Anda di halaman 1dari 45

Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

JURNAL OSEANOGRAFI
Asa Rudi Asmaradhanthi
17/414709/PN/15290
Manajemen Sumberdaya Akuatik
Intisari
Fenomena dan dinamika di perairan laut menjadi salah satu hal penting yang harus
dipertimbangkan dalam berbagai aktivitas yang dilakukan dilingkungan perairan laut.
Parameter oseanografi menjadi salah satu sarana untuk mempelajari berbagai fenomena
di lautan. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik parameter
oseanografi dan hubungan antar parameter di Pantai Sepanjang. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Maret 2019 di Pantai Sepanjang, Kabupaten
Gunung Kidul pada pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan dalam
praktikum ini yaitu pengamatan dan pengambilan data parameter oseanografi yang
dilakukan setiap 2 jam sekali selama 5 jam pada pos pengamatan yang telah ditentukan.
Parameter fisika yang diuji yaitu suhu air dan suhu udara menggunakan thermometer,
pH menggunakan pH meter, gelombang menggunakan teropong, kecepatan angin
menggunakan anemometer, arah angin menggunakan tissue dan kompas, kemiringan
pantai, dan pasang surut. Suhu air berkisar antara 24,9oC hingga 32oC, suhu udara
berkisar antara 25oC hingga 30oC, pH berkisar antara 8.1 hingga 9.6, gelombang
berkisar antara 0.09 m hingga 0.34 m, kecepatan angin berkisar antara 1.1 m/s hingga
4.35 m/s, arah angin antara 95 hingga 140, kemiringan pantai berkisar antara 5.44 o
hingga 23.8o, dan pasang surut berkisar antara 0.37 hingga 0.63. Parameter kimia yang
diuji yaitu oksigen terlarut (DO) menggunakan metode winkler, alkalinitas
menggunakan metode alkalimetri, dan salinitas menggunakan metode refraktometer.
Oksigen terlarut berkisar antara 4.6 hingga 36, alkalinitas berkisar antara 68 hingga 146,
dan salinitas berkisar antara 27 hingga 30. Parameter biologi yang diuji yaitu larva ikan
menggunakan jaring larva dan plankton menggunakan plankton net. Larva ikan yang
didapatkan sebanyak 14, dan kelimpahan plankton berkisar antara 1927.2 hingga 6263.4.
Kata kunci : biologi, fisika, kimia, oseanografi, parameter

PENDAHULUAN ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim


Oseanografi dapat didefinisikan (metereology) (Hurabarat and Evans,
secara sederhana sebagai suatu ilmu 2006).
yang mempelajari lautan. Ilmu ini Pengertian pantai berbeda
semata-mata bukanlah merupakan suatu dengan pesisir. Tidak sedikit yang
ilmu yang murni, tetapi merupakan mengira bahwa kedua istilah tersebut
perpaduan dari bermacam-macam ilmu memiliki arti yang sama, karena banyak
dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang istilah tentang pantai dan pesisir yang
termasuk di dalamnya adalah ilmu tanah digunakan dalam berbagai tulisan
(geology), ilmu bumi (geography), ilmu seperti beach, coast, shore, coastline,
fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), shore line, strand, kust dsb.

1
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Menurut Sandy (1996), pantai Pasang-surut merupakan faktor


adalah bagian dari muka bumi dari lingkungan paling penting yang
muka air laut rata-rata terendah sampai mempengaruhi kehidupan di zona
muka air laut rata-rata tertinggi. Tidak intertidal. Penyebab terjadinya
semua pantai terdiri atas pasir. Terdapat pasang-surut sangat kompleks dan
pula pantai dengan gelombang dan arus berhubungan dengan interaksi tenaga
pantainya sangat kuat sehingga pasir penggerak pasang-surut yaitu
yang hanyut lebih cepat daripada pasir matahari, bulan, rotasi bumi dan
yang terbawa ke pinggir pantai, yang geomorfologi samudra.
meninggalkan kerikil dan batuan hasil 2. Suhu harian/musiman bervariasi
pengikisan oleh laut. Di beberapa lebih cepat di kawasan ini, dan
tempat, pantai merupakan campuran kisaran tertinggi dapat melebihi batas
kerikil dan pasir ketika gelombang tidak toleransi beberapa jenis organisme.
cukup kuat untuk menghanyutkan 3. Perubahan salinitas yang dapat
semua pasir yang ada di pantai. mempengaruhi organisme terjasi di
Pantai biasanya terbentuk di zona intertidal melalui dua cara.
daerah dekat dengan terjadinya Pertama, karena digenangi air tawar
sedimentasi, misalnya pada dasar tebing atau aliran air akibat hujan lebat,
pantai atau di dekat muara sungai. kedua, berhubungan dengan
Endapan sedimen yang hanyut menuju genangan pasang surut.
pantai oleh arus dan gelombang 4. Gelombang merupakan parameter
menggantikan material-material yang utama dalam proses erosi atau
ada ataupun hanyut menuju perairan sedimentasi . besarnya erosi
yang lebih dalam terbawa sepanjang tergantung pada besarnya energy
pantai. dihempaskan oleh gelombang.
Menurut Prajitno (2009), faktor- Gelombang/ombak dibagi menjadi 2
faktor yang mempengaruhi kondisi macam yaitu :
lingkungan zona intertidal diantaranya - Ombak terjun biasanya terlihat di
adalah : pantai yang lautnya terjal.
1. Pasang-surut yaitu naik turunnya Ombak ini menggulung tinggi
permukaan air laut secara periodik kemudian jatuh dengan bunyi
selama interval waktu tertentu. yang keras dan bergemuruh.

2
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

- Ombak landau terbentuk di Ada berbagai macam cara organisme


pantai yang dasar lautnya di menyesuaikan diri salah satunya dengan
landau. Sehingga bergulung ke menguburkan diri atau memodifikasi
pantai agak jauh sebelum pecah. bentuk cangkang agar dapat hidup pada
Pada dasarnya faktor pembatas daerah yang kering.
kehidupan di pantai terbagi menjadi dua Pantai Sepanjang merupakan
bagian besar yang saling terkait (Aliv, salah satu pantai yang terletak di
2011) yaitu : Kabupaten Gunungkidul. Pantai ini
1. Faktor fisika merupakan tipe laut perairan terbuka.
Faktor ini merupakan faktor Perairan terbuka adalah suatu daerah
yang sangat berpengaruh pada perairan yang menghadap ke arah laut
ekosistem intertidal. Akibat adanya lepas tanpa adanya penghalang baik itu
pasang-surut maka menyebabkan faktor pulau maupun daratan di depannya.
pembatas pada daerah ini menjadi lebih Tidak adanya penghalang di perairan
ekstrim. Faktor pembatas tersebut yaitu terbuka akan berdampak pada fauna
kekeringan, suhu dan sinar matahari. yang hidup di perairan tersebut.
Ketiga faktor tersebut saling terkait. Morfologi di zona tepi pantai meliputi
Jika laut surut maka daerah intertidal tebing berbatu, pantai pasir dan tanah
terekspos oleh sinar matahari, akibatnya basah (wetlands). Kondisi morfologi
suhu meningkat. Suhu yang meningkat dan karakteristik lain dari suatu perairan
menyebabkan penguapan dan mempengaruhi keanekaragaman biota
dampaknya daerah menjadi kering. laut yang ada di dalamnya. Biota laut
Soemodihardjo (1990) mengungkapkan yang berada pada daerah tepi pantai ini
bahwa faktor fisik-kimia laut meliputi dapat beradaptasi dalam kondisi
salinitas, pH, arus, suhu dan kecerahan lingkungan yang cukup ekstrim dimana
selalu berubah-ubah tergantung kondisi beberapa parameter lingkungan seperti
daerah pasang surut. suhu, salinitas, kadar oksigen, dan
2. Faktor biologis habitat dapat berubah secara signifikan
Faktor ini sangat tergantung dari (Pribadi, et.al., 2009). Beberapa biota
faktor fisik perairan. Organisme laut sangat peka terhadap perubahan
berusaha untuk menyesuaikan diri pada lingkungan sehingga seringkali
keadaan yang sangat ekstrim tersebut.

3
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

digunakan sebagai indikator kuali-tas parameter oseanografi dan hubungan


suatu perairan. antar parameter di Pantai Sepanjang.
Pantai Sepanjang merupakan Kegiatan yang dilakukan dalam
salah satu pantai yang termasuk praktikum ini yaitu pengamatan dan
kedalam jenis pantai berbatu. Pada pengambilan data parameter
dasarnya pembagian zonasi untuk oseanografi yang dilakukan setiap 2 jam
pantai berbatu dilihat dari pasang surut sekali selama 5 jam pada pos
yang terjadi. Jenis pantai ini didominasi pengamatan yang telah ditentukan.
oleh substrat dari batuan berukuran 2 –
16 mm (Wentworth, 1992). Umumnya METODE
pantai berbatu terdapat bersama-sama Praktikum ini dilaksanakan pada
atau berseling dengan pantai berdinding hari Minggu, 17 Maret 2019 di Pantai
batu. Kawasan ini paling padat Sepanjang, Kabupaten Gunung Kidul
makroorganisme dan mempunyai pada pukul 10.00 hingga 15.00 WIB.
keragaman fauna maupun flora yang Kegiatan yang dilakukan dalam
paling besar. Tipe pantai ini banyak praktikum ini yaitu pengamatan dan
ditemui di selatan Jawa, Nusa Tenggara pengambilan data parameter
dan Maluku (Triadmodjo, 1999). Hal oseanografi yang dilakukan setiap 2 jam
inilah yang melatarbelakangi praktikum sekali selama 5 jam pada pos
di lakukan di Pantai Sepanjang. pengamatan yang telah ditentukan.
Tujuan praktikum ini adalah Berikut ini adalah pembagian pos
untuk mengetahui karakteristik pengamatan praktikum.

Gambar 1. Peta Distribusi Pos Pengamatan Praktikum Oseanografi

4
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Stasiun I berada pada koordinat 8° air, dan dibiarkan beberapa saat. Angka
8'11.50"S 110°33'51.69"E. Stasiun II yang ditunjukkan adalah besarnya pH,
berada pada koordinat 8° 8'12.60"S dicatat hasilnya. pH pen diangkat dan
110°33'54.60"E. Stasiun III berada pada dibersihkan ujung elektrodanya dengan
koordinat 8° 8'13.17"S 110°33'57.13"E. aquadest dan dibersihkan dengan ujung
Stasiun IV berada pada koordinat 8° kertas tissue. Terakhir, ditutup kembali
8'13.55"S 110°33'59.72"E. Stasiun V elektrodenya.
berada pada koordinat 8° 8'14.09"S Cara kerja mengukur parameter
110°34'2.97"E. Stasiun VI berada pada suhu udara menggunakan thermometer
koordinat 8° 8'14.36"S 110°34'6.40"E. sangat sederhana. Thermometer
Alat yang dipakai dalam didiamkan di udara selama beberapa
praktikum adalah thermometer, pH saat sampai thermometer stabil dan
meter, teropong, anemometer, tissue, dicatat hasilnya. Cara kerja mengukur
kompas, jaring larva, plankton net, tali, parameter suhu air menggunakan
pipa, spidol, stop watch, ember botol thermometer adalah dicelupkan
oksigen, gelas ukur, Erlenmeyer, pipet kedalam air sampai beberapa saat.
tetes, pipet ukur dan botol cuka. Bahan Dibaca ketinggian air raksa dan dicatat
yang digunakan dalam praktikum ini hasilnya.
adalah sampel air, larutan MnSO4, Cara kerja mengukur pasang-
reagen O2, larutan H2SO4 pekat, surut menggunakan tidal gauge adalah
indikator amilum, Na2S2O3 1/80 N, disiapkan tongkat yang telah diberi
larutan H2SO4 0,02 N, indikator PP, skala sebelumnya. Ditentukan titik
indikator MO dan alkohol 70%. pasang surut terendah. Ditandai skala
Cara kerja mengukur parameter pada tongkat saat air datang dari laut
pH dengan menggunakan pH pen (X) dan diukur jarak dari ujung bawah
adalah dibuka penutup electrode dan tongkat ke skala X. Pada saat air surut,
dicelupkan kedalam larutan buffer segera ditandai skala pada tongkat (Y)
sampai menunjukkan angka 7. Bila dan diukur jarak dari ujung bawah
sudah sesuai, pH pen diangkat dari tongkat ke skala Y. Pasang surut air laut
buffer, dibersihkan air yang menempel dihitung dengan rumus :
dengan kertas tissue. Setelah itu 𝑋+𝑌
𝑃𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑟𝑢𝑡 =
dimasukkan ujung pen kedalam sampel 2

5
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Cara kerja mengukur parameter Tali ditarik tegak lurus dengan tongkat
gelombang adalah disiapkan teropong ke arah darat dan dihitung panjangnya
sebagai alat bantu pengamatan. (x). Kemiringan pantai (Ɵ)
Pengamat menggunakan teropong untuk menggunakan rumus :
mengamati satu titik pada permukaan 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝜃
𝑦
air laut. Pengamat mencatat banyaknya = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝑥
gelombang (1 bukit-1 lembah) yang Salinitas diukur dengan
terjadi selama 1 menit. Pengamat menggunakan alat refraktometer.
menghitung frekuensi gelombang Refraktometer dibuka penutup gelasnya
dengan rumus. (pelan-pelan), dibersihkan dengan
𝑛
𝑓= kertas tissue, ditetesi dengan sampel air
𝑡
Dengan keterangan n adalah banyaknya (cukup satu tetes), kemudian ditutup

gelombang dan t adalah waktu kembali. Refraktometer diarahkan

pengamatan dalam satuan detik. kearah datangnya cahaya. Dibaca

Cara kerja mengukur arah angin salinitas sampel air melalui

adalah tissue dipegang dengan kedua teropongnya. Angka yang ditunjukkan

tangan dan tissue dibiarkan bergerak oleh garis batas biru dan putih dalam

mengikuti arah angin. Ditentukan arah lingkaran adalah angka salinitas air dan

angin dengan menggunakan kompas. dicatat hasilnya. Air asin yang

Tissue diletakkan di atas kompas dan menempel pada refraktometer segera

kompas diarahkan pada arah gerakan dibersihkan/dikeringkan menggunakan

tissue. Dilihat arah angin pada kompas kertas tissue atau kain lap yang tersedia.

dan dicatat derajatnya. Sedangkan untuk Alkalinitas dapat dihitung

mengukur kecepatan angin adalah menggunakan metode alkalometri. Air

anemometer diarahkan bagian depan sampel diambil dengan botol oksigen,

terhadap datangnya angina. Dicatat pastikan agar tidak terbentuk

kecepatan angin yang didapatkan. gelembung. Air sampel diambil

Cara kerja mengukur sebanyak 50 ml menggunakan gelas

kemiringan pantai menggunakan prinsip ukur lalu dituangkan ke dalam gelas

trigonometri. Ditancapkan tongkat Erlenmeyer. Kedalam gelas Erlenmeyer

setiggi 1 m (y) pada batas ombak dan yang berisi sampel air tersebut

pasir atau pada batas karang dan pasir. ditambahkan 3 tetes indikator PP.

6
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Diamati perubahannya, apabila amylum (larutan menjadi biru) dan


warnanya rose maka dititrasi dengan dilanjutkan titrasi sampai warna biru
0.02 N H2SO4 sampai warnanya hilang hilang. Dicatat banyaknya titran yang
dan dicatat banyaknya titrasi (a ml). digunakan (a ml). Oksigen terlarut
Kemudian ditambahkan indikator MO dihitung dengan rumus :
sebanyak 3 tetes dan dilanjutkan titrasi 1000
𝑂𝑘𝑠𝑖𝑔𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝐷𝑂) = × 𝑎 × 0,1 𝑚𝑔/𝐿
50
sampai berubah warna menjadi merah Cara kerja untuk menentukan
bata, dicatat banyak titran (b ml). larva ikan adalah disiapkan
Sebaliknya, bila tidak berwarna maka formaldehida 37%. Ditentukan lokasi
ditambahkan indikator MO sebanyak 3 sampling berupa pesisir yang
tetes dan dititrasi dengan 0.02 N H2SO4 terlindungi, aman dari gelombang besar
sampai berubah warna menjadi merah dan merupakan habitat larva. Dilakukan
bata, dicatat banyaknya titran (b ml). sampling larva dengan cara
Alkalinitas dihitung dengan rumus : merentangkan jaring larva dan menarik
1000
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 = × (𝑎 + 𝑏) × 1 𝑚𝑔/𝐿 menyusuri pantai selama 1 menit atau
50
Oksigen terlarut (DO) dihitung sejauh 50 meter. Jaring diangkat dan

menggunakan metode Winkler. Air direntangkan di pantai yang rata serta

sampel diambil dengan botol oksigen, dikumpulkan larva yang tertangkap.

pastikan agar tidak terbentuk Larva ikan disimpan kedalam botol

gelembung. Air sampel di dalam botol sampel dan diawetkan dalam larutan

oksigen tersebut ditambahkan 1 ml formalin 5%. Diberi label dengan

larutan MnSO4, ditutup botolnya menggunakan spidol. Dilakukan

kemudian dikocok-kocok dan dibiarkan sampling pada jam yang berbeda.

beberapa saat (2-4 menit). Selanjutnya Dilakukan identifikasi jenis spesies

menggunakan prosedur yang sama pada setiap stasiun pengamatan.

berturut-turut ditambahkan reagen O2 Dimasukkan data hasil pengamatan dan

dan H2SO4 pekat. Setelah larutan dianalisis datanya.

homogeny, diambil 50 ml dan Cara kerja untuk menentukan

dituangkan kedalam gelas Erlenmeyer plankton adalah disiapkan fomaldehida

kemudian dititrasi dengan Na-thiosulfat 37%. Diambil sampel air menggunakan

sampai warnanya kuning muda. ember sebanyak 20 l, kemudian disaring

Ditambahkan 2-3 tetes indikator menggunakan plankton net. Plankton

7
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

akan tertampung dalam botol (vol ± 20 glass. Diamati sampel plankton dibawah
ml). Hasil saringannya dipindah mikroskop dengn perbesaran yang
kedalam botol sampel dan ditambahkan sesuai. Diidentifikasi jenis plankton
formalin. Biberi label dengan berpedoman buku penuntun identifikasi
menggunakan spidol. Diambil dengan plankton.
pipet sampel plankton tersebut dan
dituangkan ke dalam kaca preparat
hingga merata dan ditutup dengan cover

HASIL
Tabel 1. Parameter Fisika Stasiun 2

Suhu Arah Kecepatan Pasang Kemiringan


Waktu pH Suhu air Gelombang
udara angin angin surut pantai
10.00 9.6 29 31 105 1.2 0.55 0.10 5.44
11.00 9.4 28 32 110 1.3 0.45 0.13 5.52
12.00 8.9 30 32 125 3.4 0.63 0.10 6.41
13.00 9 27 32 95 4.35 0.55 0.10 7.59
14.00 8.1 29 24.9 140 1.3 0.38 0.12 7.80
15.00 8.6 25 30 130 2.5 0.46 0.10 5.44

Tabel 2. Parameter Fisika Stasiun 5

Suhu Arah Kecepatan Pasang Kemiringan


Waktu pH Suhu air Gelombang
udara angin angin surut pantai
10.00 9.4 28.5 31.5 112 1.25 0.56 0.13 7.24
11.00 9.4 28.5 31 120 3.4 0.44 0.34 5.52
12.00 9 29.5 31 115 4 0.37 0.12 7.95
13.00 8.8 26.5 31.5 115 4.3 0.54 0.24 7.74
14.00 8.6 25 30 130 1.1 0.50 0.09 23.8
15.00 8.3 26 29.25 110 2.65 0.50 0.19 9.8

8
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Tabel 3. Parameter Kimia Stasiun 3


Waktu DO Alkalinitas Salinitas

10.00 5.4 70 30

11.00 7 86 30

12.00 10.4 68 30

13.00 5 114 30

14.00 4.6 94 27

15.00 5.4 88 30

Tabel 4. Parameter Kimia Stasiun 6


Waktu DO Alkalinitas Salinitas
10.00 9 146 28
11.00 36 136 29.5
12.00 7 126 30
13.00 7.4 124 30
14.00 6 126 29
15.00 6.8 98 30

Tabel 5. Larva Ikan Stasiun 1 dan 4

No Stasiun Waktu Nama Jumlah Kondisi


1 I 10.00 Microcanthus strigatus 2 Mati
2 I 11.00 Nemadactylus macropterus 1 Hidup
3 I 12.00 Maccullochella macquariensis 3 Hidup
4 I 13.00 - Tidak ditemukan
5 I 14.00 - Tidak ditemukan
6 I 15.00 Maccullochella macquariensis 5 Mati
7 IV 10.00 Maccullochella macquariensis 1 Mati
8 IV 11.00 Microcanthus strigatus 1 Mati
9 IV 12.00 - - Tidak ada
10 IV 13.00 Tidak dapat diamati 0 Tidak ada
11 IV 14.00 - - Tidak ada
12 IV 15.00 Maccullochella macquariensis 1 Mati

9
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Tabel 6. Plankton Stasiun 1 dan 4

Stasiun Waktu Kelimpahan Diversitas Keseragaman Dominansi

I 10.00 3854.4 0.46001 0 0.03807


I 11.00 2409 0.3702 0.1851 0.01487
I 12.00 2890.8 0.40574 0.20287 0.02142
I 13.00 2890.8 0.40574 0.256 0.02142
I 14.00 2409 0.3702 0.1851 0.01487
I 15.00 5299.8 0.50925 0.14721 0.07198
IV 10.00 2409 0.37993 0.18997 0.01644
IV 11.00 2409 0.37993 0.23971 0.01644
IV 12.00 3372.6 0.44478 0.44478 0.03222
IV 13.00 2409 0.37993 0.37993 0.01644
IV 14.00 6263.4 0.52832 0.22754 0.11111
IV 15.00 1927.2 0.33696 0.2126 0.01052
PEMBAHASAN praktikum sangat cerah. Semakin
a. Pembahasan Umum menjelang siang, cuaca menjadi sangat
Aktivitas yang dilakukan oleh panas. Namun, pada pukul 14.00 WIB
praktikan adalah melakukan cuaca berubah secara drastis menjadi
pengamatan mulai dari pukul 10.00 hujan lebat. Cuaca yang hujan lebat
sampai 15.00 WIB sesuai dengan tersebut sangat mengganggu jalannya
stasiun dan waktu pengamatan yang praktikum. Semua pos dipindah ke
telah ditentukan sebelumnya. Aktivitas tempat yang tidak terkena hujan. Pada
dari masyarakat yang ditemui di Pantai pos fisika dan biologi tetap dilakukan
Sepanjang adalah berjualan hasil olahan pengamatan, walaupun gelombangnya
ikan, mencari rumput laut, berenang, agak besar sehingga menyulitkan
bermain pasir, bermain layang-layang praktikan untuk melakukan pengamatan
dan lain-lain. Cuaca pada saat awal b. Pembahasan Parameter

10
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

pH
10

9.5

8.5 Stasiun II
Stasiun V
8

7.5

7
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 1. pH Stasiun II vs StasiunV


Derajat keasaman (pH) suatu lingkungan perairan. Tinggi atau
merupakan parameter penting dalam rendahnya nilai pH air tergantung pada
menentukan kualitas air. Nilai pH beberapa faktor yaitu, kondisi gas-gas
adalah gambaran jumlah atau aktivitas dalam air seperti CO2, konsentrasi
hidrogen dalam air. Secara umum, nilai garam-garam karbonat dan bikarbonat,
pH menunjukkankan seberapa asam proses dekomposisi bahan organik di
atau basa suatu perairan (Widigdo, dasar perairan (Barus, 2004). Menurut
2001). Pengertian pH (power of (Kusumaningtyas, et.al., 2014) pH
Hydrogen) sebenarnya adalah sebuah semakin meningkat ke arah laut lepas.
ukuran tingkat asam (acidity) atau basa Tinggi rendahnya pH dapat disebabkan
(alkalinity) dari air tersebut. Tingkat pH oleh sedikit banyaknya bahan organik
pada air laut berkisar antara 7.6 – 8.4 dari darat yang dibawa melalui aliran
(Nursaiful, 2004). Kenaikan pH pada sungai. Nilai pH yang ideal bagi
perairan akan menurunkan konsentrasi kehidupan organisme air laut pada
CO2 terutama pada siang hari ketika umumnya berkisar antara 7 sampai 8.5.
proses fotosintesis sedang berlangsung. Kondisi perairan yang bersifat sangat
Derajat keasaman atau kadar ion asam maupun sangat basa akan
H dalam air merupakan salah satu faktor menganggu kelangsungan hidup
kimia yang sangat berpengaruh terhadap organisme karena akan menyebabkan
kehidupan organisme yang hidup di terjadinya gangguan pada proses

11
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

metabolisme dan respirasi. Perubahan laut tidak akan drop karena air laut
pH di atas netral akan meningkatkan mengandung zat-zat penyangga (buffer)
konsentrasi amonia yang bersifat sangat alami yang berfungsi mempertahankan
toksik bagi organisme (Barus, 2004). pH level seperti bikarbonat, karbonat,
Derajat keasaman (pH) mempunyai kalsium, borat, dan hidroksida.
pengaruh yang besar terhadap Kemampuan air laut untuk
kehidupan tumbuhan dan hewan mempertahankan turunnya pH akibat
perairan sehingga dapat digunakan penambahan asam disebut alkalinitas,
sebagai petunjuk untuk menilai kondisi buffering capacity, dan carbonate
suatu perairan sebagai lingkungan hardness (KH atau dKH) (Nursaiful,
tempat hidup (Odum, 1971). Nilai pH 2004).
erat kaitannya dengan karbondioksida Berdasarkan Gambar 1 dapat
dan alkalinitas. Pada pH <5 alkalinitas diketahui bahwa grafik pH pada stasiun
dapat mencapai nol. Semakin tinggi II dan stasiun V semakin sore akan
nilai pH maka semakin tinggi pula semakin menurun. Hal ini karena
alkalinitas dan semakin rendah kadar pengaruh fitoflankton terhadap kadar
karbondioksida bebas (Mackereth, CO2 dalam air laut adalah adanya proses
Heron, & Talling, 1989). Menurut respirasi dan fotosintesis. Pada saat pagi
Suciaty (2011), alkalinitas merupakan dan siang hari (ada sinar matahari),
parameter yang paling berpengaruh seluruh fitoplankton akan melakukan
terhadap besarnya nilai pH air laut. proses fotosintesis. Dalam proses
Selain itu, terdapat pula faktor fisis lain fotosintesis ini CO2 akan diserap oleh
yang secara tidak langsung dapat fitoplankton, sehingga proses ini akan
mempengaruhi pH seperti suhu, menurunkan kadar CO2 dalam air laut.
salinitas, curah hujan, perubahan Sedangkan pada saat sore hari (tidak
musim, dan fenomena ENSO (El- ada sinar matahari), terjadi proses
Niño/La-Niña Southern Oscillation). respirasi yaitu fitoplankton akan
(Triyulianti, et al., 2012) menyatakan mengeluarkan CO2 dan
bahwa variabilitas suhu dan salinitas memasukkannya ke dalam air laut.
secara tidak langsung juga Adanya proses respirasi ini akan
menyebabkan bervariasinya nilai pH menaikkan kadar CO2 dalam air laut.
dan alkalinitas yang terukur. Nilai pH di Karbondioksida yang dihasilkan dalam

12
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

proses respirasi ini akan bereaksi menyebabkan pH air laut menjadi turun
dengan air laut menghasilkan H2CO3 (Susana, 1988).
yang bersifat asam. Hal ini akan

Pasang Surut
0.70

0.60

0.50

0.40
Stasiun II
0.30
Stasiun V
0.20

0.10

0.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 2. Pasang Surut Stasiun II vs Stasiun V


Pasang-surut (pasut) merupakan dan lembah gelombang disebut
salah satu gejala alam yang tampak surut/pasang rendah (Low Water/LW).
nyata di laut, yakni suatu gerakan Perbedaan vertikal antara pasang tinggi
vertikal (naik turunnya air laut secara dan pasang rendah disebut rentang
teratur dan berulang-ulang) dari seluruh pasang-surut atau tunggang pasut (tidal
partikel massa air laut dari permukaan range) yang bisa mencapai beberapa
sampai bagian terdalam dari dasar laut. meter hingga puluhan meter. Periode
Gerakan tersebut disebabkan oleh pasang-surut adalah waktu antara
pengaruh gravitasi (gaya tarik menarik) puncak atau lembah gelombang ke
antara bumi dan bulan, bumi dan puncak atau lembah gelombang
matahari, atau bumi dengan bulan dan berikutnya (Setiawan, 2006).
matahari (Wibisono, 2005). Pasang Pasang surut terjadi karena
surut laut dapat didefinisikan pula adanya gerakan dari benda benda
sebagai gelombang yang dibangkitkan angkasa yaitu rotasi bumi pada
oleh adanya interaksi antara bumi, sumbunya, peredaran bulan
matahari dan bulan. Puncak gelombang mengelilingi bumi dan peredaran
disebut pasang tinggi (High Water/RW) bulan mengelilingi matahari. Gerakan

13
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

dari benda angkasa tersebut akan Berdasarkan Gambar 2 dapat


mengakibatkan terjadinya beberapa diketahui bahwa grafik pasang surut
macam gaya pada setiap titik di bumi pada pukul 12.00 WIB di stasiun II dan
ini, yang disebut gaya pembangkit stasiun V terjadi perbedaan yang
pasang surut. Masing-masing gaya akan signifikan. Pasang surut pada pukul
memberikan pengaruh pada pasang 12.00 WIB di stasiun II adalah sebesar
surut dan disebut komponen pasang 0.63 sedangkan pada stasiun V sebesar
surut, dan gaya tersebut berasal dari 0.37. Hal ini dapat terjadi karena
pengaruh matahari, bulan atau dipengaruhi oleh topografi dasar pantai
kombinasi keduanya. Dari semua dan laut, lebar selat, bentuk teluk dan
benda angkasa yang mempengaruhi sebagainya. Topografi dasar laut
proses pembentukan pasang surut air merupakan kedaan bentang alam yang
laut, hanya matahari dan bulan yang ada di dasar suatu samudera atau lautan.
sangat berpengaruh melalui tiga Keadaan bentang alam ini ternyata
gerakan utama yang menentukanparas sangat mempengaruhi terjadinya pasang
/ muka air laut di bumi ini. Ketiga surut air laut. Topografi yang rata,
gerakan itu adalah : intensitas dan juga besarnya pasang
1. Revolusi bulan terhadap bumi, surut tentu tidak akan sama dengan laut
dimana orbitnya berbentuk elips dan yang topografinya beraneka ragam,
memerlukan waktu 29,5 hari untuk seperti ada tonjolan maupun ada
menyelesaikan revolusinya cekungan. (Nontji, 2005). Selain itu
2. Revolusi bumi terhadap matahari, waktu pengamatan yang sedikit berbeda
dengan orbitnya berbentuk elips juga dapat mempengaruhi hasil.
juga dan periode yang diperlukan Pasang-surut purnama (spring
365.25 hari ; tides) terjadi ketika bumi, bulan dan
3. Perputaran bumi terhadap sumbunya matahari berada dalam suatu garis lurus
dan waktu yang diperlukan24 jam (matahari dan bulan dalam keadaan
(one solar day). Rotasi bumi oposisi). Pada saat itu, akan dihasilkan
tidak menimbulkan pasang pasang tinggi yang sangat tinggi dan
surut namun mempengaruhi muka pasang rendah yang sangat rendah,
air pasang surut. karena kombinasi gaya tarik dari
matahari dan bulan bekerja saling

14
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

menguatkan. Pasang-surut purnama ini Jenis pasang surut yang terjadi di Pantai
terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada Sepanjang ketika hari pelaksanaan
saat bulan baru dan bulan purnama (full praktikum lapangan berdasarkan
moon). Sedangkan pasang-surut perbani pengaruh kedudukan matahari, bulan
(neap tides) terjadi ketika bumi, bulan dan bumi hasil yang diperoleh adalah
dan matahari membentuk sudut tegak pasang perbani (neap tide). Hal ini
lurus, yakni saat bulan membentuk karena perbedaan pasang tertinggi dan
sudut 90° dengan bumi. Pada saat itu terendah pada pasang perbani lebih
akan dihasilkan pasang tinggi yang kecil dibandingkan dengan pasang
rendah dan pasang rendah yang tinggi. purnama. Berdasarkan pola gerakan
Pasang-surut perbani ini terjadi dua muka laut, maka pasang surut yang
kali, yaitu pada saat bulan 1/4 dan ¾. terjadi di Pantai Sepanjang ketika hari
Menurut Wibisono (2005), sebenarnya pelaksanaan praktikum lapangan adalah
hanya ada tiga tipe dasar pasangsurut pasang-surut tipe tengah harian/ harian
yang didasarkan pada periode dan ganda (semi diurnal type). Hal ini
keteraturannya, yaitu sebagai berikut: karena pada saat praktikum terdapat 2
1. Pasang-surut tipe harian tunggal kali pasang yaitu pada pagi dan siang
(diurnal type): yakni bila dalam menjelang sore dan terdapat 2 kali surut
waktu 24 jam terdapat 1 kali yaitu pada pagi menjelang siang dan
pasang dan 1 kali surut. sore hari.
2. Pasang-surut tipe tengah harian/ Pengukuran pasang surut air laut
harian ganda (semi diurnal dapat digunakan dengan berbagai cara
type): yakni bila dalam waktu 24 yang tujuannya adalah memonitor
jam terdapat 2 kali pasang dan 2 tinggi permukaan air laut secara
kali surut. berkala. Metode yang digunakan saat
3. Pasang-surut tipe campuran praktikum adalah pengukuran dengan
(mixed tides): yakni bila dalam tide meter atau tide gauge. Metode lain
waktu 24 jam terdapat bentuk yang dapat digunakan selain
campuran yang condong ke tipe menggunakan tide meter atau tide
harian tunggal atau condong ke gauge adalah metode Least Squares
tipe harian ganda. dan metode Distribusi Frekuensi
menggunakan metode Gumbel. Metode

15
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Least Squares merupakan metode lunak Worldtides 2010 yang


analisis harmonik yang menguraikan dijalankan dengan Matlab 2007.
gelombang pasang surut menjadi Metode Distribusi Frekuensi
beberapa komponen harmonik pasang menggunakan metode Gumbel
surut dimana ketinggian muka air merupakan metode yang bertujuan
yang disebabkan oleh gelombang untuk menganalisis data pasang surut
pasang surut merupakan hasil untuk menghasilkan nilai pasang surut
penjumlahan dari komponen- perkiraan pada periode ulang tertentu.
komponen gaya pembangkit pasang Metode ini menggunakan perangkat
surut. Metode Least Squares dalam lunak Microsoft Excel (Hasibuan, et,al.,
penelitian ini menggunakan perangkat 2015).

Gelombang
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20 Stasiun II

0.15 Stasiun V

0.10
0.05
0.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 3. Gelombang Stasiun II vs Stasiun V


Gelombang merupakan salah gelombang umumnya terjadi di daerah
satu fenomena alam yang terjadi di laut. perairan lepas, saat gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik terbentuk gelombang tersebut akan
turunnya air dengan arah tegak lurus bergerak dalam jarak yang panjang
permukaan air laut yang membentuk melintasi laut, dengan hanya kehilangan
kurva sinusoidal. Pada umumnya sedikit energinya. Gelombang
gelombang disebabkan oleh tiupan merupakan salah satu parameter laut
angin baik secara langsung atau pun yang domain terhadap laju mundurnya
tidak langsung. Pembentukan garis pantai (Wakkary, et.al., 2017).

16
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Gelombang adalah pergerakan naik dan meter). Hal ini disebabkan oleh
turunnya air dengan arah tegak lurus terbatasnya daerah tiupan angin.
permukaan air laut yang membentuk Sedangkan gelombang yang terbentuk
kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut di daerah lepas pantai atau di tengah
disebabkan oleh angin. Angin di atas laut seringkali mempunyai energi yang
lautan mentransfer energinya ke besar akibat luasnya daerah tiupan
perairan, menyebabkan riak-riak, angin di laut dibandingkan dengan
alun/bukit, dan berubah menjadi apa tiupan angin di pantai. Selama
yang disebut sebagai gelombang penjalarannya tersebut, gelombang
(Dhanista, 2017). mengalami proses dispersi akibat
Faktor pembentuk gelombang perbedaan kecepatan rambat gelombang
adalah tiupan angina, baik langsung yang berbeda periodenya. Makin jauh
maupun tidak langsung. Pada daerah jarak perambatan gelombang, makin
tiupan angin (dikenal dengan istilah homogen periode gelombang tersebut.
'fetch'), terjadi peristiwa transfer energi Gelombang yang homogen umumnya
angin ke energi gelombang dalam dikenal dengan nama alun (swell).
spektrum frekuensi yang luas. Dengan Berdasarkan Gambar 3 dapat
kata lain, di daerah angin tersebut diketahui terjadi perbedaan frekuensi
terbentuk campuran gelombang dengan gelombang pada stasiun 2 dan stasiun 5.
bermacam-macam frekuensi. Distribusi Dimana stasiun 2 cenderung stabil dan
frekuensi dan besarnya energi stasiun 5 berfluktuasi. Hal ini karena
gelombang ditentukan oleh tiga faktor, perubahan kecepatan yang dialami
yaitu: luasnya daerah tiupan angin, gelombang ketika memasuki perairan
lamanya angin bertiup, dan besarnya dangkal (daerah pantai) mengakibatkan
tiupan angin. Gelombang yang gelombang mengalami refraksi atau
terbentuk tersebut akan menjalar keluar terjadi pembelokan dari arah penjalaran
dari daerah tiupan angin hingga gelombang. Refraksi ini membuat
mencapai daerah dangkal atau pantai, 'muka gelombang' sejajar garis pantai.
dan melepaskan energinya. Gelombang Adakalanya gerakan gelombang menuju
laut yang terbentuk akibat tiupan angin pantai terhambat oleh adanya bangunan
setempat umumnya mempunyai seperti pemecah gelombang
ketinggian yang kecil (kurang dari 0.5 (breakwater) atau terumbu karang.

17
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Gelombang yang membentur pemecah saat praktikum adalah metode sederhana


gelombang ini mengalami difraksi yang dan manual. Metode lain yang dapat
mengakibatkan tinggi gelombang digunakan untuk mengukur dan
menjadi berkurang. Disamping dapat mengetahui gelombang adalah
mengalami refraksi dan difraksi, pengukuran semi-otomatis yang
gelombang laut juga mengalami refleksi dilakukan dengan memonitor fluktuasi
(pemantulan). Gelombang yang datang tinggi permukaan air dengan bantuan
dipantulkan kembali ke arah laut. alat yang lebih presisi. Diantaranya
Gelombang laut yang bergerak dengan penggunaan Video camera
memasuki perairan pantai mengalami recorder seperti yang dilakukan
pertambahan tinggi yang membuat Puslitbang Oseanologi di Kalimantan
keterjalan gelombang bertambah. Barat. Teknik ini memerlukan
Selanjutnya kecepatan partikel air pada tersedianya alat-alat yang relatif mahal,
puncak gelombang mendekati akan tetapi mempunyai ketelitian dan
kecepatan gelombang. Bila kecepatan akurasi yang tinggi baik pada saat
partikel air lebih besar daripada gelombang kecil maupun besar. Untuk
kecepatan gelombang maka gelombang tersedianya data yang kontinu,
menjadi tidak stabil dan pecah. penggunaan alat dengan sistem
Pecahnya gelombang umumnya dapat perekaman sendiri mutlak di perlukan.
dibagi dalam tiga tipe, yaitu spilling, Alat ukur ini disebut sebagai 'wave-
plunging dan surging. Di pantai yang meter' dan mempunyai akurasi data
landai umumnya terjadi spilling dan di yang sangat tergantung pada kualitas
pantai yang agak curam terjadi plunging alatnya. Pemilihan tipe alat perlu
sedangkan di pantai yang curam terjadi memperhatikan kondisi umum
surging (Azis, 2006). gelombang di lokasi pengamatan.
Metode yang diakukan untuk Pendekatan ini memerlukan alat yang
mengukur dan mengetahui gelombang mahal (Arief, et.al., 1994)

18
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Kecepatan angin
5
4.5
4
3.5
3
2.5 Stasiun II
2 Stasiun V
1.5
1
0.5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 4. Kecepatan Angin Stasiun II vs Stasiun V

Angin adalah udara yang bertiup berbanding lurus dengan


bergerak dari satu tempat ke tempat lain gradien barometernya. Semakin
secara horizontal yang disebabkan oleh besar gradient barometernya,
perbedaan tekanan udara. Pada dasarnya semakin kuat angina yang bertiup.
angin bergerak dari daerah tekanan Gradien barometer adalah
tinggi (suhu rendah) menuju daerah perbedaan tekanan udara antara dua
yang bertekanan rendah (suhu tinggi) isobar pada tiap jarak lurus.
(Kartasapoetra, 2004). Faktor-faktor 2. Relief Permukaan Bumi
yang mempengaruhi pergerakan angin Relief yang tidak rata menjadi
dan kecepatan angina adalah : penghambat bagi aliran atau
1. Gradien Barometris pergerakan angin. Di daerah
Perbedaan tekanan udara antara dua perbukitan pergerakan angina
tempat akan menghasilkan angin. terhambat bukit-bukit, sehingga
Semakin besar perbedaan tekanan bertiup dengan kecepatan lebih
udara, maka angin yang bertiup pun lambat disbanding di daerah pesisir.
akan semakin kencang atau kuat. 3. Ketinggian Tempat
Sebagaimana yang dirumuskan Angin bertiup dari daerah
dalam Hukum Stevenson. Menurut bertekanan tinggi ke daerah tekanan
Stevenson kekuatan angin yang rendah. Hanya saja angin yang

19
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

bertiup tidak mengalir lurus, tetapi Perbedaan tekanan udara antara


mengalami pembelokan arah akibat dua tempat akan menghasilkan angin.
pengaruh rotasi bumi. Pembelokan Semakin besar perbedaan tekanan
juga dialami angin yang bertiup udara, maka angin yang bertiup pun
menuju khatulistiwa. Seperti yang akan semakin kencang atau kuat. Angin
diungkapkan dalam Hukum Buys yang bertiup tidak mengalir lurus, tetapi
Ballot, angin bergerak dari tekanan mengalami pembelokan arah akibat
maksimum ke daerah bertekanan pengaruh rotasi bumi. Di setiap daerah
minimum. Di daerah selatan tekanan udara selalu berubah-ubah.
khatulistiwa angin berbelok ke arah Akibatnya, arah pergerakan angin tidak
kiri dan di utara khatulistiwa tetap atau tidak menentu. Pada hari
berbelok ke arah kanan. pelaksanaan praktikum, yaitu bulan
4. Letak Lintang Maret, posisi matahari berada di atas
Letak lintang berkaitan dengan ekuator sehingga energi matahari yang
posisi Matahari. Di daerah lintang diterima di belahan bumi bagian utara
rendah banyak mendapatkan sinar dan di belahan bumi bagian selatan
matahari, sehingga lebih panas sama. Karena adanya komposisi laut
dibandingkan di daerah lintang dan daratan serta topografi yang
tinggi, dan sebaliknya. Perbedaan bervariasi di belahan bumi bagian utara
panas ini menimbulkan sistem angin maka panas dari energi matahari yang
utama di bumi. diterima tidak sama. Seperti diketahui
5. Panjang Siang dan Malam bahwa laut akan menyerap panas lebih
Bila dirasakan, kecepatan angin lama dan menyimpan panas lebih lama
pada waktu siang dan malam daripada daratan. Akibatnya sirkulasi
berbeda. Angin bertiup lebih cepat angin di belahan bumi bagian utara
siang hari dibandingkan malam hari. secara umum tidak teratur. Sementara
Panjang siang dan malam pada itu, pada saat pelaksanaan praktikum
beberapa daerah tidak sama bertiup angin pasat tenggara yang
sehingga menyebabkan tekanan bergerak dengan arah yang konstan
udara berubah-ubah. Akibatnya, yaitu ke arah barat dan barat laut. Selain
arah pergerakan angin tidak tetap itu pada bulan maret juga dikenal
atau tidak menentu. sebagai masa transisi.

20
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Berdasarkan Gambar 4 dapat Sensor TCRT5000 adalah salah


diketahui dari grafik bahwa kecepatan satu metode yang dapat digunakan
angin cenderung tinggi pada pukul untuk mengukur kecepatan angin.
13.00 dan rendah pada pukul 14.00. Kecepatan angin diukur dengan
Karena pada pukul 13.00 cahaya menggunakan sensor TCRT5000.
matahari di Pantai Sepanjang sangat TCRT5000 membaca putaran dari
panas dan terik. Berdasarkan teori yang perubahan warna pada bagian yang
ada, angin bergerak dari daerah tekanan terhubung dengan cup alat yang diputar
tinggi (suhu rendah) menuju daerah oleh angin. Perbedaan waktu antara
yang bertekanan rendah (suhu tinggi) perubahan warna itu yang dijadikan
(Kartasapoetra, 2004). Oleh karena itu acuan untuk mendapatkan nilai
kecepatan angin cenderung tinggi pada kecepatan angin. Penunjuk arah mata
pukul 13.00. Pada pukul 14.00 angin menggunakan potensiometer.
kecapatan angina cenderung menurun. Potensiometer akan membagi tegangan
Hal ini disebabkan karena terjadi hujan pada setiap arah angin tempat dimana
yang cukup lebat, sehingga suhu di potensiometer tersebut menunjuk.
Pantai Sepanjang semakin menurun. Tegangan tersebut tersebar dari 0 Volt
Selain itu hujan juga akan menghambat sampai 5 Volt yang masih berupa sinyal
pergerakan angin. Akibatnya kecepatan analog. Lalu kemudian diubah menjadi
angin juga akan semakin rendah. digital oleh kendali mikro agar datanya
mampu diproses.

Stasiun II
35

30

25

20
Suhu udara
15
Suhu air
10

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 5. Suhu Udara vs Suhu Air Stasiun 2

21
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Stasiun V
35

30

25

20
Suhu udara
15
Suhu air
10

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 6. Suhu Udara vs Suhu Air Stasiun 5

Suhu adalah keadaan yang Semakin lama matahari menyinari


menentukan kemampuan benda bumi semakin tinggi suhu udara
tersebut, untuk memindahkan panas permukaan bumi.
kebenda-benda lain atau menerima 2. Sudut Datang Sinar Matahari.
panas dari benda-benda lain. Suhu 3. Letak Lintang Suatu Wilayah.
adalah besaran fisika yang menyatakan Daerah yang terletak di dekat
derajat panas suatu zat. Alat untuk khatulistiwa suhu udaranya panas.
mengukur suhu disebut termometer. Daerah yang berada di sekitar kutub
Pada termometer, zat yang paling suhu udaranya dingin, karena sedikit
banyak digunakan adalah alkohol dan mendapatkan penyinaran matahari.
raksa. Yang menjadi pelopor pembuatan 4. Ketinggian Tempat.
termometer adalah Galileo Galilei Semakin tinggi suatu tempat suhu
(1564-1642). Prinsip kerja termometer udara akan semakin turun.
biasanya menggunakan sifat pemuaian Sedangkan suhu di perairan ini
zat cair. dipengruhi oleh faktor eksternal antara
Suhu udara adalah derajat panas lain cuaca, angin dan arus. Perubahan
dari aktifitas molekul dalam atmosfer. pola arus yang mendadak juga dapat
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu menurunkan nilai suhu air. Selain itu
udara adalah : adanya variasi nilai suhu air laut
1. Lamanya Penyinaran Matahari. disebabkan oleh proses-proses alam

22
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

seperti proses biokimia, melalui Rata-rata suhu udara di Indonesia setiap


mikroorganisme yang dapat tahunnya adalah 27oC, untuk daratan
menghasilkan panas (reaksi endotermik rata-rata 28oC dan lautan sebesar
dan eksotermik) dan proses 26,3oC. Semua diukur di atas
mikrobiologis (sumber panas bumi). permukaan air laut. Untuk setiap
Suhu air di suatu perairan di pengaruhi kenaikan 100 meter pada suhu normal
terutama oleh kondisi atmosfir, cuaca akan mengalami penurunan sebesar
dan intensitas matahari yang masuk ke 0,60oC, tetapi untuk udara kering suhu
laut. udara turun 1oC (Purwantara, 2015).
Hubungan antara suhu air dan Dahuri, et.al. (2001) menyatakan bahwa
suhu udara adalah berbanding terbalik. di perairan nusantara, suhu air laut
Pada umumnya suhu air lebih tinggi umumnya berkisar antara 28°C-38°C.
jika dibandikan dengan suhu udara. Hal Suhu permukaan laut (SPL) Indonesia
ini disebabkan karena air laut secara umum berkisar antara 19°C-
merupakan media penyerap panas 26°C. Karena perairan Indonesia
radiasi matahari terbesar dengan dipengaruhi oleh angin musim, maka
kapasitas penyerapan yang sangat besar. sebaran SPL-nya pun mengikuti
Lautan menjadi memegang peranan perubahan musim. Suhu di laut adalah
kunci dalam pemahaman perubahan faktor yang amat penting bagi
iklim global. Laut sangat berperan kehidupan organisme (Nybakken,
dalam membentuk keseimbangan suhu 1992). Selanjutnya Romimohtarto &
dunia (Surinati, 2006). Berdasarkan Juwana (2001)menyatakan bahwa suhu
Gambar 5 dan Gambar 6 dapat merupakan faktor fisik yang sangat
diketahui dari grafik bahwa suhu air di penting di laut. Perubahan suhu dapat
stasiun 2 dan stasiun 5 lebih tinggi memberi pengaruh besar kepada sifat-
dibandingkan dengan suhu udara. Hal sifat air laut lainnya dan kepada biota
ini berarti hasil praktikum sudah sesuai laut.
dengan teori. Berdasarkan Gambar 5 dan
Posisi Indonesia terletak di Gambar 6 dapat diketahui dari grafik
daerah khatulistiwa, sehingga bahwa terdapat perbedaan hasil antara
memperoleh sinar matahari secara stasiun 2 dan stasiun 5, terutama pada
maksimal dan merata sepanjang tahun. pukul 14.00. Hal ini karena cuaca yang

23
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

berubah secara signifikan pada pukul menerpa pantai tersebut. Daerah yang
14.00. Cuaca yang semula panas berenergi rendah, biasanya landai,
berubah menjadi hujan lebat. Perubahan bersedimen pasir halus atau lumpur,
cuaca tentu saja akan mempengaruhi sedangkan yang terkena energi
suhu air dan suhu udara selama berkekuatan tinggi biasanya terjal,
praktikum. Suhu udara sebelum pukul berbatu atau berpasir kasar. Menurut
14.00 lebih rendah dari pada suhu air. Kalay (2008) keberadaan kemiringan
Namun pada pukul 14.00 suhu udara lereng pantai dan distribusi sedimen
lebih tinggi dari pada suhu air. Massa sebagai penutup dasar perairan
air yang bertambah ke perairan akibat menggambarkan kestabilan garis pantai.
hujan dapat memicu penurunan suhu Kemiringan pantai dapat berubah
air. seiring berjalannya waktu. Perubahan
Kemiringan pantai adalah geomorfologi pantai akibat dinamika
perbedaan ketinggian pada dua titik kemiringan lereng dan distribusi
horizontal yang jarak antara kedua titik sedimen menyebabkan terjadinya abrasi
telah diketahui. Kemiringan pantai maupun akresi pada pantai. Menurut
sangat berperan dalam drainase air Triadmodjo (1999) perubahan bentuk
terutama pada usaha budidaya pantai. pantai merupakan respons dinamis
Kemiringan yang sangat besar tidak alami pantai terhadap laut. Apabila
diinginkan. Sebaliknya pantai yang proses tersebut berlangsung terus-
datar cukup menyulitkan dalam proses menerus tanpa ada faktor penghambat,
pengeringan kolam tambak. Pantai yang maka akan terbentuk suatu
landai menyebabkan jangkauan pasang kesetimbangan pantai. Selanjutnya
surut mencapai ratusan meter. menurut Diposaptono (2004) dalam
Sedangkan pantai yang terjal skala waktu dan ruang luas daratan,
menyebabkan jangkauan pasang surut besaran energi eksternal dan daya tahan
hanya mampu mencapai beberapa puluh material penyusun pantai akan
meter saja. menentukan apakah pantai tersebut akan
Menurut Basalamah (2015) stabil ataukah mengalami perubahan.
umumnya kemiringan dan tipe pantai Kemiringan pantai di daerah
sangat ditentukan oleh intensitas, pantai selatan Yogyakarta cukup
frekuensi dan kekuatan energi yang bervariasi. Kemiringan pantai di daerah

24
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

pantai selatan Yogyakarta berkisar kesalahan saat melakukan pengukuran


antara 11,31 – 22,62. Dapat kemiringan pantai.
disimpulkan bahwa kemiringan pantai Metode lain yang dilakukan
di daerah pantai selatan Yogyakarta untuk mengukur dan mengetahui
termasuk kedalam kategori landai. kemiringan pantai adalah dengan
Bentuknya terbagi menjadi 2 yaitu lurus menggunakan mikrokontroler arduino
dan teluk. Sedangkan jenis pantai mega. Bahan yang digunakan berupa
hamper seluruhnya adalah pantai mikrokontroler arduino mega sebagai
berpasir (Pangururan, et.al., 2015) prosesor instrumen kemiringan pantai.
Diketahui dari hasil praktikum Sensor yang digunakan terdiri dari DT-
didapatkan hasil kemiringan pantai Sense 3D. Accelerometer &
yang berbeda-beda setiap stasiun dan Magnetometer yang digunakan untuk
jamnya. Hal ini terjadi karena tempat mendapatkan nilai kemiringan, PMB-
pengamatan yang tidak sama. 688 GPS untuk mendapatkan nilai
Sedangkan topografi dasar pantai lintang dan bujur, dan RTC DS3231
berbeda antara satu titik dengan titik sebagai pencacah waktu. Selain itu,
yang lainnya. Sehingga menyebabkan untuk menyimpan data menggunakan
hasil yang berbeda walaupun berada Modul SD Card Catalex yang
pada stasiun yang sama dan waktu yang dilengkapi dengan Micro SD card 2GB
sama. Pada pukul 14.00 di stasiun 5 serta untuk menampilkan data
terdapat nilai kemiringan pantai yang menggunakan LCD 16x4. Bahan casing
berbeda jauh dengan waktu dan stasiun terdiri dari kotak komponen berbahan
lainnya. Hal ini terjadi karena alumunium dan penyangga berbahan
pengamatan dilakukan pada kondisi kayu dengan panjang satu meter.
cuaca yang kurang memungkinkan. Seluruh bahan elektronik didapatkan
Pada pukul 14.00 terjadi hujan lebat dan dari toko elektronik yang menyediakan
gelombang yang cukup besar. Sehingga modul komponen elektronika siap pakai
praktikan sulit untuk melakukan sedangkan bahan casing didapatkan dari
pengamatan kemiringan pantai. Tidak tukang kayu (Panguale, 2015).
dapat dipungkiri apabila terjadi

25
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Salinitas
30.5
30
29.5
29
28.5
28 Stasiun III
27.5 Stasiun VI
27
26.5
26
25.5
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 7. Salinitas Stasiun III vs Stasiun VI


Salinitas adalah jumlah garam- Menurut (Nontji, 2005) sebaran
garam terlarut yang terkandung dalam salinitas air laut dipengaruhi oleh
satu kilogram air laut, yang dinyatakan beberapa faktor yaitu pola sirkulasi air,
dalam satuan perseribu (ppt) penguapan, curah hujan dan aliran air
(Nybakken, 1992). Jenis garam yang sungai. Di perairan lepas pantai yang
paling banyak terdapat didalam air laut dalam, angin dapat pula melakukan
yaitu natrium klorida (NaCl). Selain itu pengadukan lapisan atas hingga
terdapat pula jenis garam yang lain membentuk lapisan homogen sampai
seperti magnesium, kalsium dan lain kedalaman 50-70 meter atau lebih
sebagainya. Salinitas merupakan salah tergantung dari intensitas pengadukan.
satu parameter lingkungan yang Di lapisan dengan salinitas homogen
mempengaruhi proses biologi dan suhu juga biasanya homogen, baru di
secara langsung akan mempengaruhi bawahnya terdapat lapisan pegat dengan
kehidupan organisme antara lain yaitu degradasi densitas yang besar yang
mempengaruhi laju pertumbuhan, menghambat pencampuran antara
jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai lapisan atas dengan lapisan bawah
konversi makanan, dan daya (Nontji, 2005). Faktor-faktor yang
kelangsungan hidup (Andrianto, 2005). mempengaruhi salinitas adalah :

26
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

1. Penguapan, makin besar tingkat 30–40 ppt (Ferdiansyah, 2011).


penguapan air laut di suatu wilayah, Salinitas di Samudra Hindia minimum
maka salinitasnya tinggi dan terdapat di lapisan permukaan dengan
sebaliknya pada daerah yang rendah kisaran 32,5 - 34,25 PSU dan
tingkat penguapan air lautnya, maka maksimumnya di kedalaman 400 - 1000
daerah itu rendah kadar garamnya. m berkisar 34,5 - 34,75 PSU. Pada
2. Curah hujan, makin besar/banyak jarak 750 m dari daratan dan
curah hujan di suatu wilayah laut kedalaman dibawah 400 m
maka salinitas air laut itu akan mempunyai nilai salinitas paling tinggi.
rendah dan sebaliknya makin Salinitas permukaan relatif lebih
sedikit/kecil curah hujan yang turun bervariasi dibandingkan di kedalaman,
salinitas akan tinggi. hal ini disebabkan salinitas di
3. Banyak sedikitnya sungai yang permukaan masih dipengaruhi oleh
bermuara di laut tersebut, makin parameter atmosferik seperti curah
banyak sungai yang bermuara ke hujan/presipitasi, evaporasi (Era, et.al.,
laut tersebut maka salinitas laut 2012).
tersebut akan rendah, dan Terjadi perbedaan salinitas
sebaliknya makin sedikit sungai antara stasiun 3 dan stasiun 6.
yang bermuara ke laut tersebut Perbedaan salinitas lebih sering terjadi
maka salinitasnya akan tinggi. pada perairan pantai daripada perairan
Salinitas di daerah pesisir dapat terbuka. Hal ini disebabkan karena
berubah-ubah tergantung pengaruh banyaknya air tawar yang masuk
masukan air tawar dari aliran air sungai. terutama dari sungai dan pada musim
Berbagai aktivitas manusia juga dapat hujan. Perairan pantai khususnya
mempengaruhi salinitas perairan pesisir perairan estuari atau muara salinitasnya
akibat dari kegiatan yang dilakukan di rendah dikarenakan adanya
dekat muara sungai, seperti pengenceran (pengaruh air sungai).
pembendungan sungai atau kanal. Adanya pengaruh musim hujan dan
Nilai salinitas air untuk perairan kemarau yang menyebabkan besar
tawar berkisar antara 0–5 ppt, perairan kecilnya transportasi dari massa air
payau biasanya berkisar antara 6–29 sungai dan menentukan tinggi
ppt, dan perairan laut berkisar antara

27
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

rendahnya nilai salinitas di perairan sebaliknya makin sedikit/kecil curah


estuari atau perairan muara. hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Pada pukul 14.00 terjadi Hujan juga menyebabkan penguapan
penurunan salinitas pada kedua stasiun. yang terjadi pada air laut berkurang.
Cuaca yang terjadi pada pukul 14.00 Makin besar tingkat penguapan air laut
adalah hujan lebat. Hal tersebut di suatu wilayah, maka salinitasnya
menyebabkan air laut menjadi pasang tinggi dan sebaliknya pada daerah yang
dan curah hujan akan menambah massa rendah tingkat penguapan air lautnya,
air laut. Makin besar/banyak curah maka daerah itu rendah kadar
hujan di suatu wilayah laut maka garamnya.
salinitas air laut itu akan rendah dan

DO
40
35
30
25
20 Stasiun III

15 Stasiun VI

10
5
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 8. DO Stasiun III vs Stasiun VI


Oksigen terlarut adalah senyawa DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
esensial yang diperlukan untuk untuk pernapasan, proses metabolisme
metabolisme semua organisme perairan. atau pertukaran zat yang kemudian
Oksigen terlarut dalam perairan menghasilkan energi untuk
berfluktuasi sepanjang waktu sesuai pertumbuhan dan pembiakan.
dengan pemasukan dan pemanfaatannya Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
oleh organisme dan dekomposisi untuk oksidasi bahan-bahan organik dan
mikroorganisme (Wetzel, 2001). anorganik dalam proses aerobik.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = Oksigen terlarut dalam perairan berasal

28
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

dari proses fotosintesis oleh autotrof aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk


dan difusi melalui udara. Adanya aliran ikan dalam keadaan diam relatif lebih
yang masuk (inflow) juga merupakan sedikit apabila dibandingkan dengan
salah satu sumber oksigen terlarut ikan pada saat bergerak atau memijah.
dalam perairan (Wetzel, 2001). Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat
Sumber utama oksigen dalam menggunakan oksigen dari udara bebas,
suatu perairan berasal sari suatu proses memiliki daya tahan yang lebih
difusi dari udara bebas dan hasil terhadap perairan yang kekurangan
fotosintesis organisme yang hidup oksigen terlarut (Odum, 1971).
dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Kadar oksigen terlarut di dalam
Kecepatan difusi oksigen dari udara, massa air nilainya adalah relatif,
tergantung sari beberapa faktor, seperti biasanya berkisar antara 6- 14 ppm
kekeruhan air, suhu, salinitas, (Connel & Miller, 1995). Menurut
pergerakan massa air dan udara seperti Sutamihardja (1987)kadar oksigen di
arus, gelombang dan pasang surut. perairan laut yang normal berkisar
kadar oksigen dalam air laut akan antara 5,7-8,5 mg/l. Kandungan oksigen
bertambah dengan semakin rendahnya di lapisan termoklin yaitu kedalaman
suhu dan berkurang dengan semakin 100-200m memiliki nilai yang tinggi
tingginya salinitas. Pada lapisan yaitu 3.5-5.5ml/l dibandingkan dengan
permukaan, kadar oksigen akan lebih lapisan di atas dan di bawahnya yang
tinggi, karena adanya proses difusi dibawa oleh arus yang bergerak dari
antara air dengan udara bebas serta arah barat menuju ke timur. Adanya
adanya proses fotosintesis. Dengan divergensi arus juga mempengaruhi
bertambahnya kedalaman akan terjadi nilai oksigen di lapisan termoklin. Dari
penurunan kadar oksigen terlarut, penelitian ini juga dapat dibuktikan
karena proses fotosintesis semakin bahwa pada bulan September – Oktober
berkurang dan kadar oksigen yang ada terjadi upwelling di perairan Selatan
banyak digunakan untuk pernapasan Jawa (Flora, et.al., 2015).
dan oksidasi bahan-bahan organik dan Pada pukul 11.00 terjadi
anorganik Keperluan organisme peningkatan DO secara ekstrim di
terhadap oksigen relatif bervariasi stasiun 6. Hal ini disebabkan karena
tergantung pada jenis, stadium dan pada pukul 11.00 sinar mataahari sangat

29
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

optimal. Sehingga proses fotosintesis di mengoksidasi zat hara yang masuk


dalam perairan juga berjalan dengan kedalam tubuhnya (Nybakken, 1992).
optimal. Sumber utama oksigen dalam Kecepatan difusi oksigen dari udara ke
air berasal dari difusi udara dan hasil dalam air berlangsung sangat lambat,
fotosintesis organisme berklorofil yang oleh sebab itu fitoplankton merupakan
hidup dalam suatu perairan dan sumber utama penyediaan oksigen
dibutuhkan oleh organisme untuk terlarut dalam perairan.

Alkalinitas
160
140
120
100
80 Stasiun III

60 Stasiun VI

40
20
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 9. Alkalinitas Stasiun III vs Stasiun VI


Alkalinitas adalah pengukuran sedikit (Limbong, 2008). Alkalinitas
kapasitas air untuk menetralkan asam- adalah kemampuan perairan untuk
asam lemah, meskipun asam lemah atau menetralisir asam. Weiner (2008)
basa lemah juga dapat sebagai menjelaskan alkalinitas air sebagai
penyebabnya. Penyusun alkalinitas kapasitas air dalam menetralisir asam.
perairan adalah anion bikarbonat Sebaliknya, kapasitas menetralisir basa
(HCO3-), karbonat (CO3-), dan disebut acidity (keasaman). Alkalinitas
hidroksida (OH- ). Garam dari asam dan acidity penting bagi organisme laut
lemah lain seperti : borat (H2BO3-), termasuk ikan, karena alkalinitas
silikat (HSiO3), fosfat (HPO42- dan menyangga (buffer) perubahan pH yang
H2PO4-), sulfida (HS-), dan amonia tejadi di perairan, baik secara alami
(NH3) juga memberikan kontribusi maupun antropogenik (akitifitas
terhadap alkalinitas dalam jumlah manusia, seperti pencemaran).

30
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Alkalinitas sebagai kuantitas dari ion (CO2) di perairan. Pada pukul 14.00
hidrogen dalam millimoles (mmol) cuaca di Pantai Sepanjang hujan lebat,
untuk menetralisir basa lemah dalam 1 sehingga sinar matahari tidak optimal.
kg air laut. Akibatnya proses fotosintesis akan
Faktor yang dapat terganggu dan mengalami penurunan.
mempengaruhi alkalinitas adalah suhu Sedangkan organisme di perairan tetap
dan pH. Nilai pH erat kaitannya dengan melakukan respirasi sehingga
karbondioksida dan alkalinitas. meningkatkan karbondioksida. Semakin
Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi gas CO2 maka semakin rendah
tinggi pula alkalinitas dan semakin pH dan semakin rendah pula alkalinitas.
rendah kadar karbondioksida bebas. Nilai alkalinitas di stasiun 3
Selain itu karakter suhu di perairan telah cenderung lebih rendah dibandingkan
mempengaruhi aktivitas biologis stasiun 6. Hal ini kemungkinan
organisme salah satunya adalah proses disebabkan oleh variasi salinitas dan
formasi atau pembentukan CaCO3 oleh suhu pada tiap lokasi. Variasi nilai
foraminifera dan pteripoda. Kolom salinitas sama dengan variasi nilai
permukaan perairan umumnya memiliki alkalinitas. Selain itu suhu yang rendah
suhu yang lebih hangat sehingga memiliki nilai alkalinitas yang lebih
organisme pembentuk cangkang akan tinggi karena adanya proses dissolasi
meningkatkan formasi CaCO3 sehingga CaCO3. Dan suhu yang lebih hangat
menurunkan nilai alkalinitas. membuat organisme pembentuk
Bertambahnya kedalaman maka akan cangkang akan meningkatkan formasi
dijumpai suhu yang semakin dingin CaCO3 sehingga menurunkan nilai
(colder) dan memiliki nilai alkalinitas alkalinitas. Penurunan alkalinitas
yang lebih tinggi karena adanya proses kemungkinan disebabkan oleh pengaruh
dissolasi CaCO3. Nilai alkalinitas buangan CO2 dan rendahnya pH di
perairan laut alami umumnya berkisar lokasi tersebut. Alkalinitas total juga
antara 2.0 – 2.5 meq/L. akan berubah karena adanya perubahan
Nilai alkalinitas cenderung salinitas akibat adanya konsentrasi ion
menurun pada pukul 15.00. Hal ini Na+ , ion Cl- , dan lainnya (Friis, et.al.,
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh 2003).
bertambahnya gas karbondioksida

31
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Telur yang telah dibuahi akan pigmentasi yang mulai muncul pada
menetas menjadi larva. Larva adalah tubuhnya, pertumbuhan sirip,
anak ikan yang masih berbentuk perkembangan garis-garis otot
primitive dan sedang dalam bentuk (myotome), posisi dan bentuk mata
proses peraluhan untuk menjadi bentuk (Nontji, 2006).
definitive dengan cara metamorphose. Effendi (2002) menjelaskan,
Daur hidup ikan laut dimulai dari telur perkembangan larva dibagi menjadi dua
yang selanjutnya menetas menjadi tahap yaitu prolarva dan postlarva.
larva. Larva ini berkembang dengan Prolarva masih mempunyai kantung
menjalani perubahan morfologi dan kuning telur, tubuhnya transparan
fisiologi hingga kelak menjadi dewasa dengan beberapa butir pigmen. Sirip
sebagai ikan yang berenang bebas di dada dan ekor sudah berkembang tetapi
perairan. Jadi pada dasarnya belum sempurna bentuknya dan
iktioplankton itu adalah bagian awal kebanyakan prolarva yang baru keluar
dalam siklus kehidupan setiap jenis dari cangkang telur ini tidak
ikan. Ketika baru saja menetas, larva mempunyai sirip perut yang nyata
ikan umumnya transparan, belum bisa melainkan hanya bentuk tonjolan saja.
mencari makan, mulut dan saluran Mulut dan rahang belum berkembang
pencernaannya belum berkembang. Ia dan ususnya masih merupakan tabung
masih bergantung pada cadangan yang lurus. Sistem pernapasan dan
makanan yang berupa kuningtelur yang peredaran darahnya belum sempurna.
masih banyak dikandungnya. Tetapi Makanannya hanya didapatkan dari sisa
lama-kelamaan kuning telur itu akan kuning telur yang belum habis dihisap.
habis terserap, dan sang larva pun baru Masa postlarva adalah masa larva mulai
mulai mencari makan sendiri dari dari hilangnya kantung kuning telur
sumber yang ada di sekitarnya, seiring sampai terbentuknya organ-organ baru
dengan mulai berkembangnya struktur atau selesainya taraf penyempurnaan
mulut dan saluran pencernaannya. organorgan yang telah ada sehingga
Dalam perkembangan selanjutnya, larva pada masa akhir dari postlarva tersebut
tidak saja makin besar ukurannya, tetapi secara morfologis sudah mempunyai
juga mulai terdapat tanda-tanda yang bentuk yang hampir sama dengan
spesifik untuk tiap jenis, misalnya pola induknya. Sirip dorsal sudah mulai

32
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

dapat dibedakan, demikian juga sirip dalam hal distribusi dan kelimpahan
ekor yang sudah terbentuk garisnya. dari larva karena faktor lingkungan
Pada masa ini, ikan sudah berenang tersebut memegang peranan penting
lebih aktif dan kadang-kadang bagi kehidupan atau aktivitas larva ikan
memperlihatkan sifat bergerombol di perairan. Pada fase larva, tingkat
(Effendi, 2002). mortalitas tinggi karena peka terhadap
Perkembangan larva dan juvenil predator dan perubahan lingkungan
ikan sangat dipengaruhi oleh faktor seperti suhu, salinitas bahkan
internal dan eksternal. Faktor-faktor ketersediaan makanan di alam (Olii,
tersebut sangat mempengaruhi larva dan 2003) sehingga apabila kondisi
juvenil dalam hal jenis, kelimpahan, lingkungan tidak sesuai atau tidak
kepadatan, pola distribusi, struktur tercukupi maka larva akan mati.
komunitas, dan recruitment terhadap Berdasarkan pengamatan larva
suatu populasi. Faktor-faktor yang ikan pada pukul 10.00 dan 15.00 di
mempengaruhi perkembangan larva stasiun I, dan pada pukul 10.00, 11.00
yaitu kuning telur serta kualitas air dan 15.00 pada stasiun IV ditemukan
seperti suhu, pH, oksigen, salinitas dan bahwa larva ikan sudah hancur.
cahaya (Kamler, 1992). Suhu adalah Menurut Olii (2003), larva ikan
salah satu faktor eksternal fisika yang mempunyai sifat planktonis. Organisme
secara langsung dapat mempengaruhi ini dikategorikan sebagai meroplankton
kondisi telur. Ditinjau dari segi atau plankton sementara, dimana hanya
fisiologis, perubahan suhu air dapat sebagian dari hidupnya bersifat sebagai
mempengaruhi kecepatan metabolisme plankton. Adapun setelah dewasa
pada ikan. Di daerah sub-tropis dan mereka menjalani kehidupan sebagai
dingin berkaitan dengan lama perenang yang aktif yang masuk dalam
penyinaran matahari, sehingga kedua kategori nekton. Karena bersifat
faktor tersebut mempengaruhi proses planktonis maka larva ikan yang mati
biologi seperti pematangan gonad, akan sangat mudah terurai. Tingginya
pemijahan serta penetasan telur pada tingkat kematian alami bagi larva ikan
kegiatan pembenihan ikan (Sutisna & dipengaruhi oleh faktor endogeneous
Sutarmanto, 1995). Faktor lingkungan dan eksogenous. Faktor endogenous
merupakan faktor yang harus dikaji memegang peranan penting untuk

33
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

melindungi suatu populasi dalam Sulistiono, et.al. (2001) menjelaskan


mendapatkan makanan sehingga bahwa ukuran mulut dan tingkat
terhindar dari pemangsa dan bahaya perubahan mulut merupakan hal yang
lainnya. Faktor eksogenous berupa sangat berpengaruh terhadap perbedaan
proses eksternal biologis dan karakter spesifik dalam seleksi ukuran makanan.
fisik lingkungan seperti kekurangan Berdasarkan hasil praktikum,
makanan, pemangsa, penyakit, parasit, larva ikan terbanyak yang ditemukan
polusi, racun, dan tekanan psikologis adalah Maccullochella macquariensis.
yang mungkin menyebabkan kematian Bahkan, pada pengamatan pukul 12.00
individu (Sulistino, et.al., 2002). di stasiun I, masih ditemukan spesies
Keberlangsungan hidup larva sangat Maccullochella macquariensis yang
tergantung pada jumlah makanan yang masih hidup. Selain itu, juga terdapat
ada. Ketersediaan makanan sangat spesies Nemadactylus macropterus
dipengaruhi oleh lingkungan. yang masih hidup.

Gambar 10. Bentuk Maccullochella macquariensis


Sumber : https://hiveminer.com/Tags/maccullochella/Timeline.
Diakses pada : 14 April 2019 pukul 15.25 WIB

Cara hidup biota berkelompok yang meliputi parameter fisik kimia


menunjukkan kecenderungan yang kuat perairan serta makanan dan kemampuan
untuk berkompetisi dengan biota yang adapatasi dari suatu biota dalam sebuah
lain terutama dalam hal makanan. ekosistem. Sifat penyebaran dari ikan
Dalam hal ini, pula penyebaran biota disebabkan oleh beberapa faktor antara
sangat dipengaruhi oleh tipe habitat lain kondisi lingkungan, tipe substrat,

34
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

kebiasaan makan, dan cara bereproduksi sederhana, karena hanya memerlukan 1


(Alfitriatussulus, 2003). orang untuk penggunaannya.
Selain menggunakan larva net, Penggunaan scoop net sangat tidak
metode lain yang dapat digunakan efisien. Scoop net mempunyai ukuran
untuk menangkap ikan adalah dengan jaring yang sama dengan larva net.
seser atau scoop net. Prinsip Namun area penangkapan dengan
penggunaan scoop net sama dengan menngunakan scoop net sangat sempit
larva net. Namun pada scoop net lebih bila dibandingkan dengan larva net.

Kelimpahan Plankton
7000

6000

5000

4000
Stasiun I
3000
Stasiun IV
2000

1000

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 11. Kelimpahan Plankton Stasiun I vs Stasiun IV

Indeks Diversitas Plankton


0.6

0.5

0.4

0.3 Stasiun 1
Stasiun IV
0.2

0.1

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 12. Indeks Diversitas Plankton Stasiun I vs Stasiun IV

35
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Indeks Keseragaman Plankton


0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25 Stasiun I
0.2 Stasiun IV
0.15
0.1
0.05
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 13. Indeks Keseragaman Plankton Stasiun I vs Stasiun IV

Indeks Dominansi
0.12

0.1

0.08

0.06 Stasiun I
Stasiun IV
0.04

0.02

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00

Gambar 14. Indeks Dominansi Stasiun I vs Stasiun IV


Plankton merupakan sekelompok menjadi dua golongan besar yaitu
biota akuatik baik berupa tumbuhan fitoplankton (plankton nabati) dan
maupun hewan yang hidup melayang zooplankton (plankton hewani).
maupun terapung secara pasif di 1. Fitoplankton
permukaan perairan, dan pergerakan Fitoplankton merupakan tumbuh-
serta penyebarannya dipengaruhi oleh tumbuhan air dengan ukuran yang
gerakan arus walaupun sangat lemah sangat kecil dan hidup melayang di
(Nontji, 2006). Menurut (Sumich, dalam air. Fitoplankton mempunyai
1999), plankton dapat dibedakan peranan yang sangat penting dalam

36
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

ekosistem perairan, sama dengan cara berenang (migrasi


pentingnya dengan peranan tumbuh- vertikal). Pada siang hari
tumbuhan hijau yang lebih zooplankton bermigrasi ke bawah
tingkatannya di ekosistem daratan. menuju dasar perairan. Migrasi
Fitoplankton juga merupakan dapat disebabkan karena faktor
produsen utama (Primary producer) konsumen atau grazing, yaitu
zat-zat organik dalam ekosistem dimana zooplankton mendekati
perairan, seperti tumbuh-tumbuhan fitoplankton sebagai mangsa, selain
hijau yang lain. Fitoplankton itu migrasi juga terjadi karena
membuat ikatan-ikatan organik pengaruh gerakan angin yang
sederhana melalui fotosintesa menyebabkan upwelling atau
(Hurabarat & Evans, 2006). downwelling.
Fitoplakton dikelompokkan dalam 5 Diatom merupakan jenis fitoplankton
divisi yaitu: Cyanophyta, yang paling banyak melakukan
Crysophyta, Pyrrophyta, fotosintesis. Meskipun demikian,
Chlorophyta dan Euglenophyta sebagian dapat juga menyerap energi
(hanya hidup di air tawar), semua pada saat kondisi gelap, dengan
kelompok fitoplankton ini dapat menyerap gula dan asam amino. Ada
hidup di air laut dan air tawar sebagian diatom yang tidak memiliki
kecuali Euglenophyta. Fitoplankton klorofil, sehingga mereka tidak mampu
yang dapat tertangkap dengan 6 melakukan proses fotosintesis. Proses
planktonet standar adalah reproduksi yang dilakukan diatom
fitoplankton yang memiliki ukuran sangat cepat. Dinoflagellata merupakan
≥ 20 µm, sedangkan yang biasa produser primer kedua setelah diatom.
tertangkap dengan jarring umumnya Kelas Dynophyceae berukuran kecil,
tergolong dalam tiga kelompok uniseluler, memiliki dua cambuk yang
utama yaitu diatom, dinoflagellata dapat digunakan untuk bergerak,
dan alga biru. dinding tipis atau berkotak-kotak dan
2. Zooplankton memiliki warna kuning-hijau dan
Zooplankton merupakan plankton kemerah-merahan. Yang memberikan
hewani, meskipun terbatas namun dampak negative di perairan adalah
mempunyai kemampuan bergerak dinoflagellata.

37
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Mikroalga yang berfungsi Nitzschia sp. menurut Botes (2001)


sebagai produsen primer yang dapat sebagai berikut:
berfotosintesis adalah fitoplankton, Devisi : Bacillariophyta
selama masa hidupnya fitoplankton Kelas : Bacillariales
tetap dalam bentuk plankton dan Ordo : Fraggilariales
merupakan makanan langsung bagi Familly : Bacillariaceae
larva ikan dan zooplankton (Maula, Genus : Nitzschia
2010). Klasifikasikan dan morfologi Species : Nitzschia sp.

Gambar Bentuk Nitzschia sp. (Kociolek, 2011)


Secara umum Nitzschia sp. berbentuk merupakan produsen utama yang
pipih memanjang, mudah mengapung penting di dasar rantai makanan karena
karena memiliki gelembung yang terdiri dapat berfotosintesis. Nitzschia sp.
dari lemak di ujung anterior dan dikonsumsi langsung oleh berbagai
posterior, memiliki nukleus. Memiliki jenis organisme, dari dinoflagellata
kisaran panjang 3-10 µm dan kisaran heterotrofik sampai ikan pemakan
lebar 3-4 µm. Nitzschia sp. dapat plankton. Pertumbuhan Nitzschia sp.
bereproduksi secara seksual. Ukuran sel terjadi relatif sering di beberapa wilayah
Nitzschia sp. secara bertahap akan yang memiliki beberapa musim dan
berkurang dari waktu ke waktu dan dalam berbagai macam lokasi. Dalam
akhirnya mati apabila mereka tidak budidaya Nitzschia sp. dapat tumbuh
mengalami reproduksi. Hal ini pada salinitas terendah 6 ppt dan
disebabkan oleh pembelahan sel tertinggi 48 ppt, pada suhu 5° C- 30°C
vegetatif yang membelah dari dinding untuk pertumbuhannya.
sel antara dua sel anak. Nitzschia sp.

38
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Kelimpahan plankton tertinggi Arus merupakan faktor utama yang


terdapat pada pukul 14.00 di stasiun 4. membatasi penyebaran biota dalam
Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor perairan. Arus laut dapat membawa
abiotik yaitu : suhu, kecerahan, larva planktonik jauh dari habitat
kecepatan arus, salinitas, pH, DO. induknya menuju ke tempat mereka
Sedangkan faktor biotik yang dapat menetap dan berkembang. Arus
mempengaruhi distribusi zooplankton mempunyai arti penting dalam
adalah bahan nutrien dan ketersedian menentukam pergerakan dan
makanan. distribusi plankton pada suatu
1. Suhu perairan. Arus merupakan sarana
Suhu perairan mempengaruhi transportasi baku untuk makanan
keberadaan zooplankton secara maupun oksigen bagi suatu
fisiologis dan ekologis. Secara organisme air. Pergerakan
fisiologis perbedaan suhu perairan zooplankton terjadi secara vertikal
sangat berpengaruh terhadap pada beberapa lapisan perairan,
fekunditas, lama hidup, dan ukuran tetapi kekuatan berenangnya sangat
dewasa zooplankton. Secara kecil bila dibandingkan dengan
ekologis perubahan suhu kekuatan arus tersebut.
menyebabkan perbedaan komposisi 4. Salinitas
dan kelimpahan zooplankton. Zooplankton memiliki kepekaan
2. Kecerahan yang tinggi terhadap tingkat
Definisi dari kecerahan adalah jarak salinitas pada perairan di ekosistem
yang bisa ditembus cahaya dalam mangrove. Tingkat toleransi pada
kolom air dan kedalaman tiap-tiap zooplankton sangat
merupakan fungsi dari kecerahan. bervariasi. Salinitas yang ekstrim
Semakin besar nilai kecerahan akan dapat menghambat pertumbuhan
meningkatkan hasil produktifitas dan meningkatkan kematian pada
primer dalam bentuk biomassa yang zooplankton.
merupakan pendukung utama 5. Derajat Keasaman (pH)
kehidupan komunitas pada pH dapat mempengaruhi plankton
lingkungan tertentu. dalam proses perubahan dalam
3. Arus

39
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

reaksi fisiologis dari berbagai Distribusi zooplankton melimpah di


jaringan maupun pada reaksi enzim. perairan berkaitan erat dengan
6. Oksigen Terlarut (DO) ketersediaan makanan atau
Oksigen terlarut dalah gas untuk fitoplankton sebagai makanannya.
respirasi yang sering menjadi faktor Komposisi dari komunitas
pembatas dalam lingkungan zooplankton bervariasi dari tahun ke
perairan. Ditinjau dari segi tahun dikarenakan perubahan
ekosistem, kadar oksigen terlarut makanan dan lingkungan tempat
menentukan kecepatan metabolisme hidupnya.
dan respirasi serta sangat penting Diversitas di suatu perairan
bagi kelangsungan dan pertumbuhan biasanya dinyatakan dalam jumlah
organisme air. Kandungan oksigen spesies yang terdapat di tempat tersebut.
terlarut akan berkurang dengan Semakin besar jumlah spesies akan
naiknya suhu dan salinitas. semakin besar pula diversitasnya.
7. Bahan Nutrien Hubungan antara jumlah spesies dengan
Komponen nutrien utama yang jumlah individu dapat dinyatakan dalam
sangat diperlukan dalam bentuk indeks diversitas. Analisis
menentukan tingkat kesuburan indeks keanekaragaman digunakan
perairan adalah nitrat dan fosfat. untuk mengetahui keanekaragaman
Nitrat (NO3) adalah komponen jenis organisme akuatik. Persamaan
nitrogen yang paling melimpah yang digunakan untuk menghitung
keberadaannya di laut. Nitrogen indeks ini adalah persamaan Shanon-
merupakan bagian esensial dari Winener. Kisaran indeks
seluruh kehidupan karena berfungsi keanekaragaman (H’) diklasifikasikan
sebagai pembentuk protein dalam sebagai berikut :
jaringan sehingga aktifitas yang 0<H’<1.5 = keanekaragaman rendah
utama seperti fotosintesis dan 1.5<H’<3.5 = keanekaragaman sedang
respirasi tidak dapat berlangsung H’>3.5 = keanekaragaman tinggi
tanpa tersedianya nitrogen yang Berdasarkan hasil yang didapatkan saat
cukup. praktikum, indeks diversitas dan indeks
8. Ketersediaan Makanan keragaman plankton yang ada di Pantai
Sepanjang sangat tinggi.

40
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Indeks dominansi digunakan pasang surut yang terjadi ketika hari


untuk mengetahui adanya pelaksanaan praktikum lapangan
pendominansian jenis tertentu di berdasarkan pengaruh kedudukan
perairan. Nilai indeks dominansi matahari, bulan dan bumi hasil yang
berkisar antara 0-1. Nilai yang diperoleh adalah pasang perbani (neap
mendekati nol menunjukan bahwa tidak tide), sedangkan berdasarkan pola
ada genus dominan dalam komunitas. gerakan muka laut maka pasang surut
Sebaliknya, nilai yang mendekati 1 yang terjadi adalah pasang-surut tipe
meunjukan adanya genus yang tengah harian/ harian ganda (semi
dominan. Hal tersebut menunjukan diurnal type). Tipe gelombang yang
bahwa kondisi struktur komunitas terjadi saat pengamatan adalah tipe
dalam keadaan labil dan terjadi tekanan spilling dan cenderung stabil.
ekologis. Berdasarkan hasil yang Kecepatan angin berkisar antara 1.1 m/s
didapatkan saat praktikum maka indeks hingga 4.35 m/s, arah angin antara 95
dominansi di Pantai Sepanjang hingga 140. Pada saat pelaksanaan
termasuk kedalam kategori sedang. praktikum bertiup angin pasat tenggara
Hubungan antara indeks diversitas, yang bergerak dengan arah yang
indeks keragaman dan indeks konstan yaitu ke arah barat dan barat
dominansi adalah berbanding terbalik. laut atau dikenal sebagai masa transisi.
Jika indeks diversitas dan indeks Suhu air dan udara dari pukul 10.00
keragaman tinggi maka indeks sampai pukul 15.00 cenderung
dominansinya rendah. Jika indeks mengalami penurunan. Suhu air lebih
diversitas dan indeks keragaman rendah tinggi dibandingkan dengan suhu udara.
maka indeks dominansinya tinggi. Kemiringan pantai Sepanjang termasuk
kedalam kategori landai. Salinitas di
KESIMPULAN Pantai Sepanjang cenderung berubah-
Berdasarkan hasil dan ubah. Oksigen terlarut (DO) di Pantai
pembahasan, maka dapat ditarik Sepanjang termasuk kedalam kategori
kesimpulan mengenai karakteristik dan tinggi. Nilai alkalinitas di stasiun 3
hubungan antar parameter. pH dari cenderung lebih rendah dibandingkan
pukul 10.00 sampai pukul 15.00 stasiun 6. Larva ikan terbanyak yang
cenderung mengalami penurunan. Jenis ditemukan adalah Maccullochella

41
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

macquariensis. Indeks diversitas dan Botes, L. 2001. Phytoplankton


indeks keseragaman plankton di Pantai Identification Catalogue.
Sepanjang termasuk kedalam kategori Saldanha Bay, South Africa.
tinggi, sedangkan indeks dominansi Connel, W., & Miller, G. 1995. Kimia
plankton termasuk kedalam kategori dan Ekotoksikologi Pencemaran.
sedang. Universitas Indonesia, Jakarta.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S., &
DAFTAR PUSTAKA Sitepu, M. 2001. Pengelolaan
Alfitriatussulus. 2003. Sebaran molusca Sumberdaya Wilayah Pesisir
(Bivalva dan Gastropoda) di dan Lautan secara Terpadu.
muara sungai Cimandiri, Teluk Pradnya Paramita, Jakarta
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Dhanista, W. 2017. Gelombang Laut.
Barat. IPB, Bogor. ITS, Surabaya.
Aliv, W. 2011. Zona Intertidal. Diposaptono, S. 2004. Penambangan
Universitas Brawijaya, Malang. Pasir Dan Ekologi Laut.
Andrianto, T. 2005. Pedoman Praktis Departemen Kelautan Dan
Budidaya Ikan Kerapu Macan. Perikanan, KKP.
Absolut, Yogyakarta. Effendi, M. 2002. Biologi Perikanan.
Arief, D., Kusmanto, E., & Sudarto. Yayasan Pustaka Nusatama,
1994. Metoda Pengamatan dan Jakarta.
Analisa Gelombang Laut. Jurnal Era, W., Mbay , L., Kusuma, D., &
Oseana 19(1):1-9. Trenggono, M. 2012. Analisis
Azis, M. 2006. Gerak Air di Laut. Suhu, Salinitas, dan Oksigen
Jurnal Oseana 31(4):9-21. Terlarut Sebagai Indikator
Barus, T. 2004. Pengantar Limnologi Upwelling di Timur Laut
Studi Tentang Ekosistem Sungai Samudera Hindia. Jurnal
dan Danau. Universitas Kelautan Nasional 7(3):175-182.
Sumatera Utara, Medan. Ferdiansyah, D. 2011. Budidaya Udang
Basalamah, A. 2015. Perubahan Garis Vannamei di Air Tawar. Dirjen
Pantai Barat Pulau Wamar. Perikanan Budidaya KKP RI,
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Jakarta.
Kelautan, Universitas Patimura.

42
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Flora, S., Setiyono, H., & Tisiana, A. dan Tanah. Bumi Aksara,
2015. Pengaruh Lapisan Jakarta.
Termoklin Terhadap Kandungan Kociolek, P. 2011. Nitzschia acicularis.
Oksigen Terlarut di Samudera In Diatoms of the United States.
Hindia Bagian Timur. Jurnal Westerdiatom, United States.
Oseanografi 4(1):185-194. Kusumaningtyas, M., Bramawanto, R.,
Friis, K., Kortzinger, & Wallace, D. Daulat, A., & Pranowo, W.
2003. The Salinity 2014. Kualitas Perairan Natuna
Normalization of Marine Pada Musim Transisi. Jurnal
Inorganic Carbon Chemistry Depik 3(1):10-20.
Data. Geophys. Ress. Lett. Limbong, M. 2008. Pengaruh Suhu
30(2):1085. Permukaan Laut Terhadap
Hasibuan, R., Surbakti, H., & Sitepu, R. Jumlah dan Ukuran Hasil
(2015). Analisis Pasang Surut Tangkapan Ikan Cakalang di
Dengan Menggunakan Metode Perairan Teluk Pelabuhan Ratu
Least Square dan Penentuan Jawa Barat. IPB, Bogor.
Periode Ulang Pasang Sururt Mackereth, F., Heron, J., & Talling, J.
Dengan Metode Gumbel di 1989. Water Analisiys. Fresh
Perairan Boom Baru dan Water Biological Association,
Tanjung Buyut. Maspari Journal UK.
7(1):35-48. Maula, N. 2010. Optimalisasi Kultivasi
Hurabarat, S., & Evans, S. M. 2006. Mikroalga Laut
Pengantar Oseanografi. Nannochloropsis oculata
Universitas Indonesia. Dengan Perlakuan Pupuk Urea
Kalay, D. 2008. Perubahan Garis Pantai Untuk Produksi Lemak Nabati.
Sepanjang Teluk Indramayu. Universitas Brawijaya, Malang.
IPB, Bogor. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara.
Kamler, E. 1992. Early Life History of Djambatan, Jakarta.
Fish. Chapman and Hall, Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di
London. Bumi Tanpa Keberadaan
Kartasapoetra, A. 2004. Klimatologi Plankton. Pusat Penelitian
Pengaruh Iklim dan Tanaman Oseanografi, Jakarta.

43
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Nursaiful, A. 2004. Akuarium Laut. Tengah dan DIY. Geomedia


Penebar Swadaya, Depok. 13(1):41-52.
Nybakken, J. 1992. Biologi Laut Suatu Romimohtarto, K., & Juwana, S. 2001.
Pendekatan Biologis. Gramedia, Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan
Jakarta. Tentang Biota. Djambatan,
Odum, E. 1971. Fundamental Ecology Jakarta.
3rd ed. W. B. Saunders C, Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut
Philadelphia. di Perairan Sungai Dadap, Goba,
Olii, A. 2003. Kajian faktor fisik yang Muara Karang dan Teluk
mempengaruhi distribusi Banten. Dalam : Foraminifera
ichthyoplankton. IPB, Bogor. Sebagai Bioindikator
Panguale, M. 2015. Rancang Bangun Pencemaran, Hasil Studi di
Pengukur Kemiringan Pantai Perairan Estuarin Sungai Dadap,
Berbasis Mikrokontroler Tangerang (Djoko PPraseno,
Dengan Sensor Accelerometer. Ricky Rositasari dan S.
IPB, Bogor. HadiRiyono, eds. LIPI.
Pangururan, I., Rochaddi, B., & Sandy, I. M. 1996. Pantai dan Wilayah
Ismanto, A. 2015. Studi Rip Pesisir : Dalam seminar sehari
Current di Pantai Selatan terapan teknologi Penginderaan
Yogyakarta. Jurnal Oseanografi Jauh dan Sistem Informasi
4(4):670-679. Geografis dalam perencanaan
Prajitno, A. 2009. Diktat Biologi Laut. dan pengelolaan sumberdaya
Universitas Brawijaya, Malang. kelautan dan pesisir. Jurusan
Pribadi, R., Retno, H., & Chrisna, A. Geografi FMIPA Universitas
2009. Komposisi Jenis dan Indonesia, Jakarta.
Distribusi Gastropoda di Setiawan, A. 2006. Energi Dari Laut
Kawasan Hutan Mangrove dan Pasang-Surut Laut. Jakarta.
Segara Anakan. Ilmu Kelautan Soemodihardjo, S. 1990. Teluk Ambon.
14(2):102-111. Balai Penelitian dan
Purwantara, S. 2015. Studi Temperatur Pengembangan Sumberdaya
Udara Terkini di Wilayah Jawa Lau-LIPI, Ambon.

44
Jurnal Oseanografi, Volume 15, Nomor 290, Tahun 2019, Halaman 1-45

Suciaty, S. 2011. Studi Siklus Karbon di Minahasa Utara. Jurnal Sipil


Permukaan Laut Perairan Statik 5(3):167-174.
Indonesia. ITB, Bandung. Weiner, E. 2008. Applications of
Sulistino, Raharjo, M., & Effendi, M. Environmental Aquatic
2002. Pengantar Iktioplankton. Chemistry, A practical guide,
IPB, Bogor. 2nd Ed. CRC Press, French.
Sumich, J. 1999. An Introduction to The Wentworth, C. 1992. A Scale of Grade
Biology of Marine Life. and Class Terms for Clastic
McGraw-Hill, New York. Sediments. Journal Geology
Surinati, D. 2006. Sirkulasi 30:377-392.
Thermohalin. Jurnal Oseana Wetzel, R. 2001. Limnology. Saunders
35(2):31-37. Company, London.
Susana, T. 1988. Karbondioksida. Wibisono, M. 2005. Pengantar Ilmi
Jurnal Oseana, 13(1):1-11. Kelautan. Grasindo, Jakarta.
Sutamihardja, R. 1987. Kualitas dan Widigdo, B. 2001. Rumusan Kriteria
Pencemaran Lingkungan. IPB, Ekobiologis dalam Menentukan
Bogor. Potensi Alami Kawasan Pesisir
Sutisna, D., & Sutarmanto, D. 1995. untuk Budidaya Tambak.
Pembenihan Ikan Air Tawar. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kanisius, Yogyakarta. Kelautan IPB, Bogor.
Triadmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Widodo, J., & Suadi. 2006. Pengelolaan
Fakultas Teknik Universitas Sumberdaya Perikanan Laut.
Gadjah Mada, Yogyakarta. Gadjah Mada University Press,
Wakkary, A., Jasin, M., & Dundu, A. Yogyakarta.
2017. Studi Karakteristik
Gelombang Pada Daerah Pantai
Desa Kalinaung Kabupaten

45

Anda mungkin juga menyukai