Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makalah ini dibuat dalam rangka pelaksanaan tugas mata kuliah agroekologi
Ekosistem Pantai.
Ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang
berfungsi sebagai suatau satuan ekologi di alam, komunitas organik yang terdiri atas
tumbuhan dan hewan bersama habitatnya, keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme
lain dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi.
Pantai adalah tepi laut atau pesisir dan juga merupakan perbatasan antara daratan
dengan laut. Pantai juga tempat hidup beberapa organisme, selain itu juga sebagai sarana
wisata dan sebagai sarana memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. 
Dari uraian di atas maka ekosistem pantai merupakan suatu komunitas yang menjadi
habitat beberapa organisme yang hidup di daerah sekitar pantai. Dengan kata lain pantai
merupakan factor abotik yang perlu dijaga kelestariaanya agar factor biotic yang
menggantungkan hidupnya pada daerah pantai dapat menciptakan suatu hubungan timbal
balik.

B. Batasan Masalah
            Adapun batasan masalah dalam penyusunan makalah ekosistem pesisir pantai
diantaranya menyangkut pengertian, jenis-jenis, makhluk hidup penghuni ekosistem pesisir
pantai, manfaat, dan mengetahui apakah ada dampak negatif dari kegiatan manusia pada
kelestarian ekosistem pantai pesisir serta penanggulangan pencemaran pada ekosistem pantai.

C. Manfaat Penulisan
            Dari setiap penulisan suatu makalah pasti adanya manfaat yang bisa didapatkan
seperti halnya penulisan makalah ini, antara lain:
1.            Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa.
2.            Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum akan pentingnya ekosistem pantai

D. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui ekosistem pesisr yang melliputi pengertian dan apa saja yang ada pada ekosistem
pesisir tersebut. Dari penulisan ini diharapkan apa yang kita ketahui tentang ekosistem pesisr
agar mahasiswa maupun masyarakat umum untuk melindungi dan melestarikan ekosistem
pesisir pantai.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem Pesisir Pantai


          Berbagai istilah berkaitan dengan penyebutan pantai sering digunakan secara rancu,
secara singkat diuraikan berikut ini untuk memperjelas terminologi yang dimaksud.  Suatu
pantai memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.   Pantai berhubungan langsung dengan laut.
2.   Pantai berkedudukan di antara garis air tinggi dan garis air rendah.
3.   Pantai dapat terjadi dari material padu, lepas atau lembek.
4.   Pantai yang bermaterial lepas dengan ukuran kerikil atau pasir disebut sebagai gisik
(beach).
5.   Pantai dapat berelief rendah (datar, berombak, atau bergelombang), namun dapat pula
berelief tinggi (berbukit atau bergunung).
6.   Pantai secara genetik dapat berasal dari bentukan marin, organik, vulkanik, tektonik,
fluviomarin, denudasional, atau solusional.

Pesisir merupakan daerah yang membentang di pedalaman dari laut, umumnya sejauh
perubahan topografi pertama di permukaan daratan. Pesisir merupakan sebidang lahan tidak
lebar tidak tentu yang membentang dari garis pantai ke arah pedalaman hingga perubahan
besar pertama kali pada kenampakan lapangan.  Pesisir merupakan mintakat fisoografis yang
relatif luas, membentang sejauh ratusan kilometer di sepanjang garis pantai dan seringkali
beberapa kilometer ke arah pedalaman dari pantai.  Pengertian lain menyebutkan pesisir
merupakan sebidang lahan yang membentang di pedalaman dari garis pesisir sejauh pengaruh
laut, yang dibuktikan pada bentuk lahannya.

            Garis pesisir adalah garis yang membentuk batas antara pesisir dan pantai.  Garis
pesisir membatasi pesisir dan pantai yang kedudukannya relatif tetap, garis pesisir akan
berimpit dengan garis pantai saat terjadi pasang tertinggi atau gelombang yang relatif besar.  
Untuk mengidentifikasi pesisir harus terlebih dahulu disamakan cara pandang atau
pendekatan yang digunakan  Secara geomorfologis pesisir dapat diidentifikasi dari
bentuklahannya yang secara genetik berasal dari proses marin, fluviomarin, organik, atau
aeoiomarin.  Secara biologi, karakteristik pesisir dapat diketahui dari persebaran ke arah darat
biota pantai, baik persebaran vegetasi maupun persebaran hewan pantai.  Secara klimatologi,
karakteristik pesisir ditentukan berdasarkan pengaruh angin laut.  Secara hidrologi,
karakteristik pesisir ditentukan seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang masuk ke darat.

Daerah kepesisiran adalah suatu jalur yang kering dan ruang lautan di sekitarnya yang
pada jalur itu proses-proses daratan dan penggunaan lahan secara langsung mempengaruhi
proses-proses dan pemanfaatan lautan, dan sebaliknya.  Ciri pokok daerah kepesisiran :
1. Mencakup komponen-komponen darat dan laut.
2. Mempunyai batas darat dan laut yang ditentukan oleh tingkat pengaruh darat pada laut
dan pengaruh laut pada darat.
3. Memiliki lebar, kedalaman dan ketinggian yang tidak selalu seragam.
Batas ke arah laut bagi daerah kepesisiran adalah pada lokasi awal pertama kali
gelombang pecah terjadi ketika surut terendah.  Daerah kepesisiran mencakup pesisir, pantai
dan perairan laut dekat pantai.  Secara skematis pantai, pesisir dan daerah kepesisiran nampak
pada gambar berikut :

Gambar.1. Penampang melintang daerah kepesisiran (Snead, 1982 dalam Sunarto, 2002)
Beting pantai.  Pola dari beting pantai adalah sejajar dengan pantai dan betingnya
menunjukan lebar yang bervariasi. Material pada lokasi ini terdiri dari pasir, tetapi dengan
tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan beting dekat pantai, karena kuatnya pelapukan.

Gumuk pasir (sand dunes) adalah bentuk lahan asal proses aktivitas angin (aeolin
depositional landform), lahan ini terbentuk jika ada material klastik dan lepas-lepas seperti
pasir dan tenaga angin yang memindahkan material tersebut.  Proses ini juga dikenal dengan
deflation processes (Zuidam, 1986).

Pasir hitam terendapkan di muka muara sungai dan oleh kombinasi ombak yang kuat
dari selatan dan arus laut terpapar di sepanjang pantai dan membentuk gisik tepi laut,  suatu
gisik tepi laut terdiri dari  beberapa sub zone.  Daerah yang dinamakan backshore dapat
terendam pada waktu pasang laut yang tinggi dan ombak besar.  Apabila angin cukup kuat,
pasir dari backshore akan terbawa secara saltasi (meloncat), yaitu butir-butir pasir yang
berganti-ganti terbang dan jatuh ke arah darat.  Penghalang kecil seperti vegetasi sudah dapat
memaksakan pengendapan butir pasir di tepi yang teduh terhadap kekuatan angin.  Dengan
proses ini suatu gumuk pasir kecil akan terbentuk dan menyebabkan pengendapan butir pasir
di bagian teduh dari angin (side of the sand leap). 

   Menurut Zuidam (1986) karakteristik gumuk pasir adalah sebagai berikut : relief
morfologi pendek, permukaan dengan lereng curam dan topografi irreguler, terjadi
pengangkutan pasir oleh angin, material utama berupa pasir, tanah belum terbentuk secara
nyata, air permukaan sedikit atau cenderung tidak ada, air tanah mungkin ada, drainase sangat
baik, vegetasi atau penggunaan lahan pada dasarnya tidak ada, tapi di kaki gumuk yang tinggi
beberapa vegetasi dimungkinkan ada.

Deflasi pasir merupakan proses geomorlogis utama di daerah gumuk pasir yang
memiliki angin yang bertiup dengan kuat.  Deflasi adalah perpindahan material pasir atau
debu karena aktifitas angin. Pada dasarnya deflasi melibatkan beberapa aspek yang berupa
angin yang bertiup di permukaan medan, material permukaan medan dan kondisi permukaan
medan.  Kemampuan angin untuk mengangkut partikel pada tahap awal adalah angin yang
bersifat turbulen.  Parameter angin yang mempengaruhi deflasi adalah kepadatan, kecepatan
dan arah angin bertiup.
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni
oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni
oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora,
kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh
beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai
berikut :
1. Formasi pres caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin;
tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex
littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat
lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola
Fruescens (babakoan).
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas
merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi
untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut
gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora,
dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh
adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah yang tergenang air dan
maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut, seperti : pasang
surut, percikan gelombang, angin laut dan interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah
daerah - daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan
seperti : aliran air tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan
lainnya (Clark 1996, Dahuri et al, 1996).

B. Jenis-jenis Ekosistem Pesisir Pantai


1. Pantai berlumpur
Jika pantai berlumpur dilihat dengan menggunakan foto udara kawasan delta di pantai
Utara Jawa Tengah.  Kenampakan yang didapatkan meliputi rataan lumpur, dataran delta,
tanggul fluvio deltaik.  Rataan lumpur ada di sepanjang aliran muara, dataran delta muncul
pada ujung-ujung muara yang menghambat aliran air sungai sehingga muara-muaranya
membentuk percabangan baru.  Disamping kenampakan tersebut terdapat tanggul fluvio
deltaik dengan kenampakan yang lebih cerah tapi kadang telah ditumbuhi vegetasi sehingga
tidak begitu tampak nyata.  Tidak dapat diidentifikasi rataan pasutnya, karena foto yang ada
merupakan waktu yang bersamaan.  Delta yang terbentuk memanjang, menandakan bahwa
energi darat lebih kuat dari pada energi gelombang maupun pasut.  Arti penting delta
diantaranya adalah merupakan gerbang perpindahan species aquatik, terutama dalam
menjalani siklus reproduksi.  Merupakan tempat berlindung, bertelur dan membesarkan
anak.  Merupakan area yang kaya nutrisi, banyak jenis tumbuhan marin dan pantai.  Daerah
estuarinya memiliki produktivitas yang tinggi dalam menunjang perikanan.  Merupakan
daerah yang kaya mineral dan minyak.
 Pantai berlumpur banyak terbentuk pada kawasan yang landai dan sering berasosiasi
dengan ekosistem mangrove dan lamun. Kadang sulit dibedakan antara pantai berlumpur
dengan pantai berpasir landai, karena pantai berpasir landai cenderung tersusun oleh pasir
halus yang dapat bercampur lumpur.

2. Pantai berpasir :

Pada foto udara dari arah laut tampak warna hitam disusul segaris warna putih yang
merupakan kenampakan ombak pecah dan disusul dengan kenampakan abu-abu yang
merupakan pasir basah.  Semakin ke atas kenampakan bergradasi menjadi warna abu-abu
cerah.  terdiri dari bura, gisik, beting gisik, swalle.  Bura terdapat langsung di sekitar batas
warna putih (hempasan ombak), disusul gisik dengan kenampakan abu-abu cerah, merupakan
area terbuka dengan arah memanjang berbatasan dengan beting gisik.  Gisik berbatasan
dengan beting gisik dan swalle yang tersusun di jalur berikutnya ke arah darat, dengan
kenampakan abu-abu cerah hingga keputih-putihan.  Pada jalur berikutnya kadang terbentuk
gumuk-gumuk pasir yang merupakan hasil aktifitas marin-aeolin.  Kenampakan abu-abu
cerah, tapi tidak selalu demikian karena kadang telah ditumbuhi vegetasi.
Sebagian besar pantai di wilayah tropis adalah pantai berpasir. Pantai berpasir secara
ekologis penting sebagai habitat dari berbagai macam organisme, termasuk kepiting dan
burung, dan pada beberapa lokasi berfungsi sebagai tempat bertelur bagi penyu. Pantai
berpasir dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena banyak dari pantai ini merupakan
kawasan rekreasi yang penting.
Pantai berpasir juga banyak digunakan oleh perahu-perahu ikan dan berbagai aktivitas
perikanan sebagai landasan (base) atau lokasi kegiatan. Minyak umumnya akan terakumulasi
pada permukaan sedimen di kawasan antara-pasang-surut (intertidal), dan dapat
menimbulkan dampak pada organisme –organisme termasuk burung-burung dan penyu yang
mendarat di pantai.
Minyak juga dapat masuk kedalam lapisan bawah permukaan, tingkat penetrasi ini
dipengaruhi oleh ukuran butir sedimen, tingkat penterasi air, kekentalan minyak, dan
keberadaan lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing.
Penetrasi minyak kedalam pasir kuarsa lebih besar dibanding pasir halus, sementara
kemungkinan penetrasi minyak kedalam sedimen yang memiliki lubang jalan air lebih kecil
dibanding sedimen yang kering. Minyak ringan dapat melakukan penetrasi dengan mudah,
sedang minyak yang kental cenderung tetap berada pada permukaan.
Minyak yang masuk kedalam lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing dapat
mengakibatkan dampak kematian pada kepiting atau cacing yang hidup dalam lubang-lubang
tersebut. Minyak yang tetap berada pada atau sekitar permukaan pasir dan minyak yang
terkena aksi gelombang yang besar tidak akan tinggal pada pantai berpasir dalam jangka
waktu lama, namun minyak yang berada di lapisan bawah pemrukaan dapat tetap tinggal
hingga beberapa tahun, kecuali dibersihkan secara mekanis.
Sedimen minyak yang terangkat dari permukaan pantai berpasir oleh aksi gelombang
dapat terbawa dan terendapkan pada kawasan yang lebih kearah lepas pantai, dimana minyak
dapat memberi dampak pada organisme di dasar perairan. Kandungan minyak hidrokarbon
pada daging kerang telah terdeteksi dari beberapa kasus tumpahan minyak, khususnya pada
kawasan teluk yang landai.
Dampak ini cenderung tidak terjadi pada pantai yang terbuka, dimana sedimen
terkontaminasi minyak dapat tersebar dan terendapkan dalam lingkungan kawasan yang lebih
luas.
Karakteristik
a. Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras
sisa-sisa pelapukan batu di gunung.
b. Dibatasi hanya di daerah dimana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang
halus dan ringan.
c. Total bahan organik dan organisme hidup di pantai yang berpasir jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jenis pantai lainnya.
d. Pantai berpasir didominasi oleh 3 kelas invertebrate :
 Cacing Polikaeta
 Moluska Bivalvia
 Rustasea
Fungsi
a. Tempat beberapa biota meletakkan telurnya
b. Tidak dapat menahan air dengan baik karena sedimennya yang kasar akibatnya lapisan
permukannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm di bagian atas pantai yang
terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut.
Parameter Lingkungan
a. Pola arus yang akan mengankut pasir yang halus
b. Gelombang yang akan melepaskan energinya di pantai
c. Angin yang juga merupakan pengangkut pasir.

3. Pantai berbatu
Pantai berbatu adalah pantai dengan tebing cliff, sehingga karena adanya tenaga
gelombang sebagian tebing tersebut runtuh dan terbawa kembali ke arah pantai sehingga
membentuk pantai dengan serpihan batu karang. 
            Pantai berbatu dapat tersusun dan batuan keras atau kumpulan batu besar atau kerikil.
Pantai berbatu di huni oleh banyak spesies alga dan binatang tak bertulang belakang
(invertebrata).
Binatang invertebrata ini menghasilkan sejumlah besar telur dan larva yang masuk
kedalam perairan dekat pantai, yang selanjutnya merupakan bagian dari sumber makanan
bagi ikan-ikan hias. Kotoran-kotoran dari alga juga masuk kedalam rantai makanan dari
sistem perairan dekat pantai.
Ikan-ikan dapat mencari makan secara langsung pada pantai berbatu saat air pasang,
sementara burung laut mencari makan pada pantai berbatu saat air surut. Pantai berbatu yang
relatif jauh ke arah laut dapat merupakan lokasi tempat bertelur yang penting bagi burung
laut. Beberapa spesies pada pantai berbatu (seperti mussels dan rocky oyster), merupakan
sumber makanan bagi masyarakat pesisir.
Banyak pantai berbatu di wilayah tropis terdiri atas karang atau jenis batuan gamping
lainnya yang memiliki lubang-lubang dan celah-celah yang dalam. Minyak cenderung
memiliki waktu tinggal yang relatif lama pada pantai berbatu dengan kondisi tersebut, dan hal
ini akan menyulitkan operasi pembersihan.
C.    Makhluk Hidup Penghuni Ekosistem Pantai
      Adapun makhluk yang hidup pada Ekosistem pantai terbagi menurut pasang surut air laut
yaitu :
1. Pada daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni
oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting
dan burung pantai.
2. Pada daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini
dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan
karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
3. pada daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni
oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
4. Pantai juga memiliki ekosistem – ekosistem yang spesifik dan khas, seperti terumbu
karang, padang lamun dan hutan mangrove.
D.    Manfaat Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai memilik manfaat bagi kehidupan manusia yaitu :
1. Sebagai penyedia sumberdaya alam seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun,
perikanan serta diversitas flora & fauna (wildlife)
2. Penerima limbah ;
 Limbah industri/pabrik ; timah, merkuri, tembaga, kadmilan
 Limbah pertambangan ; minyak, batu bara, merkuri yang merupakan batu bara hitam
yang dapat mencemari lingkungan perairan.
 Limbah pemukiman penduduk
 Limbah Pertanian
 Limbah perikanan
3. Penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia (life support services)
4. Penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services). Yang menyediakan beranekaragam
ruang yang segar, nyaman dan murah untuk melakukan kegiatan  seperti :
a. Olah raga pantai, yang meliputi : bola volley pantai, selancar (surfing), motor
boating sport, parasailing & layang gantung by boat dan sebagainya.
b. Melakukan kegiatan budidaya laut (marine culture) seperti : budidaya rumput
laut (Eucheuma cottonii, E, spinosum dan Gracilaria lechinoides), kerang  (Cassostrea
sp, Pinctada maxima & Tridacna gigas) sebagai penghasil mutiara, karang-karang hias
(artificial reef transplantasi), ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kakap merah
(Lutjanus johni), bandeng (Chanos chanos), udang windu (Penaeus monodon & P,
merguensis), kuda laut (Hippocampus spp) dan sebagainya.
c. Menyediakan ruang dengan kualitas yang baik, segar dan murah untuk mandi &
berenang
5. Wilayah pesisir mempunyai nilai dalam menunjang kehidupan umat manusia dalam
kehidupan keagamaan (religius).
      Manfaat lainnya yaitu sebagai tempat beberapa biota meletakkan telurnya

E.     Dampak Negatif dari Kegiatan Manusia pada Kelestarian Ekosistem Pantai


         Sampah merupakan salah satu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah
domestic. Menurut jenisnya sampah dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Sampah organik, yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan yang bisa terurai secara
alami/biologis, seperti sisa – sisa makanan, kulit buah atau sayuran.
2. Sampah nonorganik, yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan yang sulit terurai
secara alamiah/biologis sehingga penghancurannya membutuhkan penanganan lebih
lanjut, seperti plastic dan sterofoam
3. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun), yaitu sampah yang terdiri dari bahan –
bahan berbahaya dan beracun, seperti sisa bahan kimia yang mudah meledak, mudah
bereaksi terhadap oksigen, korosit atau menimbulkan karat dan beracun.
Dampak buruk buangan sampah ke laut ini sepertinya lebih terletak pada masalah
keindahan, akan tetapi sebenarnya, sampah ini pun mempunyai pengaruh besar terhadap
kehidupan laut. Sampah – sampah tersebut mengapung di lautan dan akhirnya terdampar di
pantai. Bahan yang lebih berat akan tenggelam ke dasar laut dan berpengaruh terhadap
komunitas bentos. Makhluk hidup laut juga terganggu oleh sampah – sampah yang
tenggelam.
Banyak kawasan pesisir yang sudah mulai tercemar, terutama dipenuhi oleh sampah –
sampah. Hal ini jelas sangat merugikan secara ekonomi, karena disamping penggunaan
kawasan pesisir dan laut sebagai area pariwisata dan rekreasi, namun kerugian juga menimpa
nelayan yang hasil tangkapannya berkurang. Selain itu, yang paling utama, dampakanya
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia yang sering dilupakan.
Sampah – sampah yang banyak terapung di laut dapat terbawa ke tepi oleh ombak
maupun arus laut. Kemudian pada saat surut, sampah – sampah tersebut akan tertinggal di
antara biota – biota daerah terumbu karang, ataupun tertimbun pasir pantai. Timbunan
sampah – sampah ini kadang dihanyutkan kembali aleh ombak dan arus laut, sehingga pantai
ataupun biota yang tertempel dapat bersih kembali. Tetapi terkadang ketika penghanyutan
kembali, sampah – sampah tersebut tidak terbawa semua, bahkan kadang bertambah banyak
sehingga akhirnya terjadi kebusukan di lokasi tersebut. Hal ini ditinjau dari segi estetika
maupun efek biologisnya jelas sangat merugikan.
Dalam usaha perikanan selain menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, tetapi juga
ikut berperan dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dominan dari usaha perikanan
adalah limbah dan pencemaran yang berupa limbah cair yang membususk sehingga
menghasilkan bau amis/busuk yang sangat mengganggu estetika lingkungan. Limbah yang
dihasilkan dari industri pengolahan hasil perikanan umumnya dapat digolongkan menjadi :
a. Limbah padat : basah dan kering
b. Limbah cair
c. Limbah sampingan
Limbah padat basah yaitu berupa potongan – potongan ikan yang tidak dimanfaatkan.
Limbah ini berasal dari proses pembersihan ikan sekaligus mengeluarkan isis perutnya yang
berupa jerohan dan gumpalan – gumpalan darah. Selain itu limbah ini juga berasal dari proses
cleaning, yaitu membuang kepala, ekor, kulit dan bagian tubuh ikan yang lain, seperti sisik
dan insang.
Limbah padat kering berupa sisa/potongan karton kemasan, plastic, kertas, kaleng, tali
pengemas, label kemasan dan potongan sterofoam dan sebagainya. Kondisi limbah ini dapat
dalam keadaan bersih (belum terkontaminasi oleh bahan lain) maupun sudah terkontaminasi
bahan lain seperti ikan/udang, bahan pencuci produk, darah dan lendir ikan.
Adanya limbah tersebut menimbulkan masalah yang serius terhadap lingkungan bila
tidak dikelola dengan baik. Permasalah yang mungkin timbul adanya bau amis yang disertai
bau bususk karena proses pembusukannya sehingga mengundang datangnya berbagai vector
penyakit diantaranya adalah lalat dan tikus.
Limbah cair berupa sisa cucian ikan/udang, darah dan lender ikan, yang banyak
mengandung minyak ikan sehingga menimbulakan bau amis yang menyengat. Limbah cair
juga berasal dari sanitasi dan toilet pada lokasi usaha tersebut.
Limbah sampingan berupa jenis – jenis ikan hasil tangkapan yang tidak/kurang
ekonomis untuk diolah lanjut sehingga kemudian dibuang ke laut tanpa melaui IPAL
(instalasi pengolahan air limbah). Biasanya ini biasa dilakukan oleh pengolahan tradisional
yang dilaksanakan dirumah – rumah yang berlokasi di pinggir pantai, ataupun di atas
permukaan air laut.
Dan  juga limbah dari tumpahan minyak, yang disengaja maupun tidak merupakan
sumber pencemaran yang sangat membahayakan. Tumpahan minyak kelaut berasal dari kapal
tenker yang mengalami tabrakan atau kandas atau berasal dari proses yang disengaja seperti
pencucian tangki balas, transfer minyak antarkapal maupun kelalaian awak kapal. Komponen
minyak yang tidak larut didalam air akan mengapung pada permukaan air laut sehingga
menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen akan tenggelam dan terakumulasi
didalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan – batuan di pantai. Pencemaran
dari tumpahan minyak ini menimbulkan pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbu –
tumbuhan yang hidup di perairan, dimana menghancurkan hewan dan tumbuh – tumbuhan
yang hidup di batu – batuan dan pasir di wilayah pantai, juga termasuk area mangrove.
Kejadian minyak tumpah dapat merusak lingkunagndalam beberapa aspek,
diantaranya :
a. Pertukaran gas dan oksigen dari laut ke atmosfer akan terhambat dengan adanya lapisan
minyak di permukaan air laut
b. Kematian terumbu karang akibat minyak yang menempel pada permukaan
c. Lapisan licin dari minyak akan mempengaruhi burung laut dan binatang laut lainnya
bahkan sering mematikan
d. Akumulasitar di pantai sangat terganggu dan merusak potensi turisme dan daerah pantai.
F.     Penanggulangan Pencemaran pada Ekosistem Pantai
Tidak semua efek dari pembuangan sampah ke laut buruk. Pada kasus pembuangan
sampah berupa kerangka mobil bekas, ban roda atau bahan karung dapat turun kedasar laut
dan menjadi habitat buatan untuk organisme laut. Binatang – binatang laut dapat tinggal
didalam atapun berada didekat struktur. Keberadaan habitat buatan ini dapat mempengaruhi
perubahan lokal pada habitat dan distribusi ikan disekitar lokasi tersebut. Untuk itu
diperlukan kegiatan memilah – memilah sampah, organik dan anorganik atau sampah yang
masih bisa dimanfaatkan kembali.
Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pengendalian pencemaran laut
dapat dilakukan melalui penerapan 4R : reduce, reuse, recycle, dan replant dalam upaya
mengurangi terjadinya pencemaran laut. Selain itu, penerapan tersebut dapat juga digunakan
sebagai sumber alternatif pendapatan keluarga bagi masyarakat pesisir, seperti pengolahan
sampah menjadi kertas daur ulang atau pupuk kompos, sedangkan limbah atau sisa
pemanfaatan ikan dapat diolah menjadi makan ikan, pembuatan kerupuk, terasi atau produk
makanan lainnya.
Upaya penanggulangan pencemaran laut akibat sampah dapat juga dilakukan dengan
Gerakan Bersih Pantai dan Laut. Pembersihan sampah dilakukan pada wilayah/ daerah aliran
sungai, muara, pantai dan laut, serta pemukiman masyarakat pesisir dan kemudian
memisahkannya menjadi sampah organik dan non organik. Hal ini dilakukan secara periodik
dengan mengerahkan komponen masa, dari kelompok anak – anak sekolah dasar hingga
mahasiswa, organisasi pemuda, nelayan, pembudidaya ikan, masyarakat umum, serta segenap
organisasi – organisasi dan partai akan cukup efektif sebagai media informasi, disamping
tindakan nyata yang dilakukan, kepada masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih
dan sehat, termasuk juga lingkungan pesisir dan laut.
Bentuk kampaye dan penyebarluasan informasi mengenai pencemaran pesisir dan laut
harus selalu digalakan terhadap seluruh masyarakat, berikut berbagai aspek yang terkait
dengan bahayanya, seperti dengan mengurangi limbah plastik, mengurangi limbah B3,
menggunakan bahan ramah lingkungan, menjaga kebersihan pantai dan laut terutama dari
sampah non organik agar mengurangi beban nelayan karena dirugikan oleh adanya limbah
terutama sampah.
Sedangkan pembersihan pantai akibat limbah dari tumpahan minyak, dimana pantai
merupakan wilayah yang berhubungan langsung dengan manusia, sehingga pembersihan
tumpahan minyak menjadi suatu keharusan yang dituntut oleh banyak pihak. Secara umum
ada tiga metode yang dapat dipakai untuk membersihkan minyak yaitu :
a. Pembersihan secara fisik, dengan cara menyapu/mengangkut material pantai yang terkena
minyak. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat grader, buldoser, front loader atau
jika skalanya kecil dapat dengan menggunakan sekop dan keranjang. Penggunaan alat
berat kadang menyebabkan sejumlah bessar pasir terangkut.
Untuk daerah pantai berbatu pembersihannya lebih suoit dilakukan karena tumpahan
minyak dapat masuk kesela – sela batu dan teresap sampai ke dalam pori – pori batu.
Sehingga untuk kasus – kasus tertentu, dibiarkan saja merupakan langkah yang baik.
Pembersihan minyak yang ada pada batu dapat menggunakan alat high pressure water
jets atau dengan steam. Cara ini  memang menghilangkan minyak tetapi berpengaruh
juga pada organisme yang hidup di batu.
Penggunaan absorben juga telah di gunakan dengan menyebarkan absorben ke lokasi
tumpahan minyak untuk menghalangi penyebaran minyak lebih luas dan kerusakan lebih
lanjut. Namun langkah ini tidak begitu berhasil, karena hanya menyerap minyak seberat
absorben itu sendiri sehingga memerlukan jumlah absorben yang besar.
b. Dispersan, ada dua fungsi penggunaan dispersan, yaitu dispersan dengan konsentrasi
rendah digunakan untuk mencegah minyak masuk ke dalam pantai (disebarkan pasang
surut) dan digunakan untuk pembersihan tumpahan minyak. Namun penggunaan
dispersan malah menyebabkan kerusakan lain, yaitu dispersan terlalu masuk kedalam
material pasir daripada tersebar ke arah laut. Ditambah sifak toksisitas dari dispersan
sendiri membawa pengaruh buruk terhadap ekosistem sekitar.
c. Pembakaran dan Pemotongan, pembakaran merupakan pilihan yang memungkinkan
dalam upaya membersihkan tumpahan minyak di pantai. Tetapi pembakaran di pantai
yang dekat dengan populasi manusia dan organisme lain akan membawa dampak yang
lebih basar. Pemotongan tumbuhan yang tekena minyak bisa dilakukan untuk mengurangi
pengaruhnya pada perkembangan tumbuhan. Tetapi hal ini juga tidak dapat dilakukan
secara besar – besaran, karena akan dapat merusak ekosistem secara keseluruhan.
d. Pembuangan Material akibat Tumpahan Minyak, pembersihan tumpahan minyak tidaklah
cukup tapi juga harus dilakukan pembuangan material yang terkena tumpahan minyak,
misalnya rumput laut, tumbuhan, hewan, pasir, lumpur dan sampah lainnya. Jika sampah
dan material yang terkena minyak tersebut ditimbun di suatu tempat, maka dikhawatirkan
akan mencemari tanah. Namun biasanya sampah ini digunakan sebagai land fill, dengan
catatan perlu diperhatikan juga saluran drainase untuk leachetenya, sehingga tidak
mencemari tanah.
e. Metode lain adalah, membiarkannya pada tempat terbuka sampai beberapa minggu.
Kemudian akan oksigen. Kelembapan. Dan nutrien yang cukup akan menyebabkan
minyak terbiodegradasi.
Solusi secara garis besar, haruslah dimulai dari pemerintah, walaupun yang
mencemari lingkugan adalah rakyat bukan pemerintah. Pemerintah bekerjasama dengan
pengusaha, karena dengan adanya pabrik – pabrik dapat mendukung anggaran
pembelanjaan daerah yang salah satunya merupakan hal yang harus dipenuhi. Sehingga,
pemerintah seharusnya mengambil jalan tengah yang bijaksana jika pemerintah
mewajibkan tiap – tiap pabrik harus mempunyai filter atau penyaring terhadap limbah
yang dihasilkannya, yang sekarang lazim di sebut IPAL (Instalasi Pengelolaan Air
Limbah). Sehingga air limbah yang tercemar itu tidak langsung menuju ke air yang
merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya termasuk
manusia.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pantai serta ekosistemnya merupakan aset bagi daerah juga negeri, dengan menjaga
kelestarian pantai menjadi bersih dari segala limbah dan pencemaran maka siapapun yang
berada di lingkungan pantai dapat merasakan manfaat kenyamanannya dan dapat menikmati
keindahannya tanpa terganggu dengan kerusakan – kerusakan dari pencemaran limbah
ataupun tumpahan minyak. Ini tidaklah cukup hanya dilakukan oleh penduduk sekitar tapi
semua kalangan masyarakat turut berperan untuk menjaga kelestarian pada ekositem pantai.
Dengan menjaga kebersihan pada ekosistem pantai maka kita juga membantu untuk
menjaga aset negeri ini. Yang dimana juga merupakan sebagai cerminan bangsa ini
sebenarnya.

B.     Saran
Perlu adanya sosialisasi terus menerus pada masyarakat ataupun pihak – pihak yang
berperan lainnya tentang kepedulian terhadap lingkungan dengan cara terjun langsung
kelingkungan dengan mengerahkan seluruh kalangan. Dan penerapan peraturan yang telah
dibuat oleh pemerintah serta sanksi yang tegas bagi pelanggar.
DAFTAR PUSTAKA

1.      kamus bahasa indonesia edisi revisi, tahun 1998


2.      www.google.com/blog sahabat bersama; keanekaragaman ekosistem pantai
3.      www.google.com/blog Arif  Rifqi’site; ekosistem pantai
4.      www.google.com; ekosistem pantai, media online wilayah pesisir pantai
5.      www.google.com/blog maruf , ekosistem pantai
6.      Pencemaran Pesisir dan Laut, Dr. Ir. Mukhtasor, M. Eng, PT. Pradnya
Paramita,cetakan pertama tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai