Oleh :
IKHSAN
NIM. 175080107111004
i
MANAJEMEN PEMBESARAN UDANG WINDU ( Penaeus Monodon
Fabr) DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
(BBPBAP) JEPARA, JAWA TENGAH
Oleh :
IKHSAN
NIM. 175080107111004
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG
Oleh :
IKHSAN
NIM. 175080107111004
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan , Dosen Pembimbing,
iii
PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN MAGANG
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : Ikhsan
NIM : 175080107111004
kegiatan, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri baik untuk naskah,
tabel, gambar maupun ilustrasi lainnya yang tercantum sebagai bagian dari
laporan PKL ini. Jika terdapat karya/ pendapat/ informasi dari orang lain, maka
Brawijaya, Malang. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar
Ikhsan
NIM. 175080107111004
v
UCAPAN TERIMA KASIH
(Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa
kepada :
Magang (PKM).
3. Pak Supardiman A dan mas Rosid serta teman teman di tambak yang
4. Kepada orang tua ku bapak Parlagutan Batubara dan Irma Suryani yang
sedang berjuang.
magang.
Ayu Utami
7. Teman teman kos KOROOP VIP ( Hafizh Gigih P , Ilham Affandi, Punto,
i
8. Teman - teman Asrama Windu dan Vaname (Denta, Dina, Inaya, Mitha,
hari.
10. Semua pihak dan teman-teman yang tidak bisa saya sebukan namanya
Malang.
Penulis
ii
RINGKASAN
Udang ialah salah satu subsektor perikanan yang cukup tinggi di pasaran
baik nasional maupun internasional. Udang windu (Penaeus Monodon)
merupakan salah satu jenis udang yang berekonomis tinggi dan udang yang
berasal asli dari indonesia. Kegiatan pembesaran udang windu sendiri meliputi
persiapan tambak, pemilihan dan penebaran benur, pemeliharaan kualitas air,
pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen. Permasalahan
utama yang sering ditemukan dalam kegagalan produksi udang windu adalah
buruknya kualitas air selama masa pemeliharaan. Beberapa parameter kulitas air
yang sering diukur dan berpengaruh pada pertumbuhan udang yaitu oksigen
terlarut (DO), suhu, pH, salinitas, amonia. Salah satunya dibudidayakan di Jawa
yaitu di Balai Besar Perikanan Air Payau Jepara, Jawa Tengah. Tujuan dari
pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah mengetahui, memahami
dan mempraktikan manajemen pembesaran udang windu (Penaeus monodon)
dan manajemen kualitas air serta kendala dalam budidaya udang windu di Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Tengah. Metode yang
digunakan saat pelaksanaan Praktik Kerja Magang ini yaitu metode deskriptif
yang terdiri dari pengamatan, mengumpulkan data lapang, wawancara,
partisipasi aktif dan studi literatur. Beberapa parameter kualitas air yang diukur
selama pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) dilakukan selama 5 Agustus –
3 September 2020. ini yaitu dimulai dari Pada Persiapan tambak meliputi
Pengeringan, perbaikan konstruksi tambak, pemasangan alat dan komponen
tambak, pengisian air ,sterilisasi, pengapuran serta pemupukan.Pengapuran
dilakukan jika pH dan alkalinitas belum mencapai nilai optimal pada saat 1,5
bulan pertama, jika setelah 1,5 bulan berikutnya pH dan alkalinitas belum optimal
maka dilakukan pengapuran setiap 2 hari sekali. Pada proses pemupukan jenis
pupuk yang digunakan pada BBPBAP Jepara adalah pupuk ZA dan TSP.
Manejemen Kualitas air yang diukur terdapat Parameter fisika diantaranya yaitu
suhu, parameter kimia seperti pH, salinitas, DO (oksigen terlarut) dan amonia.
Pada penebaran benih udang windu pada PL 12 sebanyak 100.000 ekor dengan
luas tambak 3000 m2 sehingga padat tebarnya adalah 25 ekor/m2. Manajemen
pakan di BBPBAP Jepara dalam satu siklus pemeliharaan menghabiskan 2700
Kg. Hasil dari pengamatan dan pengukuran saat Praktik Kerja Magang (PKM)
diperoleh hasil rata-rata suhu yaitu berkisar antara 24 oC - 27oC (Pagi hari), 28o
-31o C (sore hari) pH 6.4 – 7.9 (pagi hari) 6.3-8.0 (sore hari), salinitas 30 ppt - 35
ppt (pagi hari) 30-36 ppt (sore hari) dan DO berkisar 3.4mg/L – 5.2 mg/L (pagi
hari) 3,5-5.4 ppt (sore hari). Adapun parameter kualitas air yang diukur setiap
satu minggu sekali meliputi amonia dengan kadar 0.402 mg/L lalu pada
pengukuran minggu kedua di dapat 1.145 mg/l, minggu ketiga 1,525 mg/l dan
pada minggu ke 4 yaitu 3,820 mg/l. Cara yang dilakukan untuk menanggulangi
amonia yang tinggi ialah dengan melakukan penyifonan 2 kali dalam 1 minggu.
Kualitas air yang didapat bisa disimpulkan bahwa ada beberapa yang tidak
optimum sehingga memperlambat pertumbuhan udang windu. Pemanenan
udang windu dengan SR 75 % menghasilkan 1500 Kg. Sehingga Berdasarkan
Analisa usaha budidaya udang windu menguntungkan.
iii
SUMMARY
Shrimp is one of the fisheries subsectors which is quite high in the market
both nationally and internationally. Tiger prawns (Penaeus Monodon) are one
type of high economic shrimp and shrimp originating from Indonesia. Tiger prawn
rearing activities include pond preparation, selection and distribution of fry, water
quality maintenance, feed management and disease control, and harvesting. The
main problem that is often found in the failure of tiger shrimp production is the
poor quality of water during the rearing period. Some water quality parameters
that are often measured and affect shrimp growth are dissolved oxygen (DO),
temperature, pH, salinity, ammonia. One of them is cultivated in Java, namely at
the Center for Brackish Water Fisheries in Jepara, Central Java. The purpose of
implementing this Apprenticeship Practices (PKM) is to know, understand and
practice the management of tiger shrimp rearing (Penaeus monodon) and water
quality management as well as constraints in tiger prawn cultivation at the Center
for Brackish Water Cultivation Fisheries in Jepara, Central Java. The method
used during the Apprenticeship Practices is descriptive method consisting of
observation, collecting field data, interviews, active participation and literature
study. Several water quality parameters measured during the implementation of
the Apprenticeship Practices (PKM) were carried out during 5 August - 3
September 2020. This starts from the preparation of the ponds including drying,
repairing pond construction, installing pond tools and components, filling water,
sterilizing, liming and Calcification is carried out if the pH and alkalinity have not
reached optimal values during the first 1.5 months, if after the next 1.5 months
the pH and alkalinity are not optimal, then calcification is carried out every 2 days.
In the fertilization process, the types of fertilizers used at BBPBAP Jepara are ZA
and TSP fertilizers. Management of water quality that is measured has physical
parameters including temperature, chemical parameters such as pH, salinity, DO
(dissolved oxygen) and ammonia. In the stocking of tiger prawns on PL 12 as
many as 100,000 heads with a pond area of 3000 m2 so that the density of the
spread is 25 heads / m2. Feed management at BBPBAP Jepara in one
maintenance cycle consumes 2700 Kg. The results of observations and
measurements during the Apprenticeship Practices (PKM) obtained the average
temperature, which is between 24 oC - 27oC (morning), 28o -31o C (afternoon)
pH 6.4 - 7.9 (morning) 6.3-8.0 ( afternoon), salinity 30 ppt - 35 ppt (morning) 30-
36 ppt (afternoon) and DO ranges from 3.4 mg / L - 5.2 mg / L (morning) 3.5-5.4
ppt (afternoon). The water quality parameters measured once a week include
ammonia with a level of 0.402 mg / L, then in the second week of measurement it
gets 1,145 mg / l, the third week is 1.525 mg / l and at week 4 it is 3,820 mg / l.
The way to deal with high ammonia is to do the buffing 2 times a week. The
quality of water obtained can be concluded that there are some that are not
optimal so that it slows down the growth of tiger prawns. Harvesting tiger prawns
with SR 75% yields 1500 Kg. So that based on the analysis of tiger shrimp
cultivation is profitable.
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas ridho dan hidayah-NYA, sehingga
JAWA TENGAH”. laporan magang ini dibuat sebagai syarat untuk meraih gelar
sarjana perikanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Happy
Sumberdaya Perairan, ibu Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., Msi selaku Ketua Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, bapak Dr. Ir. Moh. Mahmudi, MS selaku
magang, kepada segenap dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta
kepada kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak dan rekan-rekan
(PKM) ini masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis
penyusunan proposal usulan magang ini kearah yang lebih baik. Harapan
penulis semoga proposal ini memberi manfaat kepada penulis khusunya dan
pembaca umumnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................................................I
RINGKASAN.......................................................................................................iii
SUMMARY............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
1. PENDAHULUAN.........................................................................................1
vi
2.6.1 Pengambilan Sampel Parameter Fisika..........................................14
2.6.2 Pengambilan Sampel Parameter Kimia..........................................15
2.6.3 Pengambilan Sampel Parameter Biologi........................................16
3. KEADAAN UMUM LOKASI.......................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................60
vii
5.2 Saran......................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63
LAMPIRAN.........................................................................................................67
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4 . Tandon.............................................................................................26
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xi
1. PENDAHULUAN
ekspor dari sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Udang windu
(Penaeus Monodon) merupakan salah satu jenis udang yang berekonomis tinggi
mendapatkan hasil yang banyak melalui tambak intensif. Dalam proses budidaya
prospek usaha yang cukup baik untuk dikembangkan adalah budidaya udang
pertengahan tahun 1980-an. Sampai pada awal tahun 1990-an budidaya udang
mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dengan pola tradisional, semi
produsen utama udang dunia melalui usaha budidaya tambak.1 Sampai saat ini
udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang memiliki peluang usaha
yang cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal dan konsumen luar
negeri. Hal ini disebabkan oleh rasa udang windu yang enak dan gurih serta
1
dibudidayakan sekarang ini, karena fakta menunjukkan bahwa spesies ini paling
cepat tumbuh. Setelah 4 bulan, dengan kondisi cukup baik (antara lain
Budidaya udang windu dilakukan dengan sistem intensif dan semi intensif,
dicirikan dengan padat tebar yang cukup tinggi. Faktor pendukung keberhasilan
pendukung lainnya. Dari faktor pendukung tersebut terdapat faktor utama yang
mempengaruhi kelangsungan hidup udang windu yaitu kualitas air, maka dari hal
tersebut perlu dilakukan manajemen kualitas air. Kualitas air yang mempengaruhi
dalam kegagalan produksi udang windu adalah buruknya kualitas air selama
antara lain karena : kualitas benih yang rendah dan terinfeksi virus White Spot
(WSSV) dan jenis virus lainnya; daya dukung lahan cenderung menurun;
memperparah kegagalan adalah sistem tata guna air yang buruk antar
2
pada petakan tambak dalam satu kawasan. Selain itu, pembudidaya dalam satu
kawasan kurang memperhatikan musim tanam yang tepat dan kurang kompak
dalam strategi pola tanam yang baik . Masalah lainnya ialah Padat tebar yang
tinggi dan pemberian pakan yang banyak dapat menurunkan kondisi kualitas air.
Hal ini diakibatkan adanya akumulasi bahan organik, karena udang meretensi
protein pakan sekitar 16.3-40.87% dan sisanya dibuang dalam bentuk ekskresi
residu pakan, serta feses. Oleh karena itu, manajemen kualitas air selama
sering diukur dan berpengaruh pada pertumbuhan udang yaitu oksigen terlarut
memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan. Salah satu faktor penting
air yang sesuai dengan kehidupan udang windu (Penaeus monodon), serta
menerapkan teori yang didapat pada saat perkuliahan dengan fakta yang ada
bidang perikanan.
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah adalah untuk mengetahui
3
dan mempelajari secara langsung teknik pembesaran Udang Windu (Penaeus
Udang Windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
Tujuan yang ingin dicapai dari Praktik Kerja Magang (PKM) tentang
1.3 Kegunaan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah yaitu dapat mengenal lebih
jauh realita yang ada di lapangan tentang bidang yang telah dipelajari di bangku
dalam terkait kualitas air untuk pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon).
Udang windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
4
(BBPABAP) Jepara, Jawa Tengah” dilaksanakan di Balai Besar Perikanan
tahun 2020.
tepat dan terstruktur. Pelaksanaan Praktik Kerja Magang terdiri dari tahap
5
2. MATERI DAN METODE
Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah. Selain
pengukuran beberapa kualitas air meliputi parameter fisika yaitu suhu dan
kecerahan, parameter kimia yaitu pH, DO, salinitas, dan amonia, dan parameter
Alat dan bahan yang digunakan pada Praktik Kerja Magang (PKM) tentang
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah untuk mengukur
data dan penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan pembahasan data-
data tersebut. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder.
Menurut Rahayu (2009), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meniliti
status sekolompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Metode dimulai dengan
6
2.4 Jenis dan Sumber Data
atau prosedur yang digunakan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data
atau subjek yang akan diteliti, memutuskan jenis-jenis informasi yang akan
pada Praktik Kerja Magang (PKM) adalah data primer dan data sekunder. Data
data. Data primer didapat fari observasi, wawancara, partispasi aktif dan
dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu dapat berasal dari
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer yang diperoleh
dengan cara observasi dan wawancara. Menurut Azwar (1998), Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik pengambilan data berupa
yang khusus sesuai dengan tujuan. Data primer yang diambil dalam Praktik Kerja
Magang (PKM) meliputi pola manajemen pembenihan dan kualitas air serta
parameter pendukung lainnya. Data primer dalam Praktik Kerja Magang (PKM)
a. Observasi
pengambilan data dengan menggunkaan indera mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi dilakukan terhadap berbagai hal
7
meliputi pengamatan kualitas air, pemberian pakan, dan pengendalian hama dan
penyakit.
b. Partisipasi Aktif
melibatkan diri dalam kegiatan yang diteliti untuk melihat dan memahami gejala-
gejala yang ada sesuai dengan makna yang diberikan. Dalam Praktik Kerja
Magang (PKM) partisipasi aktif yang diikuti secara langsung yaitu turut serta dan
parameter kualitas air, pemberian pakan, dan pengendalian hama dan penyakit.
c. Wawancara
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
baik dan lancar antara peneliti dengan subjek sehingga pada akhirnya bisa
dengan cara tanya jawab dengan pembimbing lapang mengenai segala hal yang
d. Dokumentasi
digunakan untuk menerangkan suatu peristiwa baik dalam bentuk tulisan, foto,
rekaman dan berbagai cara-cara lain seiring dengan kemajuan teknologi yang
pada akhirnya menjadi salah satu sumber informasi tentang peristiwa tersebut.
8
Dalam Praktik Kerja Magang (PKM), dokumentasi yang dilakukan dengan cara
mengambil gambar atau foto dengan menggunakan kamera dan mencatat data
Menurut Azwar (1998), Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber tidak langsung dan telah dikumpulkan serta dilaporkan oleh orang di luar
dari penelitian itu sendiri. Menurut Sugiyono (2010), sumber sekunder adalah
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder merupakan data
windu (Penaeus monodon) dan juga diperoleh dari laporan, jurnal, Laporan PKL
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dilakukan dalam
Kegiatan Metode
1. Persiapan Tambak
a. Pengeringan Wawancara
b. Perbaikan Konstruksi Tambak Wawancara
c. Pemasangan Alat dan Komponen Tambak Wawancara
- Pipa Central Drain Wawancara
- Pipa Outlet Wawancara
- Kincir Air Wawancara
- Anco Wawancara
d. Persiapan Media Wawancara
9
- Pengisian Air Wawancara
- Sterilisasi Wawancara/Partisipasi
- Pengapuran observasi/partisipasi
- Pemupukan Wawancara
- Pemberian Probiotik observasi/partisipasi
2. Pemilihan dan Penebaran Benih
a. Persiapan Benih Wawancara
b. Seleksi Benih Wawancara
c. Penebaran Benih Wawancara
3. Kegiatan Pembesaran Udang windu (Penaeus
monodon)
a. Manajemen Pakan observasi/partisipasi
b. Pengendalian Hama dan Penyakit Wawancara/Partisipasi
c. Manajemen Kualitas Air
- Fisika
Suhu observasi/partisipasi
- Kimia
pH observasi/partisipasi
Oksigen Terlarut (DO) observasi/partisipasi
Salinitas observasi/partisipasi
Amonia observasi/partisipasi
- Biologi
Plankton observasi/partisipasi
d. Pemanenan
- Pemanenan observasi/partisipasi
- Penanganan Pasca Panen observasi/partisipasi
e. Pemasaran observasi/partisipasi
pertama yang dilakukan yaitu persiapan kolam. Kolam yang digunakan dalam
(sandy clay) atau lempung berliat (silty loam). Tahapan-tahapan yang dilakukan
10
a. Pengeringan
kolam bergantung pada cuaca, jika cuaca panas maka pengeringan berlangsung
lebih cepat.
c. Penyiapan benih
Dalam penyiapan bibit yaitu melakukan pemilihan bibit yang baik, ciri-
cirinya yaitu benih yang sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka
a. Pengisian Air
dеngаn sempurna. Pengisian air dilakukan secara bertahap, yaitu mengisi air
setinggi sepertiga kolam, lalu dibarkan, setelah beberapa hari pengisian air
b. Sterilisasi
air yang akan digunakan untuk budidaya. Sterilisasi dilakukan pada tandon air,
c. Pengapuran
11
Pengapuran pada tambak bertujuan untuk menstabilkan pH, jika pH tidak
penyakit
d. Pemupukan
tanah. Fungsi lainnya dаrі pemupukan dasar kolam аdаlаh untuk menumbuhkan
pakan alami ikan, уаknі fitoplankton dan zooplankton. Sеlаіn іtu pemupukan јugа
yang digunakan yaitu dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.
e. Pemberian Probiotik
a. Persiapan Benih
budidaya. Hal yang dilakukan dalam persiapan benih yaitu seleksi benih,
b. Seleksi Benih
c. Penebaran Benih
12
Penebaran benih dilakukan sesuai dengan carrying capacity pada tambak,
agar tidal terjadi persaingan ruang gerak dan pakan, sehingga dapat
penyesuaian iklim terlebih dahulu agar udang windu (Penaeus monodon) dapat
dimiringkan dan biarkan benih keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat
(Penaeus monodon) :
monodon)yaitu kualitas air. Dari hal tersebut, maka manajemen kualitas air pada
kualitas air yang perlu dikontrol diantaranya yaitu suhu, kecerahan, pH, DO,
windu (Penaeus monodon). Dari hal tersebut perlu dilakukan pengendalian hama
c. Pemberian Pakan
13
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan udang windu (Penaeus
monodon) salah satunya yaitu pakan. Pemberian pakan harus sesuai dosis dan
kandungan, serta jenis pakan yang diperlukan untuk pertumbuhan udang windu
(Penaeus monodon)
2.5.5 Pemanenan
yaitu membuang air, lalu udang windu (Penaeus monodon) ditangkap dengan
2.5.6 Pemasaran
a. Suhu
ditunggu selama 2-5 menit sampai skala suhu pada thermometer menunjukkan
angka yang stabil, pembacaan nilai sushu dilakukan sesaat setelah termometer
14
2.6.2 Pengambilan Sampel Parameter Kimia
a. pH
dapat dilakukan secara temporal yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
pengukuran dikalibrasi dengan benar, cara pengukuran yang benar dan sensor
alat dipelihara dengan baik. Pengukuran oksigen terlarut dengan sensor polagrafi
nilai pengukuran dilayar akan berubah secara cepat, tetapi ketika 15-20 detik
nilai yang ditunjukkan display akan mulai stabil. Pengukuran kadar oksigen
kolam. Apabila alat tidak digunakan selama sekitar 1 jam, maka DO meter
c. Salinitas
15
makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan
hidup.
Langkah berikutnya lensa refraktometer dibuka dan diteteskan beberapa tetes air
tanpa ada gelembung. Hasil dibaca melalui lensa mata dan akan terlihat pada
d. Amonia
beaker glass. Setelah itu menambahkan 0,5 ml larutan nessler sebagai pengikat
sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil untuk dihitung kadar amonianya
nm).
plankton, yaitu pertama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
16
Laboratorium. Menurut Wijiyono dan Artiningsih (2013), pengambilan sampel
berurutan.
17
3. KEADAAN UMUM LOKASI
Desa Bulu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Letak
Geografis BBPBAP Jepara terletak pada adalah 110039’11” BT dan 60 33’10” LS.
Batas batas daerah yang mengelilingi BBPABP Jepara antara lain ialah sebelah
Barat terdapat Pantai kartini dan Pulau Panjang, sebelah Timur dan Selatan
tedapat Desa Jobokuto, Kelurahan Demaan dan Pantai Kartini dan sebelah
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara merupakan salah satu
Balai terbesar yang ada di Indonesia dengan luas kompleks 64,5472 Ha yang
terdiri dari kompleks balai seluas 10 Ha dan tambak seluas 54,5472 Ha. Balai
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara dan sekitarnya memiliki iklim
terjadi pada bulan November- Maret, dan musim pancaroba terjadi pada bulan
April-Juni.
didaerah pesisir dengan pantai yang berbatu, dimana jenis tanah di Lokasi
Praktik Kerja Magang cenderung mengandung liat pada daratan dan berpasir
pada pantainya, hal ini menyebabkan tekstur tanah pertambakan disekitar lokasi
sekitar 0.5-3 m di atas permukaan laut. Suhu udara rata rata berkisar 20-30o C.
18
Gambar 1 . Kantor BBPBAP Jepara
status. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara didirikan
pada tahun 1971, pada awal berdirinya, lembaga ini bernama Research Center
Udang (RCU), Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara
Air Payau (BBAP) yang secara struktural berada dibawah Direktorat Jendral
Pada Periode ini, Jenis komoditas yang dikembangkan selain jenis udang
juga jenis ikan bersirip, Echinodermata dan Moluska air. Momentum yang
dari keberhasilan yang diraih BBPBAP dalam produksi benih udang secara
massal, khususnya benih udang windu pada tahun 1978. Pada saat itu diawali
19
sehingga salah satu kendala dalam penyediaan induk matang telur sudah dapat
teratasi.
Jendral Perikanan. Pada bulan Mei 2001, status BBAP ditingkatkan menjadi
Kelautan dan Perikanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan
Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar, Perikanan Budidaya Air Payau, dan
2014., nama Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau diubah menjadi
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau. Pada tanggal 7 Februari 2014,
budidaya air tawar, air payau, dan laut melalui pengaturan organisasi dan tata
kerja.
Visi dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara
Berkelanjutan”. Adapun misi dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
berkelanjutan
produktivitas
20
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat pembudidaya
lingkungan budidaya.
KEPALA BALAI
KABAG TATA
USAHA
KASUBAG
KASUBAG
KEUANGAN DAN
KEPEGAWAIAN
UMUM
Pengawas
PRANAT PRANATA
PEREKA LITKAY Pekerjaan PUSTAK ARSIP
ASA
PHPI AWAN
A KOMPUTE
YASA ARIS HUMAS R
KP/2014 tanggal 4 February 2014 Tugas pokok Balai Besar Perikanan Budidaya
21
1. Kepala Balai mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasi, mengarahkan,
2. Bagian Tata Usaha bertugas melaksanakan urusan tata usaha balai serta
satuan organisasi
benih alam, distribusi atau transportasi induk dan benih serta penerapan
lapangan
pakan
penerapan teknik pembenihan dan dan budidaya air payau menjadi berbagai
pengujian perikanan budidaya air payau, serta kegiatan lain sesuai dengan
tugas masing-masing.
22
Dalam pelaksanaan tugas didukung sumberdaya manusia sebanyak 191
orang, terdiri atas 141 orang PNS, 4 orang CPNS, dan 26 orang tenaga kontrak.
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara telah mengusahakan tugas tugas belajar
dan ijin belajar maupun diklat untuk para pegawai. Tugas belajar maupun diklat
payau
an ikan
pembudidayaan ikan
23
- Udang vaname (Litopenaeus vannamei)
- Rumput laut
melakukan produksi pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan internal balai dan
Sarana adalah segala hal yang berupa apapun baik berupa alat dan
pembesaran udang windu, sedangkan prasarana adalah segala hal baik alat dan
windu.
Balai Besar Budidaya Perikanan Air Payau Jepara memiliki sarana yang
a. Tambak
udang , nila, bandeng dll di perlukan tambak sebagai media habitat. Tambak
sebagai sarana di Balai besar Budidaya Perikanan Air Payau Jepara memiliki
24
luas 54 Ha untuk tambak produksi dengan dibagi menjadi 100 petak. Tambak
produksi terbagi untuk pembesaran ikan sebanyak 46 petak dan tambak udang
sebanyak 64 petak. Disekitar tambak terdapat saluran air, jalan luas 1,64 Ha,
jalan seluas 5,55 Ha, sedangkan sarana penunjang operasional tambak berupa
pompa air (33 unit), kincir ganda (46 unit), dan pompa diesel (20 unit).
Air tawar dan air laut merupakan sebuah kebutuhan di Balai Besar
Perikanan Air Payau Jepara, sarana penunjang berupa jaringan air tawar di
tandon dan pompa air. Sumber air tawar didapat berasal dari sumur,selain air
tawar adapun air laut yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan pembenihan
dan laboratorium jaringan air laut sepanjang 2500 m yang dilengakpi dengan
tandon air, tower, dan jaringan aerasi. Tandon air tawar dan tandon air laut dapat
25
Gambar 4 . Tandon
c. Hatchery
induk dan larva, penyediaan pakan serta kesehatan ikan dan lingkungan, sarana
yang menunjang kegiatan tersebut yaitu bak dan Hatchery indoor maupun
outdoor. Sarana Hatchery outdoor untuk udang terdiri dari bak pengendapan air
laut (2 unit), bak sand filter air laut (2 unit), bak sterilisasi air laut (2 unit), bak
tower air laut dan air tawar (3 unit), bak mini Hatchery dan bak larva udang (12
unit), bak Artemia dewasa (10 unit), bak induk udang (5 unit), bak pemijahan
Sarana Hatchery indoor terdiri dari bak larva udang (10 unit), bak besar
induk udang (4 unit), bak kecil induk udang (9 unit), bak tower air laut (2 unit),
bak penampungan kotak (4 unit), bak penampungan bulat (1 unit), dan bak bulat
induk kerapu (3 unit). Sarana pembenihan meliputi bak induk udang (5 unit), bak
induk kerapu dan kakap (14 unit), bak pakan hidup (7 unit), bak induk abalon (1
unit), bak larva abalon (1 unit), bak pembenihan ikan atau kepiting (12 unit), bak
tower (1 unit), bak penampungan bulat (6 unit), bak induk ikan (6 unit), bak sand
filter (2 unit), dan bak limbah (2 unit). Bak Hatchery dapat dilihat pada Gambar 5.
26
Gambar 5 . Hatchery Udang Windu
d. Sistem Aerasi
dalam air dan menguapkan kandungan H2S dan NH3. Balai Besar Perikanan
tersebut beroperasi secara bergantian selama 12 jam sekali, dimana setiap 2 unit
dioperasikan pada siang hari dan 2 unit lainnya dioperasikan pada malam hari.
e. Pompa Air
menggunakan 2 buah pompa untuk penyediaan air laut, pompa tersebut terdiri
27
dari pompa primer dan pompa sekunder. Pompa primer berkekuatan 300 HP,
yang berfungsi menyedot air laut secara langsung dengan debit pengeluaran 15
pemeliharaan larva dan pakan alami dengan debit pengeluaran sebesar 1,5
Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara secara umum, listrik
diperlukan selama 24 jam. Pembangkit tenaga listrik yang digunakan berasal dari
jaringan PLN dengan daya terpasang sebesar 147 KVA dan 197 KVA dengan
150 KVA (2 buah), 80 KVA (1 buah), 250 KVA (1 buah), 125 KVA (1 buah) yang
28
Gambar 8. Jaringan Listrik (Dokumentasi Pribadi)
3.6.2 Prasarana Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPAP) Jepara
a. Laboratorium
29
pembenihan, ruang kuliah, auditorium, kantin, garasi, asrama, rumah dinas, dan
pos satpam. Gedung perkantoran meliputi gedung utama yang digunakan untuk
perpustakaan, ruang rapat, ruang para pejabat struktural berserta staf.Selain itu,
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau terdapat prasarana selain gedung
tambak. Prasarana lain berupa lapangan tenis ,lapangan voli yang digunakan
untuk olahraga serta terdapat masjid al hidayah yang digunakan sebagai tempat
ibadah.
informasi. Sistem informasi yang tersedia di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara adalah website resmi dan brosur, sedangkan sistem
30
Gambar 11 . WIFi Sebagai Sarana Komunikasi (Dokumentasi Pribadi)
d. Transportasi
kendaraan roda 3 sebanyak 2 unit, dan kendaraan roda 4 sebanyak 9 unit. Salah
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Pengeringan
seperti NH3 dan H2S serta membunuh bakteri patogen seperti vibrio sp. dan
pengeringan pada tambak full lining didahului dengan pembuangan air sisa
terhadap lumpur, sampah dan tiram. Proses pembersihan dasar tambak tersebut
menggunakan alat bantu berupa alkon, sikat dan alat pel. Setelah bersih, dasar
tambak di biarkan terkena sinar matahari yang dapat mengeringkan sisa-sisa air
dan dapat menguapkan gas – gas beracun seperti yang telah disebutkan diatas.
selama 7–14 hari sesuai terik matahari hingga kering, sinar UV yang ada pada
memudahkan renovasi tambak agar tidak licin dan berlumpur. Menurut Hendrajat
tambak sangat diperlukan baik untuk sistem intensif, semi intensif maupun
32
keasaman tanah, menghilangkan gas – gas beracun dan membantu membunuh
memberikan lingkungan yang baik bagi kehidupan udang dan mampu mencegah
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan tambak dilihat dari segi konstruksi, antara lain : petakan, kedalaman
air, saluran air masuk dan saluran pembuangan. Menurut Amri dan Iskandar
(2008), kondisi fisik pematang harus kuat agar tidak terjadi kebocoran. Jika
Peninggian tanggul perlu dilakukan untuk membatasi akses manusia dan hewan
pembawa penyakit , antara lain kepiting, burung, dan hewan lainnya untuk
33
masuk ke tambak, selain peninggian tanggul dapat dilakukan dengan pembuatan
Dalam usaha budidaya udang windu salah satu tahapan persiapan tambak
drain.Bentuk dari pipa central drain adalah tabung dengan bagian bawah
kain strimin. Pipa central drain pada usaha budidaya udang windu berfungsi
drain ialah pada kegiatan penyifonan tambak yang dilakukan saat kualitas air
dalam kondisi buruk. Pipa central drain akan berfungsi aktif jika terdapat kincir
sebagai saluran pembuangan air ketika terjadi permasalah terhadap kondisi air
serta sebagai saluran pembuangan endapan lumpur dan kotoran dari dasar
tambak.
b. Pemasangan Kincir
kaporit yang ditebar untuk mensterilisasi air. Selain itu penggunaan kincir setelah
fotosintesis dan difusi oksigen, pemasangan kincir air juga bertujuan untuk
34
mengalirkan kotoran yang ditambak ke arah tengah tambak.Pemasangan kincir
dengan cara menurunkan kincir terlebih dahulu pada tambak, selanjutnya kincir
dikaitkan pada pipa besi yang dipasang pemberat berupa beton. Tujuan
dikaitkanya kincir dengan pipa besi tersebut agar kincir tidak terbalik atau
berpindah tempat. Kincir yang digunakan pada BBPBAP Jepara adalah jenis
single paddle wheel aerator yang berdaya 1 HP. Kincir dengan daya 1 HP
tambak merata serta mengumpulkan endapan lumpur pada central drain untuk
(BBPBAP) Jepara menggunakan kincir air sebanyak 4 buah dengan luas tambak
3000 m2 dan penebaran benur sebanyak 100.000 ekor. Jarak sapu kincir yaitu 10
meter dengan posisi acak atau random yang bertujuan untuk menyuplai oksigen
Biasanya mulai digunakan saat pemeliharaan mencapai umur 1-1.5 bulan, pada
35
4.1.4 Pengisian Air
vaname adalah pengisian air. Air yang digunakan pada kegiatan budidaya udang
vaname BBPBAP Jepara diambil dari perairan sekitar Pantai Kartini. Pengisian
air dilakukan dengan mengambil dari saluran utama air laut dengan
endapkan terlebih dahulu pada tandon untuk dilakukan sterilisasi selama 24 jam.
Pada tahap pengisian air, sterilisasi dilakukan untuk mencegah hama dan
kali, untuk pengisian pertama di isikan 50 cm dengan jeda waktu 2 hari lalu
Menurut kokarkin et al., (2014 ), Pengisian air dilakukan saat pasang air
laut melalui pintu air atau pompa. Pastikan air tidak keruh dan hindari
tambak. Proses pengisian tambak ini dilakukan selama 4-6 hari (di waktu bulan
purnama, yaitu hari ke 13-18 atau waktu bulan mati, yaitu hari ke 28-3). Pada
hari pertama, isi tambak hingga ketinggian air mencapai minimal 30 cm untuk
4.1.5 Sterilisasi
penyakit seperti bakteri,virus ,telur telur hama ikan dll pada air yang akan
sterilisasi pada tambak udang menggunakan kaporit TCCA (klorin 90%) dengan
36
dosis 30 ppm sebanyak 40 kg untuk tambak 2000 m2.Pemberian kaporit TCCA
Jurnal Hidayat et al., (2019), Setelah pengisian air dilakukan sterilisasi air,
dalam air.
4.1.6 Pengapuran
udang windu yang bertujuan untuk menjaga kualitas air agar pH air tetap stabil
dan tidak berbahaya bagi udang windu. Selain itu, pengapuran juga berfungsi
media, pengapuran dilakukan setelah proses pengisian air pada tambak. Pada
BBPBAP Jepara jenis kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCo3)
mencapai nilai optimal pada saat 1,5 bulan pertama, jika setelah 1,5 bulan
hari sekali, lalu saat umur udang sudah sekitar 60 doc diberikan pengapuran
setiap hari saat sore hari. Menurut Arini (2011), kapur mengandung unsur Ca,
tetapi pemberian kapur kedalam tanah pada umumnya bukan karena tanah
tanah, maka unsur-unsur hara seperti P akan mudah diserap dan tidak diikat
oleh Fe maupun Al. awal persiapan tambak terhadap produksi udang windu
37
4.1.7 Pemupukan
pada budidaya udang windu yang bertujuan untuk memberikan nutrien makro
maupun mikro yang dibutuhkan oleh pakan alami yang ada disetiap
karenakan pupuk bersifat asam. Jenis pupuk yang digunakan pada BBPBAP
Jepara adalah pupuk ZA dan TSP, dengan dosis 6-7 ppm untuk pupuk ZA,
sedangkan untuk dosis TSP yaitu 4-6 ppm. Pemupukan dilakukan dengan cara
binatang renik di dasar tambak pemupukan dilakukan pada saat tambak masih
terisi air. Pemupukan air tambak juga bertujuan untuk; (1) Mengatur dan
mengontrol tingkat kecerahan air tambak agar sesuai dengan tingkat kebutuhan
udang, (2) Mengatur dan mengontrol kestabilan plankton di dalam tambak agar
sesuai dengan tingkat kebutuhan udang, dan (3) Memacu pertumbuhan plankton
berikut :
38
4.2.1 Pemilihan dan Penebaran Benih
a. Persiapan Benih
keberhasilan budidaya pembesaran udang windu. Hal hal tersebut seperti seleksi
benih, padat tebar, serta aklimatisasi agar diperoleh tingkat kehidupan udang
yang tinggi dan pertumbuhan yang optimal dengan demikian budidaya udang
keberhasilan dalam budidaya udang windu adalah benih yang sehat dan
keterangan asal benih), surat bebas penyakit, dan berkualitas baik. Cari
hatchery yang melakukan cara pembenihan benih udang yang baik dengan
b. Seleksi Benih
minggu untuk itu salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya
persiapan tambak dan pengelolaan kualitas air yang baik akan mengahsilkan
produksi udang windu yang baik. Benih yang digunakan dalam budidaya
pembesaran udang windu (Panenous Monodon) harus lulus uji PCR (Polymerasi
39
Chain Reaction). PCR adalah metode yang akurat untuk mendeteksi adanya
virus yang menyerang organisme budidaya. Selain dari uji laboratorium, seleksi
benih yang baik dapat dilihat berdasarkan organ tubuh lengkap, ukuran
arus.Menurut (Haryanti et al., 2003; Kordi dan Tancung, 2007) ciri benih udang
yang bagus diantaranya ukuran benih seragam, panjang benih > 6 mm, aktif
Setelah air penuh pada tambak dalam jangka waktu sehari baru bisa
melakukan penebaran benih dikarenakan air sudah siap untuk kehidupan para
benih. Benih asal Penebaran benih udang windu di Balai Besar Perikanan dan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dilakukan tanggal 25 Juni 2020 dengan
ukuran PL 12. Benur udang windu yang di tebar berasal dari BBPBAP itu sendiri
yang mereka siapkan di kolam pembenihan. sebanyak 100.000 ekor dengan luas
windu tidak bisa hidup dengan kepadatan yang terlalu tinggi, dikarenakan udang
40
windu hanya bisa hidup didasar perairan dibanding udang vaname yang dapat
produksi udang yang sering ditemukan adalah buruknya kualitas air pada
pemeliharaan, terutama tambak intensif. Padat tebar yang tinggi dan pemberian
pakan yang banyak dapat menurunkan kondisi kualitas air. Hal ini diakibatkan
adanya akumulasi bahan organik. karena udang meretensi protein pakan sekitar
16.3-40.87 % dan sisanya dibuang dalam bentuk ekskresi residu pakan, serta
feses.
plastik ke dalam tambak kurang lebih 30 menit, apabila terdapat embun didalam
kantong plastik maka suhu tersebut sudah sama dengan suhu kolam.
Selanjutnya untuk menyamakan salinitas dan pH, kantong plastik dibuka dan
ditambahkan sedikit demi sedikitair tambak secara perlahan hingga parameter air
dalam plastik mendekati sama, maka benur siap untuk ditebar secara perlahan
Menurut kokarkin et al., (2014), adaptasi suhu air dan udara. Buka
plastik dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama
15 - 30 menit agar terjadi pertukaran udara bebas dengan udara dalam kantong.
sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak. Benur dalam
penebaran benih dilakukan pada saat pagi atau sore hari untuk menghindari
41
suhu yang terlalu tinggi. Hal ini untuk menghindari stress pada benih. Sebelum
meletakkan plastik berisi benur ke atas air tambak. Proses ini berlangsung
sekitar 15 menit.
budidaya atau lingkungan air tambak agar bakteri patogen tertekan. Jenis bakteri
yang digunakan sebagai probiotik adalah dari strain Bacillus sp dengan dosis 0,5
ppm setiap seminggu sekali. Dalam pembuatan probiotik selain probiotik itu
sendiri diperlukan bahan lain yaitu 2 liter molase, 1 kg pupuk Za dan air
secukupnya.
kehidupan udang yang dibudidayakan. Untuk itu langkah antisipatif yang dapat
42
sebagian masalah dalam budidaya udang. Probiotik sebagai kontrol biologis
satu faktor yang sangat penting dalam budidaya udang windu terlebih budidaya
Jenis pakan yang digunakan pada BBPBAP Jepara yaitu crumble dan
pellet dengan sifat pakan tenggelam. Jenis pakan crumble digunakan pada DOC
ke 1-30 dan jenis pakan pellet digunakan pada DOC 31 – 90. Penentuan Pakan
biomass udang yang biasanya dilakukan untuk usia budidaya dibawah 30 hari.
pada habisnya pakan di anco, Feeding Rate dan perkiraan biomass udang.
43
Demand Base Feeding biasanya dilakukan pada udang yang berusia lebih dari
30 hari. Pemberian pakan pada Doc 1 – 30 sekitar memakai total pakan 405 kg,
lalu pada doc 31- 60 menggunakan total pakan sekitar 650 kg dan pada doc 61-
90 udang windu menggunakan total pakan sekitar 750 kg dan pada bulan
terakhir pemeliharaan total pakan yang di gunakan sekitar 850 kg sehingga total
penggunaan pakan dalam 1 kali pemeliharaan udang windu sekitar 2700 Kg.
Pada BBPBAP Jepara terdapat dua buah anco di tiap petakan yang
sebesar 1-2 % dari total pakan yang diberikan sebagai kontrol pakan terhadap
di BBPBAP Jepara dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari yaitu pukul 08.00,
11.00, 15.00 dan 19.00. Sedangkan jenis pakan yang digunakan adalah pakan
dengan komposisi 33-36%,kadar lemak tidak kurang dari 4,5% dan kadar abu
0 P1 1 P2 2 P3 3 P4 4
Menurut Tacon et al., (2013), pada setiap stadia atau umur udang, jenis
dan ukuran pakan yang diberikan berbeda – beda. Hal tersebut bertujuan agar
pakan dapat dimakan udang seefektif mungkin. Jenis pakan buatan yang
digunakan yaitu dalam bentuk crumble dan pellet. Menurut Nur (2011), jumlah
pemberian pakan pada anco adalah sebesar 1,5-2% dari total pakan. Apabila
pakan pada anco habis dalam waktu singkat maka pemberian pakan berikutnya
44
Gambar 18. Pemberian Pakan Udang Windu
a. Ancho
Ancho pada kegiatan budidaya udang windu ialah berfungsi untuk
mengetahui nafsu makan udang, performa udang dan menentukan jumlah pakan
Ancho biasanya diletakan pada dua sudut tambak pada area yang memiliki arus
rendah serta mewakili suatu area tambak.Pada ancho diberikan pakan sekitar 1
% dari total pakan. Menurut Pratama et al., (2017), dalam budidaya udang windu
anco digunakan untuk membantu estimasi tingkat konsumsi pakan harian untuk
dilakukan sebesar 1% dari jumlah pakan per hari yang diberikan pada tiap
tambak. Jika pakan yang diberikan tidak habis dapat diakibatkan menurunnya
kualitas air pada tambak udang windu sehingga kelimpahan plankton rendah, hal
tersebut berakibat pada penurunan nafsu makan. Ancho (alat bantu pengecekan
45
4.2.4 Manajemen Kualitas Air
pada organisme perairan khsusnya air merupakan faktor utama dan merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan usaha tersebut. Air
baik kualitas ataupun kuantitas. Pengukuran kualitas yang dilakukan harian yaitu
suhu, pH, DO, Salinitas sedangkan pengukuran kualitas air mingguan yaitu
amonia. Sistem yang digunakan dalam budidaya udang windu yaitu budidaya
intensif, sehingga terdapat penggantian atau sirkulasi air terdapat kincir. Sumber
air ialah berasal dari air laut yang diendapkan di tandon.Manajemen kualitas air
yang sering diukur dan berpengaruh pada pertumbuhan udang yaitu oksigen
terlarut, suhu, pH, salinitas, amonia, dan alkalinitas (Wiranto dan Hermida, 2010).
A. Parameter Fisika
46
a. Suhu
yaitu pada pagi hari pada jam 05.30 dan sore hari pada jam 16.30. Kisaran suhu
yang didapat pagi hari berkisar antara 24,1 oC- 27 0 C,sedangkan pada sore hari
0 o
didapatkan suhu berkisar 28 C- 31.8 C.Suhu yang didapat masih dalam
kategori optimal. Menurut Suhaimi .et al (2013), suhu air yang layak untuk
29 oC dan 30 oC. Suhu air sangat berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan
Menurut Putra dan Abdul (2014), semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen
akan semakin rendah, sedangkan kebutuhan oksigen bagi udang semakin tinggi
mengurangi daya larut oksigen dalam air dan mempercepat reaksi kimia sebesar
2 kali. Fluktuasi suhu yang ekstrim dapat menjadikan nafsu makan udang
berkurang.
Hasil pengukuran suhu pada tambak dilakukan 2 kali dalam satu hari.
Pengukuran tersebut dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 05.30 Wib dan pada
sore hari sekitar pukul 16.30. Nilai suhu yang didapat pada pengukuran pagi hari
dan sore hari menunjukan adanya perbedaan. hal tersebut dipengaruhi oleh
waktu pengukuran dan intesitas cahaya matahari. Pada pagi hari intesitas
cahaya matahari rendah serta terdapat angin, sehingga hasil pengukuran suhu
47
yang didapat rendah, sedangkan pada sore hari intensitas cahaya matahari yang
Menurut Muarif (2016), pada umumnya nilai suhu air yang tinggi diperoleh pada
waktu pengukuran siang hari, sedangkan suhu air yang rendah diperoleh dari
pengamatan pagi hari. Suhu perairan akan rendah saat hujan turun, penurunan
tersebut disebabkan karena tidak adanya radiasi matahari dan menurunnya suhu
udara. Selain waktu pengukuran dan cuaca, suhu perairan juga dipengaruhi oleh
Topografi.
a. pH
dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi hari pukul 05.30 WIB dan
sore hari pada pukul 16.30 WIB. Hasil pengukuran pH yang didapat pada
pengukuran di pagi hari ialah berkisar antara 6.4 – 7.9. Hasil yang didapat pada
pengukuran pada sore hari ialah berkisar antara 6.3 – 8.0. Nilai pH hasil
Menurut Suhaimi etal., (2016), Kisaran pH yang baik untuk udang windu adalah
7,5-8,5 dengan optimum 8,0-8,5. Jika nilai pH perairan dibawah standar untuk
48
budidaya, maka untuk menaikkan pH di tambak dengan menambahkan kapur
dolomit.
yang alami dilakukan oleh udang, karena kulit udang tidak elastis, tersusun oleh
senyawa kitin yang keras. Saat moulting terjadi, udang sangat rentan terhadap
ini biasanya dilakukan setelah memberikan pakan pada sore hari karena
dibutuhkan oleh udang untuk proses moulting. Sedangkan jika pH terlalu basa
Calsium dan HCO3 dalam tubuh akan bereaksi menjadi CaCO3 yang
49
Gambar 21. Hasil Pengukuran Ph
b. Oksigen Terlarut
yaitu pagi hari pada pukul 05.30 WIB dan sore hari pada pukul 16.30 WIB. Hasil
pengukuran oksigen terlarut yang didapat pada pagi hari yaitu berkisar 3.4 – 5.2
mg/l. Sedangkan hasil pengukuran oksigen terlarut pada sore hari berkisar
antara 3.5 – 5.4 mg/l. Hasil dari pengukuran tersebut tergolong dalam kadar
optimal. Menurut Romadhona etal., (2016), Oksigen terlarut dalam air tambak
dilakukan pada malam hari hingga pagi hari. Apabila pada malam hari oksigen
sudah mencapai 3 ppm maka perlu dilakukan aerasi Aerasi dapat dilakukan
dengan menggunakan pompa air, yaitu memasukkan air dari petak tandon atau
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) pada sore hari lebih tinggi
dibandingkan pada pagi hari. Hal tersebut terjadi karena pada siang hari hingga
sehingga pada pengukuran sore hari menunjukan nilai DO lebih tinggi dari pada
pagi hari. Pagi hari mendapatkan hasil DO lebih rendah disebabkan tidak ada
50
proses fotosistensis dari fitoplankton karena tidak ada cahaya matahari masuk ke
kolom perairan. Menurut Romadhona etal., (2016), Nilai uji DO pada sore hari
lebih tinggi dibanding sore hari karena pada siang hari terjadi proses fotosintesis
perairan tinggi maka kelarutan oksigen rendah, sedangkan jika suhu rendah
maka kelarutan oksigen di perairan akan tinggi. Menurut Putra dan Abdul,
(2014), semakin tinggi suhu semakin kecil kelarutan oksigen dalam air.
kelarutan oksigen dalam air dan mempercepat reaksi kimia sebesar 2 kali.
pagi hari pada pukul 05.30 WIB dan sore hari hari pada pukul 16.30 WIB. Hasil
pengukuran salinitas yang didapat pada pengukuran pagi hari yaitu berkisar
antar 30-35 g/l, sedangkan pada sore hari berkisar antara 30-36 g/l. Hasil dari
51
Putra dan manan (2014), Kisaran salinitas antara 20 – 28 ppt masih berada pada
kisaran salinitas yang dianjurkan pada air sumber untuk kegiatan budidaya
udang. Sumber air diambil dari tengah laut dengan jarak kurang lebih 200-300
moulting pada udang windu. Jika salinitas pada perairan rendah udang windu
maka udang windu akan lebih cepat melakukan moulting.Salinitas pada tambak
sangat dipengaruhi oleh cuaca, pada saat musim hujan salinitas akan rendah
karena adanya penambahan air tawar dari air hujan.Pada saat musim kemarau,
suhu udara akan meningkat, sehingga terjadi penguapan air pada tambak, maka
salinitas akan tinggi atau hipersalin. Pada Salinitas tinggi pertumbuhan udang
meningkat maka pertumbuhan udang akan melambat karena energi lebih banyak
air tawar yang berasal dari sumur bor atau sumber air tawar lainnya. Menurut
osmoregulasi yaitu upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion
antara tubuh dan lingkungannya. Jika kondisi salinitas berfluktuasi maka semakin
rendah dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air, selain itu dapat
terhambat.
52
Gambar 23. Hasil Pengukuran Salinitas
d. Amonia
udang windu di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) jepara
bentuk TAN (Total Amonia Nitrogen) .Pengukuran TAN dilakukan sebanyak 1 kali
dalam 1 minggu didapat hasil yaitu 0.402 mg/l ,minggu kedua 1.145 mg/l, minggu
ketiga 1,525 mg/l dan pada minggu ke 4 yaitu 3,820 mg/l. Hasil dari pengukuran
amonia tersebut tergolong baik dan aman bagi pertumbuhan udang windu yang
pada tingkat amoniak 1,29 mg/l dapat membunuh beberapa udang jenis
dalam tambak.
Amonia merupakan salah satu parameter kualitas air yang harus diukur
pada kegiatan budidaya, karena dalam jumlah yang tinggi, amonia menjadi
beracun untuk hewan budidaya. Sumber utama amonia di perairan yaitu sisa
53
pakan, feses dan urine hewan budidaya, serta plankton yang mati. Upaya untuk
menanggulangi amonia yang tinggi ialah dengan cara pemberian aerasi dan
protein pada budidaya udang windu. Udang mencerna protein pakan dan
oleh udang bervariasi tergantung jumlah pakan dimasukkan ke dalam kolam atau
sistem budidaya. Amonia terdapat pada kolam dari bakteri dekomposisi bahan
aerasi dan bakteri yang dapat mereduksi amonia menjadi bentuk lainnya yang
C. Parameter Biologi
a. Plankton
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara yaitu plankton. Pengukuran
Dari hal tersebut menunjukkan bahwa tamba udang windu tergolong subur.
adalah dengan menjaga paramater kualitas air agar nilainya tetap pada kisaran
penyiponan untuk mebersihkan kotoran dan senyawa kimia seperti H2S dan NH3.
Selain itu, untuk menjaga daya tahan tubuh pada udang windu dilakukan
54
pakan. Pada kegiatan budidaya udang windu di BBPBAP Jepara pernah di
serang oleh penyakit berak putih atau white feces pada tahun 1996 sehingga
udang windu tergeser oleh udang vaname. Penyakit tersebut ditandai dengan
turunnya nafsu makan udang dan terdapat feces berwarna putih di permukaan
air serta pemberian probiotik yang dapat menekan pertumbuhan bakteri vibrio.
Selain itu, penyakit yang menyerang yaitu White Spot Syndrome Virus (WSSV)
berwarna merah. Sedangkan hama yang sering muncul adalah burung bangau
dan kepiting, hama tersebut dapat memangsa dan membunuh udang windu
untuk dijadikan makan. Selain itu, burung bangau juga dapat menularkan
penyakit pada budidaya udang vaname perlu dilakukan pengontrolan air secara
budidaya dan ketepatan dalam pemberian pakan baik jumlah, waktu, jenis pakan
serta kualitas pakan. Jenis penyakit yang sering ditemukan menyerang udang
vaname adalah Bacterial White Spot Syndrome (BWSS), Black Gill Disease
(BGD), Taura Syndrome Virus (TSV), Fouling Disease (FD) dan Infections
55
menggunakan jala untuk mengambil beberapa ekor udang. Setelah dilakukan
jala lalu ditimbang untuk mengetahui berat rata – rata udang per ekor. Pada
saat udang mencapai umur 45 hari pemeliharaan, setelah itu dilakukan samplng
rutin yang dilakukan setiap 7 hari sekali dari sampling berikutnya. Pada budidaya
udang windu kegiatan sampling dilakukan untuk mendapatkan data bobot udang
yang digunakan untuk menghitung pertambahan bobot rata – rata udang windu
yang dibudidayakan.
4.3 Pemanenan
Tahap pemanenan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pemanenan yang
a. Pemanenan
Pemanenan pada udang windu yaitu panen total. Panen total adalah
panen yang dilakukan untuk mengambil seluruh hasil budidaya dalam satu siklus
menggunakan jaring kantong dan dilanjut dengan jaring tarik. Untuk tambak yang
bisa dikeringkan dengan cara gravitasi pasang surut, adalah dengan membuka
pintu air keluar (outlet) untuk mengeluarkan air tambak. Pasang jaring pada pintu
keluar air (outlet) tambak dengan tepat untuk menampung udang yang terbawa
air. Pada tambak yang berukuran besar (>20 Ha) air bisa ditambahkan dan
56
tambak yang tidak bisa dikeringkan dengan cara gravitasi pasang surut, maka
Total dilakukan pada DOC 120 hari, dengan ukuran 35 ekor/kg.Panen Total pada
dalam budidaya udang windu yaitu dan panen total. Panen total dilakukan ketika
udang berumur 125 – 126 hari dengan bobot rata – rata berkisar antara 28,07 –
dilakukan saat menjelang pagi hari dan harus selesai sebelum matahari terik.
ditimbang udang dikemas dengan cara memasukan udang yang telah bersih ke
dalam box fiber dan ditambahkan es batu secara berlapis agar suhu dalam box
fiber merata. Menurut Atmomarsono et al. (2014), bahwa udang yang telah
dipanen dicuci dengan air bersih dan dibenamkan dalam wadah yang berisi
air es dengan suhu -4°C. Udang dimasukkan ke dalam wadah dengan rapi, lalu
udang.
57
4.4 Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan di BBPBAP Jepara yaitu dengan cara
yang cocok maka penjualan dilakukan terhadap supplier tersebut. Para supplier
biasanya langsung datang pada lokasi dan langsung membawa udang yang
sudah dibeli ke cold storage untuk didistribusikan ke pasar atau ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Harga udang bervarasi berdasarkan size yang diperoleh,
semakin tinggi size yang didapat maka harga udang semakin murah. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Wiguna, et al. (2017), bahwa hasil panen total
udang windu yang didapat dijual kepada tengkulak atau pedagang kecil,
sedangkan hasil panen total udang vaname dijual pada supplier untuk
dipasarkan lebih lanjut. Selanjutnya akan dibuat analisa biaya pada usaha
58
Hasil / Pendapatan = 1500 kg x 70.000
= Rp. 105.000.000
= 105.000.000 – 73.775.000
= Rp. 31.225.000
udang windu sangat dilayak untuk dijalankan, jika dilihat dari keuntungan yang
besar.
59
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
seminggu sekali.
kali dalam sehari yaitu pukul 08.00, 11.00, 15.00 dan 19.00. Jumlah
405 kg, lalu pada doc 31- 60 menggunakan total pakan sekitar 650
60
d. Suhu pada pagi hari berkisar antara 24.1-27.0 oC, pada sore hari
vaname.
e. pH pada pagi hari berkisar antara 6.5 -7.8, sedangkan pada sore
g. Salinitas pada pagi hari berkisar antara 35-35 g/l, sedangkan pada
sore hari berkisar antara 30-36 g/l, salinitas tersebut optimal untuk
udang windu.
h. Amonia yang didapat yaitu 0.402 mg/l dan 1.14 mg/l, 1,525 mg/l dan
udang windu.
White Feces Diases dan White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada
bisa di hindari.
dijalankan.
61
5.2 Saran
biosekuriti yang lebih aman agar hama dan penyakit tidak mengganggu udang
windu yang dibudidaya, serta perlu adanya manajemen kualitas air yang lebih
baik untuk menghindari stres pada udang, serta ketersediaan kapur harus selalu
62
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Muchlizar dan A. Ma'mun. 2018. Variasi Bulanan Salinitas, pH dan
Oksigen Terlarut di Perairan Estuari Bengkalis. Majalah Ilmiah Globe. Vol
20(2): 57-66.
Andriyanto, F., A. Efani dan H.Riniwati. 2013. Analisis faktor – faktor produksi
usaha pembesaran udang vanname (Litopenaeus vannamei) di
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur ; Pendekatan
fungsi cobb-douglass. Jurnal ECSOFiM. Vol 1(1) : 82 – 96.
Arini,E. Pemberian Kapur CACO 3 Untuk Perbaikan Kualitas Tanah Tambak dan
Pertumbuhan Rumput Laut Glacilaria sp. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6
No. 2, 2011, 23 – 30.
Arsad, S., Afandy, A., Purwadhi, A. P., Saputra, D. K., & Buwono, N. R. (2017).
Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda [Study of
Vaname Shrimp Culture (Litopenaeus vannamei) in Different Rearing
System]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Vol 9(1), 1-14.
Ernawati, E., & Rochmady, R. (2017). Effect of fertilization and density on the
survival rate and growth of post-larva of shrimp vaname (Litopenaues
vannamei). Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, 1(1), 1-10.
Haliman, R.W. dan Adijaya DS. 2005. Udang Vannamei. Penebar Swadaya.
Jakarta. 75 hlm.
63
Hargreaves, J.A dan Craig, S.T. 2002. Measuring Dissolved Oxygen
Concetration In Aquaculture. Southern Regional Aquaculture Center.
4601.
Pagora, H., Ghitarina dan D. Udayana. 2015. Kualitas plankton pada kolam
pasca tambang batu bara yang dimanfaatkan untuk budidaya perairan.
Ziraa’ah. Vol 40(2): 108-113.
Pratama, A., Wardiyanto dan Supono. 2017. Studi performa udang vaname
(Litopenaeus vannamei) yang dipelihara dengan sistem semi intensif
pada kondisi air tambak dengan kelimpahan plankton yag berbeda pada
saat penebaran. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan.Vol 6 (1) : 643-652.
Pratama, A., Wardiyanto dan Supono. 2017. Studi performa udang vaname
(Litopenaeus vannamei) yang dipelihara dengan sistem semi intensif
pada kondisi air tambak dengan kelimpahan plankton yag berbeda pada
saat penebaran. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan.Vol 6 (1) : 643-652.
64
Rakhfid, A., Halida, W. O., Rochmady, R., & Fendi, F. (2018). Probiotic aplication
for growth and survival rate of vaname shrimp Litopenaeus vannamei with
different density. Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil. Vol 2(2), 41-48.
Sakaruddin, M.I. 2011. Komposisi Jenis, Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas
Penutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun 1990-2000. Institut
Pertanian Bogor.
Suhaimi, R. A., Hasnawi, H., & Ratnawati, E. (2016). Kesesuaian Lahan Untuk
Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) Di Tambak Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah. Jurnal Riset Akuakultur. Vol 8(3), 465-477.
Syukri, M., & Ilham, M. (2016). Pengaruh salinitas terhadap sintasan dan
pertumbuhan larva udang windu (Penaeus monodon). Jurnal Galung
Tropika.Vol 5(2), 86-96.
65
Tacon,A.G.J.,Jory.D, and Nunes,A. 2013. Shrimp Food Management : issues
and perspektives on farm feeding and feed management aquakulture.
FAO Fisheries and Aquakulture Technical Paper No.583.PP. 481 -488.
Yulihartini, W., Rusliadi, R., & Alawi, H.2004. Effect of Adding Calcium Hydroxide
Ca (oh) 2 on Molting, Growth and Survival Rate Vannamei Shrimp
(Litopenaeus Vannamei) (Doctoral dissertation, Riau University).
66
LAMPIRAN
2. Bagaimana visi dan misi dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara?
4. Apa saja sarana dan prasana yang ada di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara?
5. Apa saja kegiatan perikanan yang dilakukan oleh Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara?
10. Pakan apa yang digunakan dalam budidaya pembesaran udang vaname
(udang windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara?
12. Apa saja pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan pada
budidaya pembesaran udang windu (Penaeus monodon) di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara?
14. Berapa kualitas air dalam kadar optimum di kolam pembesaran udang
windu ?
67
15. Apakah sering atau tidak terjadi kematian pada kegiatan pembesaran
udang windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara?
16. Jika sering terjadi kematian, faktor apa yang menyebabkan kematian
pada kegiatan pembesaran udang windu (Penaeus monodon) ?
17. Kendala apa saja yang biasa dihadapi saat proses pembesaran udang
windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara?
20. Kendala apa saja yang dihadapi saat proses pemanenan udang windu
(Penaeus monodon) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara?
23. Berapa haraga per kilogram udang windu (Penaeus monodon) yang dijual
atau dipasarkan?
24. Apa manfaat pembesaran udang windu (Penaeus monodon) dalam dunia
perikanan?
68
Lampiran 2 . Data Hasil Pengukuran Kualitas Air
69
29/08/2020 53 28.0 30.4 3.9 4.4 7.2 7.7 31 31
70
Lampiran 3 . Data Hasil Pengukuran Kualitas Air
Ikhsan
175080107111004
Manajemen Sumberdaya
Perairan
Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan
Universitas Brawijayan
71
Lampiran 4. Dokumemtasi Praktik Kerja Magang (PKM)
72
Pengukuran Kualitas Air Pemanenan
73
Lampiran 5 . Log Book Praktik Kerja Lapang
74
75
76
77
78
79
80
Lampiran 6 . Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktik Kerja Magang
Tissue Aquades
Tissue Aquades
81
4. Salinitas Refraktome Air Sampel
ter
Aquades Tissue
Cuvet Nessler
Spektrofoto Aquades
meter
82