Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KEGIATAN SURVEY

DAMPAK KEARIFAN LOKAL Hading Mulung TERHADAP


PENGELOLAAN LOLA (Trochus Niloticus L.) DAN PERIKANAN LAINNYA
DI PULAU LAPANG KABUPATEN ALOR

Paulus Edison Plaimo, S.Pi., M.Sc


Andri P Timung, SP.,M.Si
Universitas Tribuana Kalabahi

KERJA SAMA WWF-INDONESIA


DAN UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
TAHUN 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas anugerah,
hikmat serta kasih sayang yang diberikan kepada kami, sehinga kegiatan survey Dampak kearifan
lokal Hading Mulung terhadap pengelolaan Lola (Trochus niloticus L) dan perikanan lainnya
dikawasan pesisir sekitar Pulau Lapang Kabupaten Alor yang diselengarakan pada tanggal 16 –
21 Oktober 2018 dapat berjalan dengan baik. Rasa hormat pun kami tujukan kepada semua pihak
yang berkontribusi demi terlaksananya baik itu upaya konservasi habitat melalui ritual Hading
Mulung maupun survey untuk mengukur aspek kebermanfaatannya.
Kami menyadari masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan dalam penyajian data yang
tidak kami ketahui, oleh karena itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang membangun demi perbaikan-perbaikan kedepan.

Kalabahi, 1 November 2018

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................1
1.2. Tujuan ................................................................................................................................2
1.3. Hasil ...................................................................................................................................2
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN ...............................................................................3
2.1. Lokasi/Tempat dan waktu ..................................................................................................3
2.2. Format Kegiatan.................................................................................................................3
2.3. Fasilitator ...........................................................................................................................3
2.4. Kepanitiaan ........................................................................................................................3
2.5. Peserta ................................................................................................................................3
2.6. Agenda Kegiatan ................................................................................................................3
BAB III. PEMBAHASAN ......................................................................................................4
3.1. Hading Mulung ..................................................................................................................4
3.2. Dampak sebelum Hading Mulung terhadap pengelolaan Pesisir dan Laut .......................7
3.3.Dampak setelah Hading Mulung terhadap pengelolaan Pesisir dan Laut...........................8
3.4. Perubahan Pola Pemanfaatan……………………………………………………………10
3.5. Perubahan Hasil Tangkapan ..............................................................................................12
3.6. Perubahan Jarak Tangkap dan Alat Tangkap.....................................................................14
3.7. Perubahan Target Tangkapan ............................................................................................ 17
3.8.Perubahan Target Tangkapan ............................................................................................. 18
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................................. 19
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
4.2. Saran ................................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 21
LAMPIRAN-LAPIRAN .........................................................................................................22

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WWF-Indonesia merupakan yayasan independen yang terdaftar sesuai hukum Indonesia.

Dikelola oleh Dewan Penyantun yang terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas dan Dewan

Pelaksana. WWF-Indonesia merupakan bagian independen dari jaringan dari WWF dan

afiliasinya, organisasi pelestarian global yang bekerja di 100 negara di dunia yang bergerak di

bidang penelitian dan pelestarian alam. Kegiatan WWF di Indonesia didasari oleh Nota

Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Pemerintah Republik Indonesia c.q.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (15/SJ-KKP/KB/X/2014, tanggal 17 Oktober 2014).

Pada tahun 2006, WWF-Indonesia Lesser Sunda Program (LSS) mulai mendukung

kebijakan pemerintah daerah kabupaten Nusa Tenggara Timur dalam peningkatan efektivitas

pengelolaan kawasan konservasi perairan. Beberapa wilayah kerja WWF-ID LSS antara lain di

SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya Kabupaten Alor, SAP Flores Timur

di Kabupaten Flores Timur dan Taman Nasional Komodo Kabupaten Manggarai Barat.

Kawasan Konservasi Perairan merupakan kawasan yang dikelola dengan sistem zonasi

untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan kawasan perairan dengan perlindungan

sumberdaya laut yang terdapat di wilayah tersebut, dengan tujuan utama adalah kesejahteraan

masyarakat yang ada di dalam kawasan maupun di luar kawasan. Berdasarkan Permen KP No. 47

tahun 2016 tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan, terdapat 4 jenis pemanfaatan yang

dapat dilakukan di dalam kawasan konservasi yaitu : Penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,

pariwisata alam perairan, dan penelitian dan Pendidikan.

5
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Suaka Alam Perairan Selat Pantar Kabupaten Alor

telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 16 juni 2015 melalui

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 35 tahun 2015. Dengan luas kawasan 276.693,38

hektar. Tujuan pembentukan SAP ini adalah pengelolaan dan perlindungan ekosistem terumbu

karang, padang lamun, mangrove, perikanan berkelanjutan, dan biota dilindungi seperti penyu, hiu

dan pari manta, serta mamalia laut meliputi paus, lumba-lumba dan dugong.

Banyak potensi yang dimiliki maka banyak pula ancama dan permasalahnya diantaranya

pemanfaatan ekosisitem yang tidak ramah lingkungan seperti, pengkapan ikan menggunakan alat

bantu bom, potasium dan lainya. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi mendorong

tumbuhnya berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Hal ini akan berdampak positif

terhadap peningkatan kondisi perekonomian masyarakat, namun di sisi lain hal ini dapat

menyebabkan berbagai dampak negatif. Adanya kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir akan

mengakibatkan kerusakan lingkungan (Fauzi dan Anna, 2005; Mulyadi, 2007; Supriharyono,

2009; Harahap, 2010; Tuwo, 2011.

Pulau Lapang Salah satu Pulau yang berada di Pulau Pantar Kabupaten Alor Propinsi Nusa

Tenggara Timur, pulau ini termasuk dalam zona inti Kawasan Konservasi SAP Selat Pantar

Kabupaten Alor yang dimana memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) perairan yang cukup

tinggi.

Pengelolaan dan pelestarian pulau lapang berbasis kearifan local yang sudah di

kembangkan semenjak tahun 2015. Kearifan Lokal yang dimaksud adalah Hading Mulung (Buka

Air). Hadi Mulung adalah peratruran adat dari Kerajaan Barnusa, yang difokuskan dalam

melakukan penjagaan lingkungan dan alam sekitarnya terutama ikan karang dan lola (Trochus

Niloticus L).

6
Penelitian ini difokuskan untuk, berapa besar dapak penetapan Hading Mulung untuk

dalam pelestarian ekosistem pesisir dan laut di Pulau Lapang terkhususnya perlindungan Lola

(Trochus Niloticus L.) serta perikanan lainnya. Hasil dari kajian ini diharapkan menjadi umpan

balik pada siklus pengelolaan selanjutnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

1. Untuk mendapatkan data dari dampak hading mulung terhadap perdagangan lola dan ikan

karang lainya periode Agutus 2018

2. Untuk terlaksananya sosialisasi kearifan local hading mulung terhadap masyarakat nelayan

dan pedagang

1.3 Hasil

Hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: Tersedianya data sosial

ekonomi dan sistem pemasaran Ikan di Pulau Lapang

7
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Lokasi/Tempat dan Waktu

Penelitian ini dailaksanakan pada tanggal 25-31 Oktober Tahun 2018 bertempat di Desa

Baranusa dan Pualu Lapang.

2.2 Format

Format kegiatan ini dilakukan dengan cara: Observasi di lapangan dengan menggunakan

kuisoner dan wawancara

2.3 Fasilitator

1. Dosen Universitas Tribuana (2 orang).

2. Staff dinas pariwisata kabupaten Alor (1 orang)

3. Staff dinas kelautan dan perikanan kabupaten Alor (2 orang)

2.4 Kepanitiaan

WWF-Indonesia Lesser Sunda Program Informasi yang berhubungan dengan dapat

menghubungi panitia:

I Made Dharma Jaya Ariawan/WWF(idharmajaya@wwf.id/081290452019), Zakaria

Atapada/WWF (zatapada@wwf.id/081338261154), Paulus E. Plaimo/Universitas Tribuana

(ediplaimo.untrib@gmail.com/082300001955) dan Andri Timung/Universitas Tribuana

(andremorango58@gmail.com/081237758949) .

3. Peserta

Tabel 1. Daftar Anggota masyarakat dan Universitas yang tergabung dalam survey Dapak

Hading Mulung di Pulau Lapang Tanggal 23-29 Agustus 2018.

8
Unsur

Pemerintah 1. Dosen Universitas Tribuana. 2 orang

2. Mahasiswa Universitas Tribuana. 2 orang

Unsur 1. Pedagang atau Papalele Ikan 26 orang

Masyarakat

Total 30 orang

2.5 Agenda

Agenda pengambilan data :

1. Desa Baranusa tanggal 16-22 Oktober 2018.

9
BAB IV PEMBAHASAN

Kesejahtraan masyarakat dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi organisme

target dan memiliki nilai ekonomi, kondisi dapat dicapai dengan upaya pemulihan habitat atau

konsevasi habitat peranannya adalah mengembalikan kondisi atau melakukan konservasi suatu

kawasan ekosistem (Tjut Sugandawati, 2016). Kondisi ini berbanding positif dengan pemulihan

kawasan pesisir Pulau Lapang, yang telah diberlakukan oleh masyarakat kecamatan pantar barat

tepatnya 5 desa pesisir diwilayah itu yaitu desa baranusa, baraler, blangmerang, desa illu, dan desa

piring sina yang mengembalikan tradisi leluhur untuk melestarikan keberlangsungan ekosistem

sebagai penyedia sumber daya (ikan dan lola), bagi mereka maupun generasi yang akan datang

yaitu budaya Hading mulung.

Sejalan dengan itu Dahuri, (2005), menyatakan keberadaan budaya (kearifan lokal) yang

berada ditengah-tengah masyarakat tentang perlindungan alam dapat digali serta digunakan

sebagai upaya konservasi dalam rangka penigkatan kesejahtraan keluarga nelayan maupun

distribusi dan pemasaran. Proses hading mulung (menutupi kawasan tertentu sebagai areal

konservasi) telah diberlakukan sejak tahun 2015 dan sebaliknya telah dilakukan Hoba mulung

(areal konservasi dibuka kembali untuk dilakukan penangkapan bebas) pada bulan mei 2018.

Untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan program mulung dan upaya komersialisasi kami

melakukan survey dengan kalsifikasi pedagang (papalele).

4.1 jenis ikan

a. Jenis ikan yang diperdagangkan

Pengertian ekonomis penting yang dimaksud adalah mempunyai nilai pasaran yang tinggi

volume produksi macro yang tinggi dan luas, serta mempunyai daya produksi yang tinggi. Untuk

10
dapat dipahami, bahwa ikan-ikan tersebut tidak hanya dimaksudkan jenis- jenis ikan yang memang

mempunyai kwalitas baik dengan nilai harga yang baik pula, seperti ikan kakap, tenggiri, tongkol,

tuna, cakalang, slengseng, kembung, bawal hitam, bawal putih, bambangan, kerapu, lencam, ekor

kuning, beronang, Alu-alu, kuweh dan lain- lain, dengan keragaman hasil tangkapan serta volume

yang tinggi sebagai fakta bahwa pedagang memiliki peluang dengan labelisasi harga sesuai dengan

tingkat kesukaan yang berbanding positif dengan nilai gizi dan kegurihan saat di konsumsi dengan

demikian program Mulung memberikan kesempatan kepada pedagang semakin terbuka

memasarkan berbagai jenis ikan sehingga kesejahtraan semakin baik. Data responden tingginya

jenis ikan yang diperdagangkan di pasar baranusa dan sekitanya dapat dilihat pada Gambar 1

Jenis ikan yang diperdagangkan cukup tinggi ?

16% Sangat Setuju (SS)


Setuju (S)
Ragu-Ragu/Netral (N)
Tidak Setuju (TS)

84% Sangat Tidak Setuju (STS)

Gambar 1. Jenis ikan yang diperdagangkan di pulau lapang


Gambar 1. Menjelaskan bahwa terdapat 84% responden yang yang sangat setuju bahwa semakin
banyak jenis ikan yang diperdagangkan. Jenis ikan yang diperdagangkan di pasar
baranusa dan sekitarnya berupa Ikan putih, Ikan belang kuning, Ikan sarea, Ikan belo-
belo, Ikan moton.

11
b. Jumlah Ikan Karang dan Lola

Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (lestari) harus segera diterapkan

pada sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Apabila hal ini diabaikan, sumberdaya

perikanan akan menjadi lebih tangkap (over exploited) bahkan turun drastis karena tidak

terkontrolnya tingkat eksploitasi yang melebihi daya dukung sumberdaya perikanan tersebut.

Untuk menekan penangkapan ikan yang belebihan maka diberlakukan ritual hading mulung di

kawasan perairan pulau lapang. Ritual ini memberi dampak positif bagi peningkatan populasi ikan

karang, situasi ini terbaca dari volume penangkapan nelayan terdistribusi dan dirasakan oleh

pedagang ikan di pasar baranusa. Jumlah ikan darang dan lola dapat dilihat pada yang dapat dilihat

pada gambar 2

Jumlah Ikan Karang dan Lola

4%

Sangat Setuju (SS)


Setuju (S)
35%
Ragu-Ragu/Netral (N)
61% Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)

Gambar 2 jumlah ikan karang dan lola

Peningkatan jumlah ikan sangat dirasakan oleh pedagang di pasar baranusa. Hal ini

dibuktikan dengan terdapatnya 61% pedagang yang sangat menyetujui, 35% yang setuju. Adanya

peningkatan jumlah ikan disebabkan oleh diberlakukan ritual adat hading mulung tahun 2017.

12
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa setelah hading mulung, nelayan mampu menjual

400 – 500 ekor per bulan. Ritual hading mulung menerapkan larangan bagi nelayan-nelayan baik

yang ada di kampung/desa atau nelayan luar untuk tidak melakukan penangkapan di daerah yang

telah ditetapkan. Namun terdapaat 4% dari keseluruhan responden yang ragu dalam peningkatan

jumlah ikan. Hal ini disebabkan oleh ikan yang dijual oleh pedagang merupakan ikan laut dalam

yang proses penangkapan bukan disekitar lokasi hading mulung.

c. Jenis ikan yang berasal dari pulau lapang

Gambar 3 jenis ikan yang diperdagangkan dari pulau lapang

Berdasarkan hasil pengamatan diketehui bahwa terdapat ikan yang dijual di pasar baranusa

berasal dari pulau lapang. namun hasil tabulasi data responden menjelaskan bahwa terdapat 61%

respoden yang sangat setuju, sedangkan 35% setuju. hal ini disebabkan oleh sebagian besar ikan

yang dijual dipasar baranusa merupan ikan karang yang berasal dari pulau lapang. Jenis ikan yang

yang berasal dari pulau lapang berupa ikan dengan daging yang berwarna putih seperti katarang,

13
kakap, dll. Namun terdapat 4% pedagang yang ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh ikan yang dijual

oleh bukan hanya berasal dari pulau lapang namun berasal dari lokasi lain sekitar baranusa dan

sekitarnya.

4.2 Manajemen Pemasaran

Tangkapan nelayan P. Lapang di


perdagangkan secara lokal

Sangat Setuju (SS)


8% 15%
Setuju (S)
Ragu-Ragu/Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
77%
Sangat Tidak Setuju (STS)

Gambar 4. Tangkapan nelayan P. Lapang di perdagangkan secara lokal

Kegiatan pemasaran adalah sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan

barang ataupun jasa. Nelayan yang mecari ikan di sekitar pulau lapang melakukan pemasaran

dengan menjual hasil tangkapannya di pasar baranusa dan sekitarnya. Berdasarkan hasil survey

terlihat bahwa terdapat 77% hasil tangkapan dijual di pasar baranusa. Namun beberapa nelayan

yang menjual hasil tangkapan di pasar kabir, bahkan sampai pada pasar waiwerang di kabupaten

Lembata. Ikan yang dijual di sekitar pasar kabir dan pasar baranusa berupa ikan mentah dan ikan

kering belah 2, sedangkan ikan yang dijual di pasar werang kabupaten lembata merupakan ikan

kering belah tiga. Hal ini disebabkan oleh masyarakat baranusa dan sekitarnya tidak terlalu

menyukai ikan kering belah tiga jika dibandingkan dengan masyarakat lembata (dapat dilihat pada

gambar 5 ).

14
Hasil tangkapan nelayan P. Lapang di
pasarkan selain pasar lokal
8%
Sangat Setuju (SS)
15%
Setuju (S)
Ragu-Ragu/Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
77%
Sangat Tidak Setuju (STS)

Gambar 5 hasil tangkapan nelayan yang diperdagangkan selain pasar lokal

4.3. Dampak Hading Mulung terhadap sistem pemasaran

Pengelolaan dan pelestarian pulau lapang berbasis kearifan local yang sudah di

kembangkan semenjak tahun 2015. Kearifan Lokal yang dimaksud adalah Hading Mulung (Tutup

Air). Hadi Mulung adalah peratruran adat dari Kerajaan Barnusa, yang difokuskan dalam

melakukan penjagaan lingkungan dan alam sekitarnya. Hading Mulung yang terdapat pada pulau

lapang memberi dampak yang besar terhadap nelayan dan pedagang di pasar baranusa dan

sekitarnya. Data Pasca penetapan hading mulung dapat dilihat pada gambar 5.

15
Pasca Penetapan Hading Mulung, lola & ikan
masih banyak diperdagangkan ?

4% Sangat Setuju (SS)


12% 19%
Setuju (S)
Ragu-Ragu/Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
65%

Gambar 5. Pasca penetapan hading mulung


Gambar 5 menjelaskan bahwa terdapat 65 % responden merasakan peningkatan jumlah

ikan pasca hading mulung. Hal ini menunjukan bahwa hading mulung memberi dampak yang

positif terhadap peningkatan jumlah ikan. ritual hading mulung merupakan upaya untuk

melindungi habitat serta ekosistem didalamnya dan menjadi zona paenyanggah bagi daerah

disekitar hading mulung. Berdasarkan hasil wawancara nelayan memperoleh hasil tangkapan

mencapai 120 ekor selama 1 bulan. Namun terdapat 4 % yang berpendapat tidak setuju atau jumlah

ikan ikan dan lola tidak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pedagang tidak

memperjualbelikan lola di pasar baranusa dan sekitarnya. Selain itu jenis ikan yang

diperdagangkan di pasar baranusa merupakan jenis ikan pelagis seperti tongkol, serea, tuna

cakalang dan lain-lain. Jenis ikan pelagis merupakan hasil tangkapan yang bukan dari pulau lapang

melainkan dari rumpon, pancing di sekitar baranusa.

Hading muling memberi dampak positif peningkatan jumlah ikan dan lola. Meningkatnya

jumlah ikan maka perekomenian di bagi nelayan dan pedagang ikan di baranusa dan sekitarnya.

Data peningkatan ekonomi yang dirasakan pedagang ditampilkan pada gambar 6.

16
Hading Mulung dapat meningkatkan
perekonomian ?

8% Sangat Setuju (SS)


8%
Setuju (S)
15% Ragu-Ragu/Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
69%
Sangat Tidak Setuju (STS)

Gambar 6. peningkatan ekonomi pasca hading mulung

Gambar 6. menjelaskan bahwa adanya peningkatan ekonomi dengan adanya hading

mulung di sekitar pulau lapang. Terdapat 69 % dai total responden yang merasakan terjadinya

peningkatan ekonomi dengan adanya ritual hading mulung. wawancara pedagang diketahui bahwa

pendapatan nelayan setelah hading mulung mencapai Rp. 1.500.000 sampai Rp. 6.000.000. Hal

ini didukung dengan adanya peningkatan jumlah ikan. Peningkatan jumlah ikan menyebabkan

aktifitas penjualan di pasar baranusa dan sekitanya meningkat. Jenis ikan yang sering di jual

adalah: Ikan putih, Ikan belang kuning, Ikan serea, Ikan moton. ikan dijual dalam bentuk segar.

Dengan harga Rp.10.000 Per potong. Dalam sebulan kurang lebih 120 ekor yang di jual. Dari 120

ekor ada yang ukuran besar, sedang dan kecil. Ukuran besar kalau di potong dapat 8-9 potong,

Ukuran sedang di potong dapat 5-6 potong, Ukuran kecil di potong dapat 2-3 potong.

17
BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan

1 Adanya hading mulung mampu meningkatkan jumlah ikan di pasar baranusa dan sekitarnya

2 Meningkatya jumlah ikan akibat adanya hading mulung mamu meningkatkan ekonomi

pedagang ikan di pasar baranusa.

4.2 Saran

18
Lampiran 1 kuesioner

KUESIONER PERSEPSI MASYARAKAT


TENTANG JENIS IKAN DAN MANAJEMEN
PEMASRAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI Desa/Kelurahan
DESA BARANUSA

Nama Responden : Baida Ibi

Umur : 31

No. Responden :

DAFTAR KUESIONER UNTUK MASYARAKAT


TENTANTANG TENTANG MANAJEMEN PEMASRAN HASIL
TANGKAPAN IKAN DI DESA BARANUSA

Petunjuk Pengisian Angket:


- Bagian I merupakan bagian pertanyaan yang bersifat terbuka, bagian ini berisi tentang identitas
responden. Lebih lanjut, dalam bagian ini pula terdapat beberapa jawaban yang dipakai sebagai
variabel penelitian.
- Bagian II merupakan bagian pertanyaan yang bersifat tertutup, bagian ini berisi daftar
pernyataan yang memerlukan pilihan dari Bapak/Ibu. Dalam bagian ini Bapak/Ibu diwajibkan
untuk memilih jawaban yang sesuai dengan dengan kriteria, dengan memberi tanda (  ) pada
pilihan jawaban yang telah tersedia.
I. Profil Responden
1. Nama (tidak wajib) : ..........................................
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan

4. Umur : 20 - 30 tahun 31 - 40 tahun


41 - 51 tahun > 50 tahun

5. Pekerjaan : Papalele
6. Pendapatan : Rp. 100.000 per hari
7. Status Perkawinan : Menikah Belum Menikah

19
8. Jumlah Anggota Rumah Tangga : Laki- laki (3) Perempuan (4)
9. Pendidikan : Tidak Sekolah
(wajib) SD
SMP
SMA Sarjana (S1)
II. Item Pertanyaan Penelitian Untuk Masyarakat

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pernyataan-pernyataan


berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan cara disilang (x) atau dengan pemberian tanda
check (). Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan
pada pilihan yang mendekati dan jawaban yang butuh diberi pejelasan maka tulislah pada kolom
yang berisi titik – titik.
Keterangan:
 Sangat Setuju : SS (5)
 Setuju : S (4)
 Ragu-ragu/Netral : N (3)
 Tidak Setuju : TS (2)
 Sangat Tidak Setuju : STS (1)

A. JENIS IKAN DAN SISTEM PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PULAU


LAPANG

Pilihan Jawaban
No Uraian Pertanyaan/Pernyataan
STS TS N S SS
Jenis ikan
1 Menurut Bapak/Ibu jenis ikan apa yang biasa di
perdagangkan di Pulau lapang?. Mohon penjelasan!
2 Menurut Bapak/Ibu apakah Bapak/Ibu setuju lola dan
ikan karang dari tahun 2015-2018 jumlahnya semakin
banyak di perdagangkan?
3 Menurut Bapak/Ibu dalam 1 bulan berapa banyak Lola
dan ikan karag yang diperjual belikan? Mohon Penjelasan!

Menurut Bapak/Ibu apakah Bapak/Ibu setuju jenis ikan


4 yang paling banyak di perdagangkan di Pulau Lapang
adalah Ikan Karang dan Lola ?
Menurut Bapak/Ibu apakah Bapak/Ibu setuju jenis ikan
5 yang paling banyak di perdagangkan berasal dari Pulau
Lapang secara umum Desa Baranusa?

Manajemen Pemasaran

20
5 Menurut Bapak/Ibu apakah Bapak/Ibu setuju hasil
tangkapan ikan Nelayan Pulau Lapang masih di
perdagangkan secara Lokal?
Menurut Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu setuju bahwa
6 selain pasar local ada perdagangan yang di luar pasar
lokal?
7 Menurut pandangan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu setuju
bahwa di perairan Pulau Lapang banyak nelayan luar
(Nelayan Dari Desa Lain) yang melakukan perdagangan
ikan kepada Bapak/Ibu?

Dampak Sesudah Hading Mulung Terhadap Sistem Pemasaran


Menurut pandangan Bapak/Ibu pada tahun 2015 setelah
Hading Mulung ditetapkan sebagai peraturan adat yang
8 mengatur tentang perlindungan ekosistem pesisir, Lola dan
Ikan Karang apakah jenis ikan ini masih banyak di
perdagangkan ?
Setujukah Bapak/Ibu, dengan adanya Kearifan Lokal
9 Hading Mulung membuat perdagangan ikan karang dan
lola semakin menurun?
10 Menurut Bapak/Ibu apakah ada pengaruh hading mulung
terhadap perekonomian Bapak/Ibu ?

21
22
23
24
25
Lampiran 2. dokumentasi

26
27

Anda mungkin juga menyukai