Oleh :
ISYNU LUTFHI JAUHARI
G1F113212
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Ilmu
Kelautan Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Oleh :
ISYNU LUTFHI JAUHARI
G1F113212
ii
JUDUL : PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN
PELAGIS KECIL BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR
BAGIAN SELATAN
NAMA : ISYNU LUTFHI JAUHARI
NIM : G1F113212
PROGRAM STUDI : ILMU KELAUTAN
Disetujui oleh:
TIM PEMBIMBING
Mengetahui
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................. 2
DAFTAR TABEL......................................................................... 2
iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................... 2
1.1. Latar Belakang.................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah............................................................. 2
1.3. Tujuan dan Kegunaan....................................................... 2
1.4. Ruang Lingkup................................................................. 2
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah........................................ 2
1.4.2. Ruang Lingkup Materi........................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 2
2.1. Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil........................................ 2
2.2. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) pada Bidang
Kelautan dan Perikanan................................................... 2
2.4.1. Sistem Informasi Geografis (SIG).......................... 2
2.4.2. Inverse Distance Weighted (IDW)......................... 2
2.6. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan................................ 2
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................... 2
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian.......................................... 2
3.2. Alat dan Bahan................................................................ 2
3.3. Metode Pengumpulan Data.............................................. 2
3.4. Data Logbook Penangkapan Ikan..................................... 2
3.5. Analisis Data..................................................................... 2
3.5.2. IDW........................................................................ 2
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 2
4.1.................................................................................................... Kegiat
an Perikanan Tangkap............................................................... 2
4.1.1. Nelayan.......................................................................... 2
4.1.2. Metode Penangkapan Ikan ........................................... 2
4.1.3. Hasil Tangkapan Ikan.................................................... 2
4.2.................................................................................................... Sebara
n spasial daerah penangkapan ikan........................................... 2
4.2.1. Sebaran Spasial Daerah Penangkapan Ikan Musim
Barat.............................................................................. 2
v
4.2.2. Sebaran Spasial Daerah Penangkapan Ikan Musim
Peralihan 1..................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
vii
BAB 1. PENDAHULUAN
2
Pemetaan zona penangkapan di wilayah perairan Selat Makassar
menggunakan aplikasi Arcgis dengan beberapa software lainnya sebagai tambahan.
Pembuatan peta memerlukan data dari pemerintah dan lapangan yang akan
diakumulasikan sehingga didapatkan peta zona penangkapan.
1.3. Tujuan dan Kegunaan
1.3.1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah potensial penangkapan ikan
berbasis sistem informasi geografis di perairan Selat Makassar dengan menggunakan
aplikasi.
1.3.2. Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi kepada
pemerintah serta masyarakat ataupun pihak yang membutuhkan informasi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan untuk penangkapan wilayah perairan Selat Makassar
kabupaten Kotabaru Kalimantan selatan.
1.4. Ruang Lingkup
3
4
Daerah Penangkapan Ikan di Selat Makassar
2
plankton hewani. Ikan pelagis kecil merupakan elemen yang penting dalam
ekosistem laut karena biomassa yang signifikan pada level menengah dari jaring
makanan, sehingga memegang peranan penting menghubungkan tingkatan trofik
atas dan bawah dalam struktur trofik (Bakun 1996, Cury et al. 2000; Fréon et al.
2005; Palomera et al. 2007).
Ikan pelagis kecil dapat ditangkap dengan alat tangkap yang dilingkarkan,
pancing, dan yang menghadang arah renang ikan (Subani dan Barus 1988;
Zarohman et al. 1996). Dari hasil penelitian ikan pelagis kecil efektif ditangkap
dengan alat tangkap pukat cincin (Amin dan Suwarso 1990; Sadhatomo 1991;
Widodo et al. 1994; Hariati 2006). Penangkapan ikan pelagis di perairan Selat
Makassar dan Laut Flores dapat dilakukan sepanjang tahun, namun puncak musim
penangkapan terjadi dua kali yaitu pada bulan November dan Februari.
Berdasarkan CPUE sebagai patokan kelimpahan relatif stok ikan, ikan pelagis
melimpah selama 6 bulan dari November sampai April, sedangkan 6 bulan
lainnya kelimpahan stok relatif rendah dengan titik terendah pada bulan Juli.
Puncak musim ikan pelagis kecil pada bulan Maret dengan musim penangkapan
yang baik berlangsung bulan Januari hingga Maret dan paceklik terjadi pada bulan
Juni (Gafa et al. 1993). Ikan terbang di perairan pantai barat Sulawesi Selatan
terdapat pada dua lokasi yang berbeda musim, yaitu pada saat musim timur di
perairan Kabupaten Takalar dan Barru, sedangkan peralihan musim timur ke barat
di perairan Kabupaten Pinrang, Polmas dan Majene (Yahya et al. 2001). Ikan
layang musim puncak penangkapan di perairan pantai barat Sulawesi Selatan
cenderung terjadi pada bulan yang sama, yaitu Agustus hingga November. Musim
biasa pada bulan Februari sampai Agustus, sedangkan di perairan Majene terjadi
pada bulan November hingga bulan April. Musim paceklik pada bulan November
sampai Maret, sedangkan di perairan Majene pada bulan Mei hingga Juli
(Najamuddin 2004).
2.2. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) pada Bidang Kelautan dan
Perikanan
4
ikan yang banyak terdapat di wilayah perairan Indonesia. Beberapa yang termasuk
ke dalam kelompok ikan pelagis besar adalah cakalang (Katsuwonus pelamis),
tuna (Thunnus spp), dan tongkol (Euthynnus spp). Beberapa yang termasuk ke
dalam kelompok ikan pelagis kecil adalah kembung (Rasralliger), layang
(Decapterus), tembang (Sardinella spp), dan selar (Selaroides spp). Selain tempat
penangkapan ikan, pemakai SIG dapat melihat dan mengetahui informasi dari
jenis-jenis ikan yang terdapat di tempat tersebut dalam Lulu Chaerani Munggaran,
Widiastuti & Boby Nugraha (2012).
Masalah yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan
ikan yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan.
Secara alami, ikan akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut
sangat dipengaruhi kondisi oseonografi perairan. Dengan demikian daerah
potensial penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh factor oseonografi perairan.
Kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien apabila daerah
penagkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penagkapan ikan
berangkat dari pangkalan.
Menurut Zainuddin (2006), Salah satu alternative yang menawarkan
solusii terbaik adalah pengkombinasian kemampuan SIG dan pengindraan jauh.
Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhii
distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan
dengan cakupan daerah yang luas.
Pemanfaatan SIG dalam perikanan tangkap dapat mempermudah dalam
operasi penangkapan ikan dan penghematan waktu dalam pencarian fishing
ground yang sesuai (Dahuri, 2001). Dengan menggunakan SIG gejala perubahan
lingkungan berdasarkan ruang dan waktu dapat disajikan, tentunya dengan
dukungan berbagai informasi data, baik survei langsung maupun dengan
pengidraan jarak jauh (Inderaja).
2.3. Interpolasi
Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa
data yang telah diketahui (Wikipedia, 2008). Dalam pemetaan, interpolasi adalah
proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga ter-
buatlah peta atau sebaran nilai pada selu-ruh wilayah (Gamma Design Software,
5
2005). Didalam melakukan interpolasi, sudah pasti dihasilkan. Error yang
dihasilkan sebelum melakukan interpolasi bisa dikarenakan kesalahan
menentukan metode sampling data, kesalahan dalam pengukuran dan kesalahan
dalam analisa di laboratorium.
Pada tulisan ini, akan dijelaskan penggunaan metode IDW dan Kriging
untuk interpolasi. Metode IDW dapat dikelompokkan dalam estimasi
deterministic dimana interpolasi dilakukan berdasarkan perhitungan matematik.
Sedang metode Kriging dapat digolongkan kedalam estimasi stochastic dimana
perhitungan secara statistic dilakukan untuk menghasilkan interpolasi.
6
Database Spasial mendeskripsikan sekumpulan entitas baik yang memiliki
lokasi atau posisi yang tetap maupun yang tidak tetap (memiliki kecenderungan
untuk berubah, bergerak, atau berkembang). Tipe-tipe spasial ini memiliki
properti topografi dasar yang memiliki lokasi, dimensi, dan bentuk (shape).
Semua Sistem Informasi Geografis (SIG) hampir memiliki campuran tipe-tipe
entitas spasial dan non-spasial. Tipe-tipe non spasial tidak memiliki property
topografi dasar lokasi. Database spasial meliputi kondisi tekstur tanah, erosi,
lereng, ketinggian, jenis tanah, tempat pengambilan sumber bahan bangunan dan
penyebaran pemukiman yang dikonstruksikan sebagai ulasan dalam suatu vector
Sistem Informasi Geografis, dimana atribut-atributnya disimpan sebagai database
relasional yang bisa diimpor ke model tata ruang (Prahasta,2001).
2.4.1. Sistem Informasi Geografis (SIG)
8
2.6. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan
10
stakholder didalamnya seperti nelayan, pengusaha, pemerintahan, dan LSM. Maka
dari itu perlu diketahui daerah penangkapan ikan dalam prespektif pengelolaanya.
Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menentukan suatu operasi penangkapan. Dalam hubungannya dengan alat
tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat
menguntungkan.
Untuk memperoleh ikan secara berlimpah haruslah daerah tersebut aman,
alat tangkap mudah dioprasikan dengan melihat tempat ikan yang bergerombol
agar hasil tangkapan berlimpah. Kemudian harus diperhatikan syarat-syarat dalam
memilih dan menentukan areal tangkap yaitu daerah aman dan alat tangkap
mudah dioprasikan agar ikan datang dan mudah berkumpul maka dari itu kondisi
daerah sangat penting diperhatikan agar dapat bernilai secara ekonomis
menguntungkan.
Hal ini tentu saja erat hubungannya dengan kondisi oseanografi dan
meteorologist suatu perairan dan faktor biologi dari ikan itu sendiri. Musim
penangkapan di perairan Indonesia bervariasi. Musim penangkapan di suatu
perairan belum tentu sama dengan perairan yang lain.
11
BAB III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 – Juni 2020,
Jangka waktu tersebut meliputi pengambilan data, pengukuran lapangan dan
pengolahan data sampai penyusunan laporan akhir dilakukan Fakultas Perikanan
dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Lokasi penelitian ini
bertempat di Perairan Kerayaan, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten
Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan (Gambar 1).
12
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1.1. Alat yang digunakan selama penelitian.
No Nama Alat Kegunaan
.
1 Software
a. ArcGis 10,7 Menganalisis data perikanan, IDW,
dan pembuatan peta.
b. Ms, Excel. Menganalisis data perikanan.
2 Hardware: laptop Menganalisis, penulisan skripsi dan
pembuatan peta.
Untuk mendapatkan data kapal serta titik koordinat zona tangkapan yang
dilakukan nelayan selama tahun 2018 sebagai bahan yang akan dianalisis
menggunakan aplikasi.
13
Selatan. Buffering dan query berguna untuk menampilkan, mengubah, dan
menganalisis data. Pada dasarnya pada terdapat lima proses dalam analisis yaitu:
1. Input Data
Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data
nonspasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus
menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi ke
dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain proses
digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan proses scanning
pada peta analog.
2. Manipulasi Data
Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu
dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Karena itu SIG
mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun non-spasial.
3. Manajemen Data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data non-spasial. Pengolahan data non-spasial meliputi penggunaan
DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.
4. Query dan Analisis
Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara
fundamental SIG dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu:
a. Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada
jarak antar layer. SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan
pendukung di sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan
dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.
b. Analisis Overlay
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang
berbeda. Secara sederhana overlay disebut operasi visual yang
membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.
5. Visualisasi
14
Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan
dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan
informasi geografis.
15
Rumus data tunggal: Rumus data
berkelompok:
Modus
Untuk data tunggal, nilai yang paling banyak jumlahnya merupakan
modus. Misalnya dari data x1, x2, x3…. xn, xi adalah yang paling banyak
muncul, maka xi adalah modus. Dengan kata lain, modus adalah frekuensi yang
paling banyak.
Rumus data berkelompok:
Median
Untuk data tunggal, median terletak pada pertengahan data yang sudah
diurutkan. Data yang berjumlah ganjil, maka nilai tengah dapat langsung
ditentukan. Namun, untuk data yang berjumlah genap, nilai median adalah rata-
rata dari dua datum yang berada di pertengahan.
Rumus data berkelompok:
3.5.2. IDW
17
interpolasi dilakukan, maka akan terlihat pembagian zonasi secara otomatis oleh
perangkat lunak ArcGis 10.7.
c. Tahap Ke Tiga
Dalam tahap ini, dimana hasil analisis dapat disajikan, berupa grafik tabel
dan gambar dalam bentuk zona potensi penangkapan ikan dan disertai penjelasan
deskriptif. Menampilkan peta hasil analisis dengan menggunakan perangkat lunak
ArcGis 10.7 dan melayoutnya.
18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Nelayan
19
Meliputi metode penangkapan ikan, fishing base, fishing ground, waktu
tempuh dari fishing base, persiapan, musim penangkapan, kearifan lokal dalam
upaya penangkapan ikan.
20
Tabel 4.1. hasil tangkapan ikan pelagis diperairan selat makassar bagian selatan
Jenis Ikan (JI) Satua Bulan Tangkapan
n januar februar maret april mei juni Juli agustus september oktobe november desember
i i r
Kembung Lelaki (kg) 6573 8396 19314 30674, 39176 17185 24475 27366 27200 26684 9993 4405
5
Layang (Bengol) (kg) 0 270 0 540 1 1230 3740 2185 9775 305 2080 0
Layang (Lajeng) (kg) 0 0 0 0 1250 951 8970 14030 5560 12090 12931 4765
Layang Anggur (kg) 0 0 0 0 498 268 9000 45280 0 0 0 0
Layang Benggol (kg) 0 8680 11585 41540 28485 10573 87321 89211 155085 203871 63961 25800
Layang Deles (kg) 24732 9930 3955 8815 27516 29520 85867 96992 109025 104520 16020 7370
Layang Pectoralf (kg) 34888 60730 68211 117411 33775 60748 58305 69055 46671 5780 0 300
Pendek 3
Lemuru (kg) 0 7500 8305 8050 5850 1700 7280 24513 40675 86633 71100 28650
Siro (kg) 189853 174146 11175 150597 10387 47223 56319 110492 68420 34450 4101 3070
2 2 9 3
Tembang (kg) 15630 14900 25291 54153 43468 21775 21455 19840 13130 13670 11750 240
Total Hasil tangkapan (kg) 271676 284552 24841 411781 58786 19117 86961 149339 475541 488003 191936 74600
3 9 3 2 5
Kembung
Hasil Tangkapan tahun 2018 Lelaki
1200000
Layang
[Bengol]
1000000
Layang
800000 [Lajeng]
Layang Anggur
600000 Layang
Benggol
400000
Layang Deles
200000 Layang
Pectoralf
0 Pendek
i t Lemuru
i
ar uar are pri
l ei i li s er er er er
u r a m jun ju stu mb tob mb mb Siro
j an fe
b m u
ag epte ok ove ese
n d Tembang
s
Grafik 4.1. hasil tangkapan ikan pelagis diperairan selat makassar bagian selatan
Berdasarkan data hasil tangkapan perikana ikan pelagis dari bulan januari
hingga desember 2018, dengan 10 jenis ikan yang dominan yaitu Kembung
Lelaki, Layang (Bengol), Layang (Lajeng), Layang Anggur, Layang Benggol,
Layang Deles, Layang Pectoralf Pendek, Lemuru, Siro dan Tembang. Total hasil
tangkapan dari bulan januari sapai dengan desember 2018 mendapatkan
5.588.550,5 kg. Dari total hasil penangkapan selama di tahun 2018 pada bulan
agustus mendapatkan penangkapan tertinggi 1.493.395 kg dengan jenis ikan yang
dominan di bulan itu ikan siro sebanyak 1.104.923 kg sedangkan bulan desember
mendapatkan hasil penagkapan yang sedikit sebesar 74.600 kg dengan ikan yang
dominan di bulan itu ikan lemuru sebanyak 28.650 kg. Bulan desember ini
penagkapan paling sedikit di peroleh dari bulan-bulan sebelumnya. Dari tabel di
atas juga menunjukan ikan yang dominan dari bulan januari sampai dengan bulan
desember adalah ikan Siro dengan total penagkapan selama tahun 2018 yaitu
2.555.606 kg sedangkan ikan yang paling sedikit di dapatkan selama tahun 2018
yaitu ikan Layang (Bengol) dengan jumlah 20.126 kg. jenis ikan Kembung Lelaki
total penagkapan di tahun 2018 dengan total 241.441,5 kg, jenis ikan Layang
(Lajeng) total penagkapan di tahun 2018 dengan total 60.547 kg, jenis ikan
Layang Anggur total penagkapan di tahun 2018 dengan total 55.046 kg, jenis ikan
Layang Benggol total penagkapan di tahun 2018 dengan total 726.112 kg, jenis
ikan Layang Deles total penagkapan di tahun 2018 dengan total 524.262 kg, jenis
ikan Layang Pectoralf Pendek total penangkapan di tahun 2018 dengan total
859.852 kg, jenis ikan Lemuru total penagkapan di tahun 2018 dengan total
290.256 kg, jenis ikan Tembang total penagkapan di tahun 2018 dengan total
255.302 kg. Sehinga dalam hal ini peneliti mengganggap ikan pelagis penting
diketahui dan dizonasi kesesuaian wilayah penangkapannya.
Sebaran daerah penangkapan ikan pelagis dari sepanjang tahun 2018 yang
dianalisis secara spasial dan temporal menggunakan idw melalui aplikasi arcgis
yang diurutkan berdasarkan data musiman yakni barat, timur, peralihan 1 dan
peralihan 2 menunjukkan data yang berbeda-beda sehingga hasil tangkapan yang
di dapat tidak sama. Data tersebut dibagi dalam 15 wilayah yang bersumber dari
rekaman catatan harian pendaratan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pekalongan dalam periode tahun 2002-2012 di dalam (Muhammad syahdan et al,
2016). Beberapa jenis ikan tidak di peroleh di musim-musim tertentu.
3
peroleh 7 kriteria zona dengan variable yang berbeda. Setiap zona dibedakan
berdasarkan kriteria dari wilayah yang memiliki nilai tangkapan tertinggi sampai
yang terendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa zona tangkap yang paling
potensial terdapat di wilayah utara dan dari cakupan daerah analisis. Hasil
interpolasi pada bulan februari 2018 yang dianalisis berdasarkan titik
penangkapan yang memiliki jumlah dari banyaknya hasil tangkapan maka di
peroleh 4 kriteria zona dengan variable yang berbeda. Setiap zona dibedakan
berdasarkan kriteria dari wilayah yang memiliki nilai tangkapan tertinggi sampai
yang terendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa zona tangkap yang paling
potensial terdapat di wilayah selatan dan dari cakupan daerah analisis.
Siro 503674
Lemuru 27890
Layang Anggur 0
Layang (Lajeng) 0
Gambar 4.4. Grafik Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Di Musim Barat Diperairan
Selat Makassar Bagian Selatan.
Dari grafik pada musim barat dari bulan desember 2017 sampai dengan
febuari 2018 jumlah semua total tangkapan di daerah selatan selat makasar
berjumlah 764.283 kg ikan. Dari total semua tangkapan jenis ikan yang paling
banyak di peroleh dari penangkapan adalah jenis ikan siro dengan total 503.674
kg. Selama musim barat, pengkapan dari bulan desember 2017 jenis ikan siro di
dapatkan 139.675 kg, penagkapan di bulan januari 2018 di dapatkan dengan
jumlah 189.853 kg dan di bulan febuari 2018 di peroleh 174.146 kg. Penangkapan
4
yang di lakukan selama tiga bulan tidak mendapatkan jenis ikan layang (lajeng)
dan layang anggur, di bulan januari juga tidak memperoleh jenis ikan layang
(bengol), layang benggol dan lemuru. Pada jenis lainya selama penagkapan di
musim barat seperti jenis ikan kembung lelaki di peroleh dengan total 18.102 kg,
layang (bengol) 3.250 kg, layang benggol 8.710, layang deles 37.822 kg, layang
pectoralf pendek 129.505 kg, lemuru 27.890 kg dan tembang 14.900 kg. Bulan
febuari adalah bulan paling banyak mendapatkan hasil perikanan tangkap sebesar
284.552 kg selama musim barat. Bulan desember 2017 mendapatkan 208.055 kg
dan bulan januari 271.676 kg. Bisa di lihat pada grafik di bawah.
Siro 366221
Lemuru 22205
6
Gambar 4.6. Grafik Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Di Musim Peralihan I
Diperairan Selat Makassar Bagian Selatan.
Dari grafik pada musim peralihan I dari bulan maret 2018 sampai dengan
mei 2018 ini adalah bulan di mana antara musim barat ke musim timur. Musim
peralihan I ini jenis ikan yang di hasilkan dari perikanan tangkap yang paling
banyak yaitu jenis ikan layang pectoralf pendek dengan total pengkapan 523.375
kg sedangkan yang paling sedikit di peroleh adalah jenis ikan layang anggur
sebesar 498 kg. Selama musim peralihan I ini di bulan maret jenis ikan layang
(bengol) tidak di peroleh, sedangkan jenis ikan layang (lajeng) dan layang anggur
tidak di dapatkan di bulan maret dan april. Tetapi jenis ikan siro pada bulan maret
dan april sangatlah banyak yaitu 111.752 kg dan 150.597 kg. Pada bulan mei hasil
perikanan tangkap paling banyak adalah jenis ikan layang pectoralf pendek
dengan total 337.753 kg. Selama musim peralihan I ini mendapatkan jenis ikan
kembung lelaki mendapatkan 89.164,5, layang (bengol) 541 kg, layang (lajeng)
1250, layang benggol 81.610 kg, layang deles 40.286 kg, lemuru 22.205 kg, siro
366.221 kg dan tembang 122.912. Total hasil semua perikanan tangkap yang
dilakukan selama musim peralihan I sebanyak 1.248.062,5 kg.
7
Gambar 4.7. Sebaran Spasial Daerah Penangkapan Ikan Musim Timur
Dari hasil interpolasi pada bulan juni 2018 yang dianalisis berdasarkan
titik penangkapan yang memiliki jumlah dari banyaknya hasil tangkapan maka di
peroleh 4 kriteria zona dengan variable yang berbeda. Setiap zona dibedakan
berdasarkan kriteria dari wilayah yang memiliki nilai tangkapan tertinggi sampai
yang terendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa zona tangkap potensial yang
paling dominan yakni terdapat pada wilayah selatan dan timur dari cakupan
daerah analisis. Hasil interpolasi pada bulan juli 2018 yang dianalisis berdasarkan
8
titik penangkapan yang memiliki jumlah dari banyaknya hasil tangkapan maka di
peroleh 4 kriteria zona dengan variable yang berbeda. Setiap zona dibedakan
berdasarkan kriteria dari wilayah yang memiliki nilai tangkapan tertinggi sampai
yang terendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa potensi zona tangkap sangat
tinggi yang dibuktikan dengan luasan kriteria yang paling tinggi memiliki luasan
yang besar dari cakupan daerah analisis. Hasil interpolasi idw pada bulan agustus
2018 yang dianalisis berdasarkan titik penangkapan yang memiliki jumlah dari
banyaknya hasil tangkapan maka di peroleh 4 kriteria zona dengan variable yang
berbeda. Setiap zona dibedakan berdasarkan kriteria dari wilayah yang memiliki
nilai tangkapan tertinggi sampai yang terendah. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa zona tangkap potensial yang paling dominan berada di sebelah timur
hingga selatan pulau laut selatan.
Gambar 4.8. Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Di Musim Timur Diperairan Selat
Makassar Bagian Selatan.
Dari grafik pada musim timur dari bulan juni sampai dengan agustus, hasil
perikanan tangkap yang paling banyak adalah jenis ikan siro dengan total
penangkapan 1.715.345 kg. Selama musim timu ini total hasil perikanan tangkap
yang di dapat bejumlah 2.554.180 kg dengan beberapa jenis ikan seperti jenis ikan
kembung lelaki 69.026 kg, layang (bengol) 7.155 kg, layang (lajeng) 23.951 kg,
layang anggur 54.548 kg, layang benggol 187.105 kg, layang deles 212.379 kg,
lemuru 33.493 dan tembang 63.070 kg. Bisa di lihat pada grafik di atas.
9
4.2.4. Sebaran Spasial Daerah Penangkapan Ikan Musim Peralihan 2
Tembang 38550
Siro 106971
Lemuru 198408
Layang Anggur 0
11
tidak di dapatkan selama musim peralihan II. Selama musim peralihan II ini total
hasil perikanan tangkap yang di dapat bejumlah 1.155.480 kg dengan beberapa
jenis ikan seperti jenis ikan kembung lelaki 63.877 kg, layang (bengol) 12.160 kg,
layang (lajeng) 30.581 kg, layang deles 229565 kg, layang pectoralf pendek
52.451 kg, lemuru 198.408 kg, siro 106.971 kg dan tembang 38.550 kg. Bisa di
lihat pada grafik di bawah.
KESIMPULAN
Kesimpulan
12
1. Hasil interpolasi data musiman yang dianalisis berdasarkan titik
penangkapan yang memiliki jumlah dari banyaknya hasil tangkapan maka
di peroleh beberapa kriteria zona dengan variable yang berbeda. Setiap
zona dibedakan berdasarkan kriteria dari wilayah yang memiliki nilai
tangkapan tertinggi sampai yang terendah. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa zona tangkap potensial yang paling dominan dari semua musim
berada di sebelah timur hingga selatan dan beberapa di bagian utara dari
cakupan daerah analisis.
2. Hasil tangkapan perikanan ikan pelagis dari bulan januari hingga desember
2018, dengan 10 jenis ikan yang dominan yaitu Kembung Lelaki, Layang
(Bengol), Layang (Lajeng), Layang Anggur, Layang Benggol, Layang
Deles, Layang Pectoralf Pendek, Lemuru, Siro dan Tembang. Total hasil
tangkapan dari bulan januari sapai dengan desember 2018 mendapatkan
5.588.550,5 kg. Dari total hasil penangkapan selama di tahun 2018 pada
bulan agustus mendapatkan penangkapan tertinggi 1.493.395 kg dengan
jenis ikan yang dominan di bulan itu ikan siro sebanyak 1.104.923 kg
sedangkan bulan desember mendapatkan hasil penagkapan yang sedikit
sebesar 74.600 kg dengan ikan yang dominan di bulan itu ikan lemuru
sebanyak 28.650 kg. Bulan desember ini penagkapan paling sedikit di
peroleh dari bulan-bulan sebelumnya.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
13
Aziz KA et al. 1998. Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan
Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Bogor : Komisi Nasional
Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut – Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisirdan Lautan. 44 hal.
Dahuri R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradya Paramita. Jakarta.
Helmi, Alfian & Satria, Arif. (2012). Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap
Perubahan Ekologis, Makara, Sosial Humaniora, Bogor.
Kekenusa, J, 2007. Pemodelan Hasil Tangkapan dan Evaluasi Model Produksi
Surplus Ikan Cakalang yang tertangkap di Perairan sekitar Bitung Provinsi
Sulawesi Utara.
Merta, I.G.S., J. Widodo dan S. Nurhakim. 1998. Sumberdaya Ikan Pelagis. Buku
II. Ditjen Perikanan Departemen Pertanian, Jakarta.
Prahasta, E. 2004. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit
Informatika. Bandung
Simbolon D. et al. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan. Penerbit
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Yousman, Y. 2003. Sistem Informasi Geografis Dengan Mapinfo Profesional.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian
Perikanan Dan Kelautan. Disampaikan Pada Lokakarya Agenda Penelitian
COREMAP II Kebupaten Selayar.
(KKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Kelautan dan Perikanan
Dalam Angka 2018. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan. 384
hlm.
(KKP) Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Pelagis Kecil di WPP 713
(Selat Makassar-Laut Flores-Teluk Bone) dan WPP 714 (Laut BandaTeluk
Tolo). Dirjen Perikanan Tangkap, Jakarta
Ihsan, 2015. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Rajungan secara berkelanjutan
di perairan Kabupaten Pangkep. Disertasi. Program Studi Sistem dan
Pemodelan Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan FPIK Institut Pertanian Bogor.
Mundy, C.N. 2012. Using GPS technology to improve fishery dependent data
collection in abalone fisheries. University of Tasmania. Tasmania. 122p.
Jalali, M.A., D. Ierodiaconou, H. Gorfine, J. Monk, and A. Rattray. 2015.
Exploring spatio temporal trends in commercial fishing effort of an abalone
14
fishing zone: a GIS-based hotspot model. PLoS ONE, 10(5):65- 72. Doi :
10.1371/journal. pone. 0122995
15