Anda di halaman 1dari 77

SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI DAERAH PADANG

LAMUN PERAIRAN FITU KOTA TERNATE

SKRIPSI

NOFITA NAIPON
05161911011

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2024
SEBARAN MAKROZOOBENTOS DI DAERAH PADANG
LAMUN PERAIRAN FITU KOTA TERNATE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata


Satu (S-1) Perikanan Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan

NOFITA NAIPON
05161911011

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA


PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2024

ii
LEMBARAN PERSETUJUAN

Nama : Nofita Naipon

NPM : 05161911011

Judul : Sebaran Makrozoobentos Di Daerah Padang Lamun


Perairan Fitu Kota Ternate.

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Fakultas : Perikanan dan Kelautan

DISAHKAN
KOMISI PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Sunarti, S.Pi,M.Si. Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si.


NIP. 197707202005012001 NIP.19770505202005011002

MENGETAHUI

Koordinator Program Studi

Sunarti, S.Pi, M.Si.


NIP. 19770720200501200

iii
LEMBARAN PENGESAHAN

iv
LEMBARAN PERNYATAAN

Nama : Nofita Naipon


Npm : 05161911011
Judul : Sebaran Makrozoobentos Di Daerah Padang Lamun
Perairan Fitu Kota Ternate
Program Studi : Pengelolaan sumberdaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Kelautan

Dengan ini saya menyatakan bahwa sikripsi dengan judul” Sebaraan

Makrozoobentos Di Daerah Padang Lamun Perairan Fitu Kota Ternate adalah

benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya yang sesuai dengan prosedur

akademik yang berlaku. Semua data yang di tampilkan adalah asli sesuai dengan

sumber datanya. Apabila terjadi unsur duplikasi, baik sengaja maupun tidak maka

saya siap dituntut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Ternate, 31 Oktober 2023

Nofita Naipon
NPM.05161911011

v
RIWAYAT PENDIDIKAN

Nofita Naipon, Lahir Di Sanana, Pada Tanggal 05 Januari


2001, dari Ayahanda Salman Naipon dan ibunda Jubida
Umarama. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Pendidikan yang ditempuh penulis dimulai pada
tahun 2007, penulis memasuki Sekolah Dasar di SD Negeri 2
Sanana dan lulus pada tahun 2013.
Kemudian penulis melanjutkan lagi ke tingkat pendidikan
Sekolah Menengah Pertama MTS Swasta Waiina Sulabesi Barat, Kabupaten
Kepulauan Sula dan lulus pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan ke
tingkat Sekolah Menengah Atas di MAN 1 Sanana dan lulus pada tahun 2019.
Pada tahun 2019 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan di
tingkat Perguruan Tinggi Negeri yakni di Universitas Khairun tepatnya di
Fakultas Perikanan dan Kelautan, pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan melalui Jalur SBMPTN 2019. Aktivitas penulis selama menjadi
mahasiswa adalah mahasiswa aktif selama mengikuti perkuliahan dalam lingkup
fakultas dan universitas.

vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“ Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras, tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan, tidak ada kemudahan tanpa doa”

(Nofita Naipon)

“Hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus
dialami”

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah S.W.T yang memberikan saya banyak pelajaran hidup didunia ini, terima
kasih telah menjawab doa-doaku dan menjadikan aku orang yang lebih bersabar
atas ketentuamu.

Yang teristimewa saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang


tua yang saya cintai Ayahanda Salman Naipon dan Ibunda Jubaida Umarama,
laki-laki dan perempuan hebat yang selalu menjadi penyemangat dan membuat
saya bangkit dari kata menyerah dengan memberikan motivasi, mendoakan, dan
memberikan dukungan penuh sehingga saya dapat memyelesaikan skripsi ini.

vii
ABSTRAK

NOFITA NAIPON. NPM: 05161911011. Sebaran Makrozoobentos Di Daerah


Padang Lamun Perairan Fitu Kota Ternate.. Dibimbing oleh RIYADI SUBUR
dan SUNARTI.

Makrozoobentos merupakan hewan yang hidup di dasar perairan, Salah satu dari
komponen biotik yang berasosiasi dengan lamun adalah makrozoobenthos yang
memiliki peranan penting bagi kepentingan manusia misalnya sebagai makanan
manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan sebagai indikator suatu perairan
termasuk di wilayah pesisir. Di perairan Fitu juga terdapat hamparan padang
lamun yang terbentang hampir di sepanjang bibir pantainya dan terdapat pula
beberapa jenis lamun yang hidup disana, maka untuk mengetahui sebaran
makrozoobentos yang terdapat pada di perairan Fitu, maka penulis melakukan
penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui keragaman jenis makrobentos dan
menghitung indeks ekologi yang meliputi keanekaragaman, kemerataan,
dominansi,dan kelimpahan relatif jenis makrozoobentos di perairan pantai fitu
dengan menggunakan metode purposive sampling pada pengambilan data kualitas
air dan biota, sedangkan untuk menghitung pola sebaran menggunakan metode
perhitungan indeks keanekaragaman jenis, indeks dominansi dan indeks
kemerataan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi
jenis makrozoobentos yang ditemukan pada padang lamun di perairan fitu
terdapat 9 spesies, Lambis –lambis, Nassarius pullus, Nerita albicila, Anadara
antikuata, Canarium klinorum, Protoreaster nodosus, Micelia lamelose,
Canarium maculatum dan Strombos luhuanus.

Kata kunci: Makrozoobentos, padang lamun, Fitu, keragaman

viii
ABSTRACT

NOFITA NAIPON. NPM: 05161911011. Distribution of Macrozoobenthos in


the Seagrass Field Area in the Waters of Ternate City. Supervised by RIYADI
SUBUR and SUNARTI.

Macrozoobenthos are animals that live at the bottom of the waters. One of the
biotic components associated with seagrass is macrozoobenthos which has an
important role for human interests, for example as human food, as a food chain in
the sea and as an indicator of waters, including in coastal areas. In Fitu waters
there are also expanses of seagrass beds that stretch almost along the shoreline and
there are also several types of seagrass that live there, so to find out the
distribution of macrozoobenthos found in Fitu waters, the author conducted this
research with the aim of knowing the diversity of types of macrobenthos and
calculate ecological indices which include diversity, evenness, dominance and
relative abundance of macrozoobenthic species in Fitu coastal waters using the
purposive sampling method to collect data on water quality and biota, while to
calculate distribution patterns using the method of calculating the species diversity
index, dominance index and evenness index. Based on the research results, it can
be concluded that the composition of macrozoobenthic species found in seagrass
beds in Fitu waters contains 9 species, Lambis -lambis, Nassarius pullus, Nerita
albicila, Anadara antikuata, Canarium klinorum, Protoreaster nodosus,Micelia
lamelose, Canarium maculatum and Strombos luhuanus.

Keywords: Macrozoobenthos, seagrass beds, Fitu, diversity

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, se hingga penulisan skripsi dengan

judul “Sebaran Makrozoobentos Di Daerah Padang Lamun Perairan Fitu Kota

Ternate’’ dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan serta saran dari Dosen

Pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh

pihak terutama kepada pembimbing yaitu Bapak Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si, selaku

Dosen Pembimbing I dan kepada Ibu Sunarti, S.Pi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing

II.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran maupun

kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna

penyempurnaan skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya, dan bagi

para pembaca pada umumnya.

Ternate, 30 Oktober 2023


Penulis

Nofita Naipon

x
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak.

Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu. Penulis banyak menerima bimbingan,

petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moril

maupun materil. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah S.W.T atas karunia yang telah memberikan nikmat akal serta nikmat

kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

2. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Salamn Naipon dan Ibunda tercinta

Jubida Umarama. Sebagai salah satu wujud rasa cinta dan terimakasih penulis

atas segala pengorbanan dalam mengasuh, mendidik dan membiayai penulis

dengan rasa penuh kasih sayang serta senantiasa mendoa’akan kesehatan dan

keberhasilan penulis serta keluarga penulis yang selalu memberikan semangat

kepada penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan ini.

3. Banyak terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua pembimbing Ibu

Sunarti, S.Pi., M.Si. dan Bapak Dr. Riyadi Subur, S.Pi., M.Si yang telah

banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penyusunan Skripsi ini

4. Penulis ucapkan kepada dosen penguji ibu Rina, S.P., M.Si Ibu Yuyun

Abubakar, S.P., M.Si. dan Bapak Masyrhur, S.Pi., M.Si. Terima kasih atas

masukkan dan saran kepada penulis hingga rangkumnya skripsi ini .

5. Terimakasih Kepada Bapak Mohammad Abjan Fabanjo, S.P., M.Si. selaku

Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Khairun Ternate.

xi
Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam

memberikan fasilitas, ilmu serta pendidikan pada saya sehingga dapat

menunjang dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada ibu Rugaya H. Serosero, S.P, M.Si. selaku penasehat akademik,

terimakasih atas nasehat, arahan, dan kesabaran yang selalu diberikan kepada

penulis.

7. Ibu Sunarti, S.Pi,M.Si selaku koordinator Pengelolaan Sumberdaya Perairan.

Terima kasih atas kebijakan, arahan dan masukkan yang telah diberikan.

8. Kakak tercinta Romi Umalekhoa dan Dewi Andini Latif, serta seluruh

keluarga saya. Terima kasih telah memberikan dukungan doa serta motivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Sahabat Sukarni Fokatea, Ayu Kemhay, Suharni Kemhay, Juniarti

Basahona, Nur kamaria Drakel dan Keryani Fokatea, yang telah memberikan

dukungan dan doa kepada penulis.

10. Sahabat terbaik Fadhilah Alwy B.S.A, Rindiani Ahmad, Halima Tuanaya,

Sari Tabaika, Indri Adelia Kulle, terima kasih telah menjadi support system

terbaik selama kurang lebih empat tahun dan menjadi tempat berkeluh kesah,

memberikan dukungan, bantuan dan doa kepada penulis untuk

menyelesaiakan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan prodi MSP angkatan 2019 terima kasih atas

kebersamaan dan dukungan selama dalam masa perkuliahan.

Ternate, 31 Oktober 2023

Nofita Naipon
xii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN PERSETUJUAN................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... v
RIWAYAT PENDIDIKAN......................................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
ABSTRAK................................................................................................... viii
ABSTRACK................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR................................................................................. x
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvi

i
1. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4
2.1. Makrozoobentos.......................................................................... 4
2.2. Klasifikasi Organisme Bentos.................................................... 4
2.3 Sebaran Makrozoobentos............................................................ 5
2.4 Prameter Lingkungan................................................................... 5
2.4.1. Suhu................................................................................. 5
2.4.2. Salinitas............................................................................ 5
2.4.3. Derajat Keasaman (pH)................................................... 5
2.4.4. Hubungan Ekosistem Lamun Dengan Makrozoobentos. 6
3. METODE PENELITIAN........................................................................ 8
3.1 Waktu Dan Tempat...................................................................... 8
3.2 Alat Dan Bahan............................................................................ 8
3.3.Metode Pengambilan Data........................................................... 9
3.4 Purposive Sampling...................................................................... 9
3.5 Pengukuran Parameter Lingkungan............................................. 10
3.5.1. Suhu................................................................................. 10
3.5.2. Derajat keasaman (pH).................................................... 10
3.5.3. Salinitas............................................................................ 11
3.6 Metode Analisis Data.................................................................. 11
3.6.1 Indeks keanekaragaman Jenis.......................................... 11
3.6.2. Indeks Dominansi(C)....................................................... 11
3.6.3 Indeks Kemerataan (E).................................................... 12
3.6.4. Pola Sebaran.................................................................... 12

xiii
4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 15
4.1 Deskripsi Lokasi.............................................................................. 15
4.2. Parameter Lingkungan................................................................... 16
4.2.1. pH (Derajat keasaman............................................................. 16
4.2.2. Salinitas................................................................................... 16
4.2.3. Suhu....................................................................................... 17
4.3 Sebaran Makrozoobentos Pada Padang Lamun.............................. 17
4.4 Deskripsi Jenis Klasifikasi Makrozoobentos................................. 17
4.5 Indeks Keanekaragaman, Dominansi, dan Kemerataan................. 26
5. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 31
5.1. Simpulan........................................................................................ 31
5.2 Saran............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 32
LAMPIRAN................................................................................................. 37

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman


1. Alat dan Bahan Penelitian......................................................... 8
2. Parameter Lingkungan............................... 16
3. Hasil Analisis pola sebaran............................................... 29

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman


1. Peta Lokasi Penelitian.............................................................. 8
2. Sketsa luas area pengambilan sampel....................................... 10
3. Pantai Fitu ................................................................................ 15
4. Lambis-lambis........................................................................... 18
5. Nassarius pullus........................................................................ 19
6. Nerita albicila........................................................................... 20
7. Anadara antiquata.................................................................... 21
8. Canarium klineorum................................................................. 22
9. Protoreaster nodosus................................................................ 23
10. Micella lamelose....................................................................... 24
11. Canarium maculatum................................................................ 25
12. Strombus luhuanus.................................................................... 26
13. Indeks keanekaragaman, dominansi dan kemerataan makrozo
obentos di perairan Fitu............................................................. 26

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman

1. Data Komposisi Jenis ...................................................................... 36


2. Data Keanekaragaman, Dominansi, Kemerataan............................ 37
3. Pola sebaran dan uji lanjut............................................................... 38
4. Nilai sebaran Khi-kuadrat................................................................ 58
5. Dokumentasi Penelitian................................................................... 59
6. Surat Keterangan Penelitian............................................................. 60

xviii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makrozoobentos merupakan hewan yang hidup di dasar perairan (Junaidi et

al., 2017). Selain itu, makrozoobentos juga memegang peranan utama dalam

siklus rantai makanan, baik sebagai konsumen primer (herbivor), konsumen

sekunder (karnivor) maupun dekomposer yang merombak bahan organik menjadi

unsur yang lebih sederhana dan siap dimanfaatkan kembali oleh berbagai macam

organisme (Ratna, 2017).

Selain itu, beberapa kelompok makrozoobentos seperti moluska dan

gastropoda diketahui memiliki protein dan mineral yang tinggi. Hewan ini juga

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, bahan industri dan perhiasan, bahan

pupuk serta untuk obat-obatan (Wahyuni et al., 2016)..

Salah satu dari komponen biotik yang berasosiasi dengan lamun adalah

makrozoobenthos (Wang et al., 2019). Benthos adalah organisme akuatik menetap

di dasar perairan yang memiliki pergerakan relatif lambat serta daur hidup relatif

lama (Mustaffa et al., 2013). Benthos yang hidup disetiap daerah memilki pola

adaptasi yang berbeda bergantung kepada kondisi dari daerah tersebut. Secara

ekologi, organisme ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu epifauna,

merupakan organisme bentik yang hidup permukaan dasar dan infauna, yang

merupakan organisme yang hidup pada substrat lunak ( Desmawati dkk.,2020)

Ira, (2011) menyatakan bahwa adanya makrozoobentos yang mendiami

wilayah ekosistem padang lamun maka menunjukan adanya kehidupan yang

dinamik dan juga terjadi interaksi antar lamun dan biota makrozoobentos itu

sendiri, terutama saling memanfaatkan dan saling membutuhkan dalam proses

1
pertumbuhan dan berkembang biak. Makrozoobenthos juga memiliki peranan

penting bagi kepentingan manusia misalnya sebagai makanan manusia, sebagai

mata rantai makan di laut dan sebagai indikator suatu perairan termasuk di

wilayah pesisir (Sihombing, 2023).

Makrozoobenthos juga menempati berbagai zona seperti padang lamun,

daerah, terumbu karang, berlumpur, berpasir dan beberapa jenis makrozoobentos

juga biasanya hidup pada daerah budidaya rumput laut seperti Crustacea dan

Gastropoda (Ulfah dkk., 2012). Makrozoobentos juga merupakan salah satu

organisme akuatik yang menetap didasar perairan, memiliki pergerakan relatif

lambat dan dapat hidup relatif lama sehingga memiliki kemampuan untuk

merespon kondisi kualitas perairan (Amizera dkk., 2020).

Di perairan Fitu Kota Ternate merupakan perairan yang mempunyai

beberapa aktivitas masyarakat dan sebagai tempat nelayan mencari ikan. Di

perairan Fitu juga terdapat hamparan padang lamun yang terbentang hampir di

sepanjang bibir pantainya dan terdapat pula beberapa jenis lamun yang hidup,

maka untuk mengethui sebaran makrozoobentos yang terdapat pada di perairan

Fitu, maka penulis melakukan penelitian ini dan untuk menggambarkan kondisi

padang lamun di perairan Fitu.

1.2. Rumusan Masalah


Makrozoobentos adalah hewan invertebrata yang hidup didasar perairan.

Makrozoobentos sering dipakai untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan

fisik, kimia, dan biologi perairan. peranan penting bagi kepentingan manusia

misalnya sebagai makanan manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan

makrozoobentos itu sendiri terutama saling memanfaatkan dan saling

2
membutuhkan dalam proses pertumbuhan dan berkembang biak, namun

keberadaan habitatnya telah terganggu mulai dari adanya aktivitas antropogenik

berupa tambatan perahu dan aktivitas penangkapan ikan

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu untuk melakukan penelitian

dengan judul “Sebaran makrozobenthos di daerah padang lamun perairan Fitu

kota ternate”

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui komposisi jenis makrozoobentos di perairan pantai Fitu

Kelurahan Fitu, Kota Ternate.

2. Menghitung indeks ekologi yang meliputi keanekaragaman,kemerataan

dominansi, dan jenis Makrozoobentos di perairan pantai Fitu, Kota

ternate.

3. Mengetahui sebaran jenis makrozoobentos di perairan pantai Fitu, Kota

Ternate.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah wawasan dan menjadi

acuan dalam penelitian lainnya.

3
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makrozoobentos

Makrozoobentos adalah organisme yang tersaring oleh saringan berukuran

1,0 mm x 1,0 mm, berdasarkan letaknya dibedakan menjadi dua macam, yaitu

makrozoobenthos epifauna yang hidup dengan membenamkan diri dibawah

lumpur atau sedimen dan makrozoobentos infauna yang hidup di permukaan

substrat (Putro, 2014). Makrozoobenthos adalah organisme yang hidup pada

lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik baik di dasar perairan laut,

danau, kolam, ataupun sungai yang merupakan hewan melata, menetap,

menempel, merendam dan meliang di dasar perairan tersebut.

Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok biota air yang terpenting

dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya dalam jaring makanan,

dan berfungsi sebagai degradator bahan organik Yuniar dkk., (2012).

2.2. Klasifikasi Organisme Bentos

Klasifikasi Organisme bentos seperti filum annelida kelas polychaeta,

filum arthropoda kelas crustacea, filum mollusca (Amphineura, Gastropoda,

Scaphopoda, Chepalopoda, Pelecypoda/Bivalvia) dan filum echinodermata

(Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea dan Holothurioidea. Klasifikasi

untuk hewan tidak diurutkan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah yaitu

Kingdom, Filum, Kelas, Ordo, Family, Genus, Spesies (Marni, 2011 dalam

Jumar,1995)

4
2.3 Sebaran Makrozoobentos

Nurjanah. (2013) menyatakan bahwa pola penyebaran seragam jarang

terdapat pada populasi alami yang demikian mendekati adalah apabila terjadi

penjarangan akibat kompetisi antar individu yang mendorong pembagian ruang

hidup yang sama. Faktor lingkungan lain yang dapat mempengaruhi pola

penyebaran makrozoobentos adalah adanya predator dalam perairan akan

mempengaruhi hewan bentos.

2.4 Parameter Lingkungan

2.4.1. Suhu

Pamuji et al., (2015) menyatakan nilai suhu optimal makrozoobentos

berkisar antara 29-40 ºC. suhu perairan diatas termasuk dalam kategori yang

sesuai untuk mendukung kelangsungan hidup makrozoobentos.

2.4.2. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam

air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin

tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Gufran dan

Baso, 2007 dalam Widiadmoko, 2013). Perbedaan salinitas perairan dapat terjadi

karena adanya perbedaan penguapan dan presipitasi.

2.4.3. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menunjukan derajat keasaman atau kebasahan suatu perairan.

Pada umunya kematian organisme lebih banyak disebabkan oleh pH yang lebih

rendah dari pada pH yang lebih tinggi.

5
pH perairan yang bersifat alkalis atau basa. Mayunar et al. 1995

mengemukan bahwa air laut memiliki nilai pH yang relatif stabil dan biasanya

berkisar antara 7.5-9.0 atau pH yang bersifat basa. Nilai pH disuatu perairan

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fotosintesis, suhu, serta buangan

industri dan rumah tangga yang menyebabkan terjadinya proses ionisasi unsur dan

senyawa di dalam air yang kemudian meningkatkan nilai pH perairan.

2.4.4. Hubungan Ekosistem Lamun Dengan Makrozoobentos

lamun merupakan tumbuhan berbiji satu (monokotil) serta memiliki akar,

rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah, sama halnya dengan tumbuhan yang

tumbuh di daratan. Di perairan dangkal lamun dapat ditemui tumbuh membentuk

hamparan padang serta mirip seperti tumbuhan ilalang di daratan yang dapat

terdiri dari satu species (monospesific) dan beberapa spesies (multispesific)

olehnya disebut padang lamun (Wagey, 2017).

Makrozoobentos yang banyak ditemukan pada permukaan sedimen adalah

makrozoobentos dari kelas Gastropoda, hal ini mengindikasikan bahwa kelas

tersebut mendominansi asosiasi di kawasan padang lamun tersebut. Kelas

Gastropoda merupakan makrozoobentos epifauna yang memanfaatkan lamun

secara langsung sebagai tempat berlindung dari kecepatan arus yang kuat dan

predator (Hitalessy dkk. , 2015).

Indrawan et al., (2016) lamun yang tinggi meningkatkan total bahan

organik, sehingga dapat menambah kelimpahan makrozoobentos yang berasosiasi

didalamnya. Sedangkan kepadatan tutupan lamun berperan terhadap peningkatan

keanekragaman makrozoobentos. Lamun yang mempunyai daun yang panjang

dapat menjadi jalan bermigrasi bagi makrozoobentos dari sedimen ke daun lamun.

6
Beberapa kelas makrozoobentos dapat memanfaatkan detritus yang berasal

dari tumbuhan lamun yang mati, plankton, bakteri, dan bahan organik lain yang

terendap pada butiran pasir dan lumpur sebagai bahan makananya produktuvitas

lamun memberikan kontribusi yang bervariasi diperairan hal ini disebabkan

adanya perbedaan biomassa, pertumbuhan, dan kepadatan dari masing-masing

jenis lamun (Ilahi dkk., 2013). (Indrawan et al., 2016) padang lamun merupakan

ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dengan keanekaragaman biota

yang cukup tinggi. Pada ekosistem hal ini hidup beranekaragaman biota laut

seperti ikan, crustacea, molusca (pinna sp, lambis sp,strombus sp,) echinodermata

(Holothuria sp, synapta sp, diadema sp,linckia sp) dan cacing (polychaaeta).

7
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di perairan Fitu, Kecamatan Ternate Selatan
pada bulan juli 2023. Lokasi penelitian ditunjukan pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


3.2 Alat dan Kegunaan
Alat yang dapat digunakan pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel

Tabel. 1 alat dalam penelitian

No Alat Kegunaan
Untuk dokumentasi jenis sampel yang
1 Kamera
ditemukan
2 Meteran Digunakan untuk mengukur jarak lokasi
3 Horiba Mengukur Ph,Air suhu dan salinitas
4 Kantong Sampel Tempat menyimpan makrozoobentos
Untuk mencatat spesies sampel yang telah
5 Alat Tulis
ditemukan
6 Tali Rafia Membuat garis transek
Digunakan untuk menentukan titik
8 Pipa Plot
pengambilan spesies
Global Positioning
9 Menentukan lokasi penelitian
System (GPS)
10 Mistar Mengukur panjang tubuh makrozoobentso
11 Masker,snorkel Alat bantu dalam pengambilan sampel
12 Kuadran 1x1 cm Pengamatan makrozoobentos

8
3.3.Metode Pengambilan Data

3.4 Purposive Sampling

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive

sampling yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang

populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil serta analisa

data yang bersifat deskriptif. Metode pengambilan data di lapangan sebagai

berikut:

1. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan mengunakan metode

Purposive Sampling. Metode ini merupakan suatu teknik pengambilan

sampel dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan lokasi

penelitian dengan mengunakan GPS (Global Position System) Lokasi

penelitian terdiri dari satu stasiun yaitu perairan Fitu dimana tiap stasiun

terdapat 3 lintasan.

2. Pengambilan makrozoobentos dilakukan sepuluh kali buangan kuadran

secara acak dalam satu lintasan. Setiap titik pengambilan sampel

menggunakan 1 garis lintasan (transek) dengan panjang 50 Meter dari

garis pantai kearah laut.

3. Pengambilan makrozoobnetos dilakukan pada saat air laut surut. Sampel

yang ditemukan pada permukaan substrat diambil kemudian dimasukkan

ke kantong sampel, lalu makrozoobentos yang didapatkan pada masing-

masing transek kemudian dicatat dan dihitung. Sampel yang ditemukan

kemudian difoto mengunakan kamera dan di identifikasi jenisnya.

9
Gambar 2. sketsa luas area pengambilan sampel

3.5 Pengukuran Parameter Lingkungan

Pengukuran prameter lingkungan meliputi suhu air, salinitas dan ph,pada

pengamatan menggunakan pengamatan substrat dilakukan secara visual Menurut

Hinz et al., (2011), parameter lingkungan jika terjadi perubahan seperti salinitas,

suhu, pH dapat mempengaruhi migrasi, laju metabolisme dan proses reproduksi

terhadap makrozoobentos.

3.5.1. Suhu

Pengukuran suhu yang diukur adalah suhu permukaan dengan

mengunakan alat ukur prameter, dengan cara dicelupkan kedalam air laut,

kemudian dilihat angka derajat suhu yang tertera pada alat ukur thermometer.

3.5.2. Derajat keasaman (pH)

Pengukuran menggunakan pH meter. pH meter dicelupkan ke badan

periaran kemudian di biarkan 1 sampai 5 menit langsung di angkat dibaca sesuai

dengan standar angka yang tertera pada layar pH meter, angka tersebut merupakan

nilai pH yang diukur.

10
3.5.3. Salinitas

Pengukuran salinitas menggunakan alat pengukur salinitas ,salinitas diukur

dengan cara celupkan di dalam air laut kemudian dilihat angka yang tertera pada

alat ukur parameter.

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Indeks Keanekaragaman Jenis

Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan formula sebagai

berikut ( Krebs, 1989):

s
H =−∑ ¿ ln ¿
'

i1 N N
dimana:
H' = indeks keanekaragaman jenis
ni = jumlah total individu ke-i
N = jumlah total individu

Dengan kriteria:
H'<1 = keanekaragaman jenis rendah
1'≤ H'≤ 3 = keanekaragaman jenis sedang
H'>3 = keanekaragaman jenis tinggi
3.6.2. Indeks dominansi (C)
Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dominansi

dari spesies tertentu, maka digunakan rumus indeks dominansi (Odum, 1993)

S ¿
C=∑ (−¿ N ¿¿) ¿ 2
i= I ¿

Keterangan:
C = Indeks Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu tiap jenis
N = Jumlah total individu dari semua spesies
s = Jumlah 1,2,3,.. dan seterusnya

Kriteria:

11
Nilai C berkisar 0 – 1

jika C mendekati 0 berarti tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila nilai C

mendekati 1 maka terdapat salah satu spesies yang mendominasi.

3.6.3. Indeks Kemerataan (E)

Kemerataan jenis dipakai untuk melihat penyebaran setiap organisme pada

suatu habitat yang ditempati. Kemerataan jenis mengikuti formula (Ludwing dan

Reynolds, 1988) sebagai berikut

H'
E=
H max

Keterangan :
E = Indeks kemerataan
Hˊ = keanekaragaman jenis
Hmax = ln S
S = Jumlah taksa/spesies
Dengan kriteria:
> 0,81 = Penyebaran jenis sangat merata
0,61-0,81 = Penyebaran jenis lebih merata
0,41-0,60 = Penyebaran jenis merata
0,21-0,40 = Penyebaran jenis cukup merata
<0,21 = Penyebaran jenis tidak merata
3.6.4. Pola Sebaran

Untuk mengetahui pola sebaran makrozoobentos, digunakan indeks

dispersi Morisita yang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut

(Krebs, 1989):

I d = n ¿ [Σ x ²−Σ x ¿¿¿ ( Σ x ) ²−Σ x ¿¿]

Keterangan:
Id = Indeks dispersi Morisita

12
N = Jumlah total individu yang terdapat dalam plot
ΣX2 = Kuadrat Jumlah individu per plot/kuadran
Σx = Jumlah total unit sampling

Dengan ketentuan :
Id = 1, pola sebaran acak
Id< 1, pola sebaran seragam
Id> 1, pola sebaran mengelompok

Uji lanjut dilakukan dengan perbandingah nilai indeks Morisita yang

dibakukan (Id) dengan konstanta +0,5 berdasarkan nilai-nilai pada batas kepercayaan

95 %. Prosedur pengujian sebagai berikut :

Penetapan 2 titik signifikan (tingkat nyata) yaitu :

χ 2 . 0 , 975 − n + Σ Xi
Mu =
Indeks penyebaran seragam ( Σ Xi ) −1

χ 2 . 0 ,025 − n + Σ Xi
Mc =
Indeks penyebaran mengelompok ( Σ Xi ) −1

Keterangan :

χ 2 = Nilai chi kuadrat dari tabel pada derajat bebas (n-1) dengan α l = 0,975 dan
α 2 = 0,025.

Perhitungan Indeks Morisita yang di Standarisasikan dengan ketentuan


sebagai berikut :

Jika Id  Mc > 1,0 maka Ip = 0,5 + 0,5


( I d − Mc
n − Mc )
Jika Mc > Id  1,0 maka Ip = 0,5
( Id − 1
Mc − 1 )

Jika 1,0 > Id > Mu, maka Ip = -0,5


( Id − 1
Mu − 1 )
13
Jika 1,0 > Mu > Id, maka Ip = - 0,5 + 0,5
( I −MuMu )
d

Indeks Morisita yang distandarisasikan memiliki kisaran dari -1,0 sampai


dengan + 1,0 dengan batas kepercayaan 95 % pada - 0,5 dan + 0,5.

- Jika Ip = 0 maka populasinya menyebar acak

- Jika Ip > 0 maka populasinya menyebar mengelompok

- Jika Ip < 0 maka populasinya menyebar seragam

14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi

Kelurahan Fitu terletak di Kecematan Ternate Selatan, Kota Ternate

Provinsi Maluku Utara. Perairan Fitu berbatasan dengan Kelurahan Gambesi di

bagian selatan, bagian utara berbatasan dengan kelurahan Ngade, bagian timur

berbatasan dengan pulau Maitara serta bagian barat berbatasan dengan gunung

Gamalama. Secara geografis Kelurahan Fitu berada di titik koordinat N=

00°45°21.00’’ dan E= 127°20’39.2. Perairan Fitu juga memiliki substrat yang

bervariasi seperti pasir berlumpur dan pasir berkarang serta adanya aktivitas

nelayan.

Gambar 3. Pantai Fitu

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 9 spesies makrozoobentos yaitu

lambis-lambis, Nassarius pullus, nerita albicilia, anadara antikuata, canarium

klineurum, protoreaster nodosus, micela lameose, canarium maculatum dan

Strombos luhuanus.

15
Hasil pengamatan di Perairan Fitu menunjukan bahwa semua titik

sampling memiliki pola penyebaran acak dan memiliki tipe substrat pasir

berlumpur (dominansi pasir), dan ada beberapa masyarakat setempat mencari

ikan.

4.2 Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Parameter Lingkungaan

Waktu Suhu(ºC) pH Air Salinitas(‰)


1 08.00 (WIT) 30‫ﹾ‬C 5,64 31,05
2 13.00 (WIT) 29‫ﹾ‬C 7,30 30,00
3 16.00 (WIT) 32‫ﹾ‬C 7,34 35,15
Kisaran 30,3 ‫ﹾ‬C 6,76 32,0

4.2.1. pH (Derajat Keasaman)

Berdasarkan hasil pengukuran pH yang terdapat di Perairan Fitu selama

penelitian dapat dikatakan kehidupan makrozoobentos bagi pertumbuhan dan

perkembangan yang baik, sehingga hasil pengukuran pH di Perairan Fitu yaitu

5,64 diwaktu pagi, 7,30 diwaktu siang dan 7,34 diwaktu sore hal ini menunjukan

Perairan Fitu memiliki pH yang ralatif, hal ini sejalan dengan Asry dkk., (2014)

menyatakan hasil sampling makrozoobentos mampu hidup pada kisaran pH 7-8.

4.2.2. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas di perairan Fitu yaitu, 31,05% di waktu pagi

30,00%, di waktu siang dan 35,15, di waktu sore pada perairan Fitu. Sehingga

kisaran salinitas yang di dapatkan yaitu, 31,05%-35,15%. Hal ini sesuai dengan

pendapat (Clarke dan Gorley 2006). salinitas 31,17 ppt, dan pasang surut 29,67

kisaran salinitas yang mendukung kehidupan makrozoobentos.

16
4.2.3. Suhu

Hasil pengukuran suhu di perairan Fitu, yaitu 30 °C di waktu pagi, 29°C di

waktu siang 32°C di waktu sore pada perairan Fitu. Perbedaan nilai pengukuran

suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari di waktu siang sangat tinggi

dibandingkan dengan pagi dan sore hari. Sehingga kisaran suhu yang didapatkan

yaitu 30°C-32°C. Batas toleransi hewan makrozoobentos terhadap suhu tergantung

pada spesies, umumnya suhu diatas 35°C dapat menekan pertumbuhan populasi

hewan makrozoobentos. Hasil pengukuran menunjukkan rentang suhu yang masih

tergolong baik untuk kehidupan makrozoobentos (Wahyuningrum et al., 2016).

4.3. Sebaran Makrozoobentos pada padang lamun

Sebaran makrozoobentos di perairan Fitu saat ini dalam kondisi tidak baik

dikarenakan masyarakat setempat membuang limbah secara langsung di perairan

Fitu, oleh karena itu kualitas perairan semakin menurun, sehingga

makrozoobentos yang berada di padang lamun berpengaruh terhadap lingkungan.

Makrozoobentos umumnya terdapat pada substrat pasir berlumpur dan berasosiasi

dengan jenis lamun Enhalus acoraides. Pada kelas gastropoda yaitu spesies

Nassarius pullus ditemukan pada substrat pasir, berlumpur dan berasosiasi dengan

jenis lamun Enhalus acoraides

4.4 Deskripsi Jenis dan Klasifikasi Makrozoobentos

4.4.1. Lambis –lambis

Lambis-lambis (Siput laut) yang terdapat pada perairan Fitu hidup di tipe

perairan berkarang yang banyak ditumbuhi ganggang. Siput laut (lambis-lambis)

merupakan salah satu spesies yang memiliki cangkang panjang dan bundar dan

berwarna coklat, dengan pola kotak kuningan.

17
Menurut (Mazo et al., 2013), lambis-lambis yang belum dewasa, memiliki

cangkang yang tipis, lipatan cangkang belum nampak, dan organ kelamin yang

belum berkembang. Cangkangnya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,

diantaranya untuk bahan kerajinan dan bahan pembuatan kapur sirih.

(a) (b)
Gambar 4. Lambis-lambis.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023), (b) Foto
Literatur (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Lambis_crocata, 2013)

Kingdom : Animalia

Filum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Lambis
Spesies : Lambis-lambis
4.4.2. Nassarius pullus

Nassarius pullus memiliki ukuran panjang hingga 62 mm, namun pada

umumnya hanya sekitar 25-35 mm dan memiliki cangkang berbentuk kerucut

dengan puncak pendek dan bundar. Cangkangnya berwarna putih, dengan pola

kotak kehitaman. Lebar cangkang pada umumnya adalah 28 mm. Habitat aslinya

di wilayah Intertidal dan subtidal sekitar 3 m dan makanan utamanya yaitu cacing.

Menurut Sunarti dkk., (2021), Nassarius pullus memiliki bentuk badan

yang agak bulat oval dengan ukuran panjangnya 30 mm. bagian punggungnya

18
berwarna abu-abu sampai kehitaman, dengan garis-garis melintang berwarna

hitam. Seluruh tubuh bila diraba terasa kasar dan suterennya terlihat jelas.

Terdapat tiga lingkaran spiral menuju ke puncak apex. Bagian aperturennya atau

bukaan mulut cangkang tidak terlalu lebar dan lipnya sangat tebal. Spesies ini

ditemukan menempel pada lamun maupun pada substrat pasir berlumpur.

(a) (b)
Gambar 5 : Nassarius pullus.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023), (b)
Foto Literatur (Sumber: htts://en.m.wikipedia.org/wiki/Nassarius_pullus)

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Famili : Nassariidae
Genus : Nassarius
Spesies : N. pullus
4.4.3. Nerita albicilia

Nerita albicilla pada umumnya memiliki ukuran sekitar 4 cm, permukaan

cangkangnya halus dan sedikit melintang. Warna kulit terluarnya bercorak warna

hitam dan putih, dengan garis yang mencolok, Interiornya berwarna putih dengan

operculum granular.

19
Nerita albicilia dengan jerawat khas di bagian bawa ini sering terlihat di

banyak pantai berbatu dan tembok laut granit biasanya ditemukan tanda air

rendah. Tan & Clements (2008) menemukan siput ini berada pada bebatuan dan

pemecah gelombang.

(a) (b)

Gambar 6 . Nerita albicilia.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023) (b)


Foto Literatur (https://ejournal.undip.ac.id/index.php/bioama/artcle/ )

Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Cycloneritida
Famili : Neritidae
Genus : Nerita
Spesies : Nerita albiciila
4.4.4. Anadara antiquata

Ciri kerang bulu (Anadara antiquata) yang terdapat pada pantai Fitu

adalah cangkang terdiri dari 2 keping yang saling menutup dan berwarna coklat

kehitaman. Bentuk secara keseluruhan hampir bulat, dan pada mulut cangkang

banyak ditemukan bulu-bulu kecil. Kerang bulu (Anadara antiquata) hidup pada

habitat pasir berlumpur.

20
Kerang bulu adalah salah satu jenis kerang, termasuk golongan binatang

bertubuh lunak (Mollusca), bercangkang dua (Bivalvia), insang berlapis-lapis

(Lamellibranchiata), berkaki kapak (Pelecypoda) dan hidup di laut (Asikin, 1982;

Niswari, 2004; Barnes (1982) ; Latifah (2011).

(a) (b)
Gambar 7. Anadara antiquata.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023) (b)
Foto Literatur (https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/biosains/artic le/)

Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Pelecypoda
Sub Classis : Lamellibranchia
Ordo : Taxodonta
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara antiquata
4.4.5. Canarium klineorum

Canarium klineorum ini memiliki ukuran panjang 35 mm warna

permukaan cangkang hitam kecoklatan, bukaan mulut cangkang kecil ditemukan

hidup pada daerah lamun dengan subsrat pasir berlumpur.

Canarium klineorum memiliki cangkang tebal dan runcing, serta memiliki

beberapa lingkaran pada ujung pangkalnya. Bukaan berbentuk bulat, dengan

21
operculum berbentuk spiral dan memiliki gigi kecil pada radula yang terhubung.

Spesies ini ditemukan di pantai zona littoral dan zona sublittral di seluruh belahan

dunia. Mereka hidup dalam pengaruh air tawar ( Rita et.al., 2015).

(a) (b)
Gambar 8. Canarium klineorum.:(a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023),
(b) Foto Literatur (https://yumechantique.wordpress.com /2011/01/14/littorina-
sp /)

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Littorinidae
Genus : Canarium
Spesies : Canarium klineorum
4.4.6. Protoreaster nodosus

Bintang laut (protoreaster nodosus) merupakan organisme yang memiliki

tonjolan hitam dan memiliki lima lengan dengan warna tubuh oranye kehitaman

ditemukan di perairan Fitu, di 3 lintasan berjumlah 6 bintang laut ditemukan di

substrat pasir berlumpur, bintang laut merupakan salah satu biota yang hidupnya

berasosiasi pada padang lamun.

Berdasarkan hasil identifikasi, bintang laut berukuran besar dan tubuhnya

tebal dan keras, pada bagian dorsal terdapat tonjolan-tonjolan berwarna hitam

22
yang sangat runcing, menuju ke lengan berwarna orange. Bintang laut sebagai

anggota kelompok Echinodermata, merupakan salah satu biota yang berasosiasi

kuat dengan padang lamun dan berperan dalam siklus rantai makanan di

ekosistem tersebut (Supono dan Arbi, 2010)..

(a) (b)

Gambar 9. Bintang Laut (Protoreaster nodosus) a).Foto Sampel (Dokumentasi


Pribadi,2023) (b) Foto Literatur (Sumber:
https://doi.org/10.1177/1362168815572747,2010)

Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Family : Oreasteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster nodosus

4.4.7. Micelia lamelose

Micelia lamelose merupakan gastropoda laut, yang hidup pada substrat

pasir berlumpur, micelia lamelose di periaran Fitu terdapat dalam satu lintasan

berjumlah 5 dan memiliki panjang tubuh 40 mm.

Menurut Dodge et.al., (1956), Micelia lamelose adalah spesies siput laut,

moluska gastropoda laut dalam keluarga strombidae, micelia lamelose memiliki

23
warnah tubuh coklat muda dan memiliki garis hitam dan putih. Micelia lamelose

ditemukan pada substrat pasir berlumpur

(a) (b)
Gambar 10. Micelia lamelose a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023) (b)
Foto Literatur (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Canarium_urceus)

Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Micelia
Spesies :Micelia lamelose
4.4.8. Canariun maculatum

Pengukuran panjang cangkang yaitu 30 mm dan ditemukan di substrat

berpasir. Tubuhnya berwarna orange dengan motif kotak-kotak berwarna cokelat

yang teratur dan ujung puncak cangkang mengerucut.

Menurut Leal dkk., (2017), panjang cangkang yaitu 30 mm. Cangkangnya

berwarna putih dengan rangkaian bintik-bintik yang berputar dan tanda orange,

atau cokelat yang tidak beraturan atau seperti awan, sering kali membentuk pita

terputus-putus dan dasar cangkangnya berlekuk.

24
(a) (b)
Gambar 11. Canariun maculatum. a).Foto Sampel
(Dokumentasipribadi,2023),(b)FotoLiteratur(https://www.marinespe
cies.org/aphia.php? )

Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Canarium
Spesies : C. maculatum

4.4.9. Strombos luhuanus

Strombos luhuanus memiliki ukuran tubuh 60 mm, berwarna oranye

kombinasi warna putih dengan permukaan cangkang yang licin dan halus.

strombos luhuanus hidup pada perairan pasir berlumpur, dan strombos luhuanus

hidup berdekatan dengan lamun salah satu biota ini juga hidup di pasir berlmpur

strombos luhuanus banyak ditemukan di lintasan 3.

Strombos luhuanus merupakan gastropoda laut dari famili Strombidae

memiliki beragam manfaat baik secara ekonomi diantaranya dagingnya

dimanfaatkan sebagai bahan makan (Muzahar and Hakim, 2018). Warna bagian

dorsal bintik-bintik coklat corak putih dan warna bagian ventral putih corak coklat

25
sedikit. Cangkang ini memiliki motif yang sangat indah dan menarik selain itu

sebagai indikator bagi kesuburan padang lamun.

(a) (b)
Gambar 12. Strombos luhuanus a).Foto Sampel (Dokumentasi Pribadi,2023)
(b) Foto Literatur (Sumber:https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=745704
1959)

Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Famili : Strombidae
Genus : Conomurex
Spesies : Strombos luhuanus
4.5 Indeks Keanekaragaman, Dominansi, Kemerataan dan pola sebaran

Berdasarkan hasil analsis indeks keanekaragaman, dominanasi dan

kemerataan yang di temukan di perairan pantai Fitu dapat di lihat pada gambar 13.

2.113 0.962000
Nilai H', C, E

2.5
0000000
2
1.5
01
1 0.132
0.5
0
H' C E

Ganbar 13.Indeks keanekaragaman, dominansi dan kemeretaan makrozoobentos


di perairan fitu.

26
4.5.1. Keanekaragaman jenis

Grafik analisis indeks keanekaragaman jenis menunjukan makrozoobentos

di perairan Fitu untuk keseluruhan tergolong sedang dengan Indeks

kenekaragaman jenis Hˈ= 2,113. Hal ini dikarenakan adanya aktifitas

antropogenik berupa tambatan perahu, dan aktivitas masyarakat setempat

membuang sampah dan menangkap ikan, sehinnga menyebabkan kondisi

makrozooentos di perairan Fitu dapat tergangu. Menurut (Argandi, 2003 dalam

Yusuf, 2013). Aktivitas masyarakat seperti membuang sampah di tepi pantai, Hal

ini dapat mempengaruhi dan dapat merusak ekosistem laut. Aktivitas manusia di

sekitar wilayah pesisir dapat berupa pemukiman dan tidak memperhatikan

lingkungan pesisir akan mengakibatkan perubahan kondisi makrozoobnetos

sebagai penunjang ekosistem pesisir.Variasi sedang nilai indeks keanekaragaman

ini sejalan dengan penelitian Ludwing dan Reynolds (1988) yang menyatakan

bahwa nilai keanekaragaman indeks keanekaragaman 1≤ Hˈ≤ 3 keanekaragaman

jenis sedang.

4.5.2. Indeks dominansi

Hasil analisis indeks dominansi untuk keseluruhan diperoleh 0,132 dengan

kriteria nilai C mendekati 0 . Menurut ludwig dan Reynolds (1988) menyatakan

jika nilai C mendekati 0 maka tidak ada spesies yang mendominasi dan apabila

nilai C mendekati 1 berarti ada salah satu spesies yang mendominasi. Nilai indeks

dominansi dari seluruh lintasan yang telah dilakukan pengamatan diperoleh hasil

nilai indeks dominansi sebesar 0,132 yang artinya tidak ada spesies yang

mendominansi diperairan Fitu. Nilai indeks domunansi berdasarkan analisis tidak

didapatkan tidak ada spesises yang mendominansi hal ini dikarenakan

27
keanekaragaman jenisnya tergolong sedang sehingga tidak ada jenis yang

mendominansi, hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Sunarti, dkk.,

2021) bahwa nilai indeks dominansi sangat di pengaruhi oleh keanekaragaman

jenis.

4.5.3. Indeks kemerataan

Tingginya nilai indeks kemerataan diduga karena faktor parameter

lingkungan yang baik dan mendukung untuk kehidupan makrozoobentos.

Tingginya nilai indeks kemerataan dapat dipengaruhi oleh kondisi ekologi yang

bagus dengan tidak adanya penurunan nilai kualitas air yang berpengaruh

terhadap kehidupan makrozoobentos (Meisaroh et al., 2019).

Indeks kemerataan untuk keseluruhan diperoleh nilai 0,962 dengan kriteria

kemerataan >0,8 dan dapat dinyatakan penyebaran tiap jenis sangat merata.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wibsono, (2005) dalam Kaeli dkk., (2016)

bahwa nilai kemerataan >80 menunjukkan penyebaran jenis sangat merata.

parameter lingkungan pada perairan pantai Fitu (titik sampling ) diperoleh

suhu berkisar antara 30,3ºC, salinitas 32,0‰ dan pH air 6,76. Kualitas air juga

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran biota seperti

suhu, salinitas dan pH air. Keseuaian kondisi lingkungan menyebabkan organisme

dapat melangsungkan hidupnya (Sunarti, dkk., 2021)

4.5.4. Pola Sebaran

Hasil analisis pola sebaran makrozoobentos menggunakan indeks morisita dapat

dilihat pada tabel 3.

28
Tabel 3. Hasil analisis pola sebaran

lintasan Indeks sebaran morisita Pola penyebaran


Id Ip Mc Xtab
1 0 0,5 -5,9 42,5569 Mengelompok
2 1,92 0,5 1,32 42,5569 Mengelompok
3 2,7 0,5 -0,33 42,5569 Mengelompok
4 2,85 0,5 -3,65 42,5569 Mengelompok
5 3,9 0,5 2,49 42,5569 Mengelompok
6 0 0,5 4,58 42,5569 Mengelompok
7 3 0,5 -3,98 42,5569 Mengelompok
8 2,7 0,5 14,49 42,5569 Mengelompok
9 0 0,5 -5,48 42,5569 Mengelompok

Hasil analisis menunjukan bahwa pola sebaran dari 9 jenis bersifat

menyebar Mengelompok, karena kondisi substrat yang sama. Pola sebaran

dikatakan menyebar acak dengan batas kepercayaan 95% pada-0. Dari hasil

perhitungan analisis data menunjukan bahwa dapat dipercaya 95% sebaran

makrozoobentos Hal ini sesuai dengan pendapat Hedy et al., (1986) pola

penyebaran acak terjadi akibat kondisi lingkungan, meskipun pada area yang kecil

atau sempit. Penyebaran mengelompok terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat

seragam dan mengelompok tidak adanya kecenderungan individu untuk

bersegrasi.

Menurut Putra et al. (2018), menyatakan bahwa persebaran populasi

organisme dialam umumnya mempunyai persebaran yang sangat jarang sekali

ditemukan dalam pola sebaran mengelompok. Selanjutnya, semakin banyak

individu yang memijah maka semakin sering ditemukan pola sebaran yang

mengelompok. Lebih lanjut Ode (2017), juga berpendapat pola distribusi sebaran

acak disebabkan oleh sifat spesies yang bergerombol atau adanya kesamaan

habitat sehingga terjadi pola sebaran acak di tempat lain yang terdapat banyak

bahan makanan. Pola sebaran acak berkaitan dengan kondisi lingkungan abiotik

29
(suhu dan salinitas) yang berfluktuasi, ketersediaan bahan organik yang tinggi,

tipe substrat yang baik dan cocok bagi kehidupan spesies (Yuniarti, 2012).

30
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa:

1. Komposisi jenis makrozoobentos yang ditemukan pada padang lamun di

perairan Fitu terdapat sembilan spesies yaitu lambis-lambis Nassarius

pullus, Nerita albicilia, Anadara antiqulata, Canarium klineorum,

Protoreaster nodosus, Micelia lamelose, Canarium maculatum dan

Strombus luhuanus.

2. Indeks keanekaragaman jenis menunjukan makrozoobentos di perairan

Fitu tergolong kategori sedang. Hasil analisis indeks dominansi

menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi. Indeks

kemerataan jenis dinyatakan penyebarannya sangat merata.

3. Pola sebaran makrozoobentos di perairan Fitu tergolong dalam pola

penyebaran mengelompok.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan guna memantau perubahan

makrozoobentos pada padang lamun di perairan Fitu, Kota Ternate.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amizera, S., Ridho , M. R., Saleh, E., & Wicaksono , A. 2020. Struktur
Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Sungai Kundur Kelurahan
Mariana Kecamatan Banyuasin 1. In Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi. 3(1): 133-138.
Asry, A., Yunasfi, & Harahap, Z. A. (2014). Komunitas Makrozoobentos Sebagai
Bioindikator Kualitas Perairan Kecamatan PantaiLabu Kabupaten Deli
Serdang. Medan: Universitas Sumatera Utara
Clarke KR, Gorley RN. 2006. PRIMER v6: User Manual/Tutorial. Plymouth
United Kingdom: PRIMER-E.
Desmawati, I., Adany, A., & Java, C.A. 2020. Studi Awal Makrozoobenthos Di
Kawasan Wisata Sungai Kalimas, Monumen Kapal Selam Surabaya. Jurnal
sains dan Seni ITS . 8(2): 19-22 hal.
Dodge,H.1946. Catatan mengenai tentang moluska Linnaeus: Bagian 4: The
genera Buccinum dan Strombos Kelas GASTROPODA.Buletin Amerika
Museum Sejarah Alam 111:238-310.
Hitalessy, R. B., A. S. Leksono. Dan E. Y. Herawati. 2015. Struktur Komunitas
Dan Asosiasi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir
Lamongan Jawa Timur. J. Pal. 6(1):64-73.
Hinz H, Capasso E, Lilley M, Frost M, Jenkins SR. 2011. Temporal Differences
Ilahi I, Aras M, Elizal. 2013. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Daerah
Padang Lamun Muara Sungai Riau Kota Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau. Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Riau.
Ira. 2011. Keterkaitan Padang Lamun Sebagai Pemerangkap dan Penghasil Bahan
Organik dengan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Pulau
Barrang Lompo. (Skripsi). Program Studi Ilmu Kelautan Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor 102 hal.
Indrawan, G.S. , Yusup, D.S. & Ulinuha, D. 2016. Asosiasi Makrozoobentos Pada
Padang Lamun Di Pantai Merta Segara Sanur , Bali The. Jurnal Kelautan.
20(1):11–16.
Junaidi, Zulkifli, Thamrin. 2017. Analisis Hubungan Kerapatan Lamun dengan
Kelimpahan Makrozoobentos di Perairan Selat Bintan Desa
Krebs, C. J. (1989). Ecology methodology. New York: Harper Collin Publishe
Kaeli, F., Subur, R.,Abubakar S.,2016. Studi Komparatif Komunitas Ikan Padang
Lamun Pada Bulan Perbani Awal Dan Perbani Akhir Di Perairan Loleo
Kecamatan Weda Selatan Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal biologi
tropis. 16(2):43-55.

32
Ludwig, J. A. and Reynolds,. J.F. (1988) Statical Ecology: Sandiego State
University. Sa California. 107-202
Marni, 2011; Jumar, 1995. Identifikasi Jenis-jenis Hama dan Penyakit Pada
Tanaman Kelapa Sawit Di Desa Ie Mirah Kecamatan Babahrot Kabupaten
Aceh Barat Daya : FKIP Biologi Universitas Serambi Mekkah 5(2):72-80
Mayunar, R. Purba, dan P.T. Imanto. 1995. Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan
laut. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring
Apung Bagi Budidaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengambangan Perikanan
Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian-FKPPA Agri-Business
Club.
Mazo, AM, BP Germano, AS Ilano. 2013. Spawning Period and Size at Sexual
Maturity of Spider Conch Lambis lambis (L. 1758)
(Gastropoda: Strombidae), in Selected Reef Areas of the Visayas, Central
Philippines. Silliman Journal, 54(1): 64–76.
Mustaffa, A., Ahmad, O., Vongpanich, V., Talib, A. (2013). Benthic mollusc
assemblages in subtidal coastal waters of Penang National Park , Malaysia.
Proceedings of the 3rd Annual International Conference
Muzahar,and A.A. Hakim, 2018. Spawning and development of dog conch
Strombos sp. larvae in the laboratory. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis,10(1):209-216. http://doi.org/10.29244/jitkt.v10i1. 18607
Meisaroh, Y., Restu, I.W., & Pebriani, D. A. A. (2019). Struktur Komunitas
Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Perairan di Pantai Serangan
Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 5(1), 36-43.
Nurjanah. 2013. Keanekaragaman Gastropoda di Padang Lamun Perairan
Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Jurnal Penelitian. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung pinang.
Odum, E.P. (1993). Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ode, I. (2017). Kepadatan dan Pola Distribusi Kerang Kima (Tridacnidae) di
Perairan Teluk Nitanghahai Desa Morella Maluku Tengah. Jurnal Agribisnis
Perikanan, 10(2): 1-6.
Pamuji, A., M.R. Muskananfola, C. A’in. 2015. Pengaruh Sedimentasi Terhadap
Kelimpahan Makrozoobenthos di Muara Sungai Betahwalang Kabupaten
Demak. Jurnal Saintek Perikanan Vol.10 (2) : 129- 135
Putro, 2014. Metode Sampling Penelitian Makrobenthos dan Aplikasinya.
Yogyakarta. Graha Ilmu 54 hal.

33
Putra, S., Ali, S.M., & Huda, I. (2018). Pola sebaran Gastropoda Di Ekosistem
Mangrove Sungai Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik,
6(1): 59-62.
Ratna Juwita, 2017. Keanekaragaman Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator
Kualitas Perairan Sungai Sebukhas di Desa Bumi Agung Kecamatan Belalu
Lampung Barat. Universitas Islam Negeri Raden Intan: Lampung.
Supono, dan U. Y. Arbi. 2010. Struktur Komunitas Echinodermata di Padang
Lamun Perairan Kema, Sulawesi Utara. Oseonologi dan Limnologi
Indonesia : 99 hal.
Sunarti, S., Abubakar, Y., Abubakar, S., Subur, R., Rina, R., Kadir, M. A., ... &
Fadel, A. H. (2021). Gastropod Communities in Seagrass Ecosystems in
Tafaga Coastal Waters and Figures, Moti Island District, Ternate City.
JURNAL AGRIKAN (Agribisnis Perikanan), 14(2), 504-512.

Sihombing, R. M. 2023. Keanekaragaman Makrozoobentos Di Kawasan Perairan


Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Untuk
Pembuatan Buku Monograf Ekologi Hewan (Doctoral dissertation, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara).

Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi, dan Rehabilitas).


Jurnal ilmiah agribisnis dan perikanan (Agrikan UMMU Ternate) 3(1):9-
29.
Tan, S. K., & Clements, R. 2008. Taxonomy and distribution of the Neritidae
(Mollusca: Gastropoda) in Singapore. Zoological studies, 47(4), 481-494.

Ulfa, Y., Widianingsih & M. Zainuri. 2012. Struktur Komunitas


Makrozoobenthos di Perairan Wilayah Morosari Desa Bedono Kecamatan
Sayung Demak. Undip. Semaran
Wagey 2017. Hilamun (Seagrass). Unsrat Press. 124 hal.
Wahyuningrum, E.S., Muskananfol, M.R., Suryanto, A. 2016. Hubungan Tekstur
Sedimen, Bahan Organik dengan Kelimpahan Biota Makrozoobentos di
Perairan Delta Wulan, Kabupaten Demak. Management Of Aquatic
Resources 5(1): 46-51.
Wang, M., Zhang, H., Tang, X. (2019). Biotic and abiotic conditions can change
the reproductive allocation of Zostera marina Inhabiting the Coastal Areas
of North China. Journal of Ocean University of China, 18(2):528–536.
https://doi.org/10.1007/s11802-019-3796-7
Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di
Perairan Teluk Hurun. Bandar Lampung: Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung 67 hal.

34
Yuniar, Andri S., Hadi Endrawati, Muhammad Zainuri. 2012. Struktur Komunitas
Makrozoobentos di Perairan Morosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak. Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,
235-242 hal.
Yuniarti, N. (2012). Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda
(Moluska) di Pesisir Glayem Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. [Skripsi].
Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

35
LAMPIRAN
1. Data Komposisi Jenis

Kuadran
No Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 Lambis-lambis 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2
2 Nassarius pullus 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 4
3 Nerita albicilia 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
4 Anadara antikuata 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4
Protoreaster
5 nodosus 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Canarium
6 maculatum 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total 6 3 4 5 5 7 11 9 9 0 14
Protoreaster
1 nodosus 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
2 Canarium linorum 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3
3 Lambis-lambis 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3
4 Nassarius pullus 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 5
5 Anadara antikuata 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3
6 Micelia lamelose 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2
Canarium
7 maculatum 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
8 Strombos luhuanus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2
total 6 0 0 2 5 2 1 4 0 1 21
1 Micelia lamelose 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 3
Protoreaster
2 nodosus 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 3
3 Nerita albicilia 4 0 0 3 2 0 4 0 3 2 18
4 Nassarius pullus 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
5 Canariumlinorum 0 0 3 0 0 2 0 0 1 0 6
6 Strombos luhuanus 0 2 0 0 0 1 0 0 2 0 5
Total 12 2 3 6 11 5 8 5 6 5 63

36
2. Data Keanekaragaman, dominansi, kemerataan Makrozoobentos di
perairan fitu .

Analisis keanekaragaman jenis, dominansi jenis dan kemerataan jenis Makrozoobenthos di


perairan Fitu

Jumlah Keanekaragaman Dominas


Jumla Kemerataan
Total Jenis i
N h Ind
Spesies - Ln
o Jenis i
Ind (N) (ni/N (ni/N H' Jenis (C) Jenis (E)
(ni)
) )
- - 0,20
1 62 0,007
Lambis lambis 5 0,081 2,518 3
Nassarius - - 0,33
2 62 0,051
pullus 14 0,226 1,488 6
- - 0,22
3 62 0,009
Nerita albicilia 6 0,097 2,335 6
Anadara - - 0,24
4 62 0,013
antiquata 7 0,113 2,181 6
Canarium - - 0,28
5 62 0,021
klineorum 9 0,145 1,930 0
Protoreaster - - 0,22 2,11
6 62 0,009 H' =
nodosus 6 0,097 2,335 6 3
Micella - - 0,20 Hmax 2,19
7 62 0,007
lameose 5 0,081 2,518 3 = 7
Canarium - - 0,14
8 62 0,002
maculatum 3 0,048 3,029 7
Strombus - - 0,24
9 62 0,013
luhuanus 7 0,113 2,181 6
2,11
Total 62 0,132 0,962
3

37
3. Pola Sebaran Dan Uji Lanjut

No Spesies Jumlah Σx ¹ Σx ²
1 Lambis-lambis 5 5
2 Nassarius pullus 13 23
3 Nerita albicilia 22 64
4 Anadara antiquata 7 11
5 Canarium klineorum 9 19
6 Protoreaster nodosus 6 6
7 Micela lameose 5 7
8 Canarium maculatum 2 2
9 Strombos luhuanus 7 11

1. Lambis-lambis

Lintasan Kuadran Σx Σx ²
L1 1 0 0
2 1 1
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
L2 1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 1 1
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
L3 1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0

38
9 0 0
10 0 0
Total N=30 Σx=5 Σx ²=5
1=nx ¿

5−5
=30x
25−5

0
=30x
20

=30x 0

Id= 0. Id <1= pola penyebaran seragam


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mu =
( Σx )−1

42 , 5569 x 0,975−30+ 5
=
5−1

23 , 9360775
=
4

Mc = -5,9

Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

Id=0, Mc=-5,9, n=30

0−(−5 , 9)
=1( )
30−(−5 , 9)

5,9
=1( )
35 , 9

= 1(0,164 )

Ip = 0,164

Jika Ip> 0 maka populasinya menyebar mengelompok

39
2. Nasarius Pullus

Lintasan Kuadran Σx Σx ²
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 2 4
8 0 0
9 0 0
10 0 0
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 1 1
7 0 0
8 2 4
9 0 0
10 0 0
1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 1 1
5 0 0
L3
6 0 0
7 0 0
8 1 1
9 0 0
10 0 0
Total N=30 Σx =13 Σx ² =23

1=n x ¿

23−13
=30 x
169−13

40
10
=30 x
156

=30 x 0,064

Id= 1,92 Id >1= pola penyebaran mengelompok


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mc =
( Σx )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 13
=
13−1

15 , 9360775
=
12

Mc = 1,32

Id=1,92 Mc=1,32 n=30

Jika Id  Mc > 1,0

id−M c
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

1, 92−1 ,32
=1( )
30−1 ,32

0 ,6
=1( )
28 ,68

= 1 (0,020 )

Ip = 0,020

Jika Ip > 0,020 maka populasinya menyebar mengelompok

41
3. Nerita Albicilia

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 0 0

2 0 0

3 1 1

4 1 1

5 0 0
L1
6 0 0

7 2 4

8 0 0

9 0 0

10 0 0

1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 0 0

5 0 0
L2
6 0 0

7 0 0

8 0 0

9 0 0

10 0 0

42
1 4 16

2 0 0

3 0 0

4 3 9

5 2 4
L3
6 0 0

7 4 16

8 0 0

9 3 9

10 2 4

Total N = 30 Σx=¿22 Σx ² = 64

2
(Σ x −Σx)
¿ ¿
( Σx )2−Σx ¿

64−22
=30 x
486−22

42
=30 x
464

=30 x 0,090

Id= 2,7. Id >1= pola penyebaran mengelompok


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mc =
( Σxi )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 22
=
22−1

−6,9360775
=
21

Mc = -0,33

Id= 2,7 Mc= -0,33 n=30

43
Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

2 ,7−(−0 ,33)
=1( )
30−(−0 , 33)

(−3 , 03)
=1( )
30 , 33

= 1 (0,099 )

Ip = 0,099

Jika Ip > 0,099 maka populasinya menyebar mengelompok

4. Anadara antiquata

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 2 4
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 1 1
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 2 4
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

44
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L3
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

Total N= 30 Σx=7 ²
Σ x =11

2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿

11−7
=30 x
49−7

4
=30 x
42

=30 x 0,095

Id= 2,85. Id >1= pola penyebaran mengelompok


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mu =
( Σxi )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 7
=
7−1

−21,9360775
=
6

Mc = -3,65

Id=2,85 mc= -3,65 n=30

Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

45
2 ,85−(−3 ,65)
=1( )
30−(−3 ,65)

6 ,5
=1( )
33 ,65

= 1 (0,193 )

Ip = 0,193

Jika Ip >0,193 maka populasinya menyebar mengelompok

5.Canarium Clineurum

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 2 4
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 0 0
2 0 0
3 3 9
4 0 0
L3 5 0 0
6 2 2
7 0 0
8 0 0
9 1 1

46
10 0 0

Total N = 30 Σx=9 Σx ²=19

2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿

19−9
=30 x
81−9

10
=30 x
72

=30 x 0,13

Id= 3,9. Id >1= pola penyebaran mengelompok


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mu =
( Σxi )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 9
=
9−1

−19,9360775
=
8

Mc = 2,49

Id=3,9 mc=2,49 n=30

Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

3 , 9−2 , 49
=1( )
30−2 , 49

1, 41
=1( )
27 ,51

= 1 (0,051 )

Ip = 0,051

47
Jika Ip > 0 maka populasinya menyebar mengelompok

48
6.Protoreaster nodosus

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 1 1
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 1 1
L3
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 1 1

Total N = 30 Σx=6 Σx ²=6

2
Σ x −Σx ¿ ¿ ¿
2
( Σx ) −Σx ¿

6−6
=30 x
36−6

49
0
=30 x
30

=30 x 0

Id= 0. Id <1= pola penyebaran seragam


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mu Uji lanjut Mu =
( Σxi )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 6
=
6−1

−22,9360775
=
5

Mc = 4,58

Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

0−4 , 58
=1( )
30−4 , 58

4 , 58
= 1( )
25 , 42

= 1(0,180 )

Ip = 0,180

Jika Ip > 0,180 maka populasinya mengelompok

50
7. Micela lamelose

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 0 0

5 0 0
L1
6 0 0

7 0 0

8 0 0

9 0 0

10 0 0

1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 1 1

5 0 0
L2
6 0 0

7 0 0

8 1 1

9 0 0

10 0 0

51
1 0 0

2 0 0

3 0 0

4 0 0

5 2 4
L3
6 0 0

7 1 1

8 0 0

9 0 0

10 0 0

Total N = 30 Σx=5 Σx ²=7

2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿

7−5
=30x
25−5

2
=30x
20

=30x 0,1

Id= 3 Id >1= pola penyebaran mengelompok


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mu =
( Σxi )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 5
=
5−1

15,9360775
=
4

52
Mc = -3,98

Id=3 mc=-3,98 n=30

Jika Id  Mc > 1,0

id−M c
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

3−(−3 , 98)
=1( )
30−(3 , 98)

6 , 98
=0 ( )
33 , 98

= 0 (0,205 )

Ip = 0,205

Jika Ip >0,205 maka populasinya menyebar mengelompok

8. Canarium maculatum

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 1 1
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 0 0
2 0 0
3 0 0
3 0 0
5 1 1
L2
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

53
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L3
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

Total N = 30 Σx=2 Σx ²=2

2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿

2−2
=30 x
4−2

0
=30 x
2

=30x 0

Id= 0. Id <1= pola penyebaran seragam


2
x x 0,025−n+ Σ xi
Uji lanjut Mc =
( Σxi )−1

42 , 5569 x 0,025−30+ 2
=
2−1

14 , 4929775
=
1

Mc = 14,49

Id=0 mc=14,49 n=30

Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

0−14 , 49
= 1( )
30−14 , 49

54
14 , 49
=1( )
15 , 51

= 0 (0,934 )

Ip = 0,934

Jika Ip >0,934 maka populasinya menyebar mengelompok

9. Strombos luhuanus

Lintasan Σx Σx ²
Kuadran

1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L1
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0

1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
L2
6 0 0
7 1 1
8 0 0
9 0 0
10 1 1

L3 1 0 0
2 2 4
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 1 1
7 0 0
8 0 0
9 2 4
10 0 0

Total N = 30 Σx=7 Σx ²=11

55
2
(Σ x −Σx)
¿
( Σx )2−Σx ¿

11−7
=30 x
49−7

4
=30 x
42

=30 x 0,09

Id= 2,7 Id >1= pola penyebaran mengelompok


2
x x 0,025−n+ Σ x i
Uji lanjut Mu =
( Σxi ) −1

42 , 5569 x 0,975−30+ 7
=
7−1

−21,9360775
=
6

Mc = - 5,48

Id=2,7 mc=-5,48 n=30

Jika Id  Mc > 1,0

id−Mc
Ip = 0,5 +0,5
n−Mc

2 ,7−(−5 , 48)
=1( )
30−(−5 , 48)

8 , 18
=0( )
35 , 48

= 0 (0,230 )

Ip = 0 ,230

Jika Ip > 0 maka populasinya menyebar menegelompok.

56
Nilai Sebaran Khi-Kuadrat

57
58
4. Dokumentasi Penelitian

59
5. Surat Keterangan Penelitian

60

Anda mungkin juga menyukai