1
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu
karang.
1. Lautan/laut
Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang
sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Pada hewan dan
tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan
osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi.
Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai
tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan
beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
a) hanyak minum
b) air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
c) sedikit mengeluarkan urine
d) pengeluaran air terjadi secara osmosis
e) garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber
daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
a) Tempat rekreasi dan hiburan.
b) Tempat hidup sumber makanan kita.
c) Pembangkit listrik
d) Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laun, dll.
e) Tempat barang tambang berada.
f) Salah satu sumber air minum (desalinasi).
g) Sebagai jalur transportasi air.
h) Sebagai tempat cadangan air bumi.
i) Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan.
Di permukaan bumi terdapat berbagai macam jenis laut, jenis laut dapat
dibedakan berdasarkan proses terjadinya, letaknya dan kedalamannya.
a. Berdasarkan proses terjadinya perairan laut dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Laut Ingresi, terjadi karena dasar laut mengalami penurunan. Kedalaman
laut ingresi pada umumnya lebih dari 200 meter. Contoh laut ingresi
adalah Laut Maluku dan Laut Sulawesi.
2
2. Laut Transgresi, terjadi karena permukaan air laut bertambah tinggi. Laut
transgresi umumnya terdiri dari laut dangkal yang kedalamannya kurang
dari 200 meter. Contoh laut transgresi adalah Laut Jawa, Laut Cina Selatan
dan Laut Arafura.
3. Laut Regresi, terjadi karena laut mengalami penyempitan akibat adanya
proses sedimentasi lumpur yang dibawa oleh sungai.
b. Berdasarkan letaknya, perairan laut terdiri dari :
1. Laut Tepi, yaitu laut yang terdapat di tepi benua. Contohnya Laut Jepang,
Laut Cina Selatan dan Laut Arab.
2. Laut Tengah, yaitu laut yang terletak di antara dua benua. Contohnya Laut
Tengah, laut-laut yang ada di wilayah Indonesia.
3. Laut Pedalaman, yaitu laut terletak di tengah-tengah benua dan hampir
seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya Laut Hitam dan Laut Baltik
c. Berdasarkan kedalamannya, wilayah perairan laut terdiri dari empat zona,
yaitu :
1. Zona Litoral, yaitu wilayah antara garis pasang dan garis surut air laut.
Wilayah ini kadang-kadang kering pada saat air laut surut dan tergenang
pada saat air laut mengalami pasang. Zona litoral biasanya terdapat di
daerah yang pantainya landai.
2. Zona Neritik, adalah daerah dasar laut yang mempunyai kedalaman rata-
rata kurang dari 200 meter. Contohnya wilayah perairan laut dangkal di
Paparan Sunda dan Paparan Sahul di wilayah perairan Indonesia. Seperti
Laut Jawa, Selat Sunda dan Laut Arafuru.
3. Zona Batial, adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman antara
200 meter 1.800 meter.
4. Zona Abisal, adalah wilayah perairan laut yang memiliki kedalaman lebih
dari 1.800 meter. Contohnya Palung Laut Banda (7.440meter) dan Palung
Laut Mindanao (10.830 meter).
Di Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang
terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan
negara tetangga. Adapun wilayah perairan laut Indonesia antara lain :
1. Landas Kontinen, yaitu bagian laut yang kedalamannya mencapai 200
meter. Pada wilayah ini suatu negara berhak untuk memanfaatkan
sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Penentuan landas kontinen
3
didasarkan atas wilayah perairan Indonesia dan dikuatkan oleh perjanjian
dengan negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia, seperti Malaysia,
Thailand, Australia, Singapura dan India.
2. Laut Teritorial, yaitu wilayah laut suatu negara sejauh 12 mil dari garis dasar
lurus. Garis dasar lurus adalah garis yang ditarik dari titik-titik terluar suatu
pulau pada saat air laut surut.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah laut suatu negara yang
diukur sejauh 200 mil ( 320 Km) dari garis dasar wilayah laut.
2. Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Adapun pembagian daerah pantai terbagi atas 3,
yaitu :
1. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah
ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi
konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
2. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang,
siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-
ikan kecil.
3. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas
ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari
sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
4
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata
semi air, yaitu unggas air.
4. Terumbu Karang
a. Pengertian terumbu karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan
sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk
dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas
Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia)
dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal
usul,Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil
yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja
yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di
bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu
individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi
berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya
yang belum diketahui. Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada
struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif
membentuk sedimen kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang
berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang
merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut,
atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang
merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitaskoral.
b. Habitat terumbu karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang
masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut.
Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak
memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan
zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
5
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global
yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang
(coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama
peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia
adalah 2-3 C di atas suhu normal.
c. Kondisi optimum terumbu karang
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang
membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat
sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan
perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi
cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan
kegiatanfotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada
bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut
dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil
fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.
[1]
Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang
efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien
(oligotrofik).
6
3. penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di
dalamnya.
4. Penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta
sebagai sumber keanekaragaman hayati.
e. Klasifikasi terumbu karang
2. Berdasarkan letaknya
7
a. Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah
jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di
pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi
berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai
dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu
jelas mengarah secara vertikal. Contoh:Bunaken (Sulawesi), Pulau
Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
8
waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya
pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan
kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
f. Kerusakan terumbu karang