Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Airaha, Vol. VII No.

2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Status Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (P3E) pada Domain


Sumberdaya Ikan untuk Komoditas Udang di Kabupaten Sorong Selatan Provinsi
Papua Barat

Diah A. P1., A. Razak.2, 3, A. Fahrizal2,*, Irwanto4


1
Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sorong
2
Staf Pengajar di Universitas Muhammadiyah Sorong
3
Staf Pengajar di Politeknik KP Sorong
4
Staf WWF Indonesia di Sorong
*Email: a.fahrizal.ab@gmail.com

Diterima : Desember 2018. Disetujui : Desember 2018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1) Untuk Untuk mengetahui status pengelolaan
perikanan berbasis ekosistem (P3E) atau Ecosystems Approach of Fisheries Management
(EAFM) pada domain sumberdaya ikan untuk komoditas udang di Kabupaten Sorong Selatan
Provinsi Papua Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
observasi dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh bahwa dalam penelitian ini, untuk
indikator CpUE Baku, Komposisi Spesies Hasil Tangkapan dan Range Collapse Sumberdaya
Ikan masih berstatus baik. Sedangkan indikator yang perlu diprioritaskan untuk perbaikan
dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan kedepannya karena sudah berstatus sedang
hingga buruk yaitu Tren Ukuran Ikan, Proporsi Ikan Yuwana (Juvenile) yang ditangkap dan
Spesies ETP. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan untuk
komoditas udang banana (Penaeus merguiensis) berada pada kondisi baik dengan flag
modeling berwarna hijau dan nilai rerata 3.

Kata kunci : Sumberdaya Udang, EAFM, P3E, Sorong Selatan, Papua Barat

ABSTRACT

This study aims as follows: 1) to determine the status of Ecosystems Approach of Fisheries
Management (EAFM) in the domain of fish resources for commodities in South Sorong
Regency, West Papua Province. The method used in this research is survey method, interview
and interview. The results of the study in this study, for the Standard CpUE indicator,
Composition of Catching Species and Collapse Range of Fish Resources are still in good
status. While the indicators that need to be prioritized for improvement in sustainable
management because it has a moderate to bad status, namely Fish Size Trends, Proportion of
Yuwana (Juvenile) Fish that have been used and ETP Species. The results of the study show
that the management of banana commodities (Penaeus merguiensis) is in good condition with
green flag modeling and a mean value of 3.

Keywords : Shrimp Resources, EAFM, P3E, South Sorong, West Papua

PENDAHULUAN perairan, memiliki karakteristik dinamika


Indonesia sebagai negara sumberdaya perairan termasuk di
kepulauan terbesar memiliki dalamnya sumberdaya ikan dan
keanekaragaman spesies dan ekosistem biodiversitasnya (Syamsu Alam Alli dkk,

47
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

2014). Sumberdaya ikan merupakan salah Udang merupakan komoditas perikanan


satu sumberdaya alam yang dapat pulih yang paling penting di Sorong Selatan dan
(renewable resources) apabila dikelola menyumbang produksi tingkat provinsi
dengan baik dapat memberikan hasil bahkan WPP (wilayah pengelolaan
maksimum dan berkelanjutan untuk perikanan). Jenis udang yang terkumpul di
meningkatkan kesejahteraan nelayan dan daerah ini adalah udang jerbung, udang
peningkatan pendapatan negara (Syamsu dogol, dan udang galah (USAID SEA
Alam Alli dkk, 2014). Estimasi potensi Project, 2017). (Akademi Perikanan
sumberdaya perikanan laut di Indonesia Sorong, 2004) menyatakan bahwa hasil
diperkirakan oleh Kementerian Kelautan tangkapan udang penaeid di perairan
dan Perkanan (KKP) tahun 2011 ( Kabupaten Sorong Selatan cukup tinggi
(http://www.eafm-indonesia.net, 2011) sehingga diduga potensinya cukup besar.
sebesar 6.520.300 ton/tahun. Potensi Besarnya potensi sumberdaya
tersebut terdiri atas 55,9% dari perikanan udang penaeid yang terdapat di perairan
pelagis kecil, 22,3% berasal dari perikanan Kabupaten Sorong Selatan merupakan
demersal, 17,6% perikanan pelagis besar, suatu peluang besar bagi pengguna
2,2% perikanan ikan karang konsumsi, sumberdaya untuk mengoptimalkan
1,5% bersumber dari udang penaeid, 0,4% pemanfaatannya, namun harus sesuai
berasal dari cumi-cumi dan 0,1% berasal dengan daya dukung perairannya dan
dari lobster. berdasarkan kaidah-kaidah pemanfaatan
Pengelolaan perikanan merupakan yang berkelanjutan (Gunaisah, 2008).
sebuah kewajiban seperti yang telah Permasalahan yang muncul adalah
diamanatkan oleh pengelolaan sumberdaya perikanan di
(http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/u perairan Kabupaten Sorong Selatan ini
u/32.pdf, 2004) UU Nomor 31 Tahun 2004 belum dilakukan dengan baik, mengingat
tentang Perikanan sebagai semua upaya, terbangunnya asumsi dasar bahwa
termasuk proses yang terintegrasi dalam sumberdaya pesisir dan laut merupakan
pengumpulan informasi, analisis, sumberdaya milik bersama (common
perencanaan, konsultasi, pembuatan property) sehingga semua orang memiliki
keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan akses tanpa batas (open access) ( (Dahuri,
implementasi. Implementasinya juga 1998), (Budiati Prasetiamartati, 2006).
menyangkut penegakan hukum dari Berdasarkan latar belakang di atas,
peraturan perundang-undangan di bidang maka untuk itu perlu adanya pengelolaan
perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah perikanan yang bertanggung jawab agar
atau otoritas lain yang diarahkan untuk potensi lestari dapat tetap terjaga. Salah
mencapai kelangsungan produktivitas satunya yaitu dengan menggunakan
sumberdaya hayati perairan dan tujuan pendekatan pengelolaan perikanan berbasis
yang telah disepakati. Pengelolaan ekosistem atau EAFM (Ecosystem
perikanan sangat berperan dalam Approach to Fisheries Management).
mewujudkan perikanan yang (Pikitch EK1, 2004) mendefinisikan
berkelanjutan, terutama terhadap EAFM sebagai sebuah proses
komoditas-komoditas perikanan penting penyempurnaan pengelolaan perikanan
diantaranya adalahudang. Salah satu yang dimulai dari sudut pandang kesehatan
daerah penghasil udang di Indonesia ekosistem (ecosystem health) sebagai
adalah Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi media penting dari proses keberlanjutan
Papua Barat. sumberdaya ikan sebagai obyek dari
Kabupaten Sorong Selatan pengelolaan perikanan. Implementasi
merupakan daerah penghasil udang EAFM memerlukan perangkat indikator
penaeid yang berasal dari hasil tangkapan yang dapat digunakan sebagai alat
di laut (Akademi Perikanan Sorong, 2004). monitoring dan evaluasi mengenai sejauh

48
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

mana pengelolaan perikanan sudah pada perikanan ikan terbang di Selat


menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan Makassar (WPP713). Mengkaji tentang
berbasis ekosistem. Indikator EAFM Perikanan ikan terbang yang
meliputi 6 (enam) Domain yaitu : (a) mengalami penurunan tajam ditandai
Sumberdaya Ikan, (b) Habitat dan dengan penurunan CPUE telur dan
Ekosistem, (c) Teknik Penangkapan Ikan, CPUE ikan terbang.
(d) Ekonomi, (e) Sosial, dan (f) 3) Bessie, D. M., dan D. Ariyogagatama,
Kelembagaan. 2012. Penilaian Performa Pengelolaan
Penelitian ini berfokus pada Perikanan Menggunakan Indikator
pendekatan EAFM Domain Sumberdaya EAFM (Ecosystem Approach to
Ikan, yang terdiri dari 6 (enam) indikator Fisheries Management) Kajian pada
yaitu : (a) Catch Per Unit Effort (CPUE) perikanan di Wilayah Kabupaten
Baku, (b) Tren Ukuran Ikan, (c) Proporsi Lembata. Menguraikan bahwa status
Ikan Yuwana (Juvenile) yang Ditangkap, perikanan di Kabupaten Lembata
(d) Komposisi Spesies Hasil Tangkapan, berada pada status sedang dengan nilai
(e) Range Collapse Sumberdaya Ikan, dan 181,44 atau berdasarkan analisa
(f) Spesies Endangered, Threatened, dan bendera yaitu kuning.
Protected (ETP). Rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimanakah status METODE
pengelolaan perikanan berbasis ekosistem Metode yang digunakan dalam
(EAFM) pada domain sumberdaya ikan peneltian ini Metode yang digunakan
untuk komoditas udang di Kabupaten dalam penelitian ini adalah : Observasi,
Sorong Selatan Provinsi Papua Barat? yaitu teknik pengumpulan data, dimana
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah peneliti melakukan pengamatan secara
Untuk mengetahui status pengelolaan langsung ke objek penelitian untuk melihat
perikanan berbasis ekosistem (EAFM) dari dekat kegiatan yang dilakukan (
pada domain sumberdaya ikan untuk (Riduwan, 2004), dan Wawancara, yaitu
komoditas udang di Kabupaten Sorong suatu kegiatan dilakukan untuk
Selatan Provinsi Papua Barat. Dengan mendapatkan informasi secara langsung
pendekatan ekosistem ini diharapkan dengan mengungkapkan pertanyaan-
merekomendasikan pengelolaan perikanan pertanyaan pada para responden.
dan memformulasikan rencana aksi Wawancara bermakna berhadapan
perbaikan perikanan untuk kepentikan langsung antara interview dengan
keberlanjutan sumberdaya. responden, dan kegiatannya dilakukan
secara lisan (Subagyo, 2011). Alat yang
State of The Art digunakan adalah Penggaris Berskala,
1) P. M. S. A., & Umar, T. Pengelolaan Papan Ukur (Measuring Board), Calliper,
Perikanan Lobster Dengan Pendekatan Timbangan Digital, Jarum Pentul, Kertas
Ekosistem Pada Perairan Kepulauan Label, Alat Tulis, Papan Pengalas, Alat
Simeulue (WPP-NRI 572) Lobster Perekam (Recorder), Kamera.
Fishery Management In The Marine
Ecosystem Approach At Simeulue Populasi dan Sampel
Island Waters (WPP-NRI 572) Populasi adalah wilayah
Edwarsyah. Membahas tentang generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
pengelolaan lobster di Perairan yang mempunyai kualitas dan karakteristik
Kepulauan Simeulue, Aceh, yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
sudah berada dalam kategori buruk. untuk dipelajari dan kemudian ditarik
2) Alli, S. A. dkk., 2010. Penilaian kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi
Performa Pengelolaan Perikanan dalam penelitian ini adalah nelayan udang
menggunakan Indikator EAFM Kajian di Kabupaten Sorong Selatan yang
diwakili pada Kampung Seyolo dan
49
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Ampera (Distrik Teminabuan), Kampung dibangun sebagai basis bagi analisis


Konda dan Wamargege (Distrik Konda), keragaan wilayah pengelolaan perikanan
Kampung Mate (Distrik Inanwatan) dan dilihat dari pendekatan ekosistem dalam
udang hasil tangkapan di kedua Distrik pengelolaan perikanan (EAFM) melalui
(Teminabuan dan Konda). Sampel adalah pengembangan indeks komposit (Adrianto,
bagian dari jumlah dan karakteristik yang 2005) dengan tahapan sebagai berikut :
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1. Menentukan kriteria untuk setiap
2010). Sampel dalam penelitian ini adalah indikator pada masing-masing Domain
beberapa nelayan udang di Kampung EAFM.
Seyolo dan Ampera (Distrik Teminabuan), 2. Memberikan skor pada setiap indikator
Kampung Konda dan Wamargege (Distrik dengan menggunakan Skor Likert
Konda), Kampung Mate (Distrik Berbasis Ordinal 1, 2, dan 3.
Inanwatan) dan sampel udang di kedua 3. Menentukan bobot untuk setiap
Distrik (Teminabuan dan Konda) masing- indikator.
masing berjumlah 1 kg. Nilai dari masing-masing indikator
pada Domain Sumberdaya Ikan, kemudian
Analisis Data akan dianalisis dengan menggunakan
analisis komposit sederhana berbasis
Analisa Bendera (Flag Modelling rataan aritmetik yang kemudian
Analysis) ditampilkan dalam bentuk model bendera
Analisis Bendera dilakukan dengan (flag model) seperti pada Tabel 1 di bawah
menggunakan pendekatan Multi-Criteria ini.
Analysis (MCA) dimana sebuah set kriteria
Tabel 1. Penggolongan Nilai Indeks Komposit dan Visualisasi Model Bendera
Nilai Model Bendera Deskripsi
1 Buruk
2 Sedang
3 Baik
Sumber : (Adrianto, et al., 2014).

Penentuan nilai akhir dari masing- -


Proporsi Ikan Yuwana (Juvenile)
masing indikator pada Domain yang Ditangkap = 15%
Sumberdaya Ikan dilakukan dengan - Komposisi Spesies Hasil
menggunakan pendekatan nilai indeks Tangkapan = 10%
dengan tahapan perhitungan sebagai - Range Collapse Sumberdaya Ikan
berikut : = 10%.
1. Menentukan nilai skor untuk masing- - Spesies Endangered, Threatened,
masing indikator berdasarkan kriteria dan Protected (ETP) = 5%
yang telah ditetapkan dengan 3. Menghitung nilai indeks untuk masing-
menggunakan Skala Likert Berbasis masing indikator dengan menggunakan
Ordinal 1, 2, 3. matriks yang telah ditetapkan yaitu :
2. Memberikan nilai bobot yang telah Nilai Indeks = Nilai Skor x Nilai Bobot :
ditentukan untuk masing-masing Skor Densitas
indikator.
- Catch Per Unit Effort (CPUE) Analisis Deskriptif
Baku = 40% Analisis deskriptif adalah suatu
- Tren Ukuran Ikan = 20% metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu
50
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

hasil penelitian tetapi tidak digunakan menggunakan data time series, minimal
untuk membuat kesimpulan yang lebih selama lima (5) tahun (Adrianto, et al.,
luas (Sugiyono, Metode Penelitian 2014).
Administrasi, 2005). Analisis deskriptif Berdasarkan (USAID SEA Project,
bertujuan untuk mengubah kumpulan data 2017) CpUE Baku selama kurun waktu 3
menjadi bentuk yang mudah dipahami tahun terakhir mengalami peningkatan.
dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Potensi udang pada tahun 2015 sebesar
Analisis ini digunakan dalam menjelaskan 6.089 ton per tahun. Faktor perkembangan
status pengelolaan perikanan di Kabupaten teknologi armada penangkapan ikan
Sorong Selatan dan membahas hasil (mesin perahu dan alat tangkap) ikut
penilaian EAFM yang diperoleh. mempengaruhi peningkatan hasil
tangkapan udang di perairan Kabupaten
HASIL DAN BAHASAN Sorong Selatan.
Merujuk pada (USAID SEA
Indikator dalam Domain Sumberdaya Project, 2018) di Distrik Konda dan Distrik
Ikan Inanwatan dari bulan Januari - Mei 2018
Domain sumberdaya ikan terdiri memperlihatkan bahwa nilai CpUE Baku
dari enam indikator yang menjelaskan mengalami kenaikan tertinggi pada bulan
pengelolaan sumberdaya udang khususnya April, hal ini dikarenakan bulan April
udang banana / udang putih (Penaeus merupakan musim udang di kedua distrik
merguiensis) di Kabupaten Sorong Selatan tersebut sehingga nelayan dapat melakukan
dari aspek Sumberdaya Ikan. Enam penangkapan secara optimal. Berdasarkan
indikator tersebut terdiri dari : uraian di atas, maka untuk indikator Catch
Per Unit Effort (CPUE) Baku
a. Indikator CPUE dikategorikan baik dan diberi skor 3 yaitu
Catch per unit effort (CPUE) stabil atau meningkat. Nilai CpUE Baku
didefinisikan sebagai laju tangkap disajikan pada Gambar 1.
perikanan per tahun yang diperoleh dengan

CpUE Baku
Konda Inanwatan

4,66
Nilai CpUE

4,39 4,19 8,26 2,34


2,21 7,17
5,33 4,65 5,58

1 2 3 4 5
Bulan

Gambar 1. Grafik CpUE Baku Bulan Januari - Mei 2018

b. Indikator Tren Ukuran Ikan keseluruhan 48 responden di 3 Distrik


yaitu Teminabuan, Konda dan Inanwatan,
Ukuran ikan atau biasa disebut 52% (25 responden) mengatakan bahwa
dengan istilah morfometrik merupakan ukuran udang dalam 5 tahun terakhir relatif
bentuk pengukuran yang dapat mencakup tetap. Dan dari hasil pengukuran sampel di
beberapa bagian, yaitu panjang total (TL), Kampung Seyolo dan Kampung Ampera
panjang standar (SL), dan panjang cagak tren ukuran udang betina seperti pada
(FL) (Adrianto, et al., 2014). Berdasarkan Gambar 5 menujukkan bahwa rata-rata
hasil wawancara dengan jumlah (TL=17,31 cm; PK=3,87 cm; Berat=43,67
51
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

gram), udang jantan rata-rata (TL=14,44 pada kisaran panjang karapas 3,28 cm
cm; PK=2,89 cm; Berat=22,47 gram). disajikan pada Gambar 2.
Ukuran udang yang tertangkap berada

Udang Banana
TL (cm) PK (cm) Berat (gram)
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Gambar 2. Grafik Pengukuran Udang Banana di Lokasi Penelitian

Di Kampung Konda dan Kampung (TL=14,23cm; PK=3,06cm;


Wamargege tren ukuran udang betina rata- Berat=24,62gram) (Gambar 3). Ukuran
rata (TL=19,14cm; PK=4,23cm; udang yang tertangkap berada pada kisaran
Berat=55,51gram), udang jantan rata-rata panjang karapas 4,22 - 4,27 cm.

Udang Banana
TL (cm) PK (cm) Berat (gram)
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Gambar 3. Grafik Pengukuran Udang Banana di Distrik Konda


(USAID SEA Project, 2018) Ikan yuwana (juvenile) merupakan
melaporkan bahwa di Kampung Mate tren ukuran suatu tahap dalam pertumbuhan
ukuran udang betina rata-rata (PK=3,49 ikan yang belum masuk kategori ukuran
cm; Berat=33,98 gram), udang jantan rata- dewasa (mature) (Adrianto, et al., 2014).
rata (PK=3,25 cm; Berat=31,43gram) Berdasarkan hasil pengukuran
Gambar 6. Ukuran udang yang tertangkap udang sampel di Kampung Seyolo dan
berada pada kisaran panjang karapas 3,30 Kampung Ampera sebanyak 1 kg dan
cm. Berdasarkan uraian di atas, maka berjumlah 31 ekor (15 betina, 16 jantan)
untuk indikator Tren Ukuran Ikan diperoleh hasil pengukuran TKG 1
dikategorikan sedang dan diberi skor 2 sebanyak 7, TKG 2 sebanyak 2, TKG 3
yaitu trend ukuran relatif tetap. sebanyak 5 dan TKG 4 sebanyak 1
(Gambar 4). Udang banana pertama kali
c. Proporsi Ikan Yuwana matang gonad pada panjang karapas 3,76
cm dan berat 40,2 gram.

52
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

UDANG BANANA

4
3
3
3

3
2
2

1
1
1
F F F F F F F M M M M M M F M M F F M M F M F M F F F M M M M

Gambar 4. Grafik TKG Udang Banana di Distrik Teminabuan

Di Kampung Konda dan Kampung 2 sebanyak 7, TKG 3 sebanyak 1 dan TKG


Wamargege dilakukan pengukuran dengan 4 sebanyak 5 (Gambar 5). Udang banana
sampel udang yang sama yaitu sebanyak 1 pertama kali matang gonad pada panjang
kg dan berjumlah 22 ekor (16 betina, 6 karapas 4,5 cm dan berat 53 gram.
jantan) diperoleh TKG 1 sebanyak 3, TKG

UDANG BANANA
4

2
2

2
1

1
F F F M F F F F F M M F F F F M M F F M F F

Gambar 5. Grafik TKG Udang Banana di Distrik Konda

Data yang diperoleh oleh (USAID gonadnya telah berkembang mencapai


SEA Project, 2018) dilaporkan bahwa di TKG III. Ukuran udang saat pertama kali
Kampung Mate dengan jumlah 352 udang matang gonad tidak selalu sama
betina dan 74 udang jantan diperoleh TKG (Anggraeni, 2001). Perbedaan ukuran
1 sebanyak 139, TKG 2 sebanyak 60, TKG tersebut terjadi akibat adanya perbedaan
3 sebanyak 134 dan TKG 4 sebanyak 19. kondisi ekologis perairan. Kematangan
Udang banana pertama kali matang gonad gonad udang dipengaruhi oleh dua faktor,
pada panjang karapas 2,60 cm dan berat yaitu faktor dalam (spesies, umur, ukuran)
19,40 gram. dan faktor luar (suhu, arus, curah hujan).
Baseline Report (USAID SEA Hasil pengukuran sampel di ketiga Distrik
Project, 2017), menyatakan bahwa sekitar tersebut menunjukkan tingkat kematangan
62,7% udang banana hasil tangkapan gonad udang banana didominasi oleh TKG
nelayan yang menggunakan trammel net di I. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk
Kabupaten Sorong Selatan tertangkap indikator Proporsi Ikan Yuwana (Juvenile)
sudah dalam kondisi matang gonad. Udang yang Ditangkap dikategorikan sedang dan
banana dikatakan matang gonad apabila diberi skor 2 yaitu banyak (30 - 60 %).
sudah mencapai TKG III. Hal ini juga
didukung oleh Motoh dalam d. Komposisi Spesies Hasil Tangkapan
(Melmambbessy, 2011) udang betina yang Komposisi spesies merupakan
matang gonad adalah udang yang ukuran biomassa spesies tertentu yang
53
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

menjadi target penangkapan dan spesies merguiensis). Sedangkan untuk spesies


yang bukan target penangkapan terhadap non target atau bycatch yang biasanya
jumlah seluruh hasil tangkapan dari suatu tertangkap adalah ikan tawar, ikan bawal,
alat tangkap (Adrianto, et al., 2014). ikan biji nangka, ikan sembilang, ikan
Jenis alat tangkap utama yang pera-pera, ikan kapas, ikan lakorea, ikan
digunakan oleh nelayan di Kabupaten kembung, kepiting bakau, pari, penyu, hiu
Sorong Selatan untuk menjaring udang dan lumba-lumba. Berdasarkan uraian di
adalah trammel net. Trammel net tergolong atas, maka untuk indikator Komposisi
alat tangkap yang mempunyai selektivitas Spesies Hasil Tangkapan dikategorikan
tinggi karena berdasarkan hasil wawancara baik dan diberi skor 3 yaitu proporsi target
dengan jumlah keseluruhan 48 responden lebih banyak (> 31 % dari total volume).
di 3 Distrik yaitu Teminabuan, Konda dan
Inanwatan, 56% (27 responden) e. Indikator Range Collapse
mengatakan bahwa spesies target (udang) Range collapse adalah suatu
yang tertangkap dalam 5 tahun terakhir fenomena yang umum terjadi pada stok
lebih banyak daripada spesies non target ikan jika stok ikan yang bersangkutan
(bycatch). Jumlah udang tangkapan mengalami kondisi overfishing (Adrianto,
tergantung dari musim. Musim et al., 2014). Berdasarkan hasil wawancara
penangkapan udang sangat dipengaruhi dengan jumlah keseluruhan 48 responden
oleh kondisi cuaca di daerah tersebut. Pada di 3 Distrik yaitu Teminabuan, Konda dan
musim puncak dan musim sedang nelayan Inanwatan, 56% (27 responden)
dapat melakukan penangkapan udang mengatakan bahwa udang yang ditangkap
secara optimal dengan jumlah udang lebih di perairan tersebut dalam 5 tahun terakhir
banyak daripada bycatch. Akan tetapi bila jumlahnya relatif tetap atau tidak terjadi
musim paceklik jumlah tangkapan udang penurunan stok udang dan jarak ke lokasi
dapat menurun drastis, udang menjadi penangkapan juga relatif tetap. Nelayan
lebih sedikit atau bahkan tidak ada udang menentukan fishing ground dengan cara
sama sekali dikarenakan curah hujan tinggi menurunkan alat tangkap (trammel net)
dan angin yang bertiup kencang sehingga sampai ke dasar, apabila terdapat beberapa
membuat nelayan kesulitan melaut. ekor udang maka nelayan mulai
Musim puncak di Distrik melakukan operasi penangkapan di
Teminabuan yaitu pada bulan Maret, April perairan tersebut, tetapi jika tidak ada
dan Agustus (50-100 kg), musim sedang udang yang tertangkap nelayan akan
pada bulan Januari, Februari, Mei, Juni dan berpindah ke lokasi lain. Untuk Distrik
Juli (20-40 kg), musim paceklik pada Teminabuan lokasi penangkapan
bulan September - Desember (0-5 kg). umumnya berada di Bakoi, Warunggei,
Musim puncak di Distrik Konda yaitu pada Kalabra, Perairan Sineboi, Lampu Satu dan
bulan Januari - April (50-100 kg), musim Seremuk. Distrik Konda lokasi
sedang pada bulan Mei - Agustus (30-40 penangkapan umumnya berada di Perairan
kg) dan musim paceklik pada bulan Sineboi, Tanjung Karunggai, Sungai
September - Desember (1-5 kg). Musim Kaibo, Muara Klamono, Inanwatan,
puncak di Distrik Inanwatan yaitu pada Warunggei dan Seremuk. Dan di Distrik
bulan Januari - Maret (50-80 kg), musim Inanwatan lokasi penangkapan umumnya
sedang pada bulan April - September (15- berada di Muara Sigei, Laut Sebora dan
20 kg) dan musim paceklik pada bulan Nawetira.
Oktober - Desember (0-5 kg). Berdasarkan uraian di atas, maka
Udang yang biasa tertangkap yaitu untuk indikator Range Collapse
udang banana, udang ende, udang tiger dan Sumberdaya Ikan yaitu tidak terjadinya
lobster. Spesies yang mendominasi hasil penurunan stok udang dalam lima tahun
tangkapan adalah udang banana (Penaeus terakhir dapat diberikan skor 2 yaitu relatif

54
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

tetap, tergantung spesies target. Adapun Berdasarkan hasil wawancara


tentang jarak lokasi penangkapan dengan jumlah keseluruhan 48 responden
umumnya responden mengatakan bahwa di 3 Distrik yaitu Teminabuan, Konda dan
fishing ground relatif tetap jaraknya, Inanwatan, umumnya responden
tergantung spesies target sehingga untuk mengatakan bahwa spesies ETP yang
kriteria ini diberi skor 3. tertangkap seperti penyu, hiu banteng
(Carcharhinus leucas), hiu martil (Sphyrna
f. Spesies Endangered, Threatened, dan lewini), hiu gergaji (Pristis microdon) dan
Protected (ETP) pari (Rhinobatos sp.) rata-rata dimakan dan
Endangered (EN) atau Genting dijual dalam bentuk dikeringkan terlebih
species yaitu kategori yang diterapkan dahulu. Tetapi untuk lumba-lumba
pada takson yang tidak termasuk dalam biasanya langsung dilepas. Berdasarkan
Critically endangered namun mengalami uraian di atas, maka untuk indikator
resiko kepunahan yang sangat tinggi di Spesies Endangered, Threatened, dan
alam dan dimasukkan ke dalam kategori Protected (ETP) dikategorikan buruk dan
Extinct in the Wild jika dalam waktu dekat diberi skor 1 yaitu terdapat individu ETP
tindakan perlindungan yang cukup berarti yang tertangkap tetapi tidak dilepas.
tidak dilakukan. Threatened species yaitu
spesies yang tidak termasuk kategori 1. Aggregat
Critically endangered, Endangered, Hasil penilaian pada Domain
maupun Vulnerable, namun memiliki Sumberdaya Ikan menunjukkan bahwa
peluang yang besar, atau sewaktu-waktu pengelolaan perikanan untuk komoditas
dapat masuk kategori Threatened species. udang banana (Penaeus merguiensis)
Sedangkan Protected species ialah spesies berada pada kondisi baik, dengan nilai
yang karena keberadaannya di alam sudah rerata 3. Hasil penilaian pada masing-
kritis atau hampir punah maka dilindungi masing indikator Domain Sumberdaya
oleh undang-undang dalam hal Ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
pemanfaatannya (Adrianto, et al., 2014).
Tabel 2. Analisis Flag Model Enam Indikator Domain Sumberdaya Ikan
Indikator Nilai
1. CpUE Baku 3
2. Tren Ukuran Ikan 2
3. Proporsi Ikan Yuwana (Juvenile) yang Ditangkap 2
4. Komposisi Spesies Hasil Tangkapan 3
5. "Range Collapse" Sumberdaya Ikan 2.5
6. Spesies ETP 1
Rerata 3

Indikator CpUE Baku, Komposisi Ikan Yuwana (Juvenile) yang Ditangkap


Spesies Hasil Tangkapan dan Range berwarna kuning yaitu berstatus sedang
Collapse Sumberdaya Ikan bernilai 3 dan dengan nilai 2. Indikator Spesies ETP
2.5 atau berdasarkan analisa bendera berwarna merah yaitu berstatus buruk
berwarna hijau yaitu berstatus baik. dengan nilai 1 sebagaimana disajikan pada
Indikator Tren Ukuran Ikan dan Proporsi Gambar grafik 9 di bawah ini.

55
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Nilai

3 Baku
1. CpUE
3
3
2
6. Spesies ETP 2 2. Tren ukuran ikan
2
1 1
1
0

5. "Range Collapse" 2 3. Proporsi ikan yuwana


2,5
sumberdaya ikan yang ditangkap

4. Komposisi
3 spesies
hasil tangkapan

Gambar 6. Grafik Layang-Layang Domain Sumberdaya Ikan

Gambar 6 menunjukkan bahwa yang Ditangkap. Beberapa cara yang dapat


indikator pertama yang menjadi perhatian dilakukan yaitu dengan pembuatan
penting dan harus diperbaiki adalah peraturan ukuran mata jaring dan ukuran
indikator Spesies ETP. Beberapa cara yang layak tangkap serta melepaskan kembali ke
dapat dilakukan yaitu dengan memberikan perairan terhadap udang yang tidak
pemahaman lebih dalam terhadap jenis- memenuhi standar ukuran.
jenis biota yang dilindungi dan pembuatan
peraturan untuk melepaskan kembali ke 2. Rencana Aksi Perbaikan
perairan terhadap spesies ETP yang Rencana aksi perbaikan pada
tertangkap seperti penyu, hiu dan pari. masing-masing indikator Domain
Indikator yang perlu mendapat perhatian Sumberdaya Ikan dapat dilihat pada Tabel
selanjutnya adalah indikator Tren Ukuran 3.
Ikan dan Proporsi Ikan Yuwana (Juvenile)

Tabel 3. Rencana Aksi Perbaikan Domain Sumberdaya Ikan


Rencana Perbaikan
Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang
Nilai (Tahun) (Tahun) (Tahun)
Indikator
Tahun 0
1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5
Domain
Sumberdaya Ikan
1. CpUE Baku 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2. Tren Ukuran Ikan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
3. Proporsi Ikan
Yuwana (Juvenile) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
yang Ditangkap
4. Komposisi
Spesies Hasil 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Tangkapan
5. "Range Collapse" 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3
Sumberdaya Ikan
6. Spesies ETP 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3

56
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

tahun 1 sampai tahun ke 15 Komposisi


a. Indikator CpUE Baku Spesies Hasil Tangkapanakan tetap di
Indikator Tahun CpUE Baku sudah lakukan pengendalian penangkapan
dalam status baik dengan nilai 3 dan terhadap spesies non target, pengkajian
diharapkan dimulau dari tahun 1 tahun ke teknologi penangkapan yang mengurangi
15 akan semakin baik. Langkah-langkah spesies non target, penerapan teknologi
berupa pengkajian TAC (Total Allowable penangkapan yang mengurangi
Catch) dan upaya penangkapan optimal tertangkapnya spesies non target. Sehingga
perlu dikaukan guna menjaga CpUE Baku komposisi spesies hasil tangkapan akan
tetap berstatus baik, langkah berikutnya tetap baik hingga seterusnya atau sesuai
yaitu pembuatan peraturan jumlah alat dan target yait pada tahun 1 hingga tahun ke
kapal tangkap maksimum, dan kapasitas 15.
alat tangkap, monitoring dan pengawasan
jumlah alat tangkap dan kapasitas alat, e. Indikator Range Collapse
monitoring dan evaluasi kapasitas tangkap Indikator Range collapse sudab
setiap tahun diharapkan dapat berjalan berstatus baik, sehingga pada Tahun 1
baik. sampai tahun ke 15 dilakukan rencana
perbaikan berupa Pengaturan daerah
b. Indikator Tren Ukuran Ikan tangkapan, Pengendalian upaya
penangkapan. Dan pada tahun ke 15
Tahun 1 sampai tahun ke 8 dilakukan diupayakan/diharapkan tetap lestari.
rencana perbaikan berupa pembuatan
peraturan larangan penangkapan dan f. Indikator Spesies ETP
melepaskan kembali ke perairan terhadap Tahun 1 sampai tahun ke 5
udang yang tidak memenuhi standar dilakukan Restorasi Spesies ETP. Tahun
ukuran, sosialisasi dan FGD antar ke 6 sampai tahun ke 11 dilakukan rencana
stakeholders peraturan ukuran udang yang perbaikan meliputi : Penyuluhan hukum
diperbolehkan untuk ditangkap, monitoring tentang peraturan perikanan, termasuk
dan pengawasan terhadap ukuran udang tentang perlindungan biota laut,
yang tertangkap. Pada tahun ke 9 – tahun Pembuatan peraturan untuk melepaskan
ke 15 diupayakan/ diharapkan sudah kembali ke perairan terhadap spesies ETP
berstatus baik. yang tertangkap, Peningkatan pengawasan
terhadap spesies ETP yang tertangkap. Dan
c. Indikator Proporsi Ikan Yuwana pada tahun ke 12 sampai tahun ke 15
(Juvenile) yang Ditangkap diupayakan/diharapkan sudah baik.
Tahun 1 sampai tahun ke 8 dilakukan
rencana perbaikan proporsi Ikan Yuwana Simpulan
(Juvenile) yang ditangkap, pembuatan Berdasarkan hasil penelitian yang
peraturan ukuran mata jaring dan ukuran dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
layak tangkap, sosialisasi dan FGD ukuran Analisis indeks komposit EAFM pada
mata jaring dan ukuran layak tangkap, Domain Sumberdaya Ikan di Kabupaten
pengawasan pelaksanaan peraturan oleh Sorong Selatan menunjukkan bahwa
POKMASWAS. Pada tahun ke 9 sampai pengelolaan perikanan untuk komoditas
tahun ke 15 diupayakan/diharapkan sudah udang banana (Penaeus merguiensis)
berjalan dengan baik. berada pada kondisi baik dengan flag
modeling berwarna hijau. Indikator CpUE
d. Indikator Komposisi Spesies Hasil Baku, Komposisi Spesies Hasil Tangkapan
Tangkapan dan Range Collapse Sumberdaya Ikan
Indikator Komposisi Spesies Hasil berstatus baik. Sedangkan indikator yang
Tangkapan sudah berstatus baik. Pada perlu diprioritaskan dalam pengelolaan

57
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

perikanan yang berkelanjutan kedepannya Ilmu-ilmu Perairan dan


meliputi Tren Ukuran Ikan, Proporsi Ikan Perikanan Indonesia,, 7-19.
Yuwana (Juvenile) yang Ditangkap dan Dahuri, R. (1998). Kebutuhan Riset untuk
Spesies ETP. Mendukung Implementasi
Pengelolaan Sumberdayan Pesisir
Daftar Pustaka dan Lautan secara Terpadu. .
Jurnal Pesisir & Lautan. PKSPL-
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/ IPB. Bogor. , 53-64.
32.pdf. (2004). Retrieved Gunaisah, E. (2008). Sumberdaya Udang
SEPTEMBER Wednesday, 2018, Penaeid Dan Prospek
from Pengembangannya Di Kabupaten
http://www.dpr.go.id/dokjdih/doc Sorong Selatan Propinsi Irian
ument/uu/32.pdf: Jaya Barat. Bogor: Sekolah Pasca
www.dpr.go.id/dokjdih/document Sarjana Institut Pertanian Bogor.
/uu/32.pd J., S. P. (2011). Metodologi Penelitian
http://www.eafm-indonesia.net. (2011, Dalam Teori Dan Praktek.
August Wednesday). Retrieved Jakarta: Aneka Cipta.
December Thusday, 2018, from Melmambbessy, E. H. (2011). Ukuran
http://www.eafm-indonesia.net: Pertama Kali Matang Gonad
www.eafm- Udang Penaeus merguiensis De
indonesia.net/.../KEP.%2045%20 Man (1988) di Laut Arafura Pada
MEN%202011%20Estimasi%20S Distrik Naukenjerai Kabupaten
DI.pdf Merauke. Jurnal Ilmiah
Adrianto, L. M. (2005). Assessing Agribisnis dan Perikanan, 75-81.
Sustainability of Fisheries Pikitch EK1, S. C. (2004). Ecosystem-
Systems In A Small Island based fishery management.
Region. Proceedings of IIFET. SCIENCE, 346-347.
Tokyo: IIFET. Prasetiamartati, B. F. (2016). Modal Sosial
Adrianto, L., Habibi, A., Fahruddin, A., dalam Pengelolaan Sumberdaya
Azizy, A., Susanti, H. A., Perikanan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Musthofa, I., et al. (2014). Modul Perairan dan Perikanan
Indikator untuk Pengelolaan Indonesia, 13(1), 7-19.
Perikanan Dengan Pendekatan Riduwan. (2004). Metode Riset. Jakarta:
Ekosistem. Jakarta: Kementerian Rineka Cipta.
Kelautan dan Perikanan. Subagyo, P. J. (2011). Metode Penelitian:
Akademi Perikanan Sorong. (2004). Dalam Teori Dan Praktek. Rineka
Potensi Perikanan Kabupaten Cipta.
Sorong Selatan. Sorong City: Sugiyono. (2005). Metode Penelitian
Akademi Perikanan Sorong. Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Anggraeni, D. (2001). Studi Beberapa Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Aspek Biologi Udang Api-Api Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
(Metapenaeus monoceros) di Syamsu Alam Alli dkk. (2014). LAPORAN
Perairan Sekitar Hutan Lindung EAFM WPP-713. Makassar:
Angke Kapuk, Jakarta Utara. Universitas Hasanuddin.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas USAID SEA Project. (2017). Baseline
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Report Sorong Selatan Papua
Institut Pertanian Bogor. Barat Province Ecology,
Budiati Prasetiamartati, A. F. (2006). Fisheries, and Social’s Status.
Modal Sosial Dalam Pengelolaan WWF-ID | SEA Project.
Sumberdaya Perikanan. Jurnal

58
Jurnal Airaha, Vol. VII No. 2 Desember 2018 : 047 – 059 p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

USAID SEA Project. (2018). Laporan AKNOWLEDGMENT


Enumerator Kabupaten Sorong Terima kasih yang sebesar-
Selatan. . Sorong City: USAID besarnya Penulis ucapkan kepada USAID
Sustainable Ecosystems SEA Project atas dukungan dan kerjasma
Advanced (SEA Project) selama penelitian sehingga penelitian ini
Indonesia. dapat berjalan dengan baik.

59

Anda mungkin juga menyukai