KAJIAN PUSTAKA
1. Pantai Paparan
Pantai paparan merupakan pantai dengan proses pengendapan yang lebih
dominan dibanding proses erosi/abrasi. Pantai paparan umumnya terdapat di
Pantai Utara Jawa, Pantai Timur Sumatera, Pantai Timur dan Selatan Kalimantan
dan Pantai Selatan Papua, dan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Muara sungai memiliki delta, airnya keruh mengandung lumpur dan terdapat
proses sedimentasi
Pantainya landai dengan perubahan kemiringan ke arah laut bersifat gradual
dan teratur
Daratan pantainya dapat lebih dari 20 km.
2. Pantai Samudra
Pantai samudra merupakan pantai dimana proses erosi lebih dominan
dibanding proses sedimentasi. Terdapat di Pantai Selatan Jawa, Pantai Barat
Sumatera, Pantai Utara dan Timur Sulawesi serta Pantai Utara Papua, dan
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Muara sungai berada dalam teluk, delta tidak berkembang baik dan airnya
jernih.
Batas antara daratan pantai dan garis pantai (yang umumnya lurus) sempit.
Kedalaman pantai ke arah laut berubah tiba-tiba (curam).
3. Pantai Pulau
Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil. Pantai ini
dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi atau
endapan lainnya. Pantai pulau umumnya terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan
Seribu, dan Kepulauan Nias. Dahuri (2003), menjelaskan bahwa pantai-pantai
yang terdapat di Indonesia secara morfologi terbagi atas tujuh bentuk, yaitu:
1) Pantai terjal berbatu
Pantai bentuk ini biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak
pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3
faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca.
2) Pantai landai dan datar
Pantai tipe ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena
tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini
ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya.
3) Pantai dengan bukit pasir
Pantai dengan bukit pasir terbentuk akibat transportasi sedimen klastik
secara horizontal. Mekanisme transportasi tersebut terjadi karena didukung oleh
gelombang yang besar dan arus yang menyusur pantai yang dapat menyuplai
sedimen yang berasal dari daerah sekitaranya.
4) Pantai beralur
Proses pembentukan pantai beralur lebih ditentukan oleh faktor gelombang
daripada angin. Gelombang yang pecah akan menciptakan arus yang menyusur
pantai yang berperan dalam mendistribusikan sedimen. Proses penutupan yang
berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi
oleh sedimen yang berasal dari erosi angin.
5) Pantai lurus di dataran pantai yang landau
Pantai lurus di dataran pantai yang landai ini ditutupi oleh sedimen berupa
lumpur hingga pasir kasar. Pantai tipe ini merupakan fase awal untuk
berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan
suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).
6) Pantai berbatu
Pantai tipe ini dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Berbeda
dengan komunitas pantai berpasir, dimana organismenya hidup di bawah 10
substrat sedangkan komunitas organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan.
Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki
kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di habitat intertidal di daerah
angin (temperate) dan subtropik.
7) Pantai yang terbentuk karena adanya erosi
Pantai yang terbentuk karena adanya erosi disebabkan oleh adanya
sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengendap di daerah
pantai. Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material
penyusunnya, yaitu menjadi: Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun
oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat
dibedakan menjadi: Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh
endapan pasir. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai
tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal. Pantai bervegetasi,
yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi
pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove,
sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.
Dilihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka
pantai dapat dibedakan menjadi: Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang
terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam
kategori ini adalah pantai batu (rocky shore). Pantai hasil proses sedimentasi,
yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di
pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely
beach. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena
aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini
adalah pantai mangrove.
Berdasarkan sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi: Pantai
bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan
tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang
terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir. Pantai
berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng
ini biasanya merupakan pantai pasir.
2.2. Gelombang
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran
kecil atau tidak sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media
yaitu air, sedangkan arus laut adalah pergerakan massa air secara vertical dan
horizontal sehingga menuju keseimbangannya yang dikarenakan oleh tiupan
angin, perbedaan densitas dan gelombang laut. (Baharudin, et al, 2009)
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), gelombang laut dipengaruhi oleh:
a. Kecepatan angin. Jika kecepatan angin makin besar, gelombang yang terbentuk
juga akan semakin besar dan memiliki kecepatan yang tinggi.
b. Waktu dimana angin sedang bertiup. Kecepatan dan panjang gelombang
cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat
angin mulai bertiup
c. Jarak tanpa rintangan tanpa angin sedang bertiup. Gelombang yang terbentuk
didanau dimana fetch nya kemungkinan lebih besar, seiring mempunyai
panjang gelombang sampai beberapa ratus kedepan.
Menurut Irfani (2008), gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
gelombang laut dalam dan gelombang laut dangkal. Gelombang di laut dalam
dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada gaya pembangkitnya.
Jenis-jenis gelombang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di
permukaan laut.
b. Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik
benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
c. Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung
berapi atau gempa di laut.
d. Gelombang laut dangkal adalah gelombang yang apabila suatu deretan
gelombang bergerak menuju pantai (laut dangkal), maka gelombang tersebut
akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk gelombang yang disebabkan
oleh proses refraksi, difraksi, refleksi dan gelombang pecah.
Gelombang yang terjadi di laut sangat rumit dan acak (random), meskipun
demikian gelombang laut yang rumit tersebut masih dapat di sederhanakan
bentuknya seperti halnya gelombang-gelombang lainnya. Setiap gelombang
memiliki puncak (crest) dan lembah (trough). Identitas gelombang tadi dapat
menurunkan karakter baru misalnya panjang gelombang (wavelength), yakni jarak
puncak gelombang yang satu dengan puncak gelombang berikutnya atau jarak
lembah gelombang yang satu dengan lembah gelombang lainnya yang beurutan
(Gambar 1). Tinggi gelombang (height) merupakan jarak menegak atau vertikal
antara puncak dan lembah gelombang.
Sebuah gelombang terdiri dari beberapa bagian antara lain:
a. Puncak gelombang (Crest) adalah titik tertinggi dari sebuah gelombang.
b. Lembah gelombang (Trough) adalah titik terendah gelombang, diantara dua
puncak gelombang.
c. Panjang gelombang (Wave length) adalah jarak mendatar antara dua puncak
gelombang atau antara dua lembah gelombang.
d. Tinggi gelombang (Wave height) adalah jarak tegak antara puncak dan lembah
gelombang.
e. Periode gelombang (Wave period) adalah waktu yang diperlukan oleh dua
puncak gelombang yang berurutan untuk melalui satu titik.
Morfologi gelombang sederhana
Karakter gelombang yang diturunkan dari puncak dan lembah gelombang
tadi menjadi panjang (L atau ) dan tinggi gelombang (H) selanjutnya dapat
digunakan untuk menurunkan karakter gelombang lainnya seperti amplitudo
gelombang (A=2H), kecepatan (C), periode (T), keterjalan gelombang dan lain
sebagainya. Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkann oleh satu panjang
gelombang untuk melewati satu titik tetap. Kecepatan gelombang adalah panjang
gelombang dibagi dengan periode gelombang (C=L/T). Sedangkan keterjalan
gelombang (wave steepness) adalah perbandingan tinggi gelombang terhadap
panjang gelombang (H/L). Banyak lagi karakter gelombang yang dapat diturunkan
misalnya frequensi gelombang (f) yakni jumlah gelombang yang melewati satu
titik tetap dalam periode tertentu (f=1/T). Berdasarkan pengamatan yang panjang,
ketika keterjalan gelombang atau wave steepness mencapai 1/7 atau lebih maka
gelombang akan pecah.
Menurut Nontji (1987) antara panjang dan tinggi gelombang tidak ada satu
hubungan yang pasti akan tetapi gelombang mempunyai jarak antar dua puncak
gelombang yang makin jauh akan mempunyai kemungkinan mencapai gelombang
yang semakin tinggi. Pond and Pickard (1983) mengklasifikasikan gelombang
berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1. Klasifikasi gelombang berdasarkan periode
Bhat (1978), Garisson (1993) dan Gross (1993) mengemukakan bahwa ada
empat bentuk besaran yang berkaitan dengan gelombang, yakni :
a. Amplitudo gelombang (A) adalah jarak antara puncak gelombang dengan
permukaan rata-rata air.
b. Frekuensi gelombang (f) adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi
suatu titik dalam suatu waktu tertentu (biasanya didefenisikan dalam satuan
detik).
c. Kecepatan gelombang (C) adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu
satuan waktu tertentu.
d. Kemiringan gelombang (H/L) adalah perbandingan antara tinggi gelombang
dengan panjang gelombang.
(b)
Gambar 5. Salah satu proses pembangkitan gelombang tsunami ataukiller waves
atau tsunami dari proses patahan lempengan dasar samudera (a),
perubahan tinggi gelombang ketika mencapai pantai (b)
gT2 2 πh ¿ 2 πh
L= tanh ; c = 2 π tanh
2π L L
gT2 ¿
Lo = ; Co = 2 π
2π
L C 2 πh h h 2 πh
= = tanh atau = = tanh
Lo Co L Lo L L
L
L Air Dangkal
H
H
an tai
Air Dalam Garis P
Gambar 1 Sketsa Pendangkalan Gelombang
Rata-rata energi gelombang yang ditransportasikan dalam suatu potongan
vertikal dalam tiap satuan lebar puncak tiap satuan waktu P: yakni setara dengan
nEC adalah tetap sepanjang proses penjalaran gelombang, sehingga:
2
ρg H 2 Cn ρg H 0 C0 n0
=
8 8
Dimana:
1
n= ¿: n0 = 1/2
2
dari persamaan di atas diperoleh perbandingan berikut:
H 1 C0 K
H0
=
2 nC √
= s
1
Ks =
√ tan kh 1+( 2 kh
sinh 2 kh )
Persamaan diatas menunjukkan bahwa koefisien Shoaling adalah murni
fungsi kh atau h/L. Di mana untuk kondisi perairan yang dangkal (C = √ gh dan n
= 1) atau:
C0
Ks =
√ 2 √ gh
Sebagaimana telah disebutkan di atas, tinggi gelombang akan bertambah
sementara panjang gelombang akan berkurang (kemiringan gelombang
bertambah) sebelum gelombang tersebut mulai pecah. Sehingga batas atas
gelombang pecah disebabkan oleh:
Nilai maksimum kemiringan (steepness) gelombang (η/L)
Nilai maksimum perbandingan tinggi gelombang dan kedalaman air (η/d)
gL 2 πd
C2 = tanh
2π L
gL
Di laut dalam persamaan menjadi: =C 0 =
2π
Cara ini berdasarkan pada hokum Snellius dan diperkenalkan oleh Arthur
pada tahun 1952.
sin ∝1 C1 L1
= =
sin ∝2 C2 L2
Dimana:
∝1 dan ∝2 = sudut antara garis kedalaman dengan puncak gelombang
C 1 dan C 2 = Kecepatan perambatan gelombang yang ditinjau
L1 dan L2 = Panjang gelombang
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Wave
Crest
sin ∝1 C1 L1
Sin ∝2 = C 2 T / x. Dengan pembagian diperoleh: = =
sin ∝2 C2 L2
Jika gelombang mendekati pantai dengan kontur sejajar maka:
sin ∝0 sin ∝1
= =x
L0 L1
Dan kita pilih harga B0 dan B1 sedeminkian sehingga panjang
ortogonalnya L0 dan L1,maka kita bisa peroleh koefisien refraksi ( K R)
B0 B1
=x=
cos ∝0 cos ∝1
B0 cos ∝0
KR =
√ √
B1
=
cos ∝1
Gambar 4. Refraksi Gelombang pada kontur dasar laut lurus dan sejajar
dimana:
Gambar 2.4 Hubungan kecepatan angin di laut dan di darat (CERC, 1984)
F eff =
∑ Xi cosα
∑ cosα
dimana Xi = panjang fetch yang diukur dari titik observasi gelombang sampai
memotong garis pantai, α = deviasi pada kedua sisi (kanan dan kiri) arah angin
dengan menggunakan pertambahan 5o sampai sudut 45o.
a. Angin berhembus melalui permukaan air melalui lintasan yang berupa garis
lurus.
b. Angin berhembus dengan mentransfer energinya dalam arah gerakan angin
menyebar dalam radius 45o pada sisi kanan dan kiri dari arah anginnya.
c. Angin mentransfer satu unit energi pada air dalam arah dan pergerakan angin
dan ditambah satu satuan energi yang ditentukan oleh harga kosinus sudut
antara jari-jari terhadap arah angin.
d. Gelombang diabsorpsi secara sempurna di pantai.
3. Gelombang ekstrim
Interaksi arus-gelombang