ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas anugerah,
hikmat serta kasih sayang yang diberikan kepada kami, sehinga kegiatan survey Dampak kearifan
lokal Hading Mulung terhadap pengelolaan Lola (Trochus niloticus L) dan perikanan lainnya
dikawasan pesisir sekitar Pulau Lapang Kabupaten Alor yang diselengarakan pada tanggal 16 –
21 Oktober 2018 dapat berjalan dengan baik. Rasa hormat pun kami tujukan kepada semua pihak
yang berkontribusi demi terlaksananya baik itu upaya konservasi habitat melalui ritual Hading
Mulung maupun survey untuk mengukur aspek kebermanfaatannya.
Kami menyadari masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan dalam penyajian data yang
tidak kami ketahui, oleh karena itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang membangun demi perbaikan-perbaikan kedepan.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................1
1.2. Tujuan ................................................................................................................................2
1.3. Hasil ...................................................................................................................................2
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN ...............................................................................3
2.1. Lokasi/Tempat dan waktu ..................................................................................................3
2.2. Format Kegiatan.................................................................................................................3
2.3. Fasilitator ...........................................................................................................................3
2.4. Kepanitiaan ........................................................................................................................3
2.5. Peserta ................................................................................................................................3
2.6. Agenda Kegiatan ................................................................................................................3
BAB III. PEMBAHASAN ......................................................................................................4
3.1. Hading Mulung ..................................................................................................................4
3.2. Dampak sebelum Hading Mulung terhadap pengelolaan Pesisir dan Laut .......................7
3.3.Dampak setelah Hading Mulung terhadap pengelolaan Pesisir dan Laut...........................8
3.4. Perubahan Pola Pemanfaatan……………………………………………………………10
3.5. Perubahan Hasil Tangkapan ..............................................................................................12
3.6. Perubahan Jarak Tangkap dan Alat Tangkap.....................................................................14
3.7. Perubahan Target Tangkapan ............................................................................................ 17
3.8.Perubahan Target Tangkapan ............................................................................................. 18
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................................. 19
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
4.2. Saran ................................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 21
LAMPIRAN-LAPIRAN .........................................................................................................22
iv
BAB I PENDAHULUAN
Dikelola oleh Dewan Penyantun yang terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas dan Dewan
Pelaksana. WWF-Indonesia merupakan bagian independen dari jaringan dari WWF dan
afiliasinya, organisasi pelestarian global yang bekerja di 100 negara di dunia yang bergerak di
bidang penelitian dan pelestarian alam. Kegiatan WWF di Indonesia didasari oleh Nota
Pada tahun 2006, WWF-Indonesia Lesser Sunda Program (LSS) mulai mendukung
kebijakan pemerintah daerah kabupaten Nusa Tenggara Timur dalam peningkatan efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi perairan. Beberapa wilayah kerja WWF-ID LSS antara lain di
SAP (Suaka Alam Perairan) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya Kabupaten Alor, SAP Flores Timur
di Kabupaten Flores Timur dan Taman Nasional Komodo Kabupaten Manggarai Barat.
Kawasan Konservasi Perairan merupakan kawasan yang dikelola dengan sistem zonasi
sumberdaya laut yang terdapat di wilayah tersebut, dengan tujuan utama adalah kesejahteraan
masyarakat yang ada di dalam kawasan maupun di luar kawasan. Berdasarkan Permen KP No. 47
tahun 2016 tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan, terdapat 4 jenis pemanfaatan yang
dapat dilakukan di dalam kawasan konservasi yaitu : Penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
5
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Suaka Alam Perairan Selat Pantar Kabupaten Alor
telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 16 juni 2015 melalui
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 35 tahun 2015. Dengan luas kawasan 276.693,38
hektar. Tujuan pembentukan SAP ini adalah pengelolaan dan perlindungan ekosistem terumbu
karang, padang lamun, mangrove, perikanan berkelanjutan, dan biota dilindungi seperti penyu, hiu
dan pari manta, serta mamalia laut meliputi paus, lumba-lumba dan dugong.
Banyak potensi yang dimiliki maka banyak pula ancama dan permasalahnya diantaranya
pemanfaatan ekosisitem yang tidak ramah lingkungan seperti, pengkapan ikan menggunakan alat
bantu bom, potasium dan lainya. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi mendorong
tumbuhnya berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Hal ini akan berdampak positif
terhadap peningkatan kondisi perekonomian masyarakat, namun di sisi lain hal ini dapat
menyebabkan berbagai dampak negatif. Adanya kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan (Fauzi dan Anna, 2005; Mulyadi, 2007; Supriharyono,
Pulau Lapang Salah satu Pulau yang berada di Pulau Pantar Kabupaten Alor Propinsi Nusa
Tenggara Timur, pulau ini termasuk dalam zona inti Kawasan Konservasi SAP Selat Pantar
Kabupaten Alor yang dimana memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) perairan yang cukup
tinggi.
Pengelolaan dan pelestarian pulau lapang berbasis kearifan local yang sudah di
kembangkan semenjak tahun 2015. Kearifan Lokal yang dimaksud adalah Hading Mulung (Buka
Air). Hadi Mulung adalah peratruran adat dari Kerajaan Barnusa, yang difokuskan dalam
melakukan penjagaan lingkungan dan alam sekitarnya terutama ikan karang dan lola (Trochus
Niloticus L).
6
Penelitian ini difokuskan untuk, berapa besar dapak penetapan Hading Mulung untuk
dalam pelestarian ekosistem pesisir dan laut di Pulau Lapang terkhususnya perlindungan Lola
(Trochus Niloticus L.) serta perikanan lainnya. Hasil dari kajian ini diharapkan menjadi umpan
1.2 Tujuan
1. Untuk mendapatkan data dari dampak hading mulung terhadap perdagangan lola dan ikan
2. Untuk terlaksananya sosialisasi kearifan local hading mulung terhadap masyarakat nelayan
dan pedagang
1.3 Hasil
Hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: Tersedianya data sosial
7
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
Penelitian ini dailaksanakan pada tanggal 25-31 Oktober Tahun 2018 bertempat di Desa
2.2 Format
Format kegiatan ini dilakukan dengan cara: Observasi di lapangan dengan menggunakan
2.3 Fasilitator
2.4 Kepanitiaan
menghubungi panitia:
(andremorango58@gmail.com/081237758949) .
3. Peserta
Tabel 1. Daftar Anggota masyarakat dan Universitas yang tergabung dalam survey Dapak
8
Unsur
Masyarakat
Total 30 orang
2.5 Agenda
9
BAB IV PEMBAHASAN
target dan memiliki nilai ekonomi, kondisi dapat dicapai dengan upaya pemulihan habitat atau
konsevasi habitat peranannya adalah mengembalikan kondisi atau melakukan konservasi suatu
kawasan ekosistem (Tjut Sugandawati, 2016). Kondisi ini berbanding positif dengan pemulihan
kawasan pesisir Pulau Lapang, yang telah diberlakukan oleh masyarakat kecamatan pantar barat
tepatnya 5 desa pesisir diwilayah itu yaitu desa baranusa, baraler, blangmerang, desa illu, dan desa
piring sina yang mengembalikan tradisi leluhur untuk melestarikan keberlangsungan ekosistem
sebagai penyedia sumber daya (ikan dan lola), bagi mereka maupun generasi yang akan datang
Sejalan dengan itu Dahuri, (2005), menyatakan keberadaan budaya (kearifan lokal) yang
berada ditengah-tengah masyarakat tentang perlindungan alam dapat digali serta digunakan
sebagai upaya konservasi dalam rangka penigkatan kesejahtraan keluarga nelayan maupun
distribusi dan pemasaran. Proses hading mulung (menutupi kawasan tertentu sebagai areal
konservasi) telah diberlakukan sejak tahun 2015 dan sebaliknya telah dilakukan Hoba mulung
(areal konservasi dibuka kembali untuk dilakukan penangkapan bebas) pada bulan mei 2018.
Untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan program mulung dan upaya komersialisasi kami
Pengertian ekonomis penting yang dimaksud adalah mempunyai nilai pasaran yang tinggi
volume produksi macro yang tinggi dan luas, serta mempunyai daya produksi yang tinggi. Untuk
10
dapat dipahami, bahwa ikan-ikan tersebut tidak hanya dimaksudkan jenis- jenis ikan yang memang
mempunyai kwalitas baik dengan nilai harga yang baik pula, seperti ikan kakap, tenggiri, tongkol,
tuna, cakalang, slengseng, kembung, bawal hitam, bawal putih, bambangan, kerapu, lencam, ekor
kuning, beronang, Alu-alu, kuweh dan lain- lain, dengan keragaman hasil tangkapan serta volume
yang tinggi sebagai fakta bahwa pedagang memiliki peluang dengan labelisasi harga sesuai dengan
tingkat kesukaan yang berbanding positif dengan nilai gizi dan kegurihan saat di konsumsi dengan
memasarkan berbagai jenis ikan sehingga kesejahtraan semakin baik. Data responden tingginya
jenis ikan yang diperdagangkan di pasar baranusa dan sekitanya dapat dilihat pada Gambar 1
11
b. Jumlah Ikan Karang dan Lola
pada sumberdaya yang statusnya sudah fully exploited. Apabila hal ini diabaikan, sumberdaya
perikanan akan menjadi lebih tangkap (over exploited) bahkan turun drastis karena tidak
terkontrolnya tingkat eksploitasi yang melebihi daya dukung sumberdaya perikanan tersebut.
Untuk menekan penangkapan ikan yang belebihan maka diberlakukan ritual hading mulung di
kawasan perairan pulau lapang. Ritual ini memberi dampak positif bagi peningkatan populasi ikan
karang, situasi ini terbaca dari volume penangkapan nelayan terdistribusi dan dirasakan oleh
pedagang ikan di pasar baranusa. Jumlah ikan darang dan lola dapat dilihat pada yang dapat dilihat
pada gambar 2
4%
Peningkatan jumlah ikan sangat dirasakan oleh pedagang di pasar baranusa. Hal ini
dibuktikan dengan terdapatnya 61% pedagang yang sangat menyetujui, 35% yang setuju. Adanya
peningkatan jumlah ikan disebabkan oleh diberlakukan ritual adat hading mulung tahun 2017.
12
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa setelah hading mulung, nelayan mampu menjual
400 – 500 ekor per bulan. Ritual hading mulung menerapkan larangan bagi nelayan-nelayan baik
yang ada di kampung/desa atau nelayan luar untuk tidak melakukan penangkapan di daerah yang
telah ditetapkan. Namun terdapaat 4% dari keseluruhan responden yang ragu dalam peningkatan
jumlah ikan. Hal ini disebabkan oleh ikan yang dijual oleh pedagang merupakan ikan laut dalam
Berdasarkan hasil pengamatan diketehui bahwa terdapat ikan yang dijual di pasar baranusa
berasal dari pulau lapang. namun hasil tabulasi data responden menjelaskan bahwa terdapat 61%
respoden yang sangat setuju, sedangkan 35% setuju. hal ini disebabkan oleh sebagian besar ikan
yang dijual dipasar baranusa merupan ikan karang yang berasal dari pulau lapang. Jenis ikan yang
yang berasal dari pulau lapang berupa ikan dengan daging yang berwarna putih seperti katarang,
13
kakap, dll. Namun terdapat 4% pedagang yang ragu-ragu. Hal ini disebabkan oleh ikan yang dijual
oleh bukan hanya berasal dari pulau lapang namun berasal dari lokasi lain sekitar baranusa dan
sekitarnya.
Kegiatan pemasaran adalah sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan
barang ataupun jasa. Nelayan yang mecari ikan di sekitar pulau lapang melakukan pemasaran
dengan menjual hasil tangkapannya di pasar baranusa dan sekitarnya. Berdasarkan hasil survey
terlihat bahwa terdapat 77% hasil tangkapan dijual di pasar baranusa. Namun beberapa nelayan
yang menjual hasil tangkapan di pasar kabir, bahkan sampai pada pasar waiwerang di kabupaten
Lembata. Ikan yang dijual di sekitar pasar kabir dan pasar baranusa berupa ikan mentah dan ikan
kering belah 2, sedangkan ikan yang dijual di pasar werang kabupaten lembata merupakan ikan
kering belah tiga. Hal ini disebabkan oleh masyarakat baranusa dan sekitarnya tidak terlalu
menyukai ikan kering belah tiga jika dibandingkan dengan masyarakat lembata (dapat dilihat pada
gambar 5 ).
14
Hasil tangkapan nelayan P. Lapang di
pasarkan selain pasar lokal
8%
Sangat Setuju (SS)
15%
Setuju (S)
Ragu-Ragu/Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
77%
Sangat Tidak Setuju (STS)
Pengelolaan dan pelestarian pulau lapang berbasis kearifan local yang sudah di
kembangkan semenjak tahun 2015. Kearifan Lokal yang dimaksud adalah Hading Mulung (Tutup
Air). Hadi Mulung adalah peratruran adat dari Kerajaan Barnusa, yang difokuskan dalam
melakukan penjagaan lingkungan dan alam sekitarnya. Hading Mulung yang terdapat pada pulau
lapang memberi dampak yang besar terhadap nelayan dan pedagang di pasar baranusa dan
sekitarnya. Data Pasca penetapan hading mulung dapat dilihat pada gambar 5.
15
Pasca Penetapan Hading Mulung, lola & ikan
masih banyak diperdagangkan ?
ikan pasca hading mulung. Hal ini menunjukan bahwa hading mulung memberi dampak yang
positif terhadap peningkatan jumlah ikan. ritual hading mulung merupakan upaya untuk
melindungi habitat serta ekosistem didalamnya dan menjadi zona paenyanggah bagi daerah
disekitar hading mulung. Berdasarkan hasil wawancara nelayan memperoleh hasil tangkapan
mencapai 120 ekor selama 1 bulan. Namun terdapat 4 % yang berpendapat tidak setuju atau jumlah
ikan ikan dan lola tidak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pedagang tidak
memperjualbelikan lola di pasar baranusa dan sekitarnya. Selain itu jenis ikan yang
diperdagangkan di pasar baranusa merupakan jenis ikan pelagis seperti tongkol, serea, tuna
cakalang dan lain-lain. Jenis ikan pelagis merupakan hasil tangkapan yang bukan dari pulau lapang
Hading muling memberi dampak positif peningkatan jumlah ikan dan lola. Meningkatnya
jumlah ikan maka perekomenian di bagi nelayan dan pedagang ikan di baranusa dan sekitarnya.
16
Hading Mulung dapat meningkatkan
perekonomian ?
mulung di sekitar pulau lapang. Terdapat 69 % dai total responden yang merasakan terjadinya
peningkatan ekonomi dengan adanya ritual hading mulung. wawancara pedagang diketahui bahwa
pendapatan nelayan setelah hading mulung mencapai Rp. 1.500.000 sampai Rp. 6.000.000. Hal
ini didukung dengan adanya peningkatan jumlah ikan. Peningkatan jumlah ikan menyebabkan
aktifitas penjualan di pasar baranusa dan sekitanya meningkat. Jenis ikan yang sering di jual
adalah: Ikan putih, Ikan belang kuning, Ikan serea, Ikan moton. ikan dijual dalam bentuk segar.
Dengan harga Rp.10.000 Per potong. Dalam sebulan kurang lebih 120 ekor yang di jual. Dari 120
ekor ada yang ukuran besar, sedang dan kecil. Ukuran besar kalau di potong dapat 8-9 potong,
Ukuran sedang di potong dapat 5-6 potong, Ukuran kecil di potong dapat 2-3 potong.
17
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
1 Adanya hading mulung mampu meningkatkan jumlah ikan di pasar baranusa dan sekitarnya
2 Meningkatya jumlah ikan akibat adanya hading mulung mamu meningkatkan ekonomi
4.2 Saran
18
Lampiran 1 kuesioner
Umur : 31
No. Responden :
5. Pekerjaan : Papalele
6. Pendapatan : Rp. 100.000 per hari
7. Status Perkawinan : Menikah Belum Menikah
19
8. Jumlah Anggota Rumah Tangga : Laki- laki (3) Perempuan (4)
9. Pendidikan : Tidak Sekolah
(wajib) SD
SMP
SMA Sarjana (S1)
II. Item Pertanyaan Penelitian Untuk Masyarakat
Pilihan Jawaban
No Uraian Pertanyaan/Pernyataan
STS TS N S SS
Jenis ikan
1 Menurut Bapak/Ibu jenis ikan apa yang biasa di
perdagangkan di Pulau lapang?. Mohon penjelasan!
2 Menurut Bapak/Ibu apakah Bapak/Ibu setuju lola dan
ikan karang dari tahun 2015-2018 jumlahnya semakin
banyak di perdagangkan?
3 Menurut Bapak/Ibu dalam 1 bulan berapa banyak Lola
dan ikan karag yang diperjual belikan? Mohon Penjelasan!
Manajemen Pemasaran
20
5 Menurut Bapak/Ibu apakah Bapak/Ibu setuju hasil
tangkapan ikan Nelayan Pulau Lapang masih di
perdagangkan secara Lokal?
Menurut Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu setuju bahwa
6 selain pasar local ada perdagangan yang di luar pasar
lokal?
7 Menurut pandangan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu setuju
bahwa di perairan Pulau Lapang banyak nelayan luar
(Nelayan Dari Desa Lain) yang melakukan perdagangan
ikan kepada Bapak/Ibu?
21
22
23
24
25
Lampiran 2. dokumentasi
26
27