USULAN SKRIPSI
Oleh :
VIAN RAHMAWATI
NIM. 155080100111011
SKRIPSI
Oleh :
VIAN RAHMAWATI
NIM. 155080100111011
i
USULAN SKRIPSI
Oleh :
VIAN RAHMAWATI
NIM. 155080100111011
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
kepada:
sehingga saya dapat menyelesaikan usulan skripsi saya dengan lancar dan
tepat waktu.
2. Dr. Ir. Muhammad Musa, MS, selaku dosen pembimbing yang memberi
skripsi saya.
3. Bu Ayu, selaku dosen yang mau membantu membimbing saya selama proses
4. Pak Kasum, selaku pemilik tambak tempat penelitian saya dan selaku
ke lokasi penelitian.
5. Orang tua, yang telah memberikan doa, dukungan yang menjadi motivasi
6. Teman saya yang membantu saya dalam survei ke lokasi penelitian dan telah
Penulis
iii
RINGKASAN
Ikan bandeng merupakan salah satu biota yang menjadi andalan untuk
dibudidayakan di tambak terutama di wilayah sidoarjo. Tambak itu sendiri yaitu
salah satu jenis dari habitat yang digunakan untuk kegiatan budidaya air payau.
Tambak-tambak di Sidoarjo umumnya berupa tambak tradisional dan terletak di
daerah pesisir dan dekat aliran sungai. Ikan bandeng dapat hidup di berbagai tipe
habitat, seperti perairan pantai, muara, kawasan mangrove, danau pinggir pantai,
sungai, hingga daerah pasang surut. Ikan bandeng tergolong ikan herbivora dan
umumnya memakan plankton sebagai pakan alaminya. Pakan terutama pakan
alami sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng demi kelangsungan hidup ikan itu
sendiri. Keberadaan pakan alami di perairan sangat diperlukan karena merupakan
makanan ikan yang bisa diperoleh dari alam tanpa bantuan buatan manusia.
Adanya aktivitas masyarakat disekitar wilayah tambak dapat mempengaruhi
kualitas air dalam tambak sehingga berpengaruh terhadap keberadaan pakan
alami tersebut dan tentu berpengaruh juga terhadap kebiasaan makan ikan
bandeng. Jika pakan alami di perairan tambak tersebut tidak mencukupi maka
dapat mengganggu hubungan tingkatan trofik diatasnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui komunitas pakan
alami yang berada di dalam perairan tambak ikan bandeng, mengetahui komunitas
pakan alami yang berada di dalam lambung ikan bandeng dan mengetahui
kebiasaan makan ikan bandeng. Penelitian ini dilaksanakan di tambak polikultur
Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada bulan
Februari-Maret 2019.
Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif
observatif dengan teknik pengambilan data primer dan sekunder. Pengumpulan
data dilakukan dengan kegiatan observasi dan wawancara. Pengumpulan data
sekunder yaitu berupa studi pustaka. Sampel diambil di 3 stasiun. Pengambilan
sampel lambung ikan dan air dilakukan sebanyak 3 kali selama 1 minggu sekali.
Parameter kualitas air yang diukur yaitu ada parameter fisika (suhu dan
kecerahan), kimia (DO, pH, CO2, salinitas, nitrat dan ortofosfat).
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur”. Tujuan dibuatnya Usulan Skripsi ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan
Usulan Skripsi ini menyajikan latar belakang serta materi dan metode
pengukuran parameter kualitas air. Penulis menyadari bahwa Usulan Skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun agar tulisan ini dapat memberikan
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 7
vi
3.4 Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel .................................................. 21
3.5 Metode Pengambilan Sampel Ikan Bandeng (Chanos chanos) ................ 22
3.5.1 Pengambilan Sampel Ikan Bandeng (Chanos chanos) .................... 22
3.5.2 Perhitungan Panjang Total dan Berat Ikan ....................................... 22
3.6 Prosedur Analisa Sampel Plankton .......................................................... 23
3.6.1 Prosedur Pengambilan Sampel Plankton ......................................... 23
3.6.2 Identifikasi Fitoplankton ................................................................... 24
3.6.2 Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton.............................................. 25
3.6.3 Indeks Keanekaragaman Plankton................................................... 25
3.6.4 Indeks Dominasi .............................................................................. 25
3.7 Prosedur Pengukuran Parameter ............................................................. 26
3.7.1 Parameter Fisika .............................................................................. 26
3.7.2 Parameter Kimia .............................................................................. 27
3.8 Analisis Data ............................................................................................ 30
3.8.1 Analisis Kebiasaan Makan Ikan Bandeng ........................................ 30
3.8.2 Cara Menghitung Komposisi Jenis Plankton dalam Lambung .......... 30
3.8.3 Indeks Pilihan Makan Ikan Bandeng (Index of Electivity) ................. 31
LAMPIRAN........................................................................................................ 36
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan perumusan masalah ............................................................................. 4
2. Ikan Bandeng (Sumber: Google Image, 2019) ................................................. 7
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat dan Bahan yang digunakan selama Penelitian ....................................... 36
2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 38
ix
1. PENDAHULUAN
keempat di dunia pada saat ini. Sektor ini akan menjadi andalan untuk memenuhi
budidaya telah dilakukan seperti budidaya ikan air tawar, budidaya ikan air laut,
payau hingga ikan hias yang juga ikut dibudidayakan. Pada budidaya air payau
atau tambak, potensi lahan perikanan diperkirakan telah mencapai 1,22 juta ha
dan tingkat pemanfaatannya saat ini telah mencapai 40% (Mustafa et al., 2007).
kepunahan. Selain itu, kegiatan ekspor biota tersebut tentu dapat meningkatkan
Komoditi yang menjadi unggulan di sana yaitu ikan bandeng, udang, serta ikan
nila (Solichudin et al., 2017). Tambak itu sendiri yaitu salah satu jenis dari habitat
Ikan bandeng menjadi salah satu biota yang sering dikembangkan oleh
para petani tambak. Ikan ini memiliki kandungan protein yang tinggi dan harganya
yang sangat ekonomis (Murtidjo, 2002). Kandungan gizi ikan bandeng yaitu
1
dengan kadar protein 24,1%, air 70,7%, lemak 0,85%; kadar abu 1,4%, karbohidrat
2,7%. Protein yang terkandung dalam ikan bandeng sangat diperlukan untuk
kemampuan otak untuk mencapai prestasi belajar optimal (Lestari, 2016). Ikan
bandeng dapat dijumpai di daerah pantai serta pulau di daerah trofik tepatnya di
kelimpahan ikan bandeng tertinggi yaitu di wilayah Asia Tenggara dan di sebelah
barat perairan pasifik. Ikan bandeng dapat hidup di berbagai tipe habitat, seperti
perairan pantai, muara, kawasan mangrove, danau pinggir pantai, sungai, hingga
daerah pasang surut. Akan tetapi, umumnya ikan bandeng hidup di daerah litoral
permintaan banyak untuk konsumsi lokal, sebagai umpan dalam perindustrian ikan
tuna ataupun untuk pasar ekspor. Ikan bandeng memiliki keunggulan sebagai
komoditas budidaya yang bisa tumbuh baik di tambak tradisional. Ikan bandeng
tersebut biasanya dibudidayakan dengan sistem polikultur bersama ikan jenis lain,
udang atapun rumput laut, produk yang dihasilkan dapat segera diserap pasar dan
harga jualnya cenderung stabil. Ikan ini dapat dipanen dua kali dalam setahun
(Ayumayasari dan Waskitasari, 2016). Ikan bandeng ini sangat tahan terhadap
penyakit karena ikan bandeng tergolong ikan herbivora dan memiliki usus yang
panjang melebihi beberapa kali dari tubuhnya. Di dalam saluran pencernaan ikan
al., 2013).
2
memanfaatkan pakan alami yang tersedia di tambak dan juga memilki kemampuan
untuk memakan pakan buatan sehingga dapat dibudidayakan baik secara intensif
ditemukan pada saluran pencernaan ikan bandeng sesuai dengan penelitian yang
lambung ikan bandeng terdiri atas Diatom elongatum, Nitzschia sp., Spirogyra sp.,
Surirella elegana, Synedra sp., Tribonema sp. Ada pula jenis zooplankton yang
ditemukan seperti dari jenis Daphnia sp., Diaptomus sp., Euglypha sp. Variasi
kelompok zooplankton.
Pakan terutama pakan alami sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng demi
kelangsungan hidup ikan itu sendiri. Keberadaan pakan alami sangat tergantung
sebagai sumber air tambak tentu secara tidak langsung akan berpengaruh
pakan alami di tambak tersebut. Jika pakan alami tidak mencukupi maka
3
1.2 Perumusan Masalah
kegiatan perikanan lainnya disekitar wilayah tambak terutama di aliran sungai yang
menjadi sumber air tambak tentu akan berpengaruh terhadap kualitas air pada
tambak tersebut. Perubahan kualitas air secara fisika dan kimia sangat
tergantung pada jenis plankton yang menjadi pakan alami ikan tersebut di
perairan.
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merupakan jenis tambak tradisional dan pakan
ikan bandeng disana bergantung pada pakan alami yang tersedia di perairan
air, ketersediaan pakan alami di tambak tersebut pun dapat berubah dan hal
4
Berdasarkan uraian singkat diatas maka dapat ditarik suatu permasalahan
- Mahasiswa
5
Diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan wawasan
tambak polikultur
selanjutnya.
- Pemerintah
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Chordata
Klas : Pisces
Ordo : Gonorhynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
dengan sirip ekor bercabang. Hal tersebut menunjukan bahwa ikan bandeng
tergolong perenang cepat. Warna tubuh ikan yaitu putih keperak-perakan dan
punggung ikan biasa berwarna biru kehitaman. Ikan ini tidak memiliki gigi dan
memiliki lubang hidung yang terdapat tepat di depan mata. Pada bagian kepala
ikan bandeng tidak memiliki sisik, memiliki mulut kecil yang terletak pada ujung
rahang.
7
Ikan bandeng mempunyai sirip punggung menjulur jauh kearah belakang
dengan tutup insang sebanyak 14-16 jari-jari pada sirip punggung, 16-17 jari-jari
pada sirip dada, 11-12 jari-jari pada sirip perut, dan 10-11 jari-jari pada sirip anus
atau dubur (sirip dubur atau anal fin terletak jauh di belakang sirip punggung). Sirip
Bandeng merupakan ikan asli laut dan memiliki sifat petualang ulung.
Tetapi, ikan bandeng sudah banyak yang dibudidayakan di tambak air payau
maupun air tawar. Ikan bandeng berenang di berbagai tingkatan salinitas dimulai
dari perairan laut yang bersalinitas tinggi, 35 ppt atau lebih (habitat asli) dan ikan
bandeng bisa masuk ke muara sungai yang bersalinitas 15-20 ppt ataupun ke
sungai dan danau yang memiliki air tawar. Sehingga, ikan bandeng digolongkan
biasanya tidak memiliki gigi dan memiliki tapis insang lembut yang mampu untuk
menyaring fitoplankton di air. Ikan ini hanya mampu untuk mencerna tumbuhan
mengetahui jenis, kualitas serta kuantitas dari makanan yang dimakan oleh ikan
persentase terbesar terdiri dari makanan utama dimana makanan yang biasanya
utamanya dimakan oleh ikan dan ada dalam jumlah sangat banyak, ada juga
dalam saluran pencernaan, selain itu ada pula makanan tambahan dimana
makanan tersebut terdapat dalam saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat
8
sedikit dan terakhir ada makanan pengganti dimana makanan tersebut
dimanfaatkan oleh ikan pada saat tidak hadirnya makanan utama untuk dimakan
(Mahyashopa, 2007).
ikan, maka dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu ada yang sebagai
pemakan daging (karnivora) Jenis ikan pemakan segala ini yaitu ikan yang
memakan plankton dan ikan yang memakan penghancur bahan organik (detritus).
Menurut Gani, et al. (2015), bahwa kebiasaan makanan (food habit) dan
cara ikan makan (feeding habit) secara alami bergantung pada lingkungan tempat
ikan itu hidup. Ketersediaan makanan dalam perairan menjadi faktor utama yang
Makanan yang dimakan oleh ikan tentu akan dimanfaatkan di dalam siklus
pertumbuhan dan tingkat keberhasilan hidup tiap individu ikan di suatu perairan.
Maka dari itu, jika mengetahui kebiasaan makan ikan maka dapat dilihat pula
Ikan bandeng termasuk ikan herbivora dimana pada diseluruh siklus hidup
ikan ini merupakan ikan planktivor. Ikan bandeng aktif untuk makan yaitu pada
siang hari. Cara makan ikan bandeng yaitu menyaring dari air kemudian masuk ke
dalam mulut melalui tapis insang (Aqil, 2010). Pada habitat aslinya, ikan bandeng
memiliki kebiasaan yaitu mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut,
dengan klekap yang terdapat di tambak. Klekap terdiri atas ganggang kersik
“Microbenthic Biological Complex”. Bukaan mulut pada ikan bandeng tentu akan
9
menentukan jenis dari makanan ikan bandeng tersebut. Hal tersebut
Menurut Agustina. et al, (2015), syarat utama yang harus disediakan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami
memiliki kandungan gizi yang sangat baik dan ukurannya yang lebih kecil dari
bukaan mulut larva ikan. Pakan alami yang sering digunakan untuk larva ikan
diantaranya adalah Paramaecium sp., Rotifer sp., Moina sp., Artemia sp., Daphnia
setiap kelompok ukuran, komposisi makanan yang ditemukan tidak berbeda jauh.
Ikan bandeng tergolong ke dalam jenis herbivora jika dilihat dari nilai indeks
makanan pentingnya. Indeks ini dapat menunjukkan pakan alami yang disukai
maupun kurang disukai oleh ikan. Jika indeks bernilai positif itu berarti terjadi
sebuah pemilihan pakan yang positif terhadap pakan alami dan nilai negatif terjadi
merupakan komunitas makhluk hidup kompleks yang terdiri dari asosiasi atau
hubungan antara alga hijau-biru, diatom, hewan invertebrate dan lumut. Klekap
juga merupakan hewan dan tumbuhan mikrobentik yang memiliki asosiasi dengan
lumpur di dasar kolam. Tumbuhan tersebut berasal dari berbagai macam tipe alga
berfilamen dari alga hijau-biru dan alga hijau serta diatom. Pada komponen hewan
crustaceae. Namun telah banyak studi tentang kebiasaan makan ikan bandeng
10
bahwa yang disukai oleh seluruh kelompok umur ikan bandeng yaitu alga hijau-
biru dan bentik diatom yang dipelihara di tambak air payau (Aqil, 2010).
dari kelenjar pencernaan dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari
mulut, kerongkongan, esophagus, serta dubur. Selain itu, lambung dan usus juga
empedu dan hati. Ikan bandeng memiliki saluran pencernaan yang lebih panjang
disbanding dengan saluran pencernaan pada ikan pemakan daging. Hal tersebut
2002).
terdapat di bagian muka alat pencerna makanannya. Ikan ini memiliki usus yang
panjang dan berliku-liku disertai dengan dinding yang tipis. Usus panjang tersebut
dapat berguna sebagai penahan makanan dalam waktu yang lama dan jumlah
payau sebagai sumber airnya. Karena menggunakan sumber air payau maka
lokasi tambak diusahakan sedekat mungkin dengan sumber air tersebut, yakni di
dekat pantai dan muara sungai. Di lokasi tersebut biasanya terjadi fenomena
pasang dan surut air laut. Pada saat pasang, ketinggian permukaan air laut
meningkat dan air laut merambat masuk ke daratan, sebaliknya pada saat surut.
11
Tenaga pasang surut ini bisa dimanfaatkan untuk mengisi air tambak. Pada saat
pasang pintu air tambak dibuka sehingga air masuk ke dalam tambak, sedangkan
pada saat surut pintu ditutup sehingga air pasang tertahan di dalam tambak
dan kisaran pasang surut. Beberapa komponen dari sistem ini meliputi lokasi
pengambilan air (intake air), saluran tambak, petak tambak dan infrastruktur
dasar dan pintu tambak, baik pintu pemasukan (inlet) maupun pintu pengeluaran
alami dan ketersediaan pakan alami tersebut harus cukup untuk memenuhi
Penerapan polikultur antara ikan bandeng dengan udang tentu sangat baik
untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan ikan bandeng yang merupakan herbivora
dan ikan bandeng serta sisa bahan organik lain akan terdekomposisi sehingga
12
2.6 Parameter Kualitas Air
a. Suhu
fisiologi hewan terutama ikan dalam hal metabolisme tubuhnya serta tingkat
Ikan yang dibudidayakan di tambak jika dipelihara pada air media yang
cepat. Namun jika suhu berada di bawah batas optimum tersebut masih dapat
untuk ditolerir oleh ikan tetapi pakan alami yang telah dimakan oleh ikan tersebut
hanya dapat digunakan untuk mempertahankan hidup bukan untuk tumbuh dan
b. Kecerahan
Secchi pada abad 19. Secchi disk juga dapat menghitung tingkat kekeruhan air
secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air dapat dinyatakan dengan nilai kecerahan
masuk dan diteruskan ke dalam air, dari beberapa panjang gelombang di daerah
spektrum yang terlibat cahaya melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus
13
pada permukaan air. Kekeruhan suatu perairan dapat mempengaruhi kemampuan
perairan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana proses asimilasi dalam
perairan. Nilai kecerahan dapat dikatakan tinggi jika melebihi 25 cm. Jika di suatu
piringan secchi. Kecerahan yang cocok untuk usaha budidaya ikan dan biota
dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) di dalam
suhu tertentu. Pada suatu perairan jika memiliki nilai pH yang rendah berarti
tinggi menunjukan perairan keadaan dalam keadaan basa (Maniagasi et al., 2013),
pH juga berpengaruh terhadap fisiologis ikan. Jika di dalam suatu perairan memiliki
atau bahkan dapat mengalami kematian karena perairan yang terlalu asam. Nilai
pH yang lebih kecil dari 6,5 menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat dan
cenderung lambat. Nilai pH yang baik untuk kehidupan ikan yaitu sekitar 6,5 – 9.
Jika nilai pH lebih dari 9 dapat menyebabkan pertumbuhan ikan lambat dan jika
14
Oksigen terlarut merupakan jumlah kadar oksigen yang berada dalam perairan.
oksigen sebagai sumber respirasi dan juga digunakan untuk proses dekomposisi
fitoplankton. Respirasi terjadi saat siang hari serta malam hari, namun fotosintesis
terjadi pada siang hari karena memanfaatkan cahaya dari matahari. Saat siang
hari, oksigen yang dilepas sebagai hasil dari proses fotosintesis di lapisan eufotik
kehidupan ikan. Nilai kandungan O2 yang baik untuk mendukung kehidupan ikan
yaitu tidak kurang dari 4 ppm. Jika di suatu perairan memiliki nilai kandungan O2
organisme perairan secara normal jika di perairan tersebut tidak terdapat senyawa
c. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida atau biasa disebut CO2 merupakan zat asam arang dan
termasuk ke dalam senyawa kimia. CO2 terdiri dari dua atom oksigen yang
karbondioksida berasal dari proses difusi oleh air hujan (0,55-0,6 mg/l), atmosfer,
respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob, serta air tanah
yang melewati tanah organik (Astuti et al., 2009). Menurut Yanti (2016), CO2 tidak
hanya bersumber dari masukan atmosfer, tetapi bersumber juga dari besarnya
15
buangan bahan atau limbah organik dari daratan ke perairan tersebut. Bahan-
bahan organik tersebut akan diuraikan oleh bakteri pengurai sehingga dapat
tentu akan meningkatkan kadar CO2 perairan tersebut. Semakin tinggi nilai CO2
oksigen terlarut harus mencukupi dan nilai kandungan CO2 bebas tidak lebih dari
25 mg/l. Besar kandungan CO2 yang aman untuk kelangsungan hidup ikan yaitu
sebesar 12 mg/l. Pada suatu perairan diharapkan kandungan CO2 bebas tidak
d. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terlarut dalam air. Salinitas di air
ikan bandeng. Jika salinitas perairan tinggi maka tekanan osmotik akan tinggi
tersebut yaitu sejenis ion yang terlarut di dalam air seperti garam dapur (NaCl).
Salinitas dinyatakan dengan satuan gr/kg atau bisa juga promil (‰). Umumnya
salinitas memiliki 7 ion utama seperti kalsium (Ca2+), natrium (Na+), bikarbonat
(HCO3-), magnesium (Mg2+), kalium (K+), sulfat (SO42-), dan klorida (Cl-). Air payau
memiliki konsentrasi garamnya 0,05 sampai 3% atau menjadi saline jika memiliki
16
konsentrsi sebesar 3 sampai 5% dan jika memiliki nilai lebih dari 5% disebut brine
(Dharmayanti, 2016).
pertumbuhan, dan lain-lain. Ikan ini peka terhadap adanya perubahan pada
salinitas yang mendadak. Jadi ikan bandeng tidak dapat dipindahkan secara
mendadak pada air yang memiliki salinitas berbeda. Ikan bandeng memiliki
toleransi terhadap perbedaan salinitas cukup besar yaitu 0 - 40 ppt. Namun jika
nilai salinitas melebihi kadar tersebut tentu dapat menimbulkan kematian pada
e. Nitrat (NO3)
Nitrat yaitu bentuk utama dari unsur nitrogen di perairan. Nitrat nitrogen cenderung
stabil dan bersifat mudah larut di dalam air. Senyawa ini dihasilkan dari proses
yang diubah menjadi senyawa nitrit serta nitrat dinamakan proses nitrifikasi.
Proses tersebut sangat penting dalam siklus nitrogen dan biasanya berlangsung
Jika kadar nitrat-nitrogen > 0,2 ppm, hal tersebut menunjukan bahwa
dan tumbuhan air sangat pesat. Jika suatu perairan memiliki kadar nitrat-nitrogen
Pencemaran ini biasa berasal dari aktivitas manusia, buangan manusia seperti
f. Orthofosfat (PO43-)
langsung oleh tanaman. Salah satu faktor lingkungan yang penting dalam
17
pertumbuhan organisme terutama fitoplankton yaitu fosfat. Senyawa ini sangat
diperlukan untuk transfer energi dari luar sel ke dalam sel organisme. Fosfat
lebih sedikit dibandingkan konsentrasi senyawa ammonia serta nitrat. Senyawa ini
merupakan bentuk fosfor dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan fitoplankton
kadar fosfat di perairan maka dapat menyebabkan diatom ikut melimpah (Constina
et al., 2017). Kadar fosfat yang tinggi di areal buangan tambak disebabkan adanya
aktifitas yang dilakukan di tambak seperti kegiatan pemupukan. Sumber fosfat lain
pun bisa berasal dari limbah industri atau rumah tangga karena tingginya
penggunaan detergen dimana mengandung fosfat. Selain itu juga berasal dari
Kadar fosfor di perairan biasa diperlukan dalam jumlah tidak melebihi dari
5 µg/l – 20 µg/l. Sangat jarang sekali jika kadar fosfor mencapai 100 µg/l. Kadar
perairan oligotrofik berkisar 0,003 µg/l – 0,01 µg/l. Klasifikasi kedua yaitu perairan
mesotrofik dengan kadar antara 0,0011 µg/l – 0,03 µg/l dan yang terakhir yaitu
18
3. METODE PENELITIAN
Materi pada penelitian ini yaitu ikan bandeng (Chanos chanos). Parameter yang
dianalisis yaitu jenis plankton yang berada di dalam perairan dan lambung ikan
bandeng, kebiasaan makan ikan bandeng dan mengukur parameter kualitas air.
Parameter kualitas air yang diuji yaitu ada parameter fisika dan kimia. Parameter
fisika terdiri dari suhu dan kecerahan sedangkan parameter kimia terdiri dari
derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO 2), salinitas,
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini untuk menguji
semua parameter dari parameter fisika (suhu dan kecerahan), kimia (derajat
keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO2), salinitas, nitrat (NO3)
dan orthofosfat (PO43-)) dan biologi (plankton) dapat dilihat pada Lampiran 1.
akan diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan
19
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diberikan langsung oleh sumber data kepada
(Sugiyono, 2009). Data primer yang diambil dari penelitian ini adalah pengambilan
sampel plankton di perairan dan di dalam lambung ikan bandeng. Selain itu juga
pengukuran parameter kualitas air meliputi parameter fisika dan kimia perairan.
Data dari penelitian ini didapatkan dari hasil observasi, partisipasi aktif dan
a. Observasi
b. Partisipasi Aktif
peneliti untuk ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang diteliti. Hal tersebut
bertujuan untuk melihat dan memahami gejala – gejala yang ada, sesuai dengan
makna yang diberikan (Patilimia, 2005). Partisipasi aktif dari penelitian ini yaitu
dapat ikut langsung dalam kegiatan budidaya ikan bandeng guna mendapat data
c. Wawancara
20
keterangan-keterangan (Narbuko dan Achmadi, 2007). Pada penelitian ini
Timur
Data Sekunder adalah data sekunder yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan dengan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain
(Wandasari, 2013). Pada penelitian ini data sekunder didapatkan dari laporan,
Jabon Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur meliputi 3 titik pengambilan sampel yaitu
pada inlet atau outlet, bagian tengah tambak dan bagian ujung tepi tambak. Hal
waktu pengambilan sampel yaitu selama 7 hari sekali. Hal ini disesuaikan dengan
daur hidup fitoplankton yaitu selama 7-14 hari. Pengambilan sampel ikan bandeng
dilakukan pada saat siang hari, karena pada siang hari Ikan bandeng aktif untuk
Pengambilan sampel kualitas air meliputi parameter fisika, kimia dan biologi
yang dilakukan dengan cara menggunakan ember serta botol air mineral 600 ml
yang dicelupkan langsung ke dalam tambak. Pengukuran sampel kualitas air untuk
parameter kimia seperti CO2, nitrat dan ortofosfat dan parameter biologi seperti
21
Malang. Parameter kualitas air lainnya seperti suhu, kecerahan, pH, oksigen
sekali dengan 3 kali pengulangan dikarenakan agar sesuai dengan daur hidup
tersebut diperkirakan bahwa jenis plankton yang terdapat di perairan bisa berubah
sehingga dapat berpengaruh terhadap jenis plankton yang ada di dalam lambung
ikan bandeng. Pengambilan sampel ikan diambil 10 ekor setiap seminggu sekali
Sampel ikan bandeng diukur panjang tubuh dan beratnya. Ikan kemudian
arah vertebrae hingga ke tulang operkulum (Titrawani et al., 2013) dan isi perutnya
diambil untuk kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik atau botol film
(Sukamto et al., 2003). Sampel lalu diberi alkohol 70% untuk pengawetan (Taunay
et al., 2013). Sampel kemudian disimpan dalam coolbox yang sudah berisi es batu.
Setelah itu dilakukan pengamatan identifikasi jenis plankton yang terdapat pada
Malang.
22
Pengukuran panjang ikan dilakukan dengan mengukur panjang total ikan.
Pengukuran dilakukan dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan,
panjang total (TL) diukur dimulai dari bagian terdepan yaitu bibir/mocong
al., 2013).
berat tubuh ikan (W) dalam ukuran gram. Pengukuran berat ikan dilakukan di
dengan ketelitian 1 gram. Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh ikan dan kemudian ikan
preparat
- Lambung yang telah diencerkan lalu diamati dibawah mikroskop dan catat
23
- Botol film dipasang pada plankton net no.25
- Sampel air diambil sebanyak 25 liter dan jumlah air yang tersaring dicatat
sebagai (W)
- Lugol kemudian diberikan sebanyak 3-4 tetes ke dalam botol film sebagai
pengawet. Hal ini dilakukan agar sampel plankton awet baik untuk warna
- Objek glass dan cover glass kemudian dilap secara searah dengan tisu
- Teteskan sampel plankton pada objek glass kemudian tutup dengan cover
24
3.6.2 Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton
TxV
N (ind/ml) = xn
LxVxPxW
Keterangan:
N = Jumlah plankton (ind/ml)
T = Luas cover glass (20 x 20 mm2)
V = Volume konsentrat plankton dalam botol tampung
L = Luas bidang pandang dalam mikroskop (mm2)
v = Volume konsentrat plankton dibawah cover glass (ml)
p = Jumlah lapang bidang (5)
W = Volume air yang tersaring dalam plankton net (liter)
N = Jumlah plankton yang ada dalam bidang pandang
𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝐻 ′ = − ∑( 𝑙𝑛 )
𝑁 𝑁
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman spesies
ni = Jumlah individu ke-i
N = Jumlah total individu
𝑛𝑖
𝐶 = ∑( )2
𝑁
Keterangan:
Ni = Jumlah individu pada genus tersebut
N = Jumlah total individu
25
3.7 Prosedur Pengukuran Parameter
a. Suhu
- Probe ditunggu sekitar lima menit agar terjadi keseimbangan panas antara
- Setelah selesai pengukuran, probe dicuci secara teliti dengan air ledeng
b. Kecerahan
- Kemudian diukur batas saat tidak tampak pertama kali lalu dicatat sebagai
d1
𝑑1 + 𝑑2
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 =
2
26
Keterangan:
D1 = Batas tidak tampak pertama kali
D2 = Batas tampak pertama kali
- Probe ditunggu sekitar lima menit agar terjadi keseimbangan panas antara
- Setelah selesai pengukuran, probe dicuci secara teliti dengan air ledeng
27
c. Karbondioksida (CO2)
- Bila warna air berubah menjadi merah muda berarti menunjukkan bahwa
- Bila air tidak berubah warna, berarti perlu dititrasi menggunakan Na2CO3
Keterangan:
N = Normalitas larutan Natrium Carbonat (0,0454)
ml titran = ml larutan Natrium Carbonat untuk titrasi
ml air sampel = ml jumlah sampel air yang dititrasi
22 = Jumlah Ar (atom relatif) dari CO2
1000 = Konversi dari liter (1) menjadi mililiter (ml)
d. Salinitas
sebagai berikut:
28
- Arahkan refraktometer ke sumber cahaya
- Lihat nilai salinitas dari air sampel yang diukur melalui kaca pengintai
e. Nitrat
- Air sampel diambi sebanyak 12,5 ml dan dituang ke dalam cawan porselen
- Tambahkan 0,5 ml asam fenol disulfonik, aduk rata dengan spatula dan
encerkan 5 ml akuades
410 µm
f. Orthofosfat (PO43-)
berukuran 25 ml
- Hitung nilai ortofosfat dengan cara membandingkan warna biru air sampel
29
3.8 Analisis Data
frekuensi kejadian dapat dilakukan yaitu dengan cara mencatat semua isi lambung
ikan bandeng yang ada plankton nya. Isi lambung ikan yang kosong juga ikut
dengan rumus:
Keterangan:
Ni = Frekuensi Kejadian Plankton
i = Jenis plankton
berada di dalam lambung ikan bandeng maka perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai jenis dari plankton yang telah ditemukan di dalam lambung ikan.
𝑏
- Zooplankton (b) : % Xb = 𝑎+𝑏 𝑥 10
Keterangan:
Xa = Komposisi Fitoplankton (%)
Xb = Komposisi Zooplankton (%)
a = Jumlah fitoplankton yang ditemukan
b = Jumlah zooplankton yang ditemukan
30
3.8.3 Indeks Pilihan Makan Ikan Bandeng (Index of Electivity)
menyukai suatu makanan maka ikan tersebut cenderung akan terus memakan
makanan itu. Namun, ada pula kondisi dimana ikan selektif dengan apa yang akan
yang berada di lambung ikan dengan pakan alami yang ada di perairan. Nilai
𝑟𝑖 − 𝑝𝑖
𝐸=
𝑟𝑖 + 𝑝𝑖
Keterangan:
E = Index of Electivity
ri = Jumlah relatif pakan alami yang terdapat di dalam lambung ikan
pi = Jumlah relatif pakan alami yang terdapat di dalam perairan
Nilai indeks elektivitas (E) memiliki kisaran antara =1 hingga -1. Jika hasil
yang didapat memiliki nilai E (0 < E < 1) berarti memiliki hasil yang positif sehingga
terjadi pemilihan pakan yang positif terhadap pakan alami yang dimaksud dan bisa
dibilang bahwa makanan tersebut merupakan makanan pilihan dan disukai oleh
ikan tersebut. Jika hasil yang didapat menunjukkan nilai E (-1 < E < 0) berarti
memiliki hasil yang negatif, maka terjadi pemilihan pakan yang negatif terhadap
pakan alami yang dimaksud dan bisa dikatakan bahwa makanan tersebut tidak
termasuk makanan pilihan dan tidak disukai oleh ikan tersebut. Jika nilai E = 0,
berarti menunjukan bahwa ikan tersebut tidak memilih pakan alami yang ada di
lambungnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, S. 2017. Kaitan Konsentrasi Nitrat (No3) dan Fosfat (Po43-) dengan Klorofil-
A dari Fitoplankton pada Kondisi Lingkungan Perairan yang Berbeda di
Pundata Baji, Kabupaten Pangkep. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Aqil, D.I. 2010. Pemanfaatan Plankton sebagai Sumber Makanan Ikan Bandeng
(Chanos chanos) di Waduk IR. H. Juanda, Jawa Barat. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Allphisara, A. 2015. Kualitas Pakan Alami Plankton dalam Lambung dan Kondisi
Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Polikultur Desa Kupang,
Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Skripsi. Universitas
Brawijaya.
Agustina, H., Yulisman dan M. Fitrani. 2015. Periode Waktu Pemberian dan Jenis
Pakan Berbeda untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Larva Ikan Tambakan (Helostoma Temminckii C.V). Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. 3(1): 94-103.
Constina, Y., B. Amin dan J. Samiaji. 2018. Hubungan Kandungan Nitrat dan
Fosfat dengan Kelimpahan Diatom di Perairan Pantai Panipahan Kabupaten
Rokan Hilir Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa. 5: 1-11.
Dharmayanti, R.E. 2016. Pengaruh Media Filter terhadap Perubahan Sifat Air
Payau melalui Proses Water Treatment. Tesis. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Djumanto., B.E. Pranoto, V.S. Diani dan E. Setyobudi. 2017. Makanan dan
pertumbuhan ikan bandeng, Chanos chanos (Forsskål, 1775) tebaran di
Waduk Sermo, Kulon Progo. Jurnal Iktiologi Indonesia. 17(1): 83-100.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
32
Effendi, I. 2012. Budidaya Perikanan. In: Budidaya Perikanan. Universitas Terbuka
Jakarta. 40 hlmn.
Gani, A., J. Nilawati dan A. Rizal. 2015. Studi Habitat dan Kebiasaan Makanan
(Food Habit) Ikan Rono Lindu (Oryzias Sarasinorum Popta, 1905). Jurnal
Sains dan Teknologi Tadulako. 4(3): 9-18.
Gufran H, M dan Kordi, K. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya – Pintar Budi
Daya Ikan di Tambak secara Intensif. Andi. Yogyakarta. 262 hlm.
Lestari, H.P. 2016. Kualitas dan Daya Simpan Ikan Bandeng Menggunakan
Konsentrasi Daun Sirih Hijau dan Lama Perendaman yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Maniagasi, R., S.S. Tumembouw dan Y. Mundeng. 2013. Analisis Kualitas Fisika
Kimia Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara.
Budidaya Perairan. 1(2): 29-37.
Mustafa, A., I. Sapo, Hasnawi dan J. Sammut. 2007. Hubungan Antara Faktor
Kondisi Lingkungan dan Produktivitas Tambak untuk Penajaman Kriteria
Kelayakan Lahan: 1. Kualitas Air. J. Ris. Akuakultur. 2(3): 289—302.
33
Muriasih, W. 2012. Penyebaran Oksigen Terlarut dari Sungai Cicendo di Waduk
Cirata, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Rukka, D.P. 2012. Pengaruh Kegiatan Berbeda terhadap Konsumsi Oksigen pada
Juvenil Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Skripsi. Universitas
Hasanuddin.
Suparjo, M.N. 2008. Daya Dukung Lingkungan Perairan Tambak Desa Mororejo
Kabupaten Kendal. Jurnal Saintek Perikanan. 4(1): 50 – 55.
Taunay, P.N., E. Wibowo dan S. Redjeki. 2013. Studi Komposisi Isi Lambung dan
Kondisi Morfometri untuk Mengetahui Kebiasaan Makan Ikan Manyung
(Arius Thalassinus) yang diperoleh di Wilayah Semarang. Journal Of Marine
Research.
Tim Perikanan WWF – Indonesia. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)
pada Tambak Ramah Lingkungan. WWF-Indonesia. Jakarta Selatan.
Titrawani., R. Elvyra dan R.U. Sawalia. 2013. Analisis Isi Lambung Ikan Senangin
(Eleutheronema Tetradactylum Shaw) di Perairan Dumai.
34
Triyatmo, B. 2003. Zeolit Mempertahankan Kualitas Air dan Meningkatkan
Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Usman, M.S., Kusen J.D dan Joice R.T.S.L. 2013. Struktur Komunitas Plankton di
Perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir dan Laut
Tropis. Universitas Sam Ratulangi. 2(1).
Wandasari, N.D. 2013. Perlakuan Akuntansi Atas Pph Pasal 21 pada PT. Artha
Prima Finance Kotamobagu. Jurnal EMBA. 1(3): 558 – 566
Wardani, B.A., R. Sari dan Sarjito. 2013. Inventarisasi Bakteri yang Berpotensi
sebagai Probiotik dari Usus Ikan Bandeng (Chanos chanos). Journal of
Aquaculture Management and Technology. 2(1): 75-85.
Wibowo, R.K.A. 2009. Analisis Kualitas Air pada Sentral Outlet Tambak Udang
Sistem Terpadu Tulang Bawang, Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Yanti, N.D. 2016. Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir dan Laut
Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada Musim Peralihan I. Skripsi.
Universitas Hasanuddin.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Lanjutan
37
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian
38