SKRIPSI
Oleh :
NUGROHO JAYANTO
NIM. 135080200111070
SKRIPSI
Oleh :
NUGROHO JAYANTO
NIM. 135080200111070
NIM : 135080200111070
PENGUJI PEMBIMBING:
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang ditulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
Mahasiswa
Nugroho Jayanto
i
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
7. Bapak Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si selaku Dosen Penguji 1.
8. Bapak Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT selaku Dosen Penguji 2.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
10. Pimpinan dan Staf Karyawan UPT. Pelabuhan dan Pengelolaan Sumberdaya
12. Seluruh keluarga besar PSP 2013 dan teman-teman yang tidak bisa saya
ii
RINGKASAN
iii
Nilai persentase spesies terbesar adalah ikan kurisi (Nemipterus
marginatus) sebesar 30,43 %, diikuti ikan swanggi (Heteropriacanthus
cruentatus) sebesar 16,51 %, dan ikan peperek (Leiognathus splendens) sebesar
12,88 %. Sedangkan hasil tangkapan yang paling sedikit yaitu ikan lidah
(Cynoglossus macrolepidotus) hanya sebesar 1,73 %.
Nilai tingkat keanekaragaman jenis spesies pada hasil tangkapan
cantrang sebesar 1,93 yang artinya termasuk kategori keanekaragaman sedang.
Sedangkan nilai tingkat keseragaman jenis spesies pada hasil tangkapan
cantrang sebesar 0,70 yang artinya juga termasuk kategori keseragaman tinggi.
iv
KATA PENGANTAR
Timur” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana perikanan di
bimbingan:
1. Ir. Martinus, MP
2. Ir. Sukandar, MP
Tuban. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan infomasi bagi
Penulis,
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .......................................................................................................iii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Kegunaan .............................................................................................. 4
1.5 Jadwal Pelaksanaan .............................................................................. 4
vi
3.6.3 Analisis Keseragaman .................................................................. 24
3.6.4 Analisis Variasi Berat Hasil Tangkapan ........................................ 25
3.7 Alur Penelitian ..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 67
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
x
1. PENDAHULUAN
Teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Unit Pelaksana
alat tangkap di Bulu, Kabupaten Tuban yang dioperasikan di pesisir pantai utara,
antara lain alat tangkap cantrang, payang, purse seine, gill net, bubu dan
tarik (seine nets). Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk
1
menangkap ikan demersal yang secara garis besar terdiri dari bagian sayap,
badan dan kantong. Alat tangkap cantrang diindikasikan sebagai alat tangkap
ikan yang kurang ramah lingkungan karena hampir mirip dengan trawl yang
dilarang oleh pemerintah yang menangkap ikan ukuran kecil maupun sedang
yang ada di Bulu, Kabupaten Tuban ialah Ikan-ikan demersal. Ikan demersal
mempunyai nilai ekonomis tinggi karena cita rasanya khas dan digemari
konsumen. Ikan demersal adalah ikan yang hidup di dasar perairan (Sudirman,
2008).
Untuk menentukan kekayaan jenis ikan pada wilayah perairan dan tingkat
2
1.2 Rumusan Masalah
Kabupaten Tuban?
Kabupaten Tuban?
Kabupaten Tuban.
Kabupaten Tuban.
3
1.4 Kegunaan
Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai
berikut :
1) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan acuan untuk
3) Bagi Nelayan
dan pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2017. Setelah pelaksanaan
dimulai bulan April - Mei 2017. Untuk melihat jadwal kegiatan penelitian dapat
4
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian
Jenis
Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan
Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
Judul
Pembuatan
Proposal
Konsultasi
Proposal
Pelaksanaan
Skripsi
Pengambilan
Data
Penyusunan
Laporan
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
ialah alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut pukat dengan
gerombolan ikan, penarikan dan pengangkatan pukat (hauling) dari atas kapal.
Cantrang merupakan salah satu alat penangkapan ikan dasar dari jenis pukat
tarik yang banyak dipergunakan oleh nelayan skala kecil dan skala menengah,
cantrang termasuk dalam klasifikasi pukat tarik berperahu (boat seines) dengan
Agriculture Organization).
dalam jenis pukat tarik (seine nets). Alat tangkap ini berfungsi untuk menangkap
manusia ataupun bantuan mesin. Berdasarkan bentuknya alat tangkap ini mirip
dengan payang, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Secara konstruksi
cantrang terbuat dari jaring dengan dua panel (seam), memiliki bentuk dan
ukuran sayap yang sama pada dua buah sisinya tanpa dilengkapi alat pembuka
demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan
pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong,
6
badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dan
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Alat tangkap ini juga merupakan alat tangkap
yang modern dan fleksibel, karena alat tangkap ini dapat dioperasikan oleh
Tahun 2015 berisi tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat
hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan
ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) telah mengakibatkan
pukat hela dasar (bottom trawls), pukat hela pertengahan (midwater trawls),
pukat hela kembar berpapan (otter twin trawls) dan pukat dorong. Sedangkan
alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets) sebagaimana dimaksud terdiri dari
pukat tarik pantai (beach seines) dan pukat tarik berkapal (boat or vessel seines).
Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines) sebagai contoh seperti alat tangkap
dogol (danish seines), scottish seines, pair seines, payang, cantrang, dan
lampara dasar.
bagian-bagian dari alat tangkap cantrang terdiri dari sayap/kaki pukat, badan
7
pukat, kantong pukat, danleno, tali ris atas, tali ris bawah, dan tali selambar.
Konstruksi alat tangkap cantrang secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
1) Sayap/kaki pukat (wing) : bagian pukat yang terpanjang dan terletak di ujung
depan pukat tarik cantrang. Sayap pukat terdiri dari sayap panel atas (upper
2) Badan pukat (body) : bagian pukat yang terpendek dan terletak di antara
3) Kantong pukat (cod) : bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat
tarik cantrang
balok kayu/pipa besi atau besi berbentuk segitiga yang dipergunakan sebagai
alat perentang sayap pukat (ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung
5) Tali ris atas (head rope) : tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan
menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat
bagian atas
6) Tali ris bawah (ground rope) : tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan
7) Tali selambar (warp rope) : tali yeng berfungsi sebagai penarik pukat
Menurut Lestariono, et.al (2013), cantrang adalah alat tangkap jenis pukat
kantong yang memiliki sayap yang sama panjangnya, posisi yang sama antara
mulut bagian atas dan bagian bawah. Sedangkan dari bentuknya alat tangkap
cantrang tersebut adalah sayap (wing) berfungsi untuk menghalau ikan agar
masuk ke dalam kantong (bahan dan mesh size : PE dan 6–8 inchi), badan
8
(body) berfungsi untuk mengkonsentrasikan ikan menuju ke kantong (bahan dan
mesh size : PE dan 6–8 inchi), kantong (code end) berfungsi untuk menampung
Menurut Subani dan Barus (1989), cantrang sudah sejak lama dikenal
oleh nelayan Indonesia terutama di pantai utara Jawa. Alat tangkap cantrang
tergolong klasifikasi alat tangkap pukat tarik (seine nets). Pada prinsipnya alat
tangkap ini terdiri atas beberapa bagian utama yaitu bagian kantong (cod end),
penyusun lainnya seperti mulut (mouth), tali ris atas (head rope), tali ris bawah
(ground rope), tali selambar (warp rope), pelampung (float) dan pemberat
(sinker). Ukuran besar kecilnya pukat tarik cantrang sangat beragam di berbagai
daerah di perairan pantai utara Jawa, tergantung dari ukuran kekuatan kapal dan
daya motor penggerak kapal. Untuk melihat bentuk baku konstruksi alat tangkap
Penurunan pukat dilakukan dari salah satu sisi lambung bagian buritan
9
Penarikan dan pengangkatan pukat dilakukan dari buritan perahu/kapal
1) Tahap persiapan
perbekalan dan pengecekan alat-alat yang digunakan. Pada tahap awal nelayan
2) Tahap setting
diikuti dengan tali selambar sisi kiri mulai diturunkan. Posisi tali selambar sisi
kanan dan sisi kiri sudah berada di gardan yang akan mempermudah untuk
3) Tahap hauling
Setelah proses setting selesai maka tali selambar ditarik dan jaring mulai
seperti alat tangkap yang menangkap ikan demersal lainnya. Jaring melingkari
adalah melingkari area perairan tertentu kemudian jaring ditarik ke kapal. Dengan
demikian ikan yang berada di area perairan tersebut akan masuk ke dalam
jaring. Alat tangkap cantrang akan efektif jika digunakan diperairan dasar yang
10
rata, berlumpur atau berpasir, tidak terdapat karang maupun benda-benda yang
daerah yang diduga terdapat kawanan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak
perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi
tujuan penangkapan berada dalam air dan tidak terlihat dari permukaan air
Salah satu syarat untuk daerah penangkapan yaitu keadaan daerahnya aman,
tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan
(Suheri, 2010).
tangkap cantrang antara lain adalah perairan berpasir ataupun berlumpur, tidak
ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan
sama dengan trawl. Cantrang dioperasikan pada daerah perairan yang dasarnya
datar dengan substrat berlumpur atau berpasir, tidak berbatu karang dan tidak
yang baik apabila memenuhi beberapa syarat yaitu daerah tersebut terdapat ikan
11
mudah dan sempurna, lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah
dijangkau oleh perahu dan keadaan daerah pengoperasiannya aman dan tidak
kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan
alat tangkap cantrang pada umumnya memiliki kapasitas antara 10-30 GT (Gross
Tonnage). Panjang kapal berkisar antara 12-15 meter dan lebar antara 6-8
meter. Bentuk badan kapal cantrang adalah U bottom. Hal ini karena pada saat
baik.
diinvestasikan untuk kapal. Oleh sebab itu, perencanaan kapal ikan sangat
dioperasikan dengan kapal yang berukuran >5 GT hingga 20 GT. Kapal yang
digunakan terbuat dari kayu dan menggunakan mesin dalam (inboard engine).
12
orang atau lebih dan jaring masih ditarik dengan tangan. Seiring berjalannya
waktu, cantrang telah dimodifikasi menjadi alat tangkap aktif dengan cara ditarik
menggunakan sebuah kapal yang dilengkapi dengan gardan sebagai alat bantu
untuk menarik jaring. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2005 Dinas Perikanan
dan Kelautan Jawa Tengah dan Jawa Timur telah mengijinkan cantrang
beroperasi dengan kapal yang berbobot di bawah 30 GT. Kebijakan ini telah
saat operasi penangkapan yang sedang dilakukan serta kedalaman alat tangkap
ikan selar (Caranx sp), ekor kuning (Caesio erytrograster), peperek (Leiognathus
demersal baik yang berupa ikan maupun satwa ikan laut lainnya. Jenis ikan
lapisan dasar laut. Beberapa contoh ikan-ikan demersal yang tertangkap oleh
13
(Leiognathus equulus), biji nangka (Upeneus mullocensin), gulamah
erumeri), cucut (Eusphyra sp), beloso (Saurida tumbil) dan jenis-jenis krustasea
cantrang, maka jenis ikan yang tertangkap adalah didominasi ikan demersal.
Akan tetapi tidak seluruhnya hasil tangkapan ikan adalah berupa ikan demersal,
melainkan juga ikan pelagis, udang, dan non ikan (cumi-cumi dan sotong). Hal ini
secara umum alat ini menangkap hampir semua jenis ikan dasar dalam berbagai
ukuran, beberapa ikan pelagis, cumi, dan sotong. Demikian halnya apabila
dioperasikan di perairan yang dalam, maka pada saat jaring ditarik ke atas kapal
akan melewati air dimana ikan pelagis hidup, sehingga ikan pelagis juga dapat
tangkapan yang tertangkap dari hasil kegiatan operasi penangkapan ikan. Data-
data tersebut yang nantinya akan bermanfaat sebagai bahan informasi untuk
mengetahui kondisi pada suatu perairan dan juga sebagai informasi dan bahan
spesies ikan yang tertangkap oleh alat tangkap tertentu ataupun dominasi
14
spesies hasil tangkapan terhadap alat tangkap tertentu. Komposisi berarti
susunan, sehingga komposisi hasil tangkapan ialah susunan jenis atau spesies
sumberdaya ikan yang tertangkap dari hasil kegiatan operasi penangkapan ikan.
Data hasil tersebut yang nantinya berguna untuk pihak-pihak yang memerlukan
seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, nelayan, dan para pelaku usaha
penangkapan.
identitas individu atau spesies ke dalam suatu takson dengan melihat spesies
yang identitasnya sudah jelas berdasarkan sumber identifikasi yang sudah ada.
Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap
suatu jenis spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya. Identifikasi jenis ikan
misalnya Carpenter & Volker untuk mengetahui nama-nama ilmiah dari ikan.
Nama ilmiah dari setiap jenis terdiri dari nama genus dan spesies, sedangkan
nama-nama umum dan lokal didasarkan pada informasi yang dikumpulkan oleh
para nelayan.
Menurut Sagala, et.al (2012), identifikasi adalah tugas untuk mencari dan
identifikasi. Data kekayaan jenis ikan di Indonesia masih belum akurat sehingga
adanya identifikasi jenis-jenis ikan untuk mengetahui tingkat kekayaan jenis ikan
pelestarian sumberdaya.
15
2.10 Keanekaragaman
stabil dicirikan oleh kondisi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang
tinggi dapat digunakan sebagai indikasi komunitas dalam lingkungan yang stabil,
2.11 Keseragaman
individu pada suatu spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. Indeks
dominansi dalam suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis melimpah dari
16
Menurut Yuspriadipura, et.al (2014), indeks keseragaman merupakan
komunitas maka ada dominasi oleh salah satu spesies tertentu. Indeks
perairan tertentu.
17
3. METODE PENELITIAN
Kegiatan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 di Unit
Materi yang digunakan dalam penelitian ini ialah data terkait tentang
18
Sedangkan bahan yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini adalah :
survey. Metode deskriptif survey yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui
unsur, sifat maupun ciri-ciri suatu keadaan. Metode ini dimulai dengan
Langkah awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini ialah melakukan
Data primer sebagai data yang diperoleh secara langsung dari sumber
yang ada di lapang atau tempat kegiatan penelitian. Data primer yang digunakan
19
tangkap yang diidentifikasi meliputi penentuan panjang jaring, mesh size,
panjang, bahan dan diameter tali jaring. Adapun cara pengukuran pada
Pengukuran panjang jaring diukur dari ujung depan salah satu sayap
sampai ujung belakang kantong, atau hasil penjumlahan dari panjang bagian
Cara mengukur :
2) Panjang sayap bawah : diukur dari ujung depan sayap sampai mulut
3) Panjang badan : diukur dari sambungan antara sayap dan badan jaring
alat tangkap yaitu bagian sayap, bagian badan dan bagian kantong pada
umumnya berbeda.
Cara mengukur mata jaring (mesh) yakni diukur dari jarak antar
pertengahan simpul yang satu dengan lainnya yang berhadapan, dari mata jaring
dalam keadaan teregang sempurna. Satuan panjang mata jaring yang digunakan
biasanya milimeter (mm), sentimeter (cm) atau inchi. Untuk melihat pengukuran
20
Keterangan :
Tali jaring untuk alat tangkap cantrang terdiri dari tali yang melekat di
sayap dan tubuh jaring yang disebut tali ris atas dan tali ris bawah serta tali
mengukur panjang tali dan alat jangka sorong untuk mengukur diameter tali.
Bagian-bagian yang diukur adalah tali ris atas, tali ris bawah dan tali selambar
dengan masing-masing informasi terdiri dari panjang tali (m), bahan tali dan
dengan mengamati ciri-ciri morfologi pada sampel ikan hasil tangkapan cantrang.
Ciri-ciri yang diamati meliputi bentuk tubuh, pola warna, bentuk kepala, posisi
mulut, bentuk sirip dan ekor. Selanjutnya identifikasi jenis ikan menggunakan
buku identifikasi Carpenter dan Volker (1998a, 1998b, 1999a, 1999b, 2001a,
21
2001b) untuk menentukan taksonomi ikan hasil tangkapan. Didalam identifikasi
cantrang
cantrang
identifikasi
dengan pengambilan data hasil tangkapan langsung dilapang, baik dari kapal
Data sekunder merupakan data yang telah diolah sebelumnya atau data
yang telah diolah lebih lanjut, digunakan untuk menambah pengetahuan peneliti
dan memperkuat data primer yang telah diambil. Dalam kegiatan penelitian ini
yang menjadi sumber data sekunder adalah dari instansi terkait, media, studi
22
literatur atau jurnal, situs di internet yang berhubungan dengan penelitian ini
Data berupa nama spesies, berat per spesies dan berat total ikan hasil
tangkapan per trip tiap kapal yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasi ke
hasil tangkapan cantrang. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data
berat setiap spesies ikan dan berat seluruh hasil tangkapan (Kg). Setelah itu
wilayah perairan dapat dihitung pada setiap alat tangkap dengan persamaan
sebagai berikut :
𝑛𝑖
P = 𝑥 100 %
𝑁
Keterangan :
23
3.6.2 Analisis Keanekaragaman
H ′ = −∑(Pi. Ln(Pi)
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman
Pi = Perbandingan antara jumlah individu dari spesies ke-i dengan jumlah total
individu (ni/N)
komunitas rendah.
komunitas sedang.
komunitas tinggi.
𝐻′
𝐸 = ′
𝐻 𝑚𝑎𝑥
24
Keterangan :
E = Indeks keseragaman
berikut :
hasil tangkapan antar spesies diperoleh dengan menggunakan data berat per
spesies hasil tangkapan per trip tiap kapal yang melakukan pengulangan. Untuk
memiliki berat spesies hasil tangkapan bervariasi dan diperlukan uji lanjutan
menggunakan prosedur post hoc untuk mengetahui variabel mana yang memiliki
perbedaan yang signifikan atau nyata. Tetapi jika nilai signifikansi >0,05, maka
H0 diterima H1 ditolak yang artinya memiliki berat spesies hasil tangkapan tidak
bervariasi.
25
3.7 Alur Penelitian
MULAI
Pengolahan Data
1. Analisis Deskriptif
2. Analisis Statistik
- One-Way ANOVA
- Indeks Shannon-Weaner
SELESAI
26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelautan dan Perikanan Bulu Tuban berada di Jalan Raya Tuban - Semarang km
transportasi mudah terjangkau. Untuk melihat lebih jelas peta lokasi penelitian
27
4.2 Alat Tangkap Cantrang
dari bahan jaring, seperti kantong besar berbentuk seperti kerucut dan semakin
bagian utama yaitu sayap, badan serta kantong. Sayap mempunyai fungsi
sebagai penggiring ikan masuk kedalam badan, dan selanjutnya ikan akan
hasil tangkapan. Cantrang tidak dilengkapi alat pembuka mulut jaring, berupa
papan (otter board) dan untuk penarikan tali selambar menggunakan gardan dari
atas kapal. Cantrang dioperasikan pada dasar perairan dengan ikan demersal
(hauling) dari atas kapal. Dalam proses penarikan pukat dapat menggunakan
tenaga manusia ataupun bantuan mesin. Alat tangkap cantrang berfungsi untuk
sayap, badan dan kantong berbahan tali PE (polyethylene) dengan panjang dan
mesh size yang berbeda. Alat tangkap juga dilengkapi dengan tali ris
28
(atas/bawah) yang terbuat dari bahan PE (polyethylene) dan tali selambar terbuat
dari bahan campuran serat alami dan sintetis. Pelampung yang digunakan pada
alat tangkap cantrang terdiri dari dua yaitu pelampung tanda terbuat dari
stereofoam dilengkapi tiang bendera pada bagian atasnya dan pelampung utama
terbuat dari bahan PVC (polyvinyl chloride) berbentuk seperti bola. Sedangkan
bagian pemberat terbuat dari timah yang terangkai dengan tali ris bawah, Untuk
pada bagian jaring bagian bawah. Untuk melihat ukuran alat tangkap dapat
29
9 Pemberat
• Bahan Timah Timah Timah
• Bentuk Silinder Silinder Silinder
• Jumlah 90 85 100
10 Pelampung tanda
• Bahan Stereofoam Stereofoam Stereofoam
• Bentuk Kubus Kubus Kubus
• Jumlah 1 1 1
menyimpan hasil tangkapan. Kapal yang digunakan alat tangkap cantrang oleh
Data mengenai ukuran kapal alat tangkap cantrang diperoleh melalui pengukuran
kapal. Untuk melihat data ukuran kapal cantrang yang ada di Bulu, Kabupaten
30
4.2.3 Cara Pengoperasian Cantrang
terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap setting, dan tahap
hauling.
1) Persiapan
pagi hari pada pukul 04.00 WIB. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan di
Persiapan di darat meliputi bahan bakar solar dan satu balok es untuk
sebungkus nasi ataupun jajanan pasar dan satu galon air mineral. Sedangkan
berada di laut Jawa sekitar perairan Tuban dengan operasi penangkapan one
day fishing. Wilayah penangkapan berkisar antara 15-20 mil antara fishing
2) Setting
pelampung tanda akan diikuti dengan gerakan kapal bergerak menurunkan salah
31
satu sisi tali selambar membentuk setengah lingkaran, kemudian jaring
diturunkan. Selanjutnya sisi tali selambar yang lain diturunkan dengan gerakan
kapal melingkar sampai kembali lagi pada titik awal pelemparan pelampung
3) Hauling
kapal dimatikan dan mesin bantu untuk gardan dinyalahkan. Kedua ujung sisi tali
penarikan tergantung kekuatan mesin bantu serta panjang tali selambar yang
dengan katrol yang telah dipasang di bagian tengah atas kapal. Pengangkatan
mulai dilakukan ketika jaring sudah mulai terlihat dari permukaan dengan
25-35 menit. Nelayan mulai kembali menuju fish base siang hari pada pukul
13.00 WIB.
morfologi dan menggunakan buku referensi Carpenter dan Volker (1998a, 1998b,
32
1) Ikan Barakuda/Alu-Alu
Ordo : Perciformes
Famili : Sphyraenidae
Genus : Sphyraena
Volker (2001b)
malam hari (nocturnal) berukuran medium. Bentuk tubuh panjang dan silinder
dengan 65 cm. Untuk warna ikan ini sendiri memiliki warna badan perak dengan
pola warna kehitaman pada bagian punggung dan terdapat guratan sisi (lateral
line) (Gambar 4). Bentuk dan letak mulut termasuk superior atau mulut ikan
terletak diujung bagian atas. Terdapat 2 sirip punggung (dorsal), dorsal pertama
terdiri dari 5 duri keras dan dorsal kedua terdiri dari 2 duri keras, 7-10 duri lunak.
Sirip dubur (anal) terdiri dari 2 duri keras, 7-9 duri lunak. Sirip ekor (caudal)
mempunyai bentuk ekor forked atau bercagak dengan warna coklat kehitaman.
33
Sirip perut (ventral) terdiri dari 1 duri keras, 5 duri lunak dengan letak terhadap
sirip dada (pectoral) termasuk abdominal atau terletak jauh kebelakang. Terdapat
juga 2 sirip dada (pectoral) berukuran pendek yang terpisah di bagian sisi kanan
dan kiri tubuh ikan. Ikan barakuda mendiami daerah perairan dangkal, daerah
teluk, estuari, sekitar terumbu karang dan juga berada di daerah perairan
permukaan laut.
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Parastromateus
Volker (1999b)
atau yang hidup didasar laut. Bentuk tubuhnya pipih dengan badan lebar
34
panjangnya bisa mencapai 60 cm. Untuk warna ikan ini sendiri memiliki warna
badan coklat kehitaman dan terdapat guratan sisi (lateral line) (Gambar 5).
Bentuk dan letak mulut termasuk terminal atau mulut ikan terletak diujung depan
kepala. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 5 duri keras, 41-44 jari lunak. Sirip
dubur (anal) hampir sama, terdiri dari 3 duri keras, 35-39 jari lunak. Sirip ekor
(caudal) bentuk ekor forked atau bercagak. Ikan bawal hitam tidak mempunyai
sirip perut (ventral) akan tetapi terdapat 2 sirip dada (pectoral) berbentuk
melengkung dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan
lebar. Ikan bawal hitam merupakan herbivora yang cenderung bersifat omnivora,
selain suka memakan tumbuhan juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan
kecil lainnya.
3) Ikan Beloso
Ordo : Aulopiformes
Famili : Synodontidae
Genus : Harpadon
35
Ikan beloso (Harpadon transluscens) adalah salah satu jenis ikan
memanjang, ramping, dan silinder dengan panjang dapat mencapai 65 cm. Untuk
warna ikan ini sendiri memiliki warna putih keperakan pada bagian perutnya
dengan pola warna abu-abu kecoklatan pada bagian punggungnya dan terdapat
guratan sisi (linea lateralis) berada diatas sirip dada hingga pangkal ekor
(Gambar 6). Bentuk dan letak mulut terminal atau mulut ikan terletak diujung
depan kepala. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 2-4 duri keras, 14-15 duri lunak.
Sirip dubur (anal) terdiri dari 10-11 duri lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai
bentuk ekor forked atau bercagak dengan warna coklat kehitaman. Sirip perut
(ventral) terdiri dari 14-15 duri lunak dengan letak terhadap sirip dada (pectoral)
termasuk abdominal atau terletak jauh kebelakang. Terdapat juga 2 sirip dada
(pectoral) berukuran pendek yang terpisah dibagian sisi kanan dan kiri tubuh
ikan. Diantara sirip punggung dan sirip ekornya terdapat sembulan kulit yang
Ordo : Perciformes
Famili : Mullidae
Genus : Upeneus
36
Gambar 5. Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855), berdasarkan hasil
dokumentasi penelitian
dan sering disebut ikan kuniran dan juga belanak merah. Bentuk tubuh pipih dan
dengan 20 cm. Untuk warna ikan ini sendiri memiliki warna badan putih dengan
warna merah muda pada bagian punggung, serta terdapat satu garis berwarna
kuning emas mencolok serta 2 garis kuning samar-samar dari belakang bagian
atas mata sampai dengan sirip ekor (Gambar 7). Bentuk dan letak mulut
termasuk terminal atau mulut ikan terletak diujung depan kepala, dibawah
dagunya terdapat dua sungut sebagai peraba untuk mencari makanan didasar
laut dan terdapat guratan sisi (lateral line). Terdapat 2 sirip punggung (dorsal)
terpisah, sirip dorsal pertama terdiri dari 8 duri lunak dan sirip dorsal kedua terdiri
dari 9 jari lunak. Pada sirip anal terdiri dari 1 duri keras, 7 jari lunak. Sirip ekor
(caudal) mempunyai bentuk ekor forked atau bercagak. Sirip perut (ventral) terdiri
dari 1 duri keras, 5 jari lunak dengan letak terhadap sirip dada (pectoral)
termasuk abdominal atau terletak jauh kebelakang. Terdapat juga 2 sirip dada
(pectoral) berukuran pendek yang terpisah dibagian sisi kanan dan kiri tubuh
ikan. Ikan biji nangka merupakan ikan demersal dengan habitat perairan yang
37
berlumpur dengan kedalaman 10-80 m dan juga sering mencari makan pada
5) Ikan Buntal
Ordo : Tetraodontiformes
Famili : Tetraodontidae
Genus : Lagocephalus
mencari makan pada malam hari (nocturnal). Ikan laut yang memiliki bentuk yang
sangat unik, berbentuk bulat seperti bola bila sedang mengembangkan diri.
perlawanan diri dari musuh/predator. Ukuran dari ikan buntal bisa mencapai
panjang hingga 80 cm serta tersebar luas di negara tropis. Untuk warna ikan ini
sendiri memiliki warna badan putih dengan warna kuning keemasan pada hampir
ragam warnanya (Gambar 8). Bentuk dan letak mulut termasuk terminal atau
38
mulut ikan terletak diujung depan kepala. Terdapat guratan sisi (lateral line) akan
tetapi pada beberapa spesies banyak yang tidak terlihat jelas. Sirip punggung
(dorsal) dan dubur (anal) tidak terdapat duri akan tetapi terdapat 7-15 jari lunak.
Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk ekor sirip ekor truncate atau melebar
seperti kipas. Ikan buntal tidak mempunyai sirip perut (ventral), akan tetapi
terdapat juga 2 sirip dada (pectoral) berukuran pendek yang terpisah dibagian
sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan ini secara umumnya sangat dikenal sebagai
vertebrata yang sangat beracun kedua di dunia setelah katak emas beracun,
terutama pada bagian hati, dan kulitnya. Sedangkan bagian daging banyak untuk
6) Ikan Gulamah
Ordo : Perciformes
Famili : Sciaenidae
Genus : Pennahia
Volker (2001a)
39
Ikan gulamah (Pennahia anea) mempunyai bentuk badan memanjang
dan terlihat pipih. Secara umum ukuran dari ikan gulamah bisa mencapai
panjang berkisar antara 20-30 cm. Untuk warna ikan ini sendiri memiliki warna
tubuh putih keperakan, warna keseluruhan sirip kecoklatan dengan bercak hitam
disekitar tutup insang (operculum) dan terdapat guratan sisi (lateral line) (Gambar
9). Bentuk dan letak mulut yang lebar termasuk terminal atau mulut ikan terletak
diujung depan kepala. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 10 jari keras,
bersambung dengan 22-24 jari lunak. Sirip dubur (anal) terdiri dari 2 jari keras, 7
jari lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk sirip ekor truncate atau melebar
seperti kipas. Letak sirip perut (ventral) terhadap sirip dada (pectoral) termasuk
thoracic atau sejajar. Terdapat juga 2 sirip dada (pectoral) berukuran pendek
yang terpisah dibagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan gulamah termasuk
jenis ikan omnivora namun lebih cenderung ke karnivora, pakan alaminya adalah
Famili : Hemiscylliidae
Genus : Chiloscyllium
40
Gambar 8. Chiloscyllium punctatum (Muller and Henle, 1838), berdasarkan hasil
dokumentasi penelitian
hiu dengan ukuran yang relatif kecil diantara jenis spesies hiu lainnya. Memliki
bentuk tubuh torpedo yang cukup ramping. Spesies ini yang pernah
Secara umum, warna kulit hiu bambu dewasa adalah putih abu-abu dan
kulit juga dihiasi oleh bintik-bintik poligonal bewarna gelap dan untuk yang
masih kecil (juvenile) berwarna coklat muda, biasanya tanpa pola warna
(Gambar 10). Bentuk dan letak mulut termasuk inferior atau mulut ikan terletak
dibawah kepala dan mempunyai gigi kecil tajam yang sama di kedua rahang.
Terdapat 2 sirip punggung (dorsal) terpisah dengan ukuran yang lebih besar di
bandingkan dengan sirip perut (ventral). Sirip ekor (caudal) sangat asimetris
dengan batang ekor yang silinder. Letak sirip perut (ventral) terhadap sirip dada
(pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga 2 sirip dada (pectoral)
berbentuk lebar menyerupai kipas, terpisah dibagian sisi kanan dan kiri tubuh
ikan. Hiu jenis ini mempunyai cara berenang seperti berjalan di dasar laut
menggunakan sirip dada dan sirip perutnya, tidak seperti kebanyak hiu
pada umumnya. Ikan hiu bambu dapat ditemukan di Indo-Pasifik Barat dari
41
besaran, baik untuk perdagangan serta konsumsi mengakibatkan populasi
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
(Gambar 11). Panjang maksimum yang dapat dicapai sampai 95 cm. Bentuk dan
42
letak mulut lebar termasuk superior atau mulut ikan terletak diujung bagian atas.
Terdapat guratan sisi (lateral line) melengkung dari bagian tutup insang sampai
pangkal ekor, akan tetapi tidak begitu terlihat. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari
11 duri, 14-16 jari lunak. Sirip dubur (anal) terdiri dari 3 duri, 8 jari lunak. Sirip
ekor (caudal) mempunyai bentuk rounded atau bulat. Sirip perut (ventral) juga
berbentuk bulat dengan letak terhadap sirip dada (pectoral) termasuk thoracic
atau sejajar. Terdapat juga 2 sirip dada (pectoral) yang terpisah di bagian sisi
kanan dan kiri tubuh ikan. Kerapu lumpur dikenal sebagai ikan yang rakus,
spesies ini merupakan pemangsa ikan-ikan kecil dan hewan krustasea yang
didapat dari dasar laut. Ikan kerapu lumpur hidup di terumbu karang dan muara
laut yang berlumpur pada kedalaman 30 hingga 100 meter. Kerapu lumpur dapat
9) Ikan Kurisi
Ordo : Perciformes
Famili : Nemipteridae
Genus : Nemipterus
43
Gambar 10. Nemipterus marginatus (Valenciennes, 1830), berdasarkan hasil
dokumentasi penelitian
atau ikan yang hidup didasar perairan. Bentuk tubuh relatif kecil dan berbadan
ramping dan agak gepeng. Ukuran umum rata-rata panjangnya adalah 16 cm,
panjang maksimum hanya mencapai sekitar 21,5 cm. Untuk warna ikan ini
sendiri memiliki warna badannya merah muda sedikit kemerahan dengan pola
garis berwarna kekuningan dibagian badan sampai pangkal ekor (Gambar 12).
Bentuk dan letak mulut berukuran kecil termasuk terminal atau mulut ikan terletak
diujung depan kepala. Terdapat guratan sisi (lateral line) melengkung dari bagian
tutup insang sampai pangkal ekor. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 10 duri
dengan 9 jari lunak, dimana jari lunak pertama dan kedua tumbuh memenjang
seperti serabut. Sirip dubur (anal) terdiri dari 3 duri, 7 jari lunak. Sirip ekor
(caudal) mempunyai bentuk forked atau bercagak. Sirip perut (ventral) dengan
letak terhadap sirip dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga
2 sirip dada (pectoral) yang terpisah di bagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Tipe
organisme yang hidup di dasar perairan. Kebanyakan ikan ini hidup di dasar laut
dengan jenis substrat berlumpur atau lumpur bercampur pasir. Ikan kurisi adalah
44
salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang cukup banyak tertangkap
dengan alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan seperti trawl dan
cantrang.
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Carangoides
masyarakat nelayan Bulu, Kabupaten Tuban. Ikan kuwe jenis Malabar trevally
banyak terdapat di perairan pantai. Badan pipih dengan bentuk oval berwarna
13). Panjang spesies maksimum yang kerap dijumpai mencapai 24 cm. Bentuk
dan letak mulut lebar termasuk terminal atau mulut ikan terletak diujung depan
kepala. Terdapat guratan sisi (lateral line) melengkung dari bagian tutup insang
45
sampai pangkal ekor. Terdapat 2 sirip punggung (dorsal) terpisah, sirip dorsal
pertama terdiri dari 8 duri dan sirip dorsal kedua terdiri dari 1 duri, 20-23 jari
lunak. Sirip dubur (anal) dengan 2 duri, 17-19 jari lunak. Sirip ekor (caudal)
mempunyai bentuk sirip forked atau bercagak. Sirip perut (ventral) kecil dengan
letak terhadap sirip dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga
2 sirip dada (pectoral) panjang menjuntai dan ujungnya berbentuk lancip yang
terpisah di bagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Habitat ikan kuwe meliputi
sekitar karang, di perairan tropis, muara sungai, lepas pantai dangkal, sampai
pinggiran perairan dan ikan ini umumnya menyukai perairan keruh dan berarus.
Ordo : Pleuronectiformes
Famili : Cynoglossidae
Genus : Cynoglossus
46
Ikan lidah (Cynoglossus macrolepidotus) mempunyai bentuk badan yang
umumnya sekitar 20-30 cm. Bagian badan berwarna kecoklatan pada sisi yang
bermata (Gambar 14). Bagian kepala, mata, dan mulutnya tidak simetris,
walaupun pada tahap larva tubuhnya simetris. Kedua matanya berada di sisi kiri
(sisi atas), berdekatan satu sama lain. Bentuk dan letak mulut menyerong,
moncongnya tumpul agak bulat termasuk inferior atau mulut ikan terletak
dibawah kepala. Sirip dorsal bersambung dengan sirip ekor (caudal) berbentuk
bulat lancip. Sirip dorsal terdiri dari 116-130 jari lunak, dan sirip ekor 10 jari lunak.
Ikan lidah tidak mempunyai sirip dada (pectoral) sedangkan sirip dubur
bersambung dengan sirip perut (ventral) keseluruhan terdiri dari 85-98 jari lunak.
Ikan lidah mempunyai 2 garis rusuk pada sisi atas maupun sisi bawah. Pada sisi
bawah, garis tidak terlihat. Ikan lidah tergolong ikan penghuni dasar, memakan
Ordo : Myliobatiformes
Famili : Dasyatidae
Genus : Dasyatis
47
Gambar 13. Dasyatis zugei (Muller and Henle, 1841), berdasarkan hasil
dokumentasi penelitian
Ikan pari (Dasyatis zugei) sering dikenal dengan sebutan pari hidung
runcing. Memiliki bentuk tubuh melebar (depressed) dan gepeng dengan warna
kecoklatan, selain itu memiliki satu pasang sirip tubuh yang menyatu dan
melebar dengan bagian sisi kanan kepalanya. Sehingga akan tampak atas dan
bawah ikan ini lebih terlihat bulat maupun oval (Gambar 15). Pada umumnya
dapat ditemukan spesies jenis ini dengan ukuran mulai dari 18 cm sampai
dengan panjang maksimum sekitar 75 cm. Ikan pari memiliki bagian-bagian juga
seperti ikan lainnya seperti insang, mulut, dan anus yang ada pada tubuhnya.
Bagian ekor pada ikan pari ini dilengkapi dengan duri penyengat yang
mengandung racun (sting-rays) untuk perlindungan dari predator lain. Ikan ini
juga memiliki mata yang terletak menyamping, dan berbentuk hampir seperti
hewan darat. Posisi dan bentuk mulutnya adalah inferior atau mulut ikan terletak
dibawah kepala dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui celah
insang (gill openings atau gill slits) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah
insang adalah dekat mulut di bagian bawah. Ikan pari jantan dilengkapi sepasang
alat kelamin yang disebut "clasper" letaknya di pangkal ekor. Ikan pari betina
umumnya berbiak secara melahirkan anak (vivipar) dengan jumlah anak antara
5-6 ekor. Ikan pari mempunyai variasi habitat yang sangat luas, daerah sebaran
48
ikan pari adalah perairan pantai dan terkadang masuk ke daerah pasang surut.
Spesies ini banyak ditemukan pada habitat dasar di perairan pesisir. Habitat ikan
pari ini berada di dasar perairan berlumpur, lumpur berpasir, tanah keras, bahkan
Ordo : Perciformes
Famili : Leiognathidae
Genus : Leiognathus
merupakan jenis ikan dengan ukuran yang relatif kecil. Panjang tubuhnya tidak
lebih dari 15 cm, umum dijumpai hanya sekitar 10 cm. Bentuk badannya tinggi
49
dan terlihat pipih dengan warna putih perak serta kekuningan pada masing-
masing siripnya (Gambar 16). Bentuk dan letak mulut termasuk terminal atau
mulut ikan terletak diujung depan kepala. Terdapat guratan sisi (linea lateralis)
melengkung dari bagian tutup insang sampai pangkal ekor berwarna keemasan.
Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 8 jari keras, 16-17 jari lunak. Sirip dubur (anal)
dengan 3 jari keras, 14 jari lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk sirip
emarginate atau berpinggiran berlekuk. Sirip perut (ventral) pendek dengan letak
terhadap sirip dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga 2
sirip dada (pectoral) seperti kipas yang terpisah di bagian sisi kanan dan kiri
tubuh ikan. Habitat ikan peperek hidup di laut tetapi beberapa spesies hidup di air
tawar. Ikan ini biasa hidup di perairan pesisir dangkal dan teluk pasang surut dan
ikan ini gemar memakan invertebrata bentik. Di Indonesia ikan peperek tersebar
hampir di semua wilayah perairan Indonesia meliputi Nias, Sumatera, Jawa, Bali,
dan Arafuru.
Ordo : Pleuronectiformes
Famili : Psettodidae
Genus : Psettodes
50
Gambar 15. Psettodes erumei (Bloch and Schneider, 1801), berdasarkan hasil
dokumentasi penelitian
masyarakat nelayan Bulu, Kabupaten Tuban. Ikan sebelah disebut juga flatfish
merupakan ikan demersal yang mempunyai distribusi yang luas. Ikan ini
mempunyai bentuk badan pipih, kedua mata berada pada salah satu sisi, sedang
sisi yang lain tidak ada mata. Ukuran panjang maksimum adalah 60 cm, akan
tetapi pada umumnya sekitar 20 sampai 40 cm. Untuk warna ikan ini sendiri
memiliki warna badan yang satu sisi coklat, sedangkan sisi yang lainnya yang tak
bermata berwarna putih (Gambar 17). Bentuk dan letak mulut lebar termasuk
inferior atau mulut ikan terletak dibawah kepala. Terdapat guratan sisi (lateral
line) melengkung dari bagian mata sampai pangkal ekor. Sirip punggung (dorsal)
terdiri dari 48-56 jari lunak. Sirip dubur (anal) terdiri dari 2 duri, 34-44 jari lunak.
Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk sirip truncate atau melebar seperti kipas.
Sirip perut (ventral) pendek dengan letak terhadap sirip dada (pectoral) termasuk
jugular atau terletak agak lebih ke depan. Terdapat juga 2 sirip dada (pectoral)
yang terpisah di bagian sisi bermata dan buta tubuh ikan dengan panjang hampir
mangsanya dapat dikelabui dan dapat dengan mudah ditangkap. Ikan ini banyak
51
ditemukan di perairan estuari dan perairan dangkal, di dasar pasir atau lumpur
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Selaroides
Volker (1999b)
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) adalah jenis ikan air laut yang
termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil berasal dari famili Carangidae. Ikan
selar kuning memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan pipih tegak dengan
pangkal ekor kecil. Ukuran panjang maksimum sekitar 18,5 cm. Untuk warna ikan
ini sendiri pada bagian punggung berwarna kebiruan dan terdapat garis kuning di
bagian punggungnya, terdapat bintik hitam besar dibagian atas tutup insang
serta sisi tubuh dan perut berwarna putih keperakan (Gambar 18). Bentuk dan
52
letak mulut terminal atau mulut ikan terletak diujung depan kepala. Terdapat
guratan sisi (linea lateralis) melengkung dari bagian tutup insang sampai pangkal
ekor. Terdapat 2 sirip punggung (dorsal) terpisah, sirip dorsal pertama terdiri dari
8 duri dan sirip dorsal kedua terdiri dari 1 duri, 24-26 jari lunak. Sirip dubur (anal)
terdiri dari2 duri, 21-22 jari lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk sirip
forked atau bercagak. Sirip perut (ventral) pendek dengan letak terhadap sirip
dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga 2 sirip dada
bagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan selar kuning termasuk ikan laut
perenang cepat dan kuat. Penyebaran ikan ini adalah semua laut di daerah tropis
dan semua lautan Indo-Pasifik. Ikan ini banyak tertangkap di perairan pantai
serta hidup berkelompok. Di indonesia sendiri ikan ini menjadi komoditas yang
Ordo : Perciformes
Famili : Priacanthidae
Genus : Heteropriacanthus
53
Gambar 17. Heteropriacanthus cruentatus (Lacepede, 1801), berdasarkan hasil
dokumentasi penelitian
nama bigeye bullsey merupakan ikan karang demersal dari famili Priacanthidae,
termasuk salah satu spesies yang umumnya mencari makan secara nokturnal
dan diurnal dengan sama baiknya. Ikan yang berbentuk bulat agak memanjang
dan pipih ini memiliki mata yang sangat besar, warna tubuh kemerahan dengan
maksimum sekitar 35 cm. Bentuk dan letak mulut superior atau mulut ikan
terletak diujung bagian atas dan gigi kecil berjajar pada rahangnya. Terdapat
guratan sisi (lateral line) melengkung dari bagian tutup insang sampai pangkal
ekor. Sirip punggung (dorsal) terdiri dari 10 duri, 11-13 jari lunak. Sirip dubur
(anal) dengan 3 duri, 13-14 jari lunak. Sirip ekor (caudal) mempunyai bentuk sirip
truncate atau melebar seperti kipas. Sirip perut (ventral) dengan letak terhadap
sirip dada (pectoral) termasuk thoracic atau sejajar. Terdapat juga 2 sirip dada
(pectoral) yang terpisah di bagian sisi kanan dan kiri tubuh ikan, dengan 8-19 jari
karang dan distribusi ikan ini meliputi wilayah pesisir utara Samudera Hindia dari
Teluk Persia bagian Timur dan wilayah Pasifik Barat dari Australia bagian Utara
54
4.4 Hasil Tangkapan Cantrang
tujuan atau target utama penangkapan. Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri
Dilihat dari hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan, spesies hasil
tangkapan didominasi oleh ikan demersal atau ikan-ikan dasar perairan. Alat
penarikan jaring ditarik oleh alat bantu gardan yang ada pada kapal, hal tersebut
55
adalah kedalaman alat tangkap tersebut beroperasi dan sifat ikan pelagis yang
Pada saat penelitian total hasil tangkapan alat tangkap cantrang di Bulu,
Kabupaten Tuban memiliki berat sebesar 8.660 Kg. Hasil perhitungan persentase
sebesar 30,43 % dengan total berat 2.635 Kg. Kedua adalah ikan swanggi
dengan total berat 1.115 Kg. Sedangkan hasil tangkapan yang paling sedikit
total berat 150 Kg. Hasil grafik perhitungan hasil tangkapan menggunakan rumus
56
Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan komposisi hasil tangkapan
kedalam kategori ikan demersal dan merupakan hasil tangkapan utama dari alat
tangkap cantrang, melihat dari alat tangkap cantrang sendiri dioperasikan didasar
perairan. Menurut Badrudin, et.al (2011), ikan kurisi merupakan salah satu ikan
demersal yang telah dieksploitasi secara intensif, dikarenakan ikan kurisi memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kondisi perairan di Bulu, Kabupaten Tuban
mendukung habitat ikan kurisi yang kebanyakan hidup di dasar laut dengan jenis
substrat berlumpur atau lumpur bercampur pasir. Jumlah produksi ikan kurisi
57
4.6 Analisis Variasi Berat Hasil Tangkapan
spesies hasil tangkapan secara statistik maka perlu melakukan uji variasi berat
diterima dan H0 ditolak, hal tersebut menunjukkan bahwa berat antar spesies
variabel yang memiliki perbedaan yang nyata dapat dilihat pada tabel 7.
58
Berdasarkan hasil analisis perbedaan berat antar spesies dari data
penelitian, yang menunjukan beda nyata diperoleh dari 5 spesies dari notasi
sebesar 1,35±0,32ᵇ.
Dari data hasil penelitian yang telah berlangsung, total jumlah jenis
spesies yang tertangkap oleh alat tangkap cantrang sebanyak 16 spesies dan
Dari jumlah total hasil tangkapan sebesar 56780 individu menghasilkan indeks
keanekaragaman dengan nilai 1,93 (Tabel 8). Untuk melihat perhitungan analisis
sedang. Hal tersebut dapat diartikan bahwa penyebaran tidak tinggi ataupun
59
Menurut Alikondra (2002) dalam Harahap (2013), bahwa faktor yang
jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis. Komunitas yang memiliki
komunitas sedang mengalami tekanan. Habitat yang kondisinya baik dan jauh
indeks keseragaman. Dari jumlah total hasil tangkapan sebesar 56780 individu
menghasilkan indeks keseragaman dengan nilai 0,70 (Tabel 9). Untuk melihat
kriteria 0,6 ≤ E ≤ 1,0 yang artinya termasuk kategori keseragaman tinggi. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa penyebaran tinggi dan kestabilan komunitas juga
60
Menurut Insafitri (2010), indeks keseragaman merupakan pendugaan
yang baik untuk menentukan dominasi dalam suatu area. Apabila penyebaran
individu antar spesies merata, maka indeks keseragaman akan tinggi, begitu juga
perairan tersebut.
61
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
(Heteropriacanthus cruentatus).
62
5.2 Saran
potensi perikanan yang ada di Bulu, Kabupaten Tuban dengan lebih baik.
2) Instansi
Melalui hasil penelitian ini, dapat disarankan kepada dinas terkait untuk
63
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin., T.E., dan Aisyah. 2011. Kelimpahan Stok Sumberdaya Ikan Demersal
di Perairan Sub Area Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
1 (17).
Carpenter, K.E., and Niem, V.H. 1998a. The Living Marine Resources of the
Western Central Pacific. FAO. Vol.01.
Hapsari, T.D., A.A. Bayyinah., dan Ismail. 2014. Analisis Finansial Usaha
Perikanan Tangkap Cantrang 30 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Tasik Agung Rembang. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management And Technology. 3 (3): 218-227.
64
Harahap, D.Y., P. Patana, dan Rahmawaty. 2013. Keanekaragaman Burung
Migran di Pesisir Pantai Timur Kabupaten Deli Serdang Sumatera
Utara. (Migratory Shorebirds Diversity at East Coastal of Deli Serdang
District, Province of North Sumatra). Skripsi. Program Studi Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera.
Pratiwi, M. 2010. Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang
Hanyut dengan Ukuran Mata Jaring 3,5 Dan 4 Inci di Perairan Belitung
Provinsi Bangka Belitung. Skripsi. Mayor Teknologi dan Manajemen
Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sagala, E., M.R. Ridho., Nurliana., R. Yasinta., dan R. Haryani. 2012. Penuntun
Praktikum Iktiologi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya.
65
Subani, W., dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut Indonesia.
Balai penelitian Perikanan laut. Departemen Pertanian. Jakarta.
Sukarniati. 2008. Ukuran Panjang dan Bobot Ikan Kurisi (Nemipteridae) Hasil
Tangkapan Jaring Cantrang di Brondong Jawa Timur. Teknisi Litkayasa
pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru. Jakarta.
Yuspriadipura, A., D. Suprapto., dan Suryanti. 2014. Jenis dan Kelimpahan Ikan
pada Karang Branching di Perairan Pulau Lengkuas Kabupaten
Belitung. Journal of Maquares 3 (3): 52-57.
66