Anda di halaman 1dari 7

A.

Lingkungan Maritim

Wilayah maritim adalah wilayah yang dikelilingi oleh wilayah laut dan perairan yang
sangat luas. Aktivitas berkaitan pelayaran dan perniagaan kelautan. Wilayah perairan
dan lautnya lebih luas atau 2/3 dari wilayah daratan. Terdiri dari banyak pulau yang
dikelilingi oleh perairan laut dan Memiliki sumber daya laut yang sangat besar, baik
sumber daya alam, energi, mineral, dan lainnya. Masyarakatny juga banyak yang
berprofesi sebagai nelayan atau profesi lainnya yang berhubungan dengan
kemaritiman.

Pada  dasarnya batas lingkungan maritim suatu negara adalah artifisial karena pencemaran
yang terjadi disuatu negara akan dirasakan juga oleh negara yang berbatasan laut. Tumpahan
minyak dari kapal tanker akan mencemari pula perairan negara lain yang berbatasan. Seperti
sudah dikenal sebelumnya konsep tentang pencemaran oleh tindakan manusia dapat
dibedakan atas dua macam yakni :

 Pollution Pay Principles. Prinsip ini secara tidak langsung memberi hak  kepada
pencemar untuk melakukan pencemaran asalkan membayar kompensasinya. Dalam
lingkungan bisnis maritim konsep ini sudah mulai ditinggalkan, pengenaan denda
lebih dianggap sebagai hukuman  bukan sebagai kompensasi.
 Pollution Prevention Pays. Pada konsep ini pencemaran harus dicegah secara
proaktif, untuk itu perlu pengerahan dana untuk mencegah terjadinya pencemaran.
Konsep inilah yang dikembangkan oleh IMO dalam konvensi-konvensi internasional
tentang pencegahan pencemaran lingkungan maritim seperti keharusan membuat
konstruksi Double Hull dan Segragated Ballast Tank untuk kapal tanker minyak
mentah.

Dalam dunia maritim persyaratan mengenai pencegahan pencemaran laut  harus dipenuhi
untuk dapat berlayar diperairan internasional atau memasuki negara lain. Adanya peraturan
dari IMO-PBB tentang MARPOL (Marine Pollution) merupakan gambaran keterkaitan yang
tidak dapat ditawar antara keinginan mempertahankan ekologi dengan kepentingan bisnis

B. Ekosistem Laut

 Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, dan mempengaruhi
lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan
lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok
untuk kehidupan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup yang terinteraksi
membentuk suatu kesatuan teratur. Selama setiap komponen tetap melakukan fungsinya dan
bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem akan tetap terjaga. Gangguan terhadap salah
satu komponen akan mempengaruhi keseluruhan komponen tersebut
Komponen Ekosistem 1. Komponen Abiotik Komponen abiotik adalah komponen yang
terdiri atas bahan-bahan tidak hidup (non hayati), yang meliputi komponen fisik dan kimia,
seperti tanah, air, matahari, udara, dan energi. Contoh komponen abiotik diantaranya adalah
intensitas cahaya, suhu, air, tipe tanah, atau batuan, ketersediaan mineral dan gas, seperti
oksigen, karbondioksida, dan nitrogen. Kemampuan organisme untuk hidup dan
berkembangbiak bergantung pada beberapa faktor abiotik. 2. Komponen Biotik Komponen
ini terdiri atas bahan-bahan yang bersifat hidup yang meliputi organisme autotrof dan
heterorof. Contoh komponen biotok itu tumbuhan, hewan dan manusia selain itu cacing,
jamur dan bakteri yang hidup didalam tanah pun juga merupakan komponen biotik.

Ciri- ciri Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut mempunyai ciri khusus yang membedakannya dengan ekosistem lainnya.
Ciri- ciri ekosistem laut ini secara umum adalah sebagai berikut:

 Mempunyai variasi suhu, yakni perbedaan suhu antara bagian permukaan laut dengan
bagian dalam atau kedalaman air laut.
 Memiliki tingkat salinitas yang tinggi, yakni semakin mendekati garis khatulistiwa
maka salinitas semakin tinggi.
 Tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan iklim dan juga cuaca (baca: iklim di
Indonesia).
 Didominasi oleh NaCI hingga mencapai 75%.

Jenis-jenis Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang beraneka ragam. Berikut ini adala macam-
macam dari ekosistem air laut:

1. Ekosistem laut dalam. Ekosistem alut dalam ini terdapat di daerah laut paling dalam
atau palung laut. Ekossitem ini tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme
yang hidup di ekosistem ini adalah predator dan ikan yang dapat memancaran
cahayanya sendiri.
2. Ekosistem terumbu karang. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang jernih.
Banyak organisme yang hidup di ekosistem ini, antara lain adalah terumbu karang,
hewan spons, mollusca, bintang laut, ikan, dan juga ganggang. Ekosistem terumbu
karang ini mempunyai manfaat ekosistem terumbu karang bagi biota laut dan
manusia yang beraneka ragam.
3. Ekosistem estuari. Ekosistem ini berada di daerah percampuran air laut dengan air
sungai. Di ekosistem estuari ini terdapat ekosistem yang khas, yakni ekosistem
padang lamun dan ekosistem hutan mangrove (baca: ciri-ciri hutan mangrove).
4. Ekosistem pantai pasir. Ekosistem pantai pasir merupakan ekositem yang berada di
pesisir pantai dengan hamparan pasir. Tempat ini selalu terkena deburan ombak dan
cahaya matahari yang kuat pada siang harinya.
5. Ekosistem pantai batu. Ekosistem pantai batu ini merupakan ekosistem yang meiliki
banyak bongkahan batu yang besar maupun kecil. Banyak organisme yang hidup di
ekosistem ini, misalnya ganggang cokelat, kepiting, kerang, siput, dan juga burung.

Manfaat Ekosistem Air Laut


Ekosistem laut merupakan ekosistem yang banyak memberikan manfaat bgai kehidupan
manusia. beberapa manfaat dari ekosistem air laut antara lain:

 Sebagai sumber makanan bagi manusia, baik hewani muapun nabati.


 Sebagai pengontrol iklim di dunia
 Sebagai pembengkit listrik tenaga angin, tenaga ombak, dan tenaga pasang surut.
 Tempat rekreasi dan hiburan
 Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan lainsebagainya.
 Tempat barang tambang berada
 Tempat penelitian dan juga riset
 Sumber air minum
 Jalur taransportasi.
 Mata pencaharian penduduk lokal.

Bagian- bagian Ekosistem Air Laut

 Sebagai suatu ekosistem, ekosistem laut ini terdiri atas beberapa bagian. Secara umum,
bagian- bagian dari ekosistem air laut ini dilihat dari jarak dari pantai dan juga
kedalamannya. Dilihat dari sudut tersebut, ekosistem air laut dibedakan menjadi zona litoral,
zona neritik, dan juga zona oseanik.

1. Zona litoral

Zona litoral ini juga disebut sebagai zona pasang surut, yakni merupakan zona yang paling
atas atau paing dangkal dari lautan. Zona litoral ini merupakan zona dari laut yang berbatasan
langsung dengan daratan. zona litoral ini juga merupakan zona yang terendam ketika air laut
mengalami pasang, dan akan terlihat seperti daratan ketika air laut surut. Di zona litoral ini,
kita akan menemukan banyak hewan atau sekelompok hewan, diantaranya adalah bintang
laut, udang, kepiting, bulu babi, hingga cacing laut.

2. Zona neritik

Zona yang kedua adalah zona neritik. Zona neritik ini disebut juga dengan ekosistem pantai
pasir dangkal. Zona neritik ini merupakan bagian dari laut yang  mempunyai tingkat
kedalaman sekitar 200 meter, sehingga masih dapat ditembus oleh cahaya matahari hingga ke
bagian dasar. zona neritik ini merupakan zona yang banyak dihuni oleh berbagai jenis
tumbuhan ganggang lalu atau rerumputan laut dan juga berbagai jenis ikan. Do zona neritik
ini kita akan menemukan suatu ekosistem lainnya yang lebih kecil, yakni ekosistem terumbu
karang, ekosistem pantai batu, dan ekosistem pantai lumpur. Ketiga ekosistem tersebut
disebut juga sebagai jenis- jenis dari ekosistem pantai pasir dangkal atau zona neritik ini.

3. Zona oseanik

Dari kedua zonae sebelumnya, yakni zona litoral dan zona neritik, zona oseanik merupakan
zona yang paling dalam dari ekosistem air laut. Zona oseanik ini merupakan wilayah
ekosistem air laut yang lepas, yang mana kedalamannya sangat dalam. Saking dalamnya,
zona ini sampai terlihat gelap. Zona oseanik ini dibedakan menjadi dua macam, yakni zona
batial dan juga zona abisal. Zona batial merupakan zona yang memiliki kedalaman sekitaran
200 hingga 2000 meter. Zona batial mempunyai keadaan yang remang- remang karena
cahaya matahari yang masuk hanya sidkit sekali, sehingga tanpak remang- remang.

Di zona batial ini kita tidak bisa menemukan produsen karena hanya dihuni oleh nekton
(sejenis organisme yang aktif berenang). Sementara zona abisal merupakan zona yang
memiliki kedalaman yang lebih jauh lagi yakni lebih dari 2000 meter. Zona abisal ini
merupakan zona yang sama sekali tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Zona abisal ini
dihuni oleh binatang- binatang predator, detrivitor atau pemakan sisa organisme, dan juga
pengurai. Secara umum, air  di zona oseanik ini tidak dapat bercampur dengan dengan air di
permukaan air laut, hal ini karena keduanya memiliki perbedaan suhu. Batas dari kedua
bagian ini dinamakan daerah termoklin.

Itulah bagian- bagian dari laut apabila dilihat dari tingkat kedalamannya. Lalu jika dilihat
berdasarkan intesitas cahaya matahari (baca: bagian- bagian matahari) yang bisa masuk,
ekosistem air laut dibedakan atas zona- zona sebagai berikut:

1. Zona fotik, yakni merupakan zona yang mudah ditembus cahaya matahari dan
mempunyai kedalaman air kurang dari 200 meter. Di zona fotik ini kita akan
menemui organisme yang melakukan fotosintesis.
2. Zona twilight, yakni zona yang mempunyai kedalaman air antara 200 hngga 2000
meter. Di zona ini, cahaya matahari yang masuk hanya sedikit, oleh karena itu bersifat
remang- remang.
3. Zona afotik, merupakan zona yang tidak dapat ditembus cahaya matahari sama sekali,
yakni di kedalam lebih dari 2000 meter.

Kemudian berdasarkan wilayah permukaan secara vertikal, laut dibedakan atas bebera zona
berikut ini:

1. Epipelagik, yakni daerah yang berada di antra permukaan hingga kedalaman sekitar
200 meter.
2. Mesopelagik, yakni daerah dengan kedalaman antara 200 hingga 1000 meter.
3. Batiopelagik, yakni daerah jerang benua yang mempunyai kedalaman 200 hingga
2500 meter.
4. Abisalpelagik, yakni daerah yag mempunyai kedalaman 4000 meter.
5. Hadal pelagik, yakni daerah laut yang paling dalam dimana kedalaman lebih dari
6000 meter.

Itulah bagian- bagian dari ekosistem air laut apabila dilihat dari beberapa kriteria. Selanjutnya
akan dijelaskan mengenai macam- macam ekosistem air laut.

MASALAH PENCEMARAN LAUT

Peristiwa pencemaran laut kerap terjadi di Indonesia akibat tumpahan minyak, tabrakan kapal
dengan terumbu karang, pembuangan air limbah yang mencemari laut, dan masih banyak
lagi. Peristiwa tersebut antara lain:  kasus montara yang sudah berlangsung selama 10 tahun,
tumpahan minyak di Balikpapan yang terjadi tahun 2018, dan tabrakan Kapal MV Caledonia
Sky dengan terumbu karang di Raja Ampat. Pencemaran-pencemaran tesebut tentu terdapat
kerugian pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut dan menjadi hal yang
penting untuk menghitung kerugian pencemaraan tersebut. Peraturan yang mengatur terkait
perhitungan kerugian lingkungan hidup adalah PermenLH No. 7 Tahun 2014.[1] Sayangnya,
PermenLH No. 7 Tahun 2014 terlalu bias darat.
PermenLH No. 7 Tahun 2014 memberikan formula perhitungan biaya pemulihan dan
kerugian ekosistem untuk beberapa komponen lingkungan hidup. Namun, formula-formula
perhitungan yang diberikan hanya terkait komponen lingkungan hidup terrestrial (contoh:
biaya revegetasi, biaya pembangunan reservoir, biaya pendaur ulang unsur hara, biaya
pengendalian erosi dan limpasan). Akibatnya, perhitungan kerugian untuk pencemaran
dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut tetap menggunakan formula perhitungan untuk
ekosistem terrestrial tersebut sehingga gagal mencakup kerugian akibat keistimewaan
karakteristik ekosistem pesisir dan laut yang tercemar dan/atau rusak.
Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir sebenarnya ada banyak, yaitu ekosistem
mangrove, terumbu karang, padang lamun, atau lainnya seperti pantai landau berpasir, pantai
berbatu, atau estuari. Namun, ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang
adalah ekosistem khas yang mempunyai peran ekologis cukup besar pada kondisi pesisir
secara umum.[2] Kondisi atau tingkat kualitas masing-masing ekosistem ini berperan dalam
menggambarkan status atau kondisi perairan pesisir secara keseluruhan.[3] Maka perhitungan
kerugian kerusakan ekosistem pesisir dapat ditinjau dari kerusakan ekosistem mangrove,
ekosistem padang lamun, dan ekosistem terumbu karang sebagai representasi dari ekosistem
pesisir. Misalkan, kerugian karena hilangnya fungsi mangrove sebagai penahan abrasi,
kerugian karena hilangnya fungsi terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan
perlindungan, atau kerugian karena hilangnya fungsi padang lamun sebagai pelindung garis
pantai. Sedangkan formula perhitungan yang disediakan oleh PermenLH No. 7 Tahun 2014
seperti biaya revegetasi, biaya pembangunan reservoir, biaya pendaur ulang unsur hara tentu
saja tidak dapat dipersamakan dengan kerugian karena hilangnya fungsi penahan abrasi,
tempat pemijahan dan perlindungan, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila
perhitungan kerugian pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut
menggunakan formula-formula yang disediakan PermenLH No. 7 Tahun 2014.
Selain representasi ekosistem, perhitungan kerugian juga dapat dilakukan terhadap
representasi spesies-spesies yang hidup di laut. Spesies-spesies yang biasanya diperhitungkan
adalah burung, mamalia laut, reptile laut, dan ikan. PermenLH No. 7 Tahun 2014 juga
menyediakan formula perhitungan untuk biaya pemulihan biodiversity. Tetapi setiap spesies
memiliki fungsi dan siklus reproduksi yang berbeda-beda sehingga perhitungan kerugian
seluruh spesies tidak dapat disimplifikasi menjadi satu formula saja.
Untuk itu, yang seharusnya dilakukan adalah menyusun rencana pemulihan terlebih dahulu.
Rencana pemulihan dapat disusun oleh pelaku pencemar kemudian mendapat persetujuan
dari Pemerintah atau disusun Bersama-sama oleh pelaku pencemar dan Pemerintah. Rencana
pemulihan dapat berisi identifikasi komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau
tercemar, lokasi pemulihan, jangka waktu pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu
ekosistem dikatakan pulih, dan mekanisme pengawasan. Rencana pemulihan dibutuhkan
karena setiap ekosistem menyediakan jasa ekosistem dengan kualitas dan nilai yang berbeda-
beda sehingga membutuhkan upaya pemulihan yang berbeda-beda pula.[4]  Perbedaan jasa
tidak hanya antara ekosistem terrestrial dengan ekosistem pesisir, tetapi juga antara ekosistem
pesisir yang terletak di wilayah yang berbeda.
Kasus kerusakan dan/atau pencemaran ekosistem pesisir yang baru selesai diusut bulan April
lalu adalah Kapal MV Lyric Poet dan Kapal MT Alex yang menabrak terumbu karang.
Keduanya diminta membayar ganti rugi sejumlah lebih dari USD$ 2,5 juta kepada negara
melalui KLHK. Nilai ganti rugi ini terdiri dari nilai jasa ekosistem, biaya pemulihan, dan
biaya verifikasi. Karena USD$ 2,5 juta mencakup biaya pemulihan, maka upaya pemulihan
sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah. Belum ada informasi lain yang dikeluarkan
KLHK terkait mekanisme perhitungan USD$ 2,5 juta tersebut dan apakah didasari atau
rencana pemulihan atau tidak. Untuk perhitungan kerugian kerusakan terumbu karang yang
komprehensif, USD$ 2,5 juta sebaiknya mencakup seluruh fungsi terumbu karang di Bangka
Belitung yang rusak dan didasari oleh rencana pemulihan yang mencakup identifikasi
komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau tercemar, lokasi pemulihan, jangka waktu
pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu ekosistem dikatakan pulih, dan mekanisme
pengawasan. Penentuan standard untuk suatu ekosistem dikatakan pulih sangatlah penting
untuk mencegah upaya pemulihan sekadar formalitas saja. Upaya pemulihan hanya selesai
setelah standard tersebut terpenuhi. Selain melakukan upaya pemulihan, Pemerintah juga
bertanggung jawab melakukan pengawasan pasca pemulihan untuk memastikan terumbu
karang dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya dan mencegah terjadinya kerusakan
lagi. (Ohiongyi dan Vania)

PEMANFAATAN LINGKUNGAN MARITIM

Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir dan pemanfaatan
lingkungan alam tersebut, memiliki makna yang sangatstrategis karena dengan itu,
masyarakat nelayan memenuhi kebutuhanekonominya, di samping kebutuhan sosial, budaya
dan biologis lainnya. Haltersebut memang sesuai dengan prinsip alamai yang dimiliki oleh
manusia, yaknidi samping rangsangan dan dorongan untuk memanfaatkan lingkungan
alamsebesar-besarnya guna memenuhi sejumlah kebutuhan, baik kebutuhan dasar(biologis)
maupun kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial.Akan tetapi, lebih dari itu, disamping
memanfaatkan lingkungan alam lautuntuk memenuhi sejumlah kebutuhannya, masyarakat
nelayan bagang rambo diBarru juga memiliki seperangkat tatanan (norma dan nilai) yang
mengarahkan  
mereka untuk tetap menjadi bagian dari lingkungan yang lestari. Fenomenaempirik yang
dapat dijadikan acuan atas pembenaran dari fakta ini adalahdilakukannya sejumlah kegiatan
ritual yang bermakna mewujudkan hubunganharmonis antara mereka dengan lingkungannya.
Juga telah disepakatinyasejumlah nilai yang menganggap perbuatan negatif dan pemberian
sanksi sosialsegala hal yang merupakan tindakan destruktif bagi tindakan yang
merusaklingkungan seperti penggunaan bom dan sejenisnya untuk kegiatan
penangkapan.Dengan demikian, nelayan yang memainkan posisi sebagai antroposentris
bagilingkungan telah memainkan peran ganda, yakni di smaping sebagai pegnambilmanfaat
dari lingkungan, juga telah memposisikan diri sebagai pemeliharalingkungan, sehingga
tercipta keserasian yang harmonis antara lingkungan di satu pihak dengan masyarakat
nelayan itu sendiri
 
 pada pihak lain.Dalam rangka memanfaatkan lingkungan laut, masyarakat
nelayanmengembangkan seperangkat kebudayaan dalam bentuk idea, gagasan, aktivitasatau
tindakan, serta teknologi yang berupa materi dan cara-cara atau strategitertentu sebagai wujud
dari penerapan ilmu pengetahuan yang mereka miliki (AbuHamid, 1996). Elaborasi konsep
teknologi dalam konteks ini mengacu pada pemahaman operasional bahwa teknologi,
khususnya teknologi penangkapan danteknologi transfortasi laut harus dipahami dengan
penekanan pada bagaimanaaggota masyarakat
 
memberi tanggapan dan harapan serta bagaimana mekanisme pemanfaatannya (Abu Hamid,
1986 : 8).Secara empirik, kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat nelayanadalah bagian
dari kelompok masyarakat yang memanfaatkan lingkungan alamlaut untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, sejak beberapa dasawarsa yanglaluhingga saat ini mengalami
dinamikanya sendiri sebagai suatu proses menujuterciptanya sebuah perubahan, baik
perubahan yang bersifat microsopic maupun perubahan yang bersifat macrosopic.
DAFTAR PUSTAKA

Kariani dkk. 2014. Lingkungan Maritim.


https://www.academia.edu/37660596/Tugas_Makalah_Lingkungan_Maritim

Amin. 2016. Lingkungan Maritim. https://razzakchem015.wordpress.com/lingkungan-


maritim/

Agustini dkk. 2015. Lingkungan Maritim. http://lingmaritim.blogspot.com/2015/03/makalah-


lingkungan-maritim-tambang-uho.html

Redaksi Ilmu Geografi. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/ekosistem-air-laut

[1] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7 Tahun 2014 tentang Kerugian Lingkungan
Hidup Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup.
[2]Hariyadi, Sigid dan Hefni Effendi, Penentuan Status Kualitas Perairan Pesisir, (Bogor:
Institut Pertanian Bogor, 2016), hlm. 9.
[3]Ibid.
[4]Lampiran II Bab III hlm. 15 PermenLH No. 7 Tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai