Disusun oleh :
Kelas :
Kelautan / Kelompok 5
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pantai ini dapat ditemui di daerah yang jauh dari pengaruh sungai besar atau di
pulau kecil yang terpencil. Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat di
kawasan pantai berbatu, dan karena kondisi kondisi lingkungannya organisme yang
ada cenderung menguburkan dirinya ke dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak
dimanfaatkan manusia untuk berbagai aktivitas rekreasi.
Perbedaan antara tipe pantai ini dengan tipe sebelumnya terletak pada ukuran
butiran sedimen (substrat). Tipe pantai berlumpur mempunyai ukuran butiran yang
paling halus. Pantai berlumpur terbentuk di sekitar muara-muara sungai dan
umumnya berasosiasi dengan estuaria. Tebal endapan lumpurnya dapat mencapai 1
meter atau lebih. Pada pantai berlumpur yang amat lembek sedikit fauna maupun
flora yang hidup di sana. Perbedaan yang lain adalah gelombang yang tiba di pantai,
di mana aktivitas gelombangnya sangat kecil, sedangkan untuk pantai yang lain
kebalikannya. Selain itu, secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh
pola pasang dan surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu,
1. Zona pertama merupakan daerah diatas pasang tertinggi dari garis laut yang
hanya mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan
ombak yang menerpa daerah tersebut backshore (supratidal)
2. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari
garis permukaan laut (intertidal)
3. Zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut
(subtidal).
C. Kondisi Lingkungan
E. Suhu
Semakin dalam suatu perairan maka suhunya akan semakin dingin dengan
kandungan oksigen yang sedikit,sedangkan perairan yang berada dipermukaan
mengalami suhu yang tinggi dan juga kandungan oksigen yang tinggi.Hal ini
dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang masuk ke perairan.Pada daerah
intertidal suhu juga sangat berpengaruh baik secara musiman maupun harian.Pada
suhu yang tinggi pada daerah intertidal tentu akan meyebakan kematian terhadap
organismenya karena adanya perbedaan suhu tersebut.
F. Salinitas
Salinitas akan menurun apabila zona intertidal terbuka pada saat pasang turun dan
kemudian digenagi air akibat hujan lebat. Daerah yang menampung air ketika
pasang surut turun dapat digenangi oleh oleh air tawar yang mengalir masuk ketika
hujan deras sehingga salinitas menurun atau kenaikan salinitasa dapat dilihat
apabila proses penguapan terjadi.
G. Gerakan Ombak
H. Faktor Lain
Menurut Prajitno (2009), biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah
satu daerah ekologi yang paling familiar, habitat dan interaksinya sudah diketahui
oleh ilmuan, penelitian diadakan di pulau cruger yang pantai utaranya merupakan
(freshwater) air tawar dan berbatu. Fauna pada pantai berbatu pulau cruger
berkarakteristik dominan pada binatang air tawar. Sebagian besar berupa Dipterans,
Nematodes, Microannelida, Gastropoda,Bivalves dan Flatworms secara
keseluruhan, macroinvertebrate yang ada di pantai ini berasal dari golongan
Tubellaria, Nematoda, Oligochaeta, Gastropoda, Dreissna, Acari, Amphipoda,
Ephemeroptera, Trichoptera, coteoptera, Ceratopogonidae, Chironomidae.
Menurut Nybakken (1988) di lingkungan laut khususnya diintertidal.
Spesies yang berumur panjang cenderung terdiri dari berbagai hewan inverbrata.
Pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang sangat
baik nagi hewan-hewan atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat menempelkan diri
pada lapisan ini. Golongan ini termasuk banyak jenis gastropoda, moluska dan
tumbuh-tumbuhan yang berukuran besar (Hutabarat, 2008).
3. Tekanan mekanik
4. Pernapasan
6. Tekanan salinitas
Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar, yang dapat menimbulkan
masalah tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan
diri dengan air laut. Karena hampir semua organisme intertidal tidak
memperlihatkan adaptasi daya tahan terhadap perubahan salinitas, tidak seperti
organisme estuaria. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk mengontrol
kadar garam cairan tubuhnya dan karena itu disebut osmokonformer. Adaptasi satu-
satunya sama dengan adaptasi untuk melindungi tubuh dari kekeringan, misalnya
untuk teritip dan moluska adalah dengan menutup valva atau cangkang. Keadaan
ini mungkin yang menyebabkan mortalitas katastrofik pada organisme intertidal
jika terjadi hujan deras atau aliran air tawar. Tetapi nampaknya keadaan ini amat
jarang terjadi sehingga mekanisme khusu tidak terlalu dibutuhkan.
7. Reproduksi
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Zona intertidal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang durut air
laut dengan luas area yang sempitantara daerah pasang tertinggi dengan surut
terendah. Zona intertidal juga merupakan daerah laut yang dipengaruhi oleh daratan
sehingga mengandung unsur hara yang tinggi. Zona intertidal ini lebih banyak
dikenal manusia dan juga mudah dicapai. Pada zona intertidal terdapat keragaman
organisme. Hal ini dipengaruhi adanya faktor lingkungan dan suhu yang beragam.
Kondisi lingkungan yang beragam dan berbeda dapat dilihat dari berbedaan yang
secara fisik mempengaruhi terbentuknya tipe atau karakteristik komunitas biota
serta habitatnya. Berdasarkan adanya zonasiyang berbeda, maka adanya beberapa
jenis pantai di zona intertidal. Jenis pantai meliputi pantai berbatu, pantai
berlumpur, dan pantai berpasir. Perbedaan zonasi meliputi faktor fisik dan faktor
biologis. Cara adaptasi biota di pantai berbatu, berlumpur dan berpasir memiliki
perbedaan masing-masing. Dimana pada pantai berbatu jenis biota yang ditemukan
adalah hewan intervebrata dan alga yang cenderung berumur pendek. Sedangkan
pada pantai berpasir kebanyakan biota melakukan adaptasinya dengan
menguburkan diri kedalam yang tidak dapat dilewati oleh gelombang (contohnya:
kerang) dan untuk pantai berlumpur adaptasi yang dilakukan dengan menggali
substrat atau membentuk saluran permanen.
3.2 SARAN
Bengen, D.G. 2002. Sinopsis Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta
Prinsip Pengelolaannya. IPB. Bogor
Hutabarat,s dan Steward,M.E.2008. Pengantar oseanografi. Universistas
Indonesia. Jakarta.
Nybakken,J.W.1988. Biologi Laut . PT Gramedia . Jakarta.
Prajitno.A.2009. Biologi Laut. Universitas Brawijaya. Malang.
Nybakken, James W.1992.Biologi laut suatu pendekatan ekologis.Gramedia
Pustaka Utama:Jakarta