COVER
Dosen Pengampu:
Dr. H. Sidharta Adyatama, S.Pd., M.Sc
Oleh:
Winanda Nathania
21110115220001
|i
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................1
3.1 Kesimpulan...........................................................................................16
3.2 Saran....................................................................................................16
REFERENSI.......................................................................................................16
| ii
BAB I
PENDAHULUAN
Air lautan adalah zat cair yang mudah berubah bentuk ketika dikenai
gaya. Bentuk permukaan lautbisa berbeda akibat dikenai gaya gravitasi bulan
ditempat yang berbeda pada laut yang berbeda. Hal ini mengakibatkan adanya
permuakaan laut yang naik (pasang) dan adanya permukaan laut yang turun
(surut). Karena bumi berotasi, maka dalam satu hari suatu tempat mengalami
dua kali pasang dan dua kali surut.
indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, dengan garis pantai sepanjang
80.791 km (Anonim, 1995). Secara genetik pulau- pulau di Indonesia berbeda
yang tercermin pada kondisi geologi, geomorfologi, hidrologi dan terletak pada
daerah tropis basah, maka di sepanjang jalur garis pantainya terbentuk berbagai
jenis bentuklahan asal marin dan berbagai tipe ekosistem pantai. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia mempunyai banyak daerah pesisir dan pantai yang
sangat potensial bagi pengembangan ekonomi nasional, baik karena potensi
ruang dan kekayaan alamnya maupun nilai estetikanya. Dengan demikian
kegiatan ekonomi penduduk Indonesia di wilayah pantai masih berorientasi pada
daratan. Sutikno 1993 menyatakan lingkungan pesisir dan pantai merupakan
wilayah yang selalu mengalami perubahan, karena wilayah tersebut menjadi
tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu yang berasal dari daratan dan dari
lautan. Perubahan lingkungan pesisir dan pantai dapat terjadi secara lambat
hingga.
Sistem sirkulasi air laut berupa arus dan gelombang laut yang terjadi di
daerah pesisir pantai sangat efektif menggerakkan material sedimen. Kasar atau
halusnya material sedimen tergantung dari arus dan gelombang laut yang terjadi
di daerah tersebut. Pantai dengan arus dan gelombang laut yang besar
umumnya memiliki material sedimen dengan ukuran kasar. Berbeda dengan
pantai yang memiliki arus dan gelombang laut yang kecil cenderung memiliki
material sedimen dengan ukuran halus. Tumbuhan mangrove yang hidup di
sepanjang pesisir pantai juga sangat berperan penting dalam meredam
kecepatan arus laut dan tinggi gelombang laut. Penelitian karakteristik fisik
sedimen suatu wilayah dilakukan untuk dapat mengantisipasi terjadinya masalah
yang lebih besar. Meningkatnya arus dan gelombang laut di wilayah pesisir
| iii
pantai dapat menyebabkan semakin besar pula material sedimen yang
terangkutkan.
| iv
BAB II
PEMBAHASAN
Kawasan pantai adalah kawasan transisi dari lahan daratan dan perairan
laut. Proses pembentukan kawasan pantai sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya
dinamis yang berada di sekitarnya. Gaya-gaya dinamis utama dan dominan yang
mempengaruhi kawasan pantai adalah gaya gelombang. Menurut Bambang
Triatmodjo (1999), pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa
sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian
bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut.
Pengertian pantai berbeda dengan pesisir. Tidak sedikit yang mengira bahwa
kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama, karena banyak istilah tentang
pantai dan pesisir yang digunakan dalam berbagai tulisan seperti beach, coast,
shore, coastline, shore line, strand, kust dsb. Menurut Sandy (1996), pantai
adalah bagian dari muka bumi dari muka air laut rata-rata terendah sampai muka
air laut rata-rata tertinggi
(Ii & Pustaka, 2008). Bird (1984) mendifinisikan pantai sebagai shore,
beach dan coast. Shore adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air
laut pada saat surut hingga batas tertinggi atau efektif yang dapat dicapai
gelombang, yaitu meliputi:
1. pantai bagian depan (foreshore), yaitu daerah antara pasang tersurut
sampai daerah pasang
2. pantai bagian belakang (backshore), yaitu daerah antara pasang tertinggi
sampai daerah tertinggi terkena ombak
3. pantai lepas (offshore), yaitu daerah yang meluas dari titik pasang surut
terendah ke arah laut Beach
Beach adalah daerah tempat akumulasi dari sedimen lepas seperti kerikil,
pasir, dan lainnya yang kadang-kadang hanya sampai pada batas backshore tapi
lebih sering sampai pada foreshore. Coast adalah daerah dengan lebar
bervariasi yang meliputi shore dan perluasannya sampai pada daerah pengaruh
penetrasi laut, seperti tebing pantai, estuaria, laguna, dune dan rawa-rawa.
Escher (dalam Sandy, 1996) menggunakan istilah strand untuk pantai dan kust
|1
untuk pesisir. Sedangkan Englen (1949) menggunakan istilah lain untuk
menyebutkan pantai, yaitu coastline dan shoreline adalah wilayah yang langsung
berhubungan antara daratan atau wilayah pertemuan antara daratan dan lautan.
Shore adalah suatu daerah yang terbentang dari tingkat pasang terendah
sampai tingkat pasang tertinggi di daratan yang dicapai oleh pasir yang
dipindahkan oleh gelombang. Sedangkan beach adalah bentuk dari shore yang
paling sering dijumpai, yang merupakan akumulasi dari material-material dalam
jumlah besar yang tidak hanyut atau terbawa gelombang, arus dan angin. Pasir
pantai dapat berasal dari endapan glacial yang tererosi, yang mengandung
kerikil, pasir, tanah liat bercampur dengan lumpur. Dari campuran tersebut hanya
kerikil dan pasir yang tetap berada di pantai. Tanah liat dan lumpur biasanya
akan hanyut keluar dari pantai oleh pasang surut, bahkan oleh gelombang yang
lemah. Butiran pasir yang halus cenderung terkumpul di daerah pergerakan
gelombang yang kecil atau di daerah pasang surut. Biasanya hal ini terjadi pada
paparan benua di kedalaman 30 meter.
Menurut Sakka dan Anggi (2010), berdasarkan morfologinya daerah
pantai
dapat di kelompokkan ke dalam 4 macam, yaitu:
a. Pantai Bertebing Terjal (Cliff) Pada daerah bertebing terjal, pantai
biasanya berbatu (rocky beach) berkelok-kelok dengan banyak terdapat
gerak massa batuan (mass movement rockfall type). Proses ini
mnyebabkan tebing bergerak mundur (slope retreat) khususnya pada
pantai yang proses abrasinya aktif. Di Indonesia pantai bertebing terjal ini
banyak terdapat di bagian Barat Pulau Sumatera, pantai Selatan Pulau
Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan pulau- pulau Nusa Tenggara.
b. Pantai Berterumbu Karang Terumbu karang (coral reef) terbentuk oleh
aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses ini terjadi pada
areal-areal yang cukup luas. Pada pulau-pulau karang yang terangkat
umumnya banyak terdapat endapan puing-puing dan pasir koral di lepas
pantainya. Ukuran butiran puing dan pasir lebih kasar ke arah datanganya
ombak/gelombang jika gelombang tanpa penghalang.
c. Pantai Bergisik Pantai bergisik pada dasarnya merupakan daerah pasang
surut yang terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini dapat
berupa material halus dan juga bisa berupa material yang kasar. Pantai
|2
ini ditandai dengan adanya gisik pada pantai cliff dengan material kasar
sebagai hasil dari abrasi tebing. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat
pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang landai.
Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan berupa pasir, dan
sebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih
besar.
d. Pantai Berawa Payau Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang
tumbuh atau akresi. Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambah
majunya pantai ke arah laut. Material penyusun pantai ini umumnya
berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang
gelombangnya kecil atau terhalang serta dengan kondisi air laut yang
relatif dangkal. Rawa payau ini pada umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan
rawa payau seperti bakau, nipah, dan tumbuh- tumbuhan rawa lainnya
yang hidup di air payau. Tumbuhan bakau ini dapat berfungsi sebagai
pemecah gelombang dan sebagai penghalang pengikisan di pantai,
sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh karena itu pantai mengalami
akresi(Lestari, 2019)
|3
memiliki kekuatan yang berbeda tergantung kecepatannya. Di pantai, angin
dapat menimbulkan arus sejajar pantai yang arahnya mengikuti arah angin yang
berhembus di sekitar pantai.
1. PANTAI BERPASIR
Pantai dibagi menjadi backshore dan foreshore. Batas antara kedua zona
adalah puncak berm yaitu titik dari runup maksmum pada kondisi gelombang
normal.
Runup adalah naiknya gelombang pada permukaan miring. Runup gelombang
mencapai bats antara pesisir dan pantai hanya selama terjadi gelombang badai.
Surf zone terbentang dari titik dimana gelombang petama kali pecah sampai
titik runup disekitar gelombang pecah. Di lokasi gelombang pecah
terdapat longshore bar. Pada kondisi normal gelombang normal pantai
membentuk profilnya yang mampu menghancurkan energi gelombang. Pantai
yang tererosi akan bergerak ke arah laut. Setelah sampai di daerah di mana
kecepatan air di dasar kecil, pasir tersebut mengendap. Akumulasi endapan
tersebut akn membentuk offshore bar yaitu: gundukan pasir di dasar pantai yang
biasanya memanjang sejajar garis pantai (longshore bar). Offshore bar ini yang
|4
kedalaman airnya kecil menyebabkan lokasi gelombang pecah berada lebih jauh
dari garis pantai. Offshore bar berfungsi sebagai pertahanan pantai terhadap
serangan gelombang. Pembentukan offshore bar akan semakin besar jika
gelombang badai terjadi. Berm terjadi akibat gelombang yang melewati offshore
bar tidak pecah dan akan pecah pada lokasi yang suadah dekat dengan garis
pantai sehingga sisa lebar surf zone tidak cukup untuk menghancurkan energi
gelombang badai tersebut dan kadang-kadang dune yang tebuka terhadap
serangan gelombang akan tererosi. Material yang tererosi tersebut dibawa ke
arah laut (offshore) dalam jumlah besar yang kemudian diendapkan
didasar nearshore dan membentuk offshore bar. Bar tersebut akhirnya tumbuh
cukup besar untuk memecah gelombang datang lebih jauh keoffshore sehingga
penghancuran energi gelombang di surf zone lebih efektif.
Selama kondisi gelombang biasa pantai dalam keadaan keseimbangan
dinamis.selama terjadi gelombang tersebut sejumlah besar pasir bergerak pada
profil pantai. Pada saat terjadi badai dimana gelombang besar dan elevasi muka
air diam lebih tinggi karena adanya setup gelombang dan angin,pantai
mengalami erosi. Gambar 1.2 menunjukkan proses terjadinya erosi pantai oleh
gelombang badai (CERS, 1984). Dengan puncak gelombang sejajar garis pantai.
Gambar 1.2.a. adalah profil pantai dengan gelombang normal yang terjadi
sehari-hari. Pada saat terjadi badai bersamaan dengan muka air tinggi ,
gelombang mulai mengerosi sand dunes, dan membawa material ke arah laut
dan mengendap (Gambar 1.2.b.). Gelombang badai yang berlangsung cukup
lama semakin banyak mengerosi bukit pasir (sand dunes) seperti terlihat pada
gambar 1.2.c. Setelah badai reda gelombang normal kembali. Selama terjadinya
badai tersebut terlihat perubahan profi pantai. Dengan menbandingkan profil
pantai sebelum dan sesudah badai dapat diketahui volume sedimen yang
tererosi dan mundurnya garis pantai (Gambar 1.2.d.)
Setelah badai berlalu, kondisi gelombang normal kembali. Gelombang ini
akan mengangkut sedimen yang telah diendapkan di perairan selama
badai,kembali ke pantai. Gelombang normal yang berlangsung dalam waktu
panjang tersebut akan membentuk pantai kembali ke profil semula. Dengan
demikian profil pantai yang ditinjau dalam satu periode panjang menunjukkan
kondisi yang stabil dinamis.
|5
Apabila gelombang yang terjadi membentuk sudut dengan garis
pantai,maka akan terjadi dua proses angkutan sedimen yang bekerja secara
bersamaan yaitu:
1. Komponen tegak lurus dan
2. sejajar garis pantai
sedimen yang tererosi oleh komponen tegak lurus ( Gambar 1.2 ) akan terangkut
oleh arus sepanjang pantai sampai ke lokasi yang cukup jauh . akibatnya apabila
ditinjau di suatu lokasi, pantai yang mengalami erosi pada saat terjadi badai tidak
bisa terbentuk kembali pada saat gelombang normal. Dengan demikian untuk
suatu periode waktu yang panjang gelombang yang datang dengan membentuk
sudut terhadap garis pantai dapat menyebabkan mundurnya garis pantai.
2. PANTAI BERLUMPUR
Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana banyak muara sungai
yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi
gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak mampu membawa
sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas. Sedimen suspensi tersebut
dapaat menyebar pada suatu daerah perairan yang luas sehingga membentuk
pantai yang luas, datar dan dangkal. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah
dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada saat pasang. Daerah ini
sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau. Pada umumnya
sedimen yang berada di daerah pantai adalah sedimen kohesif dengan diameter
butiran sangat kecil yaitu dalam beberapa mikron. Sifat-sifat sedimen lebih
tergantung pada gaya-gaya permukaan daripada gaya berat. Gaya-gaya
permukaan tersebut adalah gaya tarik dan gaya tolak. Apabila resultannya
merupakan gaya tarik, partikel akan berkumpul dan membentuk flokon dengan
dimensi yang jauh lebih besar daripada dimensi partikel individu. Fenomena ini
disebut dengan flokulasi. Sebagian besar sedimentasi yang terjadi di perairan
pantai merupakan hasil flokulasi sedimen kohesif.
|6
2.4. Perubahan Garis Pantai
Salah satu upaya alternatif pengaman pantai dan perbaikan pantai dapat
dilakukan menggunakan bangunan pelindung pantai. Bangunan pelindung pantai
merupakan bangunan yang dirancang secara khusus untuk melindungi pantai
atau memecah gelombang melindungi pantai dari adanya abrasi. Bangunan
|7
pelindung pantai terdiri atas groin, revetment, breakwater lepas pantai.
Bangunan breakwater lepas pantai terbagi menjadi 2 yaitu overtopping
breakwater dan non overtopping breakwater. Selain itu salah satu upaya
pengaman pantai juga dapat dilakukan tanpa bangunan pelindung pantai ,
misalnya yaitu dengan sand norisment (Asnawi, 2012).
|8
pantai di sebelah utara berhadapan langsung dengan Selat Madura dan di
sebelah selatan berhadapan dengan Samudera Hindia. Oleh sebab itu energi
gelombang menuju pantai sangat berpengaruh terhadap dinamika pantai di
daerah tersebut. Energi gelombang selain menimbulkan erosi, juga berfungsi
sebagai komponen pembangkit arus sejajar pantai (longshore current) yang
dapat menyebabkan sedimentas(Setiady, 2010)
Faktor gelombang, arus laut, dan pasang surut memiliki kaitan dengan
karakteristik pantai berupa butir sedimennya. Butir sedimen diproduksi oleh
batuan induk yang hancur baik oleh pelapukan atau erosi (Sullivan, 2001).
Komposisi dari butir sedimen terdiri atas sedimen klastik yang berasal dari
batuan biogenik sedimen yang berasal dari jasad renik hewan invertebrata. Pada
kawasan tropis yang memiliki kondisi perairan yang banyak mengandung kalsium
karbonat, dapat menghasilkan endapan biogenik sedimen yang tidak secara
langsung dibentuk oleh proses biogenik.
|9
3. Ukuran Butir Sedimen
Ukuran butir sedimen adalah salah satu kondisi fisik pada pantai yang
dapat menjelaskan karakteristik sebuah pantai. Ukuran pasir dipengaruhi oleh
besar-kecilnya energi gelombang pada pantai dan lereng pantai (gisik). Ukuran
butir sedimen nantinya dikelaskan diameternya yang kemudian dihitung logaritma
Phi (Φ) diameter butir sedimennya agar dapat diklasifikasikan menurut analisis
ukuran sedimen menurut Wenthworth.
| 10
4. Ukuran Partikel Sedimen
Diameter Partikel
Klasifikasi
| 11
mm Satuan phi
Batu 256 -8
Cobble 128 -7
Koral Besar 64 -6
(pebble) Sedang 32 -5
Kecil 16 -4
Sangat 8 -3
kecil 4 -2
kerikil 2 -1
Sangat 1 0
Kasar
Pasir 0.5 1
Kasar
.25 2
Sedang
0.125 3
Halus
0.063 4
Sangat 0.031 5
halus
0.015 6
Kasar
0.0075 7
Lumpur Sedang
0.0037 8
Halus
0.0018 9
Sangat
0.0009 10
halus
0.0005 11
Kasar
0.0003 12
Lempung Sedang
Halus
| 12
Sangat
halus
jenis adalah berat tiap satuan volume. Terdapat hubungan antara berat jenis
dan rapat massa yang mempunyai bentuk. Rapat massa atau berat jenis
sedimen merupakan fungsi dari komposisi mineral. Rapat relatif adalah
perbandingan antara rapat massa suatu zat dengan rapat massa air pada 40.
Rapat masa air pada temperatur tersebut adalah 1000 kg/m3 rapat relatif pasir
adalah 2,65.
6. Kecepatan Endap
| 13
dalam gambar 1.8. (Migniot, 1968). Kecepatan endap meningkat cepat dengan
salinitas sampai 2 o/00 dan kemudia konstan. Diameter butir sedimen
berpengaruh terhadap proses plokasi. Plokasi berkurang dengan bertambahnya
dimensi partkel karena kohesi berkurang.
| 14
maka kondisi daerah sepanjang pantai dapat diketahui dengan baik. Analisis
imbangan sedimen pantai dapat digunakan untuk memperkirakan pengaruh
pembuatan bangunan pantai terhadap pantai dapat disekitarnya.
| 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pantai dengan arus dan gelombang laut yang besar umumnya memiliki
material sedimen dengan ukuran kasar. Berbeda dengan pantai yang memiliki
arus dan gelombang laut yang kecil cenderung memiliki material sedimen
dengan ukuran halus. Tumbuhan mangrove yang hidup di sepanjang pesisir
pantai juga sangat berperan penting dalam meredam kecepatan arus laut dan
tinggi gelombang laut. Penelitian karakteristik fisik sedimen suatu wilayah
dilakukan untuk dapat mengantisipasi terjadinya masalah yang lebih besar.
Meningkatnya arus dan gelombang laut di wilayah pesisir pantai dapat
menyebabkan semakin besar pula material sedimen yang terangkutkan.
3.2 Saran
| 16
REFERENSI
| 17