SKRIPSI
NOFITA NAIPON
05161911011
SKRIPSI
NOFITA NAIPON
05161911011
ii
LEMBARAN PERSETUJUAN
NPM : 05161911011
DISAHKAN
KOMISI PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
MENGETAHUI
iii
LEMBARAN PENGESAHAN
iv
LEMBARAN PERNYATAAN
benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya yang sesuai dengan prosedur
akademik yang berlaku. Semua data yang di tampilkan adalah asli sesuai dengan
sumber datanya. Apabila terjadi unsur duplikasi, baik sengaja maupun tidak maka
Nofita Naipon
NPM.05161911011
v
RIWAYAT PENDIDIKAN
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“ Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras, tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan, tidak ada kemudahan tanpa doa”
(Nofita Naipon)
“Hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus
dialami”
Persembahan
Allah S.W.T yang memberikan saya banyak pelajaran hidup didunia ini, terima
kasih telah menjawab doa-doaku dan menjadikan aku orang yang lebih bersabar
atas ketentuamu.
vii
ABSTRAK
Makrozoobentos merupakan hewan yang hidup di dasar perairan, Salah satu dari
komponen biotik yang berasosiasi dengan lamun adalah makrozoobenthos yang
memiliki peranan penting bagi kepentingan manusia misalnya sebagai makanan
manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan sebagai indikator suatu perairan
termasuk di wilayah pesisir. Di perairan Fitu juga terdapat hamparan padang
lamun yang terbentang hampir di sepanjang bibir pantainya dan terdapat pula
beberapa jenis lamun yang hidup disana, maka untuk mengetahui sebaran
makrozoobentos yang terdapat pada di perairan Fitu, maka penulis melakukan
penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui keragaman jenis makrobentos dan
menghitung indeks ekologi yang meliputi keanekaragaman, kemerataan,
dominansi,dan kelimpahan relatif jenis makrozoobentos di perairan pantai fitu
dengan menggunakan metode purposive sampling pada pengambilan data kualitas
air dan biota, sedangkan untuk menghitung pola sebaran menggunakan metode
perhitungan indeks keanekaragaman jenis, indeks dominansi dan indeks
kemerataan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi
jenis makrozoobentos yang ditemukan pada padang lamun di perairan fitu
terdapat 9 spesies, Lambis –lambis, Nassarius pullus, Nerita albicila, Anadara
antikuata, Canarium klinorum, Protoreaster nodosus, Micelia lamelose,
Canarium maculatum dan Strombos luhuanus.
viii
ABSTRACT
Macrozoobenthos are animals that live at the bottom of the waters. One of the
biotic components associated with seagrass is macrozoobenthos which has an
important role for human interests, for example as human food, as a food chain in
the sea and as an indicator of waters, including in coastal areas. In Fitu waters
there are also expanses of seagrass beds that stretch almost along the shoreline and
there are also several types of seagrass that live there, so to find out the
distribution of macrozoobenthos found in Fitu waters, the author conducted this
research with the aim of knowing the diversity of types of macrobenthos and
calculate ecological indices which include diversity, evenness, dominance and
relative abundance of macrozoobenthic species in Fitu coastal waters using the
purposive sampling method to collect data on water quality and biota, while to
calculate distribution patterns using the method of calculating the species diversity
index, dominance index and evenness index. Based on the research results, it can
be concluded that the composition of macrozoobenthic species found in seagrass
beds in Fitu waters contains 9 species, Lambis -lambis, Nassarius pullus, Nerita
albicila, Anadara antikuata, Canarium klinorum, Protoreaster nodosus,Micelia
lamelose, Canarium maculatum and Strombos luhuanus.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, se hingga penulisan skripsi dengan
skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan serta saran dari Dosen
Pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak terutama kepada pembimbing yaitu Bapak Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si, selaku
Dosen Pembimbing I dan kepada Ibu Sunarti, S.Pi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing
II.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran maupun
kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya, dan bagi
Nofita Naipon
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.
petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moril
1. Allah S.W.T atas karunia yang telah memberikan nikmat akal serta nikmat
2. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Salamn Naipon dan Ibunda tercinta
Jubida Umarama. Sebagai salah satu wujud rasa cinta dan terimakasih penulis
dengan rasa penuh kasih sayang serta senantiasa mendoa’akan kesehatan dan
Sunarti, S.Pi., M.Si. dan Bapak Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si yang telah
4. Penulis ucapkan kepada dosen penguji ibu Rina, S.P., M.Si Ibu Yuyun
Abubakar, S.P., M.Si. dan Bapak Masyrhur, S.Pi., M.Si. Terima kasih atas
xi
Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam
terimakasih atas nasehat, arahan, dan kesabaran yang selalu diberikan kepada
penulis.
Terima kasih atas kebijakan, arahan dan masukkan yang telah diberikan.
8. Kakak tercinta Romi Umalekhoa dan Dewi Andini Latif, serta seluruh
keluarga saya. Terima kasih telah memberikan dukungan doa serta motivasi
Basahona, Nur kamaria Drakel dan Keryani Fokatea, yang telah memberikan
10. Sahabat terbaik Fadhilah Alwy B.S.A, Rindiani Ahmad, Halima Tuanaya,
Sari Tabaika, Indri Adelia Kulle, terima kasih telah menjadi support system
terbaik selama kurang lebih empat tahun dan menjadi tempat berkeluh kesah,
11. Teman-teman seperjuangan prodi MSP angkatan 2019 terima kasih atas
Nofita Naipon
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PERSETUJUAN................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... v
RIWAYAT PENDIDIKAN......................................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
ABSTRAK................................................................................................... viii
ABSTRACK................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR................................................................................. x
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvi
i
1. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4
2.1. Makrozoobentos.......................................................................... 4
2.2. Klasifikasi Organisme Bentos.................................................... 4
2.3 Sebaran Makrozoobentos............................................................ 5
2.4 Prameter Lingkungan................................................................... 5
2.4.1. Suhu................................................................................. 5
2.4.2. Salinitas............................................................................ 5
2.4.3. Derajat Keasaman (pH)................................................... 5
2.4.4. Hubungan Ekosistem Lamun Dengan Makrozoobentos. 6
3. METODE PENELITIAN........................................................................ 8
3.1 Waktu Dan Tempat...................................................................... 8
3.2 Alat Dan Bahan............................................................................ 8
3.3.Metode Pengambilan Data........................................................... 9
3.4 Purposive Sampling...................................................................... 9
3.5 Pengukuran Parameter Lingkungan............................................. 10
3.5.1. Suhu................................................................................. 10
3.5.2. Derajat keasaman (pH).................................................... 10
3.5.3. Salinitas............................................................................ 11
3.6 Metode Analisis Data.................................................................. 11
3.6.1 Indeks keanekaragaman Jenis.......................................... 11
3.6.2. Indeks Dominansi(C)....................................................... 11
3.6.3 Indeks Kemerataan (E).................................................... 12
3.6.4. Pola Sebaran.................................................................... 12
xiii
4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 15
4.1 Deskripsi Lokasi.............................................................................. 15
4.2. Parameter Lingkungan................................................................... 16
4.2.1. pH (Derajat keasaman............................................................. 16
4.2.2. Salinitas................................................................................... 16
4.2.3. Suhu....................................................................................... 17
4.3 Sebaran Makrozoobentos Pada Padang Lamun.............................. 17
4.4 Deskripsi Jenis Klasifikasi Makrozoobentos................................. 17
4.5 Indeks Keanekaragaman, Dominansi, dan Kemerataan................. 26
5. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 31
5.1. Simpulan........................................................................................ 31
5.2 Saran............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 32
LAMPIRAN................................................................................................. 37
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
xviii
1. PENDAHULUAN
al., 2017). Selain itu, makrozoobentos juga memegang peranan utama dalam
unsur yang lebih sederhana dan siap dimanfaatkan kembali oleh berbagai macam
gastropoda diketahui memiliki protein dan mineral yang tinggi. Hewan ini juga
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, bahan industri dan perhiasan, bahan
Salah satu dari komponen biotik yang berasosiasi dengan lamun adalah
di dasar perairan yang memiliki pergerakan relatif lambat serta daur hidup relatif
lama (Mustaffa et al., 2013). Benthos yang hidup disetiap daerah memilki pola
adaptasi yang berbeda bergantung kepada kondisi dari daerah tersebut. Secara
ekologi, organisme ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu epifauna,
merupakan organisme bentik yang hidup permukaan dasar dan infauna, yang
dinamik dan juga terjadi interaksi antar lamun dan biota makrozoobentos itu
1
pertumbuhan dan berkembang biak. Makrozoobenthos juga memiliki peranan
mata rantai makan di laut dan sebagai indikator suatu perairan termasuk di
juga biasanya hidup pada daerah budidaya rumput laut seperti Crustacea dan
lambat dan dapat hidup relatif lama sehingga memiliki kemampuan untuk
perairan Fitu juga terdapat hamparan padang lamun yang terbentang hampir di
sepanjang bibir pantainya dan terdapat pula beberapa jenis lamun yang hidup,
Fitu, maka penulis melakukan penelitian ini dan untuk menggambarkan kondisi
fisik, kimia, dan biologi perairan. peranan penting bagi kepentingan manusia
misalnya sebagai makanan manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan
2
membutuhkan dalam proses pertumbuhan dan berkembang biak, namun
kota ternate”
ternate.
Ternate.
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah wawasan dan menjadi
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makrozoobentos
1,0 mm x 1,0 mm, berdasarkan letaknya dibedakan menjadi dua macam, yaitu
lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik baik di dasar perairan laut,
untuk hewan tidak diurutkan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah yaitu
Kingdom, Filum, Kelas, Ordo, Family, Genus, Spesies (Marni, 2011 dalam
Jumar,1995)
4
2.3 Sebaran Makrozoobentos
terdapat pada populasi alami yang demikian mendekati adalah apabila terjadi
hidup yang sama. Faktor lingkungan lain yang dapat mempengaruhi pola
2.4.1. Suhu
berkisar antara 29-40 ºC. suhu perairan diatas termasuk dalam kategori yang
2.4.2. Salinitas
air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin
tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Gufran dan
Baso, 2007 dalam Widiadmoko, 2013). Perbedaan salinitas perairan dapat terjadi
Pada umunya kematian organisme lebih banyak disebabkan oleh pH yang lebih
5
pH perairan yang bersifat alkalis atau basa. Mayunar et al. 1995
mengemukan bahwa air laut memiliki nilai pH yang relatif stabil dan biasanya
berkisar antara 7.5-9.0 atau pH yang bersifat basa. Nilai pH disuatu perairan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fotosintesis, suhu, serta buangan
industri dan rumah tangga yang menyebabkan terjadinya proses ionisasi unsur dan
rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah, sama halnya dengan tumbuhan yang
hamparan padang serta mirip seperti tumbuhan ilalang di daratan yang dapat
secara langsung sebagai tempat berlindung dari kecepatan arus yang kuat dan
dapat menjadi jalan bermigrasi bagi makrozoobentos dari sedimen ke daun lamun.
6
Beberapa kelas makrozoobentos dapat memanfaatkan detritus yang berasal
dari tumbuhan lamun yang mati, plankton, bakteri, dan bahan organik lain yang
terendap pada butiran pasir dan lumpur sebagai bahan makananya produktuvitas
jenis lamun (Ilahi dkk., 2013). (Indrawan et al., 2016) padang lamun merupakan
yang cukup tinggi. Pada ekosistem hal ini hidup beranekaragaman biota laut
seperti ikan, crustacea, molusca (pinna sp, lambis sp,strombus sp,) echinodermata
(Holothuria sp, synapta sp, diadema sp,linckia sp) dan cacing (polychaaeta).
7
3. METODOLOGI PENELITIAN
No Alat Kegunaan
Untuk dokumentasi jenis sampel yang
1 Kamera
ditemukan
2 Meteran Digunakan untuk mengukur jarak lokasi
3 Horiba Mengukur Ph,Air suhu dan salinitas
4 Kantong Sampel Tempat menyimpan makrozoobentos
Untuk mencatat spesies sampel yang telah
5 Alat Tulis
ditemukan
6 Tali Rafia Membuat garis transek
Digunakan untuk menentukan titik
8 Pipa Plot
pengambilan spesies
Global Positioning
9 Menentukan lokasi penelitian
System (GPS)
10 Mistar Mengukur panjang tubuh makrozoobentso
11 Masker,snorkel Alat bantu dalam pengambilan sampel
12 Kuadran 1x1 cm Pengamatan makrozoobentos
8
3.3.Metode Pengambilan Data
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil serta analisa
berikut:
penelitian terdiri dari satu stasiun yaitu perairan Fitu dimana tiap stasiun
terdapat 3 lintasan.
9
Gambar 2. sketsa luas area pengambilan sampel
Hinz et al., (2011), parameter lingkungan jika terjadi perubahan seperti salinitas,
terhadap makrozoobentos.
3.5.1. Suhu
mengunakan alat ukur prameter, dengan cara dicelupkan kedalam air laut,
kemudian dilihat angka derajat suhu yang tertera pada alat ukur thermometer.
dengan standar angka yang tertera pada layar pH meter, angka tersebut merupakan
10
3.5.3. Salinitas
dengan cara celupkan di dalam air laut kemudian dilihat angka yang tertera pada
s
H =−∑ ¿ ln ¿
'
i1 N N
dimana:
H' = indeks keanekaragaman jenis
ni = jumlah total individu ke-i
N = jumlah total individu
Dengan kriteria:
H'<1 = keanekaragaman jenis rendah
1'≤ H'≤ 3 = keanekaragaman jenis sedang
H'>3 = keanekaragaman jenis tinggi
3.6.2. Indeks dominansi (C)
Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dominansi
dari spesies tertentu, maka digunakan rumus indeks dominansi (Odum, 1993)
S ¿
C=∑ (−¿ N ¿¿) ¿ 2
i= I ¿
Keterangan:
C = Indeks Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu tiap jenis
N = Jumlah total individu dari semua spesies
s = Jumlah 1,2,3,.. dan seterusnya
Kriteria:
11
Nilai C berkisar 0 – 1
jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila nilai C
suatu habitat yang ditempati. Kemerataan jenis mengikuti formula (Ludwing dan
H'
E=
H max
Keterangan :
E = Indeks kemerataan
Hˊ = keanekaragaman jenis
Hmax = ln S
S = Jumlah taksa/spesies
Dengan kriteria:
> 0,81 = Penyebaran jenis sangat merata
0,61-0,81 = Penyebaran jenis lebih merata
0,41-0,60 = Penyebaran jenis merata
0,21-0,40 = Penyebaran jenis cukup merata
<0,21 = Penyebaran jenis tidak merata
3.6.4. Pola Sebaran
(Krebs, 1989):
Keterangan:
Id = Indeks dispersi Morisita
12
N = Jumlah total individu yang terdapat dalam plot
ΣX2 = Kuadrat Jumlah individu per plot/kuadran
Σx = Jumlah total unit sampling
Dengan ketentuan :
Id = 1, pola sebaran acak
Id< 1, pola sebaran seragam
Id> 1, pola sebaran mengelompok
dibakukan (Id) dengan konstanta +0,5 berdasarkan nilai-nilai pada batas kepercayaan
χ 2 . 0 , 975 − n + Σ Xi
Mu =
Indeks penyebaran seragam ( Σ Xi ) −1
χ 2 . 0 ,025 − n + Σ Xi
Mc =
Indeks penyebaran mengelompok ( Σ Xi ) −1
Keterangan :
χ 2 = Nilai chi kuadrat dari tabel pada derajat bebas (n-1) dengan α l = 0,975 dan
α 2 = 0,025.
14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi
bagian selatan, bagian utara berbatasan dengan kelurahan Ngade, bagian timur
berbatasan dengan pulau Maitara serta bagian barat berbatasan dengan gunung
bervariasi seperti pasir berlumpur dan pasir berkarang serta adanya aktivitas
nelayan.
Strombos luhuanus.
15
Hasil pengamatan di Perairan Fitu menunjukan bahwa semua titik
sampling memiliki pola penyebaran acak dan memiliki tipe substrat pasir
ikan.
5,64 diwaktu pagi, 7,30 diwaktu siang dan 7,34 diwaktu sore hal ini menunjukan
Perairan Fitu memiliki pH yang ralatif, hal ini sejalan dengan Asry dkk., (2014)
4.2.2. Salinitas
30,00%, di waktu siang dan 35,15, di waktu sore pada perairan Fitu. Sehingga
kisaran salinitas yang di dapatkan yaitu, 31,05%-35,15%. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Clarke dan Gorley 2006). salinitas 31,17 ppt, dan pasang surut 29,67
16
4.2.3. Suhu
waktu siang 32°C di waktu sore pada perairan Fitu. Perbedaan nilai pengukuran
suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari di waktu siang sangat tinggi
dibandingkan dengan pagi dan sore hari. Sehingga kisaran suhu yang didapatkan
pada spesies, umumnya suhu diatas 35°C dapat menekan pertumbuhan populasi
Sebaran makrozoobentos di perairan Fitu saat ini dalam kondisi tidak baik
dengan jenis lamun Enhalus acoraides. Pada kelas gastropoda yaitu spesies
Nassarius pullus ditemukan pada substrat pasir, berlumpur dan berasosiasi dengan
Lambis-lambis (Siput laut) yang terdapat pada perairan Fitu hidup di tipe
merupakan salah satu spesies yang memiliki cangkang panjang dan bundar dan
17
Menurut (Mazo et al., 2013), lambis-lambis yang belum dewasa, memiliki
cangkang yang tipis, lipatan cangkang belum nampak, dan organ kelamin yang
(a) (b)
Gambar 4. Lambis-lambis.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023), (b) Foto
Literatur (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Lambis_crocata, 2013)
Kingdom : Animalia
Filum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Lambis
Spesies : Lambis-lambis
4.4.2. Nassarius pullus
dengan puncak pendek dan bundar. Cangkangnya berwarna putih, dengan pola
kotak kehitaman. Lebar cangkang pada umumnya adalah 28 mm. Habitat aslinya
di wilayah Intertidal dan subtidal sekitar 3 m dan makanan utamanya yaitu cacing.
yang agak bulat oval dengan ukuran panjangnya 30 mm. bagian punggungnya
18
berwarna abu-abu sampai kehitaman, dengan garis-garis melintang berwarna
hitam. Seluruh tubuh bila diraba terasa kasar dan suterennya terlihat jelas.
Terdapat tiga lingkaran spiral menuju ke puncak apex. Bagian aperturennya atau
bukaan mulut cangkang tidak terlalu lebar dan lipnya sangat tebal. Spesies ini
(a) (b)
Gambar 5 : Nassarius pullus.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023), (b)
Foto Literatur (Sumber: htts://en.m.wikipedia.org/wiki/Nassarius_pullus)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Famili : Nassariidae
Genus : Nassarius
Spesies : N. pullus
4.4.3. Nerita albicilia
cangkangnya halus dan sedikit melintang. Warna kulit terluarnya bercorak warna
hitam dan putih, dengan garis yang mencolok, Interiornya berwarna putih dengan
operculum granular.
19
Nerita albicilia dengan jerawat khas di bagian bawa ini sering terlihat di
banyak pantai berbatu dan tembok laut granit biasanya ditemukan tanda air
rendah. Tan & Clements (2008) menemukan siput ini berada pada bebatuan dan
pemecah gelombang.
(a) (b)
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cycloneritida
Famili : Neritidae
Genus : Nerita
Spesies : Nerita albiciila
4.4.4. Anadara antiquata
Ciri kerang bulu (Anadara antiquata) yang terdapat pada pantai Fitu
adalah cangkang terdiri dari 2 keping yang saling menutup dan berwarna coklat
kehitaman. Bentuk secara keseluruhan hampir bulat, dan pada mulut cangkang
banyak ditemukan bulu-bulu kecil. Kerang bulu (Anadara antiquata) hidup pada
20
Kerang bulu adalah salah satu jenis kerang, termasuk golongan binatang
(a) (b)
Gambar 7. Anadara antiquata.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023) (b)
Foto Literatur (https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/biosains/artic le/)
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Pelecypoda
Sub Classis : Lamellibranchia
Ordo : Taxodonta
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara antiquata
4.4.5. Canarium klineorum
21
operculum berbentuk spiral dan memiliki gigi kecil pada radula yang terhubung.
Spesies ini ditemukan di pantai zona littoral dan zona sublittral di seluruh belahan
dunia. Mereka hidup dalam pengaruh air tawar ( Rita et.al., 2015).
(a) (b)
Gambar 8. Canarium klineorum.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023),
(b) Foto Literatur (https://yumechantique.wordpress.com /2011/01/14/littorina-
sp /)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Littorinidae
Genus : Canarium
Spesies : Canarium klineorum
4.4.6. Protoreaster nodosus
tonjolan hitam dan memiliki lima lengan dengan warna tubuh oranye kehitaman
substrat pasir berlumpur, bintang laut merupakan salah satu biota yang hidupnya
tebal dan keras, pada bagian dorsal terdapat tonjolan-tonjolan berwarna hitam
22
yang sangat runcing, menuju ke lengan berwarna orange. Bintang laut sebagai
kuat dengan padang lamun dan berperan dalam siklus rantai makanan di
(a) (b)
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Family : Oreasteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster nodosus
pasir berlumpur, micelia lamelose di periaran Fitu terdapat dalam satu lintasan
Menurut Dodge et.al., (1956), Micelia lamelose adalah spesies siput laut,
23
warnah tubuh coklat muda dan memiliki garis hitam dan putih. Micelia lamelose
(a) (b)
Gambar 10. Micelia lamelose a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023) (b)
Foto Literatur (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Canarium_urceus)
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Micelia
Spesies :Micelia lamelose
4.4.8. Canariun maculatum
berwarna putih dengan rangkaian bintik-bintik yang berputar dan tanda orange,
atau cokelat yang tidak beraturan atau seperti awan, sering kali membentuk pita
24
(a) (b)
Gambar 11. Canariun maculatum. a).Foto Sampel
(Dokumentasipribadi,2023),(b)FotoLiteratur(https://www.marinespe
cies.org/aphia.php? )
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Canarium
Spesies : C. maculatum
kombinasi warna putih dengan permukaan cangkang yang licin dan halus.
strombos luhuanus hidup pada perairan pasir berlumpur, dan strombos luhuanus
hidup berdekatan dengan lamun salah satu biota ini juga hidup di pasir berlmpur
dimanfaatkan sebagai bahan makan (Muzahar and Hakim, 2018). Warna bagian
dorsal bintik-bintik coklat corak putih dan warna bagian ventral putih corak coklat
25
sedikit. Cangkang ini memiliki motif yang sangat indah dan menarik selain itu
(a) (b)
Gambar 12. Strombos luhuanus a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023)
(b) Foto Literatur (Sumber:https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=745704
1959)
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Conomurex
Spesies : Strombos luhuanus
4.5 Indeks Keanekaragaman, Dominansi, Kemerataan dan pola sebaran
kemerataan yang di temukan di perairan pantai Fitu dapat di lihat pada gambar 13.
2.113 0.962000
Nilai H', C, E
2.5
0000000
2
1.5
01
1 0.132
0.5
0
H' C E
26
4.5.1. Keanekaragaman jenis
Yusuf, 2013). Aktivitas masyarakat seperti membuang sampah di tepi pantai, Hal
ini dapat mempengaruhi dan dapat merusak ekosistem laut. Aktivitas manusia di
ini sejalan dengan penelitian Ludwing dan Reynolds (1988) yang menyatakan
jenis sedang.
jika nilai C mendekati 0 maka tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila
nilai C mendekati 1 berarti ada salah satu spesies yang mendominasi. Nilai indeks
dominansi dari seluruh lintasan yang telah dilakukan pengamatan diperoleh hasil
nilai indeks dominansi sebesar 0,132 yang artinya tidak ada spesies yang
27
keanekaragaman jenisnya tergolong sedang sehingga tidak ada jenis yang
mendominansi, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Sunarti, dkk.,
jenis.
Tingginya nilai indeks kemerataan dapat dipengaruhi oleh kondisi ekologi yang
bagus dengan tidak adanya penurunan nilai kualitas air yang berpengaruh
kemerataan >0,8 dan dapat dinyatakan penyebaran tiap jenis sangat merata.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wibsono, (2005) dalam Kaeli dkk., (2016)
suhu berkisar antara 30,3ºC, salinitas 32,0‰ dan pH air 6,76. Kualitas air juga
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran biota seperti
28
Tabel 3. Hasil analisis pola sebaran
dikatakan menyebar acak dengan batas kepercayaan 95% pada-0. Dari hasil
makrozoobentos Hal ini sesuai dengan pendapat Hedy et al., (1986) pola
penyebaran acak terjadi akibat kondisi lingkungan, meskipun pada area yang kecil
bersegrasi.
individu yang memijah maka semakin sering ditemukan pola sebaran yang
mengelompok. Lebih lanjut Ode (2017), juga berpendapat pola distribusi sebaran
acak disebabkan oleh sifat spesies yang bergerombol atau adanya kesamaan
habitat sehingga terjadi pola sebaran acak di tempat lain yang terdapat banyak
bahan makanan. Pola sebaran acak berkaitan dengan kondisi lingkungan abiotik
29
(suhu dan salinitas) yang berfluktuasi, ketersediaan bahan organik yang tinggi,
tipe substrat yang baik dan cocok bagi kehidupan spesies (Yuniarti, 2012).
30
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Strombus luhuanus.
penyebaran mengelompok.
5.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Amizera, S., Ridho , M. R., Saleh, E., & Wicaksono , A. 2020. Struktur
Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Sungai Kundur Kelurahan
Mariana Kecamatan Banyuasin 1. In Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi. 3(1): 133-138.
Asry, A., Yunasfi, & Harahap, Z. A. (2014). Komunitas Makrozoobentos Sebagai
Bioindikator Kualitas Perairan Kecamatan PantaiLabu Kabupaten Deli
Serdang. Medan: Universitas Sumatera Utara
Clarke KR, Gorley RN. 2006. PRIMER v6: User Manual/Tutorial. Plymouth
United Kingdom: PRIMER-E.
Desmawati, I., Adany, A., & Java, C.A. 2020. Studi Awal Makrozoobenthos Di
Kawasan Wisata Sungai Kalimas, Monumen Kapal Selam Surabaya. Jurnal
sains dan Seni ITS . 8(2): 19-22 hal.
Dodge,H.1946. Catatan mengenai tentang moluska Linnaeus: Bagian 4: The
genera Buccinum dan Strombos Kelas GASTROPODA.Buletin Amerika
Museum Sejarah Alam 111:238-310.
Hitalessy, R. B., A. S. Leksono. Dan E. Y. Herawati. 2015. Struktur Komunitas
Dan Asosiasi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir
Lamongan Jawa Timur. J. Pal. 6(1):64-73.
Hinz H, Capasso E, Lilley M, Frost M, Jenkins SR. 2011. Temporal Differences
Ilahi I, Aras M, Elizal. 2013. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Daerah
Padang Lamun Muara Sungai Riau Kota Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau. Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Riau.
Ira. 2011. Keterkaitan Padang Lamun Sebagai Pemerangkap dan Penghasil Bahan
Organik dengan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Pulau
Barrang Lompo. (Skripsi). Program Studi Ilmu Kelautan Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor 102 hal.
Indrawan, G.S. , Yusup, D.S. & Ulinuha, D. 2016. Asosiasi Makrozoobentos Pada
Padang Lamun Di Pantai Merta Segara Sanur , Bali The. Jurnal Kelautan.
20(1):11–16.
Junaidi, Zulkifli, Thamrin. 2017. Analisis Hubungan Kerapatan Lamun dengan
Kelimpahan Makrozoobentos di Perairan Selat Bintan Desa
Krebs, C. J. (1989). Ecology methodology. New York: Harper Collin Publishe
Kaeli, F., Subur, R.,Abubakar S.,2016. Studi Komparatif Komunitas Ikan Padang
Lamun Pada Bulan Perbani Awal Dan Perbani Akhir Di Perairan Loleo
Kecamatan Weda Selatan Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal biologi
tropis. 16(2):43-55.
32
Ludwig, J. A. and Reynolds,. J.F. (1988) Statical Ecology: Sandiego State
University. Sa California. 107-202
Marni, 2011; Jumar, 1995. Identifikasi Jenis-jenis Hama dan Penyakit Pada
Tanaman Kelapa Sawit Di Desa Ie Mirah Kecamatan Babahrot Kabupaten
Aceh Barat Daya : FKIP Biologi Universitas Serambi Mekkah 5(2):72-80
Mayunar, R. Purba, dan P.T. Imanto. 1995. Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan
laut. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring
Apung Bagi Budidaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengambangan Perikanan
Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian-FKPPA Agri-Business
Club.
Mazo, AM, BP Germano, AS Ilano. 2013. Spawning Period and Size at Sexual
Maturity of Spider Conch Lambis lambis (L. 1758)
(Gastropoda: Strombidae), in Selected Reef Areas of the Visayas, Central
Philippines. Silliman Journal, 54(1): 64–76.
Mustaffa, A., Ahmad, O., Vongpanich, V., Talib, A. (2013). Benthic mollusc
assemblages in subtidal coastal waters of Penang National Park , Malaysia.
Proceedings of the 3rd Annual International Conference
Muzahar,and A.A. Hakim, 2018. Spawning and development of dog conch
Strombos sp. larvae in the laboratory. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis,10(1):209-216. http://doi.org/10.29244/jitkt.v10i1. 18607
Meisaroh, Y., Restu, I.W., & Pebriani, D. A. A. (2019). Struktur Komunitas
Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Perairan di Pantai Serangan
Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 5(1), 36-43.
Nurjanah. 2013. Keanekaragaman Gastropoda di Padang Lamun Perairan
Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Jurnal Penelitian. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung pinang.
Odum, E.P. (1993). Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ode, I. (2017). Kepadatan dan Pola Distribusi Kerang Kima (Tridacnidae) di
Perairan Teluk Nitanghahai Desa Morella Maluku Tengah. Jurnal Agribisnis
Perikanan, 10(2): 1-6.
Pamuji, A., M.R. Muskananfola, C. A’in. 2015. Pengaruh Sedimentasi Terhadap
Kelimpahan Makrozoobenthos di Muara Sungai Betahwalang Kabupaten
Demak. Jurnal Saintek Perikanan Vol.10 (2) : 129- 135
Putro, 2014. Metode Sampling Penelitian Makrobenthos dan Aplikasinya.
Yogyakarta. Graha Ilmu 54 hal.
33
Putra, S., Ali, S.M., & Huda, I. (2018). Pola sebaran Gastropoda Di Ekosistem
Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik,
6(1): 59-62.
Ratna Juwita, 2017. Keanekaragaman Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator
Kualitas Perairan Sungai Sebukhas di Desa Bumi Agung Kecamatan Belalu
Lampung Barat. Universitas Islam Negeri Raden Intan: Lampung.
Supono, dan U. Y. Arbi. 2010. Struktur Komunitas Echinodermata di Padang
Lamun Perairan Kema, Sulawesi Utara. Oseonologi dan Limnologi
Indonesia : 99 hal.
Sunarti, S., Abubakar, Y., Abubakar, S., Subur, R., Rina, R., Kadir, M. A., ... &
Fadel, A. H. (2021). Gastropod Communities in Seagrass Ecosystems in
Tafaga Coastal Waters and Figures, Moti Island District, Ternate City.
JURNAL AGRIKAN (Agribisnis Perikanan), 14(2), 504-512.
34
Yuniar, Andri S., Hadi Endrawati, Muhammad Zainuri. 2012. Struktur Komunitas
Makrozoobentos di Perairan Morosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak. Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,
235-242 hal.
Yuniarti, N. (2012). Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda
(Moluska) di Pesisir Glayem Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. [Skripsi].
Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
35
LAMPIRAN
1. Data Komposisi Jenis
Kuadran
No Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 Lambis-lambis 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2
2 Nassarius pullus 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 4
3 Nerita albicilia 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
4 Anadara antikuata 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4
Protoreaster
5 nodosus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Canarium
6 maculatum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total 6 3 4 5 5 7 11 9 9 0 14
Protoreaster
1 nodosus 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
2 Canarium linorum 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3
3 Lambis-lambis 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3
4 Nassarius pullus 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 5
5 Anadara antikuata 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3
6 Micelia lamelose 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2
Canarium
7 maculatum 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
8 Strombos luhuanus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2
total 6 0 0 2 5 2 1 4 0 1 21
1 Micelia lamelose 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 3
Protoreaster
2 nodosus 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 3
3 Nerita albicilia 4 0 0 3 2 0 4 0 3 2 18
4 Nassarius pullus 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
5 Canariumlinorum 0 0 3 0 0 2 0 0 1 0 6
6 Strombos luhuanus 0 2 0 0 0 1 0 0 2 0 5
Total 12 2 3 6 11 5 8 5 6 5 63
36
2. Data Keanekaragaman, dominansi, kemerataan Makrozoobentos di
perairan fitu .
37
3. Pola Sebaran Dan Uji Lanjut
No Spesies Jumlah Σx ¹ Σx ²
1 Lambis-lambis 5 5
2 Nassarius pullus 13 23
3 Nerita albicilia 22 64
4 Anadara antiquata 7 11
5 Canarium klineorum 9 19
6 Protoreaster nodosus 6 6
7 Micela lameose 5 7
8 Canarium maculatum 2 2
9 Strombos luhuanus 7 11
1. Lambis-lambis
Lintasan Kuadran Σx Σx ²
L1 1 0 0
2 1 1
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
L2 1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 1 1
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
L3 1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
38
9 0 0
10 0 0
Total N=30 Σx=5 Σx ²=5
1=nx ¿
5−5
=30x
25−5
0
=30x
20
=30x 0
42 , 5569 x 0,975−30+ 5
=
5−1
23 , 9360775
=
4
Mc = -5,9
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
0−(−5 , 9)
=1( )
30−(−5 , 9)
5,9
=1( )
35 , 9
= 1(0,164 )
Ip = 0,164
39
2. Nasarius Pullus
Lintasan Kuadran Σx Σx ²
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 2 4
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 1 1
7 0 0
8 2 4
9 0 0
10 0 0
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 1 1
5 0 0
L3
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
Total N=30 Σx =13 Σx ² =23
1=n x ¿
23−13
=30 x
169−13
40
10
=30 x
156
=30 x 0,064
42 , 5569 x 0,025−30+ 13
=
13−1
15 , 9360775
=
12
Mc = 1,32
id−M c
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
1, 92−1 ,32
=1( )
30−1 ,32
0 ,6
=1( )
28 ,68
= 1 (0,020 )
Ip = 0,020
41
3. Nerita Albicilia
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 0 0
2 0 0
3 1 1
4 1 1
5 0 0
L1
6 0 0
7 2 4
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
42
1 4 16
2 0 0
3 0 0
4 3 9
5 2 4
L3
6 0 0
7 4 16
8 0 0
9 3 9
10 2 4
Total N = 30 Σx=¿22 Σx ² = 64
2
(Σ x −Σx)
¿ ¿
( Σx )2−Σx ¿
64−22
=30 x
486−22
42
=30 x
464
=30 x 0,090
42 , 5569 x 0,025−30+ 22
=
22−1
−6,9360775
=
21
Mc = -0,33
43
Jika Id Mc > 1,0
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
2 ,7−(−0 ,33)
=1( )
30−(−0 , 33)
(−3 , 03)
=1( )
30 , 33
= 1 (0,099 )
Ip = 0,099
4. Anadara antiquata
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 1 1
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 2 4
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
44
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L3
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
Total N= 30 Σx=7 ²
Σ x =11
2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿
11−7
=30 x
49−7
4
=30 x
42
=30 x 0,095
42 , 5569 x 0,025−30+ 7
=
7−1
−21,9360775
=
6
Mc = -3,65
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
45
2 ,85−(−3 ,65)
=1( )
30−(−3 ,65)
6 ,5
=1( )
33 ,65
= 1 (0,193 )
Ip = 0,193
5.Canarium Clineurum
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 2 4
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 0 0
2 0 0
3 3 9
4 0 0
L3 5 0 0
6 2 2
7 0 0
8 0 0
9 1 1
46
10 0 0
2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿
19−9
=30 x
81−9
10
=30 x
72
=30 x 0,13
42 , 5569 x 0,025−30+ 9
=
9−1
−19,9360775
=
8
Mc = 2,49
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
3 , 9−2 , 49
=1( )
30−2 , 49
1, 41
=1( )
27 ,51
= 1 (0,051 )
Ip = 0,051
47
Jika Ip > 0 maka populasinya menyebar mengelompok
48
6.Protoreaster nodosus
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 1 1
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 1 1
L3
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 1 1
2
Σ x −Σx ¿ ¿ ¿
2
( Σx ) −Σx ¿
6−6
=30 x
36−6
49
0
=30 x
30
=30 x 0
42 , 5569 x 0,025−30+ 6
=
6−1
−22,9360775
=
5
Mc = 4,58
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
0−4 , 58
=1( )
30−4 , 58
4 , 58
= 1( )
25 , 42
= 1(0,180 )
Ip = 0,180
50
7. Micela lamelose
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 1 1
5 0 0
L2
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
51
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 2 4
L3
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 0 0
2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿
7−5
=30x
25−5
2
=30x
20
=30x 0,1
42 , 5569 x 0,025−30+ 5
=
5−1
15,9360775
=
4
52
Mc = -3,98
id−M c
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
3−(−3 , 98)
=1( )
30−(3 , 98)
6 , 98
=0 ( )
33 , 98
= 0 (0,205 )
Ip = 0,205
8. Canarium maculatum
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
3 0 0
5 1 1
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
53
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L3
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿
2−2
=30 x
4−2
0
=30 x
2
=30x 0
42 , 5569 x 0,025−30+ 2
=
2−1
14 , 4929775
=
1
Mc = 14,49
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
0−14 , 49
= 1( )
30−14 , 49
54
14 , 49
=1( )
15 , 51
= 0 (0,934 )
Ip = 0,934
9. Strombos luhuanus
Lintasan Σx Σx ²
Kuadran
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 1 1
L3 1 0 0
2 2 4
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 1 1
7 0 0
8 0 0
9 2 4
10 0 0
55
2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿
11−7
=30 x
49−7
4
=30 x
42
=30 x 0,09
42 , 5569 x 0,975−30+ 7
=
7−1
−21,9360775
=
6
Mc = - 5,48
id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc
2 ,7−(−5 , 48)
=1( )
30−(−5 , 48)
8 , 18
=0( )
35 , 48
= 0 (0,230 )
Ip = 0 ,230
56
Nilai Sebaran Khi-Kuadrat
57
58
4. Dokumentasi Penelitian
59
5. Surat Keterangan Penelitian
60