan
aktivitas produksi melalui proses fotosintesa, bakteri melakukan perombakan bahan organik
(organisme mati) menjadi nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh produser dalam proses
fotosintesa. Dalam satu kelompok organisme (misalnya plankton atau bentos) maupun antar
kelompok organisme (misalnya antara plankton dan bentos terjalin suatu hubungan tropik
(makan- memakan) satu sama lain, sehingga membentuk sautu hubungan jaringan makanan.
3. JARINGAN MAKANAN DI ESTUARIA
Dasar dari jaring makanan di estuaria adalah konversi energi matahari menjadi energi
dalam bentuk makanan yang dilakukan oleh tumbuhan rawa. Saat tumbuhan mati, protozoa dan
mikroorganisme lain mengkonsumsi material tumbuhan yang mati Ekologi Estuaria 127 tersebut.
Invertebrata kecil merupakan makanan bagi detritus. Detritus kemudian di makan oleh ikan,
burung, serta predator lainnya (Hinterland Who’s Who, 1993). Melimpahnya sumber makanan di
estuaria dan sedikitnya predator menjadikan estuaria sebagai tempat hidup anak berbagai
binatang yang fase dewasanya tidak berada di estuaria. Estuaria juga merupakan tempat mencari
makan bagi binatang dewasa seperti ikan dan burung yang bermigrasi (Nybakken, 1988). Pada
ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan berdasarkan bentuk
makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus dan osmotik. Fauna
diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling
terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks.

4. PERAN EKOLOGIS ESTUARIA


Secara singkat, peran ekologi estuaria yang penting adalah : - Merupakan sumber zat hara
dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan
denganya, lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation). - Menyediakan habitat bagi sejumlah
spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan
(feeding ground). - Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas
pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau
sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka. - Sebagai potensi produksi makanan
laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam keadaan alami. Kijing yang bernilai
komersial (Rangia euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha
pada perairan tertentu di texas. Andaikata 2 kkal per gram berat basah, hasil ini berarti sekitar
580 kkal per m, atau sebanding dengan hasil ikan dari kolam buatan yang di kelola dan di pupuk
paling intensif, tentu saja dengan mengigat bahwa tempat pemeliharaan kijing memerlukan
masukan energi dari perairan yang berdekatan. - Sebagai tempat budidaya tiram dengan rakit
seperti diterapkan di jepangan, dapat meningkatkan lima sampai sepuluh kali dari panen yang
diperoleh populasi liar. Sehingga dapat menghasilkan makanan berprotein sebanyak 2.000 kkal
per m setiap tahun (Burukawa, 1968).

Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut ;

1) Sebagai tempat pemukiman

2) Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan


3) Sebagai jalur transportasi

4) Sebagai pelabuhan dan kawasan industri

5) Sebagai areal hutan Ekologi Estuaria 129

6) Sebagai tempat pariwisata

7) Sebagai tempat perkebunan

Anda mungkin juga menyukai