SKRIPSI
Oleh :
ADJENG PENI LISTYANTO PUTRI
Nim. 145080200111007
SKRIPSI
Oleh :
ADJENG PENI LISTYANTO PUTRI
Nim. 145080200111007
NIM : 145080200111007
PENGUJI PEMBIMBING :
UCAPAN TERIMAKASIH
kepada :
rahmat dan karunia-Nya serta mengabulkan satu per satu permintaan agar
sampai tuntas.
3. Bapak Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT selaku Ketua Jurusan PSPK.
5. Bapak Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT selaku Dosen Pembimbing 1.
6. Bapak Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
11. Seluruh keluarga besar PSP 2014 dan teman – teman yang tidak bisa saya
Penulis
vi
RINGKASAN
Cantrang merupakan salah satu alat tangkap dari jenis pukat tarik.yang
digunakan untuk menangkap ikan demersal. Cantrang terdiri dari 3 bagian utama
yaitu sayap, badan dan kantong dengan mesh size (ukuran mata jaring) yang
berbeda tiap bagiannya. Salah satu sumberdaya perikanan unggulan yang ada di
perairan Lekok adalah ikan – ikan demersal. Kekayaan jenis hasil tangkapan di
perairan Lekok belum diketahui dengan baik dan belum ada informasi data
mengenai komposisi spesies penyusun hasil tangkapan cantrang. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi hasil tangkapan cantrang di
perairan Lekok.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui spesies apa saja yang
tertangkap pada alat tangkap cantrang, mengetahui komposisi hasil tangkapan
cantrang, mengetahui keanekaragaman dan keseragaman spesies hasil
tangkapan cantrang dan mengetahui tingkat keramahan lingkungan alat tangkap
cantrang di Perairan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
survey. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung guna mendapatkan keterangan yan jelas terhadap suatu masalah dalam
penelitian di kecamatan Lekok kabupaten Pasuruan. Data yang digunakan meliputi
data primer dan data sekunder. Metode analisis dilakukan dengan bantuan
software Microsoft Excel yang berguna untuk menghitung komposisi spesies,
analisis keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan software SPSS (Statistical
Product and Service Solution) menggunakan analisis uji One-Way ANOVA
digunakan untuk menghitung perbedaan berat antar spesies.
Spesies penyusun terdiri dari 24 spesies diantaranya adalah ikan peperek
(Leiognathus splendens), ikan kuniran (Upeneus molucenssis), ikan kurisi
(Nemipterus nematopus), ikan beloso (Saurida argentea), ikan barakuda
(Spyraena putnamae), ikan kerong – kerong (Terapon theraps), ikan bawal hitam
(Parastromateus niger), ikan gulamah (Pennahia anea), ikan swanggi (Priacanthus
tayenus), ikan buntal (Lagocephalus guentheri), ikan layur (Trichiurus lepturus),
ikan ayam ayam (Abalistes stellaris), ikan selar kuning (Selaroide leptolepis), ikan
sebelah (Psettodes erumei), ikan pari (Dasyati zugei), ikan lidah zebra (Zebrias
zebra), ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides), ikan ketang – ketang (Drepane
punctata), cumi – cumi (Photololigo duvaucelii Drepane punctata), sotong (Sepia
officinalis), gurita (Octopus alpheus), udang (Penaeus merguiensis), rajungan
(Portunus pelagicus) dan ikan lidah (Cynoglossus macrolepidotus).
Berdasarkan dari perhitungan komposisi didapatkan nilai persentase
spesies terbesar adalah ikan peperek (Leiognathus splendens) sebesar 14,59%.
Sedangkan hasil tangkapan yang paling sedikit adalah udang dengan persentase
hanya 1,67%. Jika dilihat dari kategori spesies, nilai persentase terbesar adalah
kategori ikan demersal sebesar 76,8%. Sedangkan persentase terendah adalah
kategori ikan pelagis kecil sebesar 2,4%.
Nilai indeks keanekaragaman spesies hasil tangkapan cantrang diperoleh
sebesar 2,76 yang artinya termasuk kategori keanekaragaman sedang. Nilai
indeks keseragaman spesies pada hasil tangkapan cantrang sebesar 0,87 yang
artinya juga termasuk kategori keseragaman tinggi.
vii
KATA PENGANTAR
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana perikanan di Fakultas
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH.........................................................................................v
RINGKASAN ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................. ix
1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 3
1.4 Kegunaan .................................................................................................... 4
1.5 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 4
5. PENUTUP ........................................................................................................ 88
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 88
5.2 Saran ........................................................................................................... 89
LAMPIRAN ............................................................................................................ 91
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
14. Hasil Uji Anova variasi berat spesies hasil tangkapan cantrang ................... 76
15. Rata - rata berat dan Standar Deviasi berat spesies (kg) hasil tangkapan ... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
14. Sphyraena putnamae (Jordan & Seale, 1905) dokumentasi penelitian ........ 53
24. Dasyati zugei (Muller & Henle, 1841) dokumentasi penelitian (2018) ........... 64
xiii
............................................................................................................................... 68
31. Penaeus merguiensis (de Man, 1888) dokumentasi penelitian (2018) ......... 71
34. Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan berdasarkan berat (kg) ..... 79
35. Distribusi panjang ikan peperek (Leiognathus splendens Cuvier, 1892) ...... 81
37. Distribusi panjang ikan kurisi (Nemipterus nematopus Bleeker, 1854). ........ 82
38. Distribusi panjang ikan beloso (Saurida argentea Macleay, 1881) ............... 83
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. PENDAHULUAN
sebagai kota santri, memiliki luas wilayah 1.474 km2 atau sekitar sepertiga dari
luas wilayah Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Pasuruan secara geografis terdiri
dari pegunungan, dataran rendah dan kawasan pantai. Sebagian dari wilayah
Pasuruan meliputi wilayah perairan laut yang terbentang ±48 km yang terdiri atas
kawasan danau, perikanan air tawar dan perikanan air payau. Dari potensi yang
ada pada tahun 2016 telah dieksploitasi sebesar 9.206,10 ton. Jenis ikan yang
tertangkap antara lain: Peperek, Tembang, Teri, Cumi – cumi, Belanak, Rajungan,
daerah ini adalah teri nasi. Namun, semenjak cara penangkapan ikan yang tidak
ramah lingkungan dengan menggunkan bom dan potassium yang dilakukan oleh
perairan Lekok. Menurut nelayan dan staff Dinas Kelautan dan Perikanan, perairan
tangkap cantrang yang merusak ekosistem laut sehingga ikan tidak punya tempat
(BPPI) tahun 2006, jenis alat tangkap yang terdapat di Kecamatan Lekok adalah
payang jurung, alet atau yang kita kenal sebagai alat tangkap cantrang, payang
oras, jaring insang, jaring kepiting, jaring klitik dan bagan. Jenis al at tangkap
2
lainnnya terdapat alat tangkap bubu dan tongep atau yang dikenal dengan mini
trawl. Menurut penelitian yang telah dilaksanakan oleh Soecahyo (2017), Jenis
alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kecamatan Lekok berjumlah 467
buah untuk alat tangkap cantrang, jaring klitik 347 buah, bagan tancap 32 buah
Berdasarkan uraian diatas, seperti kita ketahui bahwa alat tangkap cantrang
termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap pukat tarik (seine nets). Cantrang
merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang
secara garis besar terdiri dari bagian sayap, badan dan kantong. Alat tangkap
cantrang diindikasikan sebagai alat tangkap ikan yang kurang ramah lingkungan
karena hampir mirip dengan trawl yang dilarang oleh pemerintah yang menangkap
ikan ukuran kecil maupun sedang matang gonad sehingga dikhawatirkan akan
mempunyai nilai ekonomis tinggi karena cita rasanya khas dan digemari
Dalam menentukan kekayaan jenis ikan pada wilayah perairan dan tingkat
komposisi spesies penyusun hasil tangkapan. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi
Pasuruan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi hasil
sebagai alat tangkap yang kurang ramah lingkungan karena dapat merusak
konstruksi cantrang terdiri dari sayap, badan dan kantong mirip dengan trawl. Alat
tangkap ini dilarang karena kurang ramah lingkungan dan tidak selektif. Cantrang
dapat menangkap ikan – ikan kecil (juvenile) yang belum matang gonad maupun
keberlanjutan dari ikan – ikan demersal. Maka permasalahan utama dari penelitian
1) Apa saja spesies yang tertangkap pada alat tangkap cantrang di Perairan
Timur?
1.3 Tujuan
1.4 Kegunaan
Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai
berikut:
1) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan acuan untuk
3) Bagi Nelayan
Pelaksanaan penelitian skripsi ini akan diawali dengan pengajuan judul dan
konsultasi proposal pada bulan akhir Desember 2017 – Januari 2018. Kemudian
2. TINJAUAN PUSTAKA
alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut pukat dengan tali
kapal.Cantrang merupakan salah satu alat penangkapan ikan dasar dari jenis
pukat tarik yang banyak dipergunakan oleh nelayan skala kecil dan skala
Alat tangkap cantrang termasuk dalam klasifikasi pukat tarik berperahu (boat
Cantrang merupakan alat tangkap pukat kantong. Alat tangkap ini berfungsi
Secara konstruksi cantrang terdiri dari bagian sayap, mulut, badan dan kantong.
Cantrang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam
pukat kantong (seine net) (Subani dan Barus, 1989). Alat tangkap ini berfungsi
alat tangkap ini mirip dengan payang, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil.
7
Secara konstruksi cantrang terbuat dari jaring dengan dua panel (seam), memiliki
bentuk dan ukuran sayap yang sama pada dua buah sisinya tanpa dilengkapi alat
pembuka mulut jaring (otter board). Namun, di beberapa daerah ada yang
bagian dari alat tangkap cantrang terdiri dari sayap/kaki pukat, badan pukat,
kantong pukat, danleno, tali ris atas, tali ris bawah, dan tali selambar.
Konstruksi alat tangkap cantrang secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
1) Sayap/kaki pukat (wing) : bagian pukat tang terpanjang dan terletak di ujung
depan pukat tarik cantrang. Sayap pukat terdiri dari sayap panel atas
3) Kantong pukat (cod) : bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari
balok kayu/pipa besi atau besi berbentuk segitiga yang dipergunakan sebagai
8
alat perentang sayap pukat (ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung
5) Tali ris atas (head rope) : tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan
menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat
bagian atas
6) Tali ris bawah (ground rope) : tali yang berfungsi untuk menggantungkan
dan menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel bawah, melalui mulut
7) Tali selambar (warp rope) : tali yeng berfungsi sebagai penarik pukat
terdiri atas kantong, sayap, badan, dan mulut. Berikut gambaran umum bagian-
bagian cantrang :
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil
2) Badan (Body), merupakan bagian jaring terbesar, terletak antara sayap dan
kantong untuk menampung jenis ikan dasar dan udang sebelum masuk ke
dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil jaring dengan ukuran
perpanjangan badan sampai tali salambar. Bagian ini juga sering disebut jaring
pengarah. Sayap terdiri dari sayap kanan dan sayap kiri, masing-masing
memiliki sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing). Kedua sayap
membentuk mulut jaring yang terdiri dari mulut atas (head line) yang diikatkan
tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut bawah (ground
9
line) yang diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi pemberat. Fungsi
sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan agar masuk ke dalam
kantong.
4) Mulut (Mouth), alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang
memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada
bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
(2) Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan
(3) Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan
bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah)
operasikan.
Penurunan pukat dilakukan dari salah satu sisi lambung bagian buritan
pelampung tanda dan berakhir kembali pada pelampung tanda. Setelah itu,
pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal dan dilanjutkan dengan penarikan tali
lambung kiri kapal dan dilanjutkan dengan penarikan jaring. Sementara itu kapal
sebagai suatu daerah yang baik atau wilayah perairan baik tawar maupun laut
mendapatkan ikan atau non ikan dalam jumlah yang banyak. Daerah
penangkapan cantrang umumnya tidak jauh dari pantai, yang dicari terutama
sama dengan trawl. Cantrang dioperasikan pada daerah perairan yang dasarnya
datar dengan substrat berlumpur atau berpasir, tidak berbatu karang dan tidak
dasar perairan. Suatu perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang
baik apabila memenuhi beberapa syarat yaitu daerah tersebut terdapat ikan yang
lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu dan
(Bambang, 2006).
kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
10-30 GT. Panjang kapal berkisar antara 12-15 meter dan lebar antara 6-8 meter.
Bentuk badan kapal cantrang adalah U bottom. Hal ini karena pada saat
12
baik.
berbobot di bawah 10 GT dengan jumlah ABK sebanyak 3 orang dan jaring masih
ditarik dengan tangan. Penggunaan gardan sebagai alat bantu untuk menarik
jaring tahun 1987 (terutama oleh nelayan Jawa Timur), cantrang telah dimodifikasi
menjadi alat tangkap aktif, dengan cara ditarik menggunakan sebuah perahu atau
kapal. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 Dinas Perikanan dan Kelautan
Jawa Timur telah mengizinkan cantrang beroperasi dengan kapal yang berbobot
pukat tarik dan pukat hela untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan di
Indonesia.
Hasil tangkapan pada alat tangkap cantrang terbagi menjadi dua, yaitu hasil
tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah
semua spesies yang menjadi sasaran utama dalam penangkapan. Disebut hasil
tangkapan utama karena memilik nilai ekonomis yang tinggi. Sedangkan hasil
tangkapan sampingan adalah semua spesies yang di luar hasil tangkapan utama.
Nilai ekonomis hasil tangkapan sampingan lebih rendah daripada nilai ekonomis
hasil tangkapan utama. Jenis Spesies ikan yang biasa tertangkap oleh alat
tangkap cantrang antara lain kurisi, udang jerbung, tembang, lemuru, ikan
Sesuai dengan deskripsi alat tangkap ikan yang digunakan yaitu cantrang,
maka jenis ikan yang tertangkap adalah didominansi ikan demersal. Akan tetapi
tidak seluruhnya hasil tangkapan ikan adalah berupa ikan demersal, melainkan
juga ikan pelagis, udang, dan non ikan (cumi-cumi dan sotong). Hal ini disebabkan
umum alat ini menangkap hampir semua jenis ikan dasar dalam berbagai ukuran,
beberapa ikan pelagis, cumi, dan sotong. Demikian halnya apabila dioperasikan di
perairan yang dalam, maka pada saat jaring ditarik ke atas kapal akan melewati
air di mana ikan pelagis hidup, sehingga ikan pelagis juga dapat tertangkap
(Sukarniati, 2008).
komposisi jenis sumberdaya ikan ialah susunan jenis atau spesies sumberdaya
ikan yang tertangkap dari hasil kegiatan operasi penangkapan ikan. Data hasil
tersebut yang nantinya berguna untuk pihak-pihak yang memerlukan seperti Dinas
individu atau spesimen suatu takson dengan contoh spesimen yang identitasnya
sudah jelas. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat
terhadap suatu jenis spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya. Identifikasi
dan FAO (misalnya Carpenter & Niem) untuk mengetahui nama-nama inggris dari
ikan. Nama-nama umum lokal didasarkan pada informasi yang dikumpulkan oleh
para nelayan. Nama ilmiah dari setiap jenis terdiri dari nama genus dan spesies.
Menurut Sagala et.al (2012), identifikasi adalah tugas untuk mencari dan
jenis ikan untuk mengetahui data nilai keragaman ikan di suatu perairan sangat
juga untuk melihat kestabilan komunitas dalam suatu ekosistem. Semakin banyak
spesies itu.
dapat digunakan sebagai indikasi komunitas dalam lingkungan yang stabil, kondisi
2.10 Keseragaman
jenis. Keseragaman mempunyai nilai yang besar jika individu ditemukan berasal
komposisi setiap individu pada suatu spesies yang terdapat dalam suatu
menentukan dominansi dalam suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis
tingkat dominasi suatu jenis dan juga kestabilan ekosistem. Nilai keseragaman
suatu komunitas maka ada dominasi oleh salah satu spesies tertentu.
16
3. METODE PENELITIAN
3. Indetifikasi spesies dan total berat tiap spesies hasil tangkapan per trip tiap
survey. Metode deskriptif survey yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui
unsur, sifat maupun ciri-ciri suatu keadaan. Metode ini dimulai dengan
dalam penelitian di Desa Jatirejo, Kecamatan Lekok Pasuruan, Jawa Timur. Data
Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai, maka penelitian ini menggunakan dua
Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
cantrang (ukuran tiap bagian cantrang), hasil tangkapan (target, non target dan
dengan cara ikut serta dalam membedakan atau memisahkan tiap spesies ikan
primer hasil tangkapan dilakukan selama 5 hari dalam 1 minggu, baik dari
bulan.
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian
penelitian ini adalah data statistik dari Instalasi Pelabuhan Perikanan (IPP)
Lekok, jurnal penelitian, artikel penelitian dan laporan skripsi terdahulu yang
spesies) dan identifikasi jenis ikan hasil tangkapan cantrang. Data yang diambil
berupa dimensi alat tangkap cantrang, nama spesies, ciri-ciri morfologi ikan, berat
per spesies per kapal dan berat total ikan hasil tangkapan.
nampan, kertas bufalo, alat tulis, form dan kamera untuk dokumentasi setiap
tangkapan cantrang.
19
Bagian atau komponen alat tangkap yang diidentifikasi meliputi ukuran mata
jaring (mesh size), ukuran sayap, badan, kantong, panjang tali selambar dan
juga ukuran dan bahan benang. Proses pengukuran panjang alat tangkap
nelayan. Setelah itu, infomasi ukuran dan bahan yang diketahui dicatat pada
selama 2 bulan mulai dari bulan Januari sampai Februari 2018. Pengambilan
data dilakukan selama 10 hari dalam satu bulan. Hasil tangkapan yang
dicatat kedalam form hasil tangkapan. Saat pengambilan data hasil tangkapan
tangkapan yang dimanfaatakan (dijual dan dikonsumsi sendiri) serta yang tidak
dimanfaatkan (dibuang).
sedang maupun yang berukuran besar dengan kondisi ikan yang masih baik
(bagian tubuh utuh). Sampel yang diambil 1 – 3 ekor dari tiap spesies mewakili
terlebih dahulu menggunakan lap kain basah. Ciri – ciri yang diamati meliputi
bentuk tubuh, panjang, tipe sisik, pola warna, bentuk moncong, bentuk sirip
identifikasi Carpenter dan Niem (1998) untuk menentukan taksonomi ikan hasil
kertas bufalo berwarna hitam, hijau dan putih disesuaikan dengan warna tubuh
Dominan
berada diatas panjang Lm. Pengambilan sampel ikan juga dilakukan secara
acak dengan mengukur panjang total dari 4 spesies ikan hasil tangkapan
dominan cantrang yaitu ikan peperek, kuniran, kurisi dan beloso. Dari ke empat
Pengukuran panjang total ikan dimulai dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor
pertama yaitu membersihkan kotoran pada tubuh ikan menggunakan lap kain
ikan dan diluruskan diatas penggaris, lalu dicatat hasil pengukuran kedalam
Data yang diperoleh berupa nama spesies, berat per spesies per kapal, berat
total ikan hasil tangkapan yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasi ke dalam
database pada software Microsoft Excel yang telah dibuat. Selanjutnya data
tangkapan dari alat tangkap cantrang. Data yang digunakan dalam analisis ini
adalah data jumlah berat pada setiap spesies ikan yang telah diidentifikasi dan
data total berat ikan hasil tangkapan yang didapatkan saat pencatatan data
tangkapan. Setelah itu hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
Keterangan :
menganalisis jumlah individu masing – masing bentuk genus ikan dalam suatu
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman
komunitas rendah.
komunitas sedang.
tinggi.
Keterangan :
23
E = Indeks Keseragaman
H’ = Keanekaragaman
berikut:
mengetahui variasi jumlah spesies hasil tangkapan per kapal dan variasi berat
antar spesies. Variasi jumlah spesies hasil tangkapan antar kapal diperoleh
dengan menggunakan data jumlah spesies hasil tangkapan per kapal yang
Apabila nilai signifikan <0,05, maka H1 diterima yang artinya variasi jumlah
spesies hasil tangkapan memiliki beda nyata dan diperlukan uji lanjutan
memiliki perbedaan yang signifikan atau nyata, tetapi jika nilai signifikan >0,05,
sampingan.
2. Ikan yang menjadi hasil tangkapan, baik sasaran utama maupun hasil
dikatakan ikan tersebut layak tangkap. Jika proporsi ikan layak tangkap
ekor.
tinkat keramahan lingkungan pada suatu unit penangkapan ikan antara lain
25
dari data hasil perhitunan dari pemberian skor pada kriteria keramahan alat
tangkap. Untuk mengetahui skor tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut
ini:
nama lokal dari nelayan, kemudian didokumentasikan. Setelah itu, data ikan
dengan literatur yaitu buku Carpenter dan Niem (1998) kemudian data spesies
Pengukuran alat tangkap cantrang dimulai dari mengukur bagian sayap, badan
bagian dari cantrang yang lainnya seperti pelampung, pemberat, tali selambar, tali
ris atas, tali ris bawah dan pelampung tanda kemudian dicatat pada form
mengetahui spesies ikan dari hasil identifikasi, dilakukan sampling ikan hasil
tangkapan cantrang. Ikan hasil tangkapan dipisahkan setiap spesies dan beratnya
dicatat pada form untuk mengetahui komposisinya. Setelah itu, dilakukan sampling
dan berat ikan dominan hasil tangkapan untuk mengetahui tingkat keramah
lingkungan dari alat tangkap cantrang. Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan
mengukur mulai dari ujung mulut ikan sampai ujung ekor (panjang total / Total
Lenght) kemudian dilakukan penimbangan ikan per ekor dan dicatat hasil
menggunakan uji One Way Anova. Setelah data tersebut diolah maka diperoleh
hasil jenis ikan hasil tangkapan, variasi jumlah spesies hasil tangkapan (berat),
komposisi spesies hasil tangkapan (kg) dan tingkat ramah lingkungan alat
tangkap cantrang
- Masalah Penelitian
- Topik Penelitian
Pengumpulan Data
Data Primer
1. Spesifikasi alat
tangkap cantrang. Data Sekunder
2. Spesifikasi Kapal 1. Jurnal
Cantrang. 2. Artikel Penelitian
3. Berat per jenis ikan 3. Laporan Skripsi
per kapal dan berat
total hasil
tangkapan.
Pengolahan Data
- Alat Tangkap
One Way Indeks Shanon-
Cantrang 1. Proporsi hasil tangkapan
Anova Weaner
- Hasil Tangkapan utama dan sampingan.
Cantrang 2. Proporsi Ikan Layak
Variasi - Keanekaraga Tangkap
Berat Hasil man 3. Tingkat Pemanfaatan
Tangkapan - Keseragaman Hasil Tangkapan
Hasil Akhir
Secara geografis Kecamatan Lekok berada pada pada 7,30’- 8,30’ Lintang Selatan
dan 112' 30’ - 113' 30’ Bujur Timur dengan luas wilayah 49,19 Km2. Wilayah
tinggi yang mempunyai ketinggian mulai 0 m dpl hingga 100 m dpl (diatas
permukaan laut) dengan kondisi permukaan tanah yang relatif datar karena
Lekok mempunyai banyak fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Salah satu
Lokasi pada saat pengambilan sampel data berpusat di Desa Jatirejo dan
perbatasan Desa Wates. Desa Jatirejo merupakan pusat alat tangkap cantrang
terdapat di Kecamatan Lekok. Terdapat sekitar 150 unit Cantrang yang beroperasi
di Desa Jatirejo. Letak Desa Jatirejo yang sangat strategis karena berhadapan
sektor perikanan tangkap di Desa Jatirejo. Berikut lokasi Desa jatirejo, kecamatan
bepusat di Desa Jatirejo. Hampir 70% masyarakat desa Jatirejo bekerja sebagai
nelayan cantrang. Jumlah armada cantrang sekitar 150 unit. Wilayah utara desa
Jatirejo berbatasan langsung dengan perairan Selat Madura. Hal ini sangat
dekat rumah mereka. Sehingga untuk data hasil tangkapan cantrang tidak terdata
di TPI IPP Lekok. Pada tahun 2015 telah didata jumlah nelayan yang berada di
kecamatan Lekok berjumlah 4511 dengan rincian yang dijelaskan pada Tabel 3.
30
Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa jumlah nelayan paling banyak berada
di Desa Jatirejo dengan jumlah nelayan 1872 orang, diikuti oleh nelayan di Desa
Wates sebanyak 1292 orang dan desa Tambaklekok sebanyak 615 orang.
Lekok. Nelayan lekok, khususnya di Daerah Jatirejo dan Wates memiliki sebutan
untuk alat tangkap cantrang yaitu alet atau payang alit. Hampir 80% masyarakat
Lekok khususnya di desa Jatirejo dan Wates bekerja sebagai nelayan cantrang.
selama 2 tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 – 2017. Berikut ini data jumlah
Tabel 4. Laporan Produksi Perikanan Laut Lekok Tahun 2016 dan 2017
Tahun
Bulan 2016 2017
Jan 368 368
Feb 229 239
Mar 365 168
Apr 262 327
Mei 375 105
Jun 168 212
Jul 170 115
Ags 515 98
31
Lanjutan tabel 4.
Tahun
Bulan 2016 2017
Sep 471 146
Okt 172 151
Nov 277 147
Des 141 101
Total 3513 2177
pelarangan penggunaan alat tangkap cantrang pada awal tahun 2015. Sesuai
Tahun 2015 berisi tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat
hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan
ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) telah mengakibatkan
ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets). Sehingga banyak nelayan
yang memilih menggunakan alat tangkap alternatif atau alat penangkapan ikan
penangkapan one day fishing atau 1 sehari dalam sekali pengoperasian (trip).
Lokasi pengoperasian cantrang ialah di selat madura yaitu pada jarak 2 – 4 mil.
Jumlah ABK kapal cantrang di kecamatan Lekok hanya 1 orang yaitu si pemilik
kapal dan rata – rata ukuran kapal cantrang kecil dengan kapasitas > 5 GT.
Cantrang dioperasikan pada pagi hari yaitu pukul 06.00 WIB sampai 10.00 WIB.
Dalam satu hari nelayan cantrang melakukan setting sebanyak 2 – 3 kali. Cantrang
32
di kecamatan Lekok memiliki dimensi yang hampir sama antara cantrang satu
dengan yang lain. Cantrang memiliki tiga bagian utama yaitu sayap, badan, dan
memiliki panjang mulut yang tidak sama antara bagian atas dan bagian bawah.
Perbedaan panjang mulut atas dan bawah ialah 0,5 m. Berdasarkan tabel 5,
1. Sayap
Bagian sayap pada alat tangkap cantrang berfungsi untuk menggiring ikan
masuk ke dalam jaring. Panjang sayap jaring yaitu 4,1 meter. Bahan yang
digunakan pada sayap jaring yaitu nilon dengan warna biru. Mesh size atau
ukuran mata jaring pada bagian sayap jaring yaitu 2,5 inchi.
2. Badan Jaring
Panjang badan jaring yaitu 5,5 meter. Bahan yang digunakan pada badan
jaring yaitu nilon dengan warna biru kehijauan. Badan jaring terdiri dari 3
badan 2 yaitu 2 meter dan badan 3 yaitu 2,5 meter. Pada setiap bagian
badan memiliki ukuran mata jaring (Mesh size) yang sama yaitu 1,5 inchi.
3. Kantong
33
Kantong adalah bagian jaring yang terletak paling ujung dan tempat
kehijauan. Kantong memiliki ukuran mata jaring (Mesh size) yaitu 1 inchi.
yaitu ukuran mata jaring (mesh size) minimal 2 inchi. Cantrang di kecamatan Lekok
belum sesuai dengan peraturan karena memiliki mesh size < 2 inchi yaitu 1 inchi.
Kecilnya ukuran mesh size dikhawatirkan dapat mempengaruhi ukuran ikan hasil
tangkapan dalam proses rekruitmen dan ketersediaan sumberdaya ikan yang ada.
dilakukan agar ikan yang tertangkap saat matang gonad lebih sedikit (ikan yang
Menurut Maulita dan Mega (2008), besar kecilnya ukuran mata jaring dapat
tertangkapnya ikan yang belum matang gonad. Jika ukuran ikan tangkapan lebih
kecil dari ukuran ikan matang gonad berarti ikan belum siap memijah tetapi sudah
sumberdaya ikan yang akan mengalami penurunan. Pelebaran ukuran mata jaring
dapat dilakukan guna mencegah tertangkapnya ikan yang belum matang gonad
dan bertanya langsung kepada nelayan / pemilik kapal. Konstruksi alat tangkap
terdiri dari sayap dan badan barbahan nilon, sedangkan kantong berbahan PE
(Polyethylen) dengan panjang dan ukuran mata jaring (mesh size) yang
berbeda. Cantrang juga dilengkapi dengan tali ris (atas dan bawah) yang
terbuat dari bahan PE (polyethylene) dan tali selambar terbuat dari bahan
campuran serat alami dan sintetis. Pelampung yang digunakan pada alat
tangkap cantrang terdiri dari dua yaitu pelampung tanda terbuat dari
utama terbuat dari bahan PVC (polyvinyl chloride) berbentuk seperti bola.
Sedangkan bagian pemberat terbuat dari timah yang terangkai dengan tali ris
sering dilakukan pada bagian jaring bagian bawah. Untuk melihat ukuran alat
Badan 1
1,5 inch
2 inch
Sayap
kapal. Rata – rata kapal cantrang di Lekok memiliki ukuran panjang, lebar dan
atau target utama penangkapan. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri dari 24
macam spesies. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nuriyana (2016) yang
hampir sama dengan spesies yang tertangkap Lekok Pasuruan seperti ikan
peperek, ikan swanggi, ikan kurisi, ikan kuniran, rajungan, cumi – cumi, bawal
hitam, gulamah dan sebagainya. Ada juga beberapa spesies yang berbeda dan
38
tidak tertangkap oleh cantrang pada masing – masing kedua daerah tersebut
seperti ikan marmoyo, ikan kakap merah dan ikan kerapu yang ditemukan di
Sebaliknya, ikan ayam ayam dan ikan sebelah yang ditemukan di Lekok Pasuruan
tidak ditemukan di Mayangan Probolinggo. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan
daerah penangkapan ikan dan pola persebaran ikan yang tidak tetap dan merata
menyatakan bahwa hal ini dapat terjadi dikarenakan pada umumnya daerah
penangkapan ikan tidak ada yang bersifat tetap, selalu berubah dan berpindah
mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah ikan akan memilih
mengindikasikan bahwa pola sebaran sumberdaya ikan tidak merata dan juga
umum, nama lokal, nama dagang dan nama ilmiah dapat dilihat pada Tabel 7.
5 Barakuda Langsar Spyraena putnamae (Jordan & Seale, 1905) Great Baraccuda
Kerong – Forktail large eye
Terapon theraps (Cuvier, 1829)
6 kerong Kerot – kerot bream
Lanjutan tabel 7.
12 Ayam - ayam Etong Abalistes stellaris (Bloch & Schneider, 1801) Starry triggerfish
16 Lidah Zebra Moto mereng Zebrias zebra (Bloch, 1787) Tongue soles
Kerapu
Epinephelus coioides (Hamilton, 1822)
17 lumpur Kerapu Banded grouper
Ketang –
Drepane punctata (Linnaeus, 1758)
18 ketang - Spoted fish
Dilihat dari hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan, spesies hasil
tangkapan didominasi oleh ikan demersal atau ikan – ikan dasar perairan. Alat
penarikan jaring pada saat proses hauling, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan tertangkapnya ikan pelagis atau ikan permukaan. Faktor – faktor lain
tersebut beroperasi dan sifat ikan pelagis yang bergerombol (schooling) dan
berpindah – pindah tempat untuk migrasi, memijah dan mencari makan. Berikut
nama spesies, dokumentasi lapang dan gambar referensi disajikan pada tabel 8.
Leiognathus
1 splendens (Cuvier,
1892)
2 Upeneus moluccensis
(Bleeker, 1855)
Nemipterus
3 nematopus (Bleeker,
1854)
(Russell, 1990)
Saurida argentea
4 (Macleay, 1881)
Sphyraena putnamae
5 (Jordan & Seale,
1905)
(Carpenter dan Niem, 2001)
6 Terapon theraps
(Cuvier, 1829)
Parastromateus niger
7 (Bloch, 1795)
8 Pennahia anea
(Bloch, 1793)
Priacanthus tayenus
9 (Richardson, 1846)
Lagocephalus
10 guentheri (Miranda
Riberio, 1915)
(Fishbase, 2018)
11 Trichiurus lepturus
(Linnaeus, 1758)
(Carpenter dan Niem, 2001)
Abalistes stellaris
12 (Bloch & Schneider,
1801)
13 Selaroides leptolepis
(Cuvier, 1833)
14 Psettodes erumei
(Bloch & Schneider,
1801)
Epinephelus coioides
17
(Hamilton, 1822)
Drepane punctata
18
(Linnaeus, 1758)
Photololigo duvaucelii
19 (d’ Orbigny, 1853)
(Carpenter dan Niem, 1998)
43
20 Sepia officinalis
(Gray, 1849)
Octopus alpheus
21
(Norman, 1993)
Penaeus merguiensis
22 (de Man, 1888)
23 Portunus pelagicus
(Linnaeus, 1758)
24 Cynoglosus
macrolepidotus
(Bleeker, 1851)
(Carpenter dan Niem, 1998)
44
Pada saat penelitian total hasil tangkapan alat tangkap cantrang di Desa
Jatirejo, Kecamatan Lekok memiliki berat sebesar 1082,75 Kg. Hasil perhitungan
tiga spesies yaitu spesies terbanyak adalah ikan peperek (Leiognathus splendens)
sebesar 14,59% dengan total berat 158 Kg. Spesies terbanyak yang kedua berasal
dari kategori binatang berkulit lunak yaitu cumi – cumi (Photololigo duvaucelii)
sebesar 13,76% dengan total berat 149 Kg. Kemudian spesies ketiga adalah ikan
kuniran (Uppeneus moluccensis) sebesar 10,16% dengan total berat 110 Kg.
merupakan hasil tangkapan utama dari alat tangkap cantrang, melihat dari alat
ikan Peperek atau yang lebih dikenal dengan sebutan petek biasa hidup di dasar
perairan serta dapat ditemukan juga di daerah estuari. Ikan ini memiliki nilai cukup
besar. Ikan petek memiliki daya tahan sangat rendah terhadap penangkapan. Hal
ini disebabkan oleh ruaya yang tidak terlalu jauh dan aktivitas gerak relatif rendah.
Mortalitas ikan pepetek akibat penangkapan akan meningkat dua kali lebih besar
Hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu udang putih (Penaeus merguiensis)
sebesar 1,67% dengan total berat 18,1 Kg dan rajungan (Portunus pelagicus)
sebesar 1,69% dengan total berat 18,35 Kg. Hal ini dikarenakan menurut
wawancara dengan nelayan musim udang yaitu bulan juni sampai agustus. Selain
itu menurut Nontji (1993), pada umumnya udang dan kepiting berkeliaran pada
waktu malam hari untuk mencari makan. Sehingga pada siang hari saat nelayan
melaut, udang dan rajungan tidak melakukan aktivitas pemangsaan. Hal ini dapat
45
menjadi salah satu faktor udang dan rajungan lebih paling sedikit tertangkap.
Selain itu, dapat diduga karena kondisi dasar perairan yang keruh. Macia et al.,
perairan sehingga menjadi mangsa bagi ikan predator. Hasil grafik perhitungan
180
160
140
Berat (kg)
120
100
80
60
40
20
0
Lanjutan tabel 9.
No. Spesies Berat (Kg) Persentase
8 Gulamah 42.25 3.90%
9 Swanggi 36.75 3.39%
10 Buntal 27.5 2.54%
11 Layur 26 2.40%
12 Ayam - ayam 27.5 2.54%
13 Selar kuning 26 2.40%
14 Sebelah 26 2.40%
15 Pari 25.5 2.36%
16 Lidah zebra 20.9 1.93%
17 Kerapu lumpur 23 2.12%
18 Ketang - ketang 20.4 1.88%
19 Cumi - cumi 149 13.76%
20 Sotong 21.3 1.97%
21 Gurita 18.8 1.74%
22 Udang 18.1 1.67%
23 Rajungan 18.35 1.69%
24 Lidah 19.65 1.81%
Total 1082.75 100%
spesies, binatang berkulit keras 2 spesies dan dan binatang berkulit lunak 3
spesies. Berikut tabel berat per kategori dan spesies hasil tangkapan cantrang
900 76.4%
800
700
600
Berat (Kg)
500
400
300
17.7%
200
100 2.4% 3.4%
0
Pelagis Kecil Demersal Binatang Berkulit Binatang Berkulit
Keras Lunak
Kategori Spesies
dominan adalah kategori ikan demersal sebesar 76,4% dengan total berat 831,2
kg. Sesuai dengan konstruksi cantrang yaitu panjang mulut bagian atas lebih
panjang daripada bagian bawah. Hal ini bertujuan untuk menghadang ikan
demersal yang terkejut oleh jaring cantrang dan naik ke permukaan sehinga
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Famili : Leiognathidae
Genus : Leiognathus
dan agak tinggi, kepala runcing ke depan terdapat munchal spine pada
bagian punggung. Ikan ini memiliki mulut pendek dan dapat disembulkan
49
ke bawah. Warna badan ikan keperak – perakan berawal dari sirip hingga
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Famili : Mullidae
Genus : Upeneus
Mullidae dan sering disebut ikan kuniran. Bentuk tubuh pipih dan agak
sampai dengan 20 cm. Untuk warna ikan ini sendiri memiliki warna badan
putih dengan warna merah muda pada bagian punggung, serta terdapat
satu garis berwarna kuning emas mencolok serta 2 garis kuning samar-
samar dari belakang bagian atas mata sampai dengan sirip ekor (Gambar
50
11). Bentuk dan letak mulut termasuk terminal atau mulut ikan terletak
peraba untuk mencari makanan didasar laut dan terdapat guratan sisi
pertama terdiri dari 8 duri lunak dan sirip dorsal kedua terdiri dari 9 jari
lunak. Pada sirip anal terdiri dari 1 duri keras, 7 jari lunak. Sirip ekor
(caudal) mempunyai bentuk ekor forked atau bercagak. Sirip perut (ventral)
terdiri dari 1 duri keras, 5 jari lunak dengan letak terhadap sirip dada
dengan kedalaman 10-80 m dan juga sering mencari makan pada wilayah
terumbu karang.
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Famili : Percoidei
Genus : Nemipterus
yang hidup soliter dengan pergerakan yang lambat. Kurisi memiliki bentuk
mulut yang letaknya agak kebawah dan adanya sungut yang terletak
Bentuk tubuh berukuran kecil, langsing dan padat. Tipe mulut terminal
dengan bentuk gigi kecil membujur dan gigi taring pada rahang atas (ada
juga pada rahang bawah). Pada bagian kepala tidak bersisik. Sisik dimulai
dari pinggiran depan mata dan keping tutup insang. Pada bagian tubuh
kurisi terdapat totol berwarna merah terang dekat pangkal garis rusuk. Sirip
dorsal berwarna merah, dengan garis tepi berwarna kuning atau jingga.
Pada bagian dorsal dan lateral tubuh ikan kurisi terdapat gradiasi warna
sebagai berikut:
52
Ordo : Aulopiformes
Famili : Synodontidae
Genus : Saurida
seperti kadal. Di belakang sirip punggung terdapat sirip lemah lainnya yang
tanpa duri yang berbentuk kecil, sisik tebal dan kuat. Kepala bersisik dan
Ordo : Perciformes
Famili : Sphyraenidae
Genus : Sphyraena
ditutupi sisik halus, tipe sisik yang dimiliki ikan ini adalah ctenoid. Sisik
bawah melebihi hidung ikan tersebut dan bentuk serta ekor ikan Barakuda
adalah forked. Selain itu, ikan Barakuda memiliki duri punggung 6, duri
punggung lunak 9, duri dubur 1 dan sirip dubur lunak 10. Ikan Barakuda
dibedakan oleh 2 sirip ekor emarginate dengan ujung yang pucat pada
setiap lobus dan juga terdapat bercak hitam yang tersebar di sisi bawah.
Bagian atas kepala antara mata yang datar atau cekung dan memiliki mulut
yang besar.
Ordo : Perciformes
Famili : Terapontidae
Genus : Terapon
ctenoid, duri sirip terdiri dari duri keras dan lunak. Ikan kerong – kerong
memiliki satu sirip pungung, sirip perut dan bentuk sirip ekor forked. Warna
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Parastromateus
dasarnya berlumpur sampai kedalaman 100 meter, sering masuk air payau
dan membentuk gerombolan besar. Ikan bawal hitam memiliki sisik sikloid,
sangat kecil dan mudah terkelupas. Sirip – siripnya berwarna agak gelap.
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Famili : Sciaenidae
Genus : Pennahia
atau tigawaja. Gulamah memiliki mulut lebar, gigi besar dan kecil pada
rahangnya. Gigi besar pada bagian ujung rahang atas, tanpa gigi taring.
berjari – jari keras 10, diikuti dengan 1 jari – jari keras yang bersambungan
dengan 25 – 28 jari – jari lemah. Sirip dubur berjari – jari keras 2 dan 7 jari
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Famili : Priacanthidae
Genus : Priacanthus
Ikan swanggi merupakan salah satu jenis ikan demersal dan biasanya
berwarna merah muda, memiliki mata besar dan pada sirip perutnya terdapat
bintik berwarna kehitam-hitaman. Bentuk dan letak mulut superior atau mulut
ikan terletak diujung bagian atas dan gigi kecil berjajar pada rahangnya.
Terdapat guratan sisi (lateral line) melengkung dari bagian tutup insang sampai
pangkal ekor. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 10 duri, 11 -13 jari lunak. Sirip
dubur (anal) dengan 3 duri, 13-14 jari lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai
bentuk sirip truncate atau melebar seperti kipas. Sirip perut (ventral) dengan
letak terhadap sirip dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat
juga 2 sirip dada (pectoral) yang terpisah di bagian sisi kanan dan kiri tubuh
ikan, dengan 8-19 jari lunak. Umumnya ikan ini memiliki daya tahan yang
sebagai berikut:
Ordo : Tetraodontiformes
58
Famili : Tetraodontidae
Genus : Lagocephalus
karakteristik mencari makan pada malam hari (nocturnal). Ikan laut yang
memiliki bentuk yang sangat unik, berbentuk bulat seperti bola bila sedang
untuk menakuti atau perlawanan diri dari musuh/predator. Ukuran dari ikan
tropis. Untuk warna ikan ini sendiri memiliki warna badan putih dengan
Bentuk dan letak mulut termasuk terminal atau mulut ikan terletak diujung
depan kepala. Terdapat guratan sisi (lateral line) akan tetapi pada
beberapa spesies banyak yang tidak terlihat jelas. Sirip punggung (dorsal)
dan dubur (anal) tidak terdapat duri akan tetapi terdapat 7-15 jari lunak.
Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk ekor sirip ekor truncate atau melebar
seperti kipas. Ikan buntal tidak mempunyai sirip perut (ventral), akan tetapi
59
dibagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan ini secara umumnya sangat
katak emas beracun, terutama pada bagian hati, dan kulitnya. Sedangkan
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Family : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Letak mulut superior dan memiliki prepelvic dan postpelvic scute. Ikan layur
memiliki duri sirip yan terdiri dari duri sirip keras dan lunak, jumlah sirip
ekor. Sirip dubur tereduksi menjadi spinules. Ikan layur memiliki warna
12. Ikan Ayam ayam (Abalistes stellaris Bloch & Schneider, 1801)
Ordo : Tetraodontiformes
Family : Balistidae
Genus : Abalistes
etong oleh masyarakat lekok. Ikan ayam ayam ini termasuk dalam famili
Memiliki kulit yang agak keras dan sisiknya cenderung besar di daerah
dekat sirip perut. Ikan ini merupakan ikan demersal atau hidupnya berada
di dasar perairan. Ikan ayam ayam memiliki warna tubuh abu – abu
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Selaroides
Ikan selar kuning (Selaroide leptolepis) adalah jenis ikan air laut yang
termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil berasal dari famili Carangidae.
Ikan selar kuning memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan pipih tegak
dengan pangkal ekor kecil. Ukuran panjang maksimum sekitar 18,5 cm.
Untuk warna ikan ini sendiri pada bagian punggung berwarna kebiruan dan
dibagian atas tutup insang serta sisi tubuh dan perut berwarna putih
keperakan (Gambar 22). Bentuk dan letak mulut terminal atau mulut ikan
melengkung dari bagian tutup insang sampai pangkal ekor. Terdapat 2 sirip
62
punggung (dorsal) terpisah, sirip dorsal pertama terdiri dari 8 duri dan sirip
dorsal kedua terdiri dari 1 duri, 24-26 jari lunak. Sirip dubur (anal) terdiri
dari2 duri, 21 -22 jari lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk sirip
forked atau bercagak. Sirip perut (ventral) pendek dengan letak terhadap
sirip dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga 2 sirip
terpisah di bagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan selar kuning termasuk
ikan laut perenang cepat dan kuat. Penyebaran ikan ini adalah semua laut
di daerah tropis dan semua lautan Indo-Pasifik. Ikan ini banyak tertangkap
yang tinggi.
sebagai berikut:
Ordo : Pleuronectiformes
Family : Psettodidae
Genus : Psettodes
pipih (lateral), mulut lebar posisi terminal dan kedua mata berada pada satu
sisi tubuh bagian atas. Ikan ini berenang diatas dasar, kadang
termasuk ikan demersal dengan tipe substrat yang digemari terutama pasir
Nama Lokal : Pe
sebagai berikut:
Ordo : Myliobatiformes
Famili : Dasyatidae
Genus : Dasyatis
Gambar 24. Dasyati zugei (Muller & Henle, 1841) dokumentasi penelitian
(2018)
perut rata dengan dada, celah insang terletak di bagian perut tepatnya di
bawah perut, spiracle terletak dalam bagian punggung, sirip dada melebar
sebagai berikut:
Ordo : Pleuronectiformes
Famili : Soleidae
Genus : Zebrias
letak mata disebelah kanan tubuh dan letak mulut terminal. Ikan lidah
memiliki tipe sisik ctenoid pada salah satu sisi tubuhnya dan duri sirip terdiri
dari duri lunak. Ikan lidah memiliki sirip punggung, ekor dan dubur yang
menjadi satu. Warna tubuh cokelat terang dengan garis – garis cokelat tua
sebagai berikut:
Ordo : Perciformes
Famili : Percoidei
Genus : Epinephelus
Ordo : Perciformes
Famili : Percoidei
Genus : Drepane
bentuk tubuh yang pipih dan ada bercak totol – totol hitam. Tubuhnya pipih
agak berbentuk segiempat. Ikan ketang – ketang memiliki mata yang cukup
besar. Sirip – siripnya berwarna kuning dan abu – abu. Ikan ketang –
Ikan ini dapat hidup di suatu perairan dengan kadar garam yang tinggi.
sebagai berikut:
Ordo : Myopsida
Famili : Loliginidae
Genus : Photololigo
dibedakan atas kepala, leher dan badan. Kepala cumi – cumi besar,
penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip yang
dengan air yang digunakan untuk bergerak dan cairan ini akan
menghambat lawan.
sebagai berikut:
Ordo : Sepioidae
Famili : Loliginidae
Genus : Sepiidae
69
sirip daging melingkari seluruh badan dan bagian belakang tubuh bundar.
kapur yang berbentuk lonjong dan berwarna putih. Sekitar mulut terdapat
delapan tangan pendek dan dua tangan panjang (tentakel). Tangan yang
sebagai berikut:
Ordo : Octopodidae
Famili : Octopoda
70
Genus : Octopus
Bagian tubuh gurita dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu badan,
Umumnya bentuk tubuh dari gurita agak bulat atau bulat pendek, tidak
kutil. Bagian utama dari tubuh gurita menyerupai gelembung dan diliputi
bagian pertemuan dengan kepala. Bentuk kepala dari gurita ini sangat jelas
sebagai berikut:
Ordo : Decapodas
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula. Warna
tubuhnya putih kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor.
sebagai berikut:
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
segienam pada tubuhnya. Memiliki 2 supit dan 4 pasang kaki jalan. Pada
kepiting jantan warna tubuhnya hijau dengan bintik – bintik putih pada
seluruh tubuhnya. Pada ujung supit dan kaki jalan berwarna biru terang
sebagai berikut:
Ordo : Pleuronectiformes
Famili : Cynoglossidae
73
Genus : Cynoglossus
(2018)
umumnya sekitar 20-30 cm. Bagian badan berwarna kecoklatan pada sisi yang
bermata (Gambar 31). Bagian kepala, mata, dan mulutnya tidak simetris,
walaupun pada tahap larva tubuhnya simetris. Kedua matanya berada di sisi kiri
(sisi atas), berdekatan satu sama lain. Bentuk dan letak mulut menyerong,
moncongnya tumpul agak bulat termasuk inferior atau mulut ikan terletak dibawah
Selatan, Laut Arafuru, Teluk Thailand, Teluk Benggala, dan di sepanjang pantai
Dari data hasil penelitian yang telah berlangsung, total jumlah jenis spesies
yang tertangkap oleh alat tangkap cantrang sebanyak 24 spesies dan jumlah
berat total kemudian menimbang berat per spesies. Berat total yang sudah
diketahui dibagi oleh berat per spesies maka diperoleh hasil jumlah individu dari
spesies. Dari jumlah total hasil tangkapan sebesar 29.307 individu dari 24 spesies
keanekaragaman yang didapat sebesar 2,76 hal ini menunjukkan bahwa tingkat
yang lebih baik. Sebaliknya keanekaragaman yang rendah (jumlah spesies sedikit)
menunjukkan sistem yang stress atau sistem yang sedang mengalami kerusakan,
jumlah individu tiap spesies ikan yang berhasil ditangkap. Semakin besar jumlah
spesies ikan dan variasi jumlah individu tiap spesies maka tingkat
demikian juga sebaliknya. Semakin kecil jumlah spesies ikan dan variasi jumlah
individu tiap spesies maka tingkat keanekaragaman ikan dalam suatu ekosistem
kriteria 0,6 ≤ E ≤ 1,0 yang artinya termasuk kategori keseragaman tinggi. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa penyebaran tinggi dan kestabilan komunitas juga
tergolong stabil. Krebs (1985) menyatakan bahwa semakin kecil nilai keseraaman
(E) maka semakin kecil pula keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu
yang mendominasi populasi sedangkan bila nilainya semakin besar maka akan
semakin besar pula keseragaman suatu populasi dimana jenis dan jumlah individu
tiap jenisnya merata atau seragam. Nilai indeks keseragaman juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, semakin merata penyebaran individu antar spesies, maka
76
juga menyatakan bahwa nilai indeks keseragaman jenis ikan berkisar antara 0 –
1. Kriteria nilai keseragaman jenis ikannya yaitu jika nilai E mendekati 0 maka
penyebaran individu antar jenis relatif tidak sama dan ada sekelompok individu
penyebaran individu antar jenis relatif sama. Artinya, penyebaran individu atau
antar spesies ikan di kecamatan Lekok relatif sama dan tidak ada sekelompok
antarspesies hasil tangkapan secara statistik maka perlu melakukan uji variasi
berat menggunakan uji One Way Anova (Analysis of variance). Data spesies dan
berat spesies hasil tangkapan cantrang dianalisis menggunakan SPSS dengan uji
One Way Anova. Hasil analisis variasi berat disajikan pada tabel 14 berikut ini:
Tabel 14. Hasil Uji Anova variasi berat spesies hasil tangkapan cantrang
Sum of Mean
Squares Df Squares F Sig.
Between Groups 1783,893 23 79,023 32,444 0,000
Within Groups 1110,650 456 2,436
Total 2928,176 479
Hasil analisis pada tabel 14, diperoleh nilai signifikasi (Sig.) < 0,05 yaitu
0,000 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa berat
antar spesies hasil tangkapan memiliki variasi atau perbedaan yang nyata.
Kemudian untuk mengetahui spesies apa yang memiliki perbedaan signifikan atau
nyata dilakukan dengan prosedur post hoc Least Significant Different (LSD) test.
Perbedaan signifikasi dapat diketahui dari tanda (*) pada kolom Mean Difference
(I-J). Tanda (*) menunjukkan perbedaan rata – rata (mean) yang signifikan antara
77
satu spesies dengan spesies lain. Berikut tabel rata – rata dan standar deviasi
berat spesies (kg) hasil tangkapan cantrang disajikan pada tabel 15 berikut ini:
Tabel 15. Rata - rata berat dan Standar Deviasi berat spesies (kg) hasil tangkapan
cantrang
No. N Spesies Notasi
1 20 Udang 0,91 ± 0,55a
2 20 Rajungan 0,92 ± 0,54a
3 20 Gurita 0,93 ± 0,49a
4 20 Lidah 0,98 ± 0,46 a
5 20 Ketang ketang 1,02 ± 0,54a
6 20 Lidah Zebra 1,05 ± 0,53a
7 20 Sotong 1,07 ± 0,65a
8 20 Kerapu Lumpur 1,15 ± 0,64a
9 20 Sebelah 1,23 ± 0,58a
10 20 Pari 1,28 ± 0,73a
11 20 Layur 1,3 ± 0,6a
12 20 Selar Kuning 1,3 ± 0,81a
13 20 Buntal 1,38 ± 0,83a
14 20 Ayam ayam 1,38 ± 0,74a
15 20 Bawal Hitam 1,83 ± 1ab
16 20 Swanggi 1,84 ± 0,95ab
17 20 Kerong kerong 2,05 ± 1,08ab
18 20 Gulamah 2,11 ± 1,09ab
19 20 Barakuda 2,57 ± 1,71ab
20 20 Kurisi 3,44 ± 2,18b
21 20 Beloso 3,5 ± 1,68b
22 20 Kuniran 5,5 ± 2,48c
23 20 Cumi cumi 7,45 ± 4,38d
24 20 Peperek 7,9 ± 3,55d
Keterangan: Notasi huruf dibelakang angka menunjukkan perbedaan secara
statistik pada nilai signifikasi sebesar 0,05.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 15, diketahui bahwa berat ikan
peperek memiliki perbedaan paling signifikan atau nyata terhadap ikan lain dengan
rata – rata berat (kg) ± standar deviasi yaitu 7,9 ± 3,55d. Hal ini dikarenakan Ikan
peperek adalah ikan yang memiliki umur pendek. Ikan peperek memiliki ukuran
yang kecil. Ikan yang berukuran besar memiliki kemampuan pulih lebih rendah
dibandingkan ikan yang berukuran kecil. Hal ini memungkinkan jumlah ikan yang
78
berukuran kecil lebih banyak di perairan sehingga hasil tangkapan didominasi oleh
Perbedaan signifikan lainnya juga terjadi pada cumi – cumi. Rata – rata berat
(kg) ± standar deviasi cumi – cumi yaitu 7,45 ± 4,38d. Banyaknya cumi – cumi yang
salah satu target utama nelayan yang paling luas penyebarannya di dunia
(Okutani, 2005). Selain itu, Triharyuni (2012), menyatakan bahwa cumi – cumi
banyak digemari karena mengandung nilai gizi yang tinggi. Hampir seluruh bagian
cumi sangat tinggi maka nelayan gencar untuk menangkap cumi – cumi. Dengan
mengetahui area dan waktu dimana ikan bisa tertangkap maka kegiatan
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, pada bulan November sampai awal bulan
Pada analisis tingkat keramahan lingkungan ini dapat dilakukan dengan tiga
cara untuk mengetahui tingkat keramahan lingkungan pada alat tangkap cantrang.
digunakan pada penelitian ini yaitu perbandingan ikan hasil tangkapan utama dan
selama penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya ikan target saja yang
tertangkap, tetapi ada juga ikan hasil tangkapan sampingan baik bycatch maupun
discard. Berdasarkan hasil dari wawancara nelayan ikan hasil tangkapan utama
yaitu ikan demersal (peperek, kuniran, kurisi, kerapu, barakuda, beloso, kerong –
kerong, gulamah, ayam ayam, sebelah, lidah, layur, bawal hitam), cumi – cumi,
udang dan rajungan. Sedangkan, hasil tangkapan sampingan yaitu ikan buntal,
13%
87%
Gambar 34. Proporsi spesies hasil tangkapan utama dan sampingan berdasarkan
berat (kg)
sebesar 87% dan hasil tangkapan sampingan sebesar 13% dari total berat ikan
80
yang tertangkap. Dengan nilai proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan
memnpunyai selektivitas spesies yang baik meskipun jika dilihat dari konstruksinya
besar proporsi hasil tangkapan utama terhadap hasil tangkapan sampingan maka
akan semakin selektif. Menurut Mallawa (2006), jika proporsi hasil tangkapan
utama > 60% maka alat dapat dikatakan ramah lingkungan. Jika menurut pada
kriteria tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dari segi proporsi hasil tangkapan
utama dan sampingan alat tangkap cantrang yang dioperasikan oleh nelayan di
Lekok ramah lingkungan dengan nilai proporsi hasil tangkapan utama sebesar
Ukuran panjang suatu ikan dapat digunakan untuk menentukan layak atau
tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap. Batasan ukuran panjang ikan yang
dikatakan layak tangkap yaitu pada saat ikan pertama kali matang gonad (lenght
matang gonad merupakan ukuran ikan yang tidak seharusnya ditangkap supaya
mencapai ukuran ikan layak tangkap. Dengan memberi peluang ikan untuk
recruitmen ikan kecil menjadi ikan dewasa akan dapat terus berjalan sehingga
keberadaan spesies ikan tetap terjaga. Maka dari itu kriteria yang paling kuat untuk
(Apriani, 2013). Menurut Surat Edaran Men KP. No. 72 (2016), tentang
kapasitas cantrang yaitu ukuran mata jaring (mesh size) minimal 2 inchi. Cantrang
di kecamatan Lekok belum sesuai dengan peraturan karena memiliki mesh size <
2 inchi yaitu 1 inchi artinya belum sesuai dengan peraturan yang peraturan yang
jumlah paling banyak dibandingkan dengan ikan lainnya, yaitu ikan peperek, ikan
kuniran, ikan kurisi dan ikan beloso. Berikut data persebaran panjang tiap ikan:
Berikut data persebaran kelas panjang ikan peperek pada gambar 33.
14
12 Lm = 13 cm
12 11 11
10
Frekuensi
8 7
6
6
4 3
0
8-8.5 8.6-9 9.5-10 10.5-11 11.5-12 13
Kelas Panjang (cm)
Gambar 35. Lenght at first maturity (Lm) ikan peperek berdasarkan penelitian
Permatachani et al., (2016)
ekor ikan peperek yang tertangkap sudah layak. Sedangkan, ikan yang belum
Berikut data persebaran kelas panjang ikan kuniran dapat dilihat pada gambar 36.
14
12 12
12
10
Frekuensi 10 Lm = 14 cm
8
6
6 5 5
0
9.6-10.5 10.6-11.2 11.3-12.4 12.5-13.0 13.5-14.8 15.2-16.3
Kelas Panjang (cm)
Gambar 36. Lenght at first maturity (Lm) ikan kuniran berdasarkan penelitian
Meylawati (2018)
ekor ikan kuniran yang tertangkap sudah layak. Sedangkan, ikan yang belum layak
Berikut data persebaran kelas panjang ikan kurisi dapat dilihat pada gambar 37.
16
14 Lm = 17 cm
14
12
10
Frekuensi
10
8
8 7
6
6 5
4
2
0
11.0-15.0 15.5-16.5 16.8-17.4 17.5-18.0 18.3-19.3 19.4-21.7
Kelas Panjang (cm)
Gambar 37. Lenght at first maturity (Lm) ikan kurisi berdasarkan penelitian
Sadhotomo (2012).
83
terdapat 22 ekor ikan kurisi yang tertangkap sudah layak. Sedangkan, ikan yang
Berikut data persebaran kelas panjang ikan beloso dapat dilihat pada gambar 38.
12 11 11
Lm = 17 cm
10 9
8
8 7
Frekuensi
6
4
4
0
12.5-16.4 16.5-18.6 19-21 21.5-23.4 23.5-26.8 27-28.5
Kelas Panjang (cm)
Gambar 38. Lenght at first maturity (Lm) ikan beloso berdasarkan penelitian Dewi
et al., (2016)
Berdasarkan data distribusi panjang ikan beloso menunjukkan bahwa seluruh ikan
yang tertangkap belum layak tangkap karena masih dibawah Lm dapat dilihat pada
lampiran 7.
belum layak tangkap karena panjang ikan masih dibawah Lm (lenght at first
maturity). Besar persentase ikan yang sudah layak tangkap yaitu 17%, sedangkan
83% lainnya belum layak tangkap. Diketahui jumlah ikan layak tangkap dibawah
60% maka dapat dikatakan bahwa dari segi ukuran layak tangkap cantrang yang
menggunakan satuan kilogram per jenis ikan. Per kilogram ikan mempunyai harga
masing – masing per jenis ikan. Ikan yang dijual kepada pengepul masih dalam
keadaan segar karena setelah ikan diambil dari jaring langsung dijual, terkadang
pengepul sudah menunggu ketika ikan belum sepenuhnya diambil semua jaring.
pemanfaatan hasil tangkapan utama dan sampingan tersaji pada Tabel 17.
dalam pemanfaatannya dibagi menjadi dua yaitu dijual dan dikonsumsi sendiri.
Ikan yang dikonsumsi sendiri merupakan hasil tangkapan pada saat mendapatkan
hasil tangkapan sampingan ada yang dimanfaatkan dan ada yang tidak
85
karena jumlahnya yang sedikit. Ikan yang tidak dimanfaatkan akan langsung
dibuang ke laut karena ikan tersebut beracun dan tidak dapat dikonsumsi oleh
dengan dampak yang akan terjadi pada ekosistem yang ada di laut. Dimana ketika
ada ikan – ikan yang tidak diinginkan oleh nelayan dan dianggap tidak bisa
dimanfaatkan maka akan langsung dibuang ke laut. Menurut Hall (1999), biasanya
ikan yang dibuang langsung ke laut kemungkinan hidupnya kecil atau sudah dalam
keadaan mati dan ini akan menjadi sampah organik yang nantinya akan
utama sebesar 87% dan hasil tangkapan sampingan sebesar 80% maka dapat
dikatakan bahwa dilihat dari tingkat pemanfaatan ikan hasil tangkapan unit
tingkat keramahan lingkungan pada alat tangkap cantrang. Hal ini untuk
tangkapan utama dan sampingan, panjang ikan layak tangkap dan tingkat
pemanfaatan ikan hasil tangkapan utama dan sampingan. Hasil Penilaian tingkat
Penarikan kesimpulan: *)
skor, faktor hasil tangkapan utama mendapatkan nilai 4, panjang ikan layak
mendapatkan nilai 3. Total skor diperoleh yaitu 8, dan nilai 8 ini berada pada range
6 – 8 yang artinya dapat dikatakan bahwa alat tangkap cantrang yang dioperasikan
kurang ramah lingkungan. Hal ini juga didukung dari faktor lain sesuai dengan
berdasarkan FAO (1995) dan Departemen Kelautan Perikanan tahun 2006 alat
selektivitas tinggi, tidak merusak habitat ikan, menghasilkan ikan berkualitas tinggi,
dampak terhadap biodiversitas rendah, tidak menangkap ikan yang dilindungi dan
bantuan papan untuk pembuka kedua bagian sayap. Papan ini dapat
87
Selain itu, diperkuat lagi oleh penilaian skor diatas bahwasanya cantrang di Lekok
menangkap ikan – ikan belum layak tangkap. Hal ini yang menjadikan cantrang
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
yaitu ikan pelagis kecil, ikan demersal, binatang bertubuh lunak dan
14,59% dengan total berat 158 Kg. Spesies terbanyak yang kedua berasal
duvaucelii) sebesar 13,76% dengan total berat 149 Kg. Kemudian spesies
dengan total berat 110 Kg. Sedangkan, hasil tangkapan yang paling sedikit
sebesar 80%.
89
5.2 Saran
2. Ukuran mata jaring pada bagian badan dan kantong cantrang perlu
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Irnawati., Susanto. A. 2013. Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Silir Yang
Berbasis di PPN Karangantu Kota Serang Provinsi Banten. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan. Vol. 2 No. 2 Hal : 151 – 158 ISSN 2302-6308.
Carpenter, K.E., and Niem, V.H. 1998a. The Living Marine Resources of the
Western Central Pacific. FAO. Vol.01.
Macia A, Abrantes KGS, Paula J. 2003. Thorn fosh Terapon jarbua (Forskal)
juvenile white shrimp Penaeus indicus H. Milne Edwards and brown
shrimp Metapenaeus monoceros (Fabricius): the effect of turbidity, prey
density, substrate type and pneumatophore density. Journal of
Experimental Marine Biology and Ecology, 291: 29-56.
Maulita, M., Mega S. Studi Pengamatan Aspek Perikanan dan Aspek Biologi Ikan
Petek (Leiognathus equulus) yang di Daratkan di PPI Kamal Muara,
Jakarta Utara. Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. (2)
Permatachani, A., Mennofatria. B., Mohammad. M.K. 2016. Kajian Stok Ikan
Peperek (Leiognathus equulus) Berdasarkan Alat Tangkap Jaring
Rampus di Perairan Selat Sunda. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan. 7 (2) : 107-116.
Prasetyo, B.A., Sahala. H., Agus. H. 2014. Sebaran Spasial Cumi-Cumi (Loligo
Spp.) Dengan Variabel Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Data Satelit
Modis Aqua Di Selat Karimata Hingga Laut Jawa. Diponegoro Journal
of Maquares. 3 (1).51 -60.
Pratiwi, M. 2010. Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang
Hanyut dengan Ukuran Mata Jaring 3,5 Dan 4 Inci di Perairan Belitung
Provinsi Bangka Belitung. Skripsi. Mayor Teknologi dan Manajemen
Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sagala, E., M.R. Ridho., Nurliana., R. Yasinta., dan R. Haryani. 2012. Penuntun
Praktikum Iktiologi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya.
Subani, W., dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut Indonesia.
Balai penelitian Perikanan laut. Departemen Pertanian. Jakarta.
Sukarniati. 2008. Ukuran Panjang dan Bobot Ikan Kurisi (Nemipteridae) Hasil
Tangkapan Jaring Cantrang di Brondong Jawa Timur. Teknisi Litkayasa
pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru. Jakarta.
Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indoneia. Nomor 72/MEN-
KP/II/2016. Batasan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Cantrang di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
93
Yuspriadipura, A., D. Suprapto., dan Suryanti. 2014. Jenis dan Kelimpahan Ikan
pada Karang Branching di Perairan Pulau Lengkuas Kabupaten
Belitung. Journal of Maquares 3 (3): 52-57.