Anda di halaman 1dari 76

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME(Litopenaeus Vanamei) SECARA

INTENSIF DI TAMBAK LAMSAGOE FARM KECAMATAN


LABUHAN HAJI BARAT KABUPATEN ACEH SELATAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

Oleh :

ALWI AZRAI SIREGAR


NIT.20.03.12.089

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Teknik Pmebesaran Udang Vaname (Litopenaeus


Vanamei) Secara Intensif Di Tambak Lamsagoe
Farm Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten
Aceh Selatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Nama : Alwi Azrai Siregar


NIT : 20.03.12.089

Karya Ilmiyah Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III dan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Perikanan Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo
Tahun akademik 2022/2023

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Nasuki, MP Harminto, S.St.Pi.,M.Si


NIP. 19651112989031004 NIP. 198002062010121002

Mengetahui :
Direktur Politeknik Kelautan Dan perikanan Sidoarjo

I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi,.M.P

2
NIP. 19650425199031002
HALAMAN REVISI

Telah Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji

Ujian Akhir Program Diploma III

Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo

dan Dinyatakan LULUS

Pada Tanggal : ...................................

Penyelesaian Revisi Tanggal : .........................

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Nasuki, MP Harminto,S.St.Pi., M.Si


Tanggal : Tanggal :

Penguji III Penguji IV

Nisa Hakimah, M.Sc Ulfauza, S.Pi., M.CIO


Tanggal : Tanggal :

Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan

Lusiana BR Ritonga, MP
NIP. 199203302018012004
3
RINGKASAN

Alwi Azrai Siregar. NIT. 20.3.12.089 : Teknik Pembesaran Udang


Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Lamsagoe Farm
Kabupaten Aceh Selatan Kecamatan Labuhan Haji Barat Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dibawah bimbingan Bapak Nasuki ,MP
dan Bapak Harminto, S.St.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing.

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah


satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai permintaan tinggi
baik di pasar lokal maupun internasional dan mempunyai prospek
ekspor yang besar dalam meningkatkan devisa Negara (Renanda
et al.,2019). Udang vannamei memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan udang windu seperti dapat dibudidayakan pada padat
tebar tinggi hingga melebih dari 150 ekor/m 2, tidak mudah stress
terhadap perubahan lingkungan dan pemeliharaan serta
pertumbuhannya relatif lebih cepat yaitu sekitar 90-100 hari per
siklus (Fendjalang et al.,2016). Keunggulan udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) tersebut dapat dijadikan salah satu
peluang bisnis untuk memajukan produksi udang secara nasional.
Tujuan dari dilaksanakannya praktik akhir adalah untuk mengetahui teknik
budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei), identifikasi
masalah yang terjadi selama produksi udang vannamei. Batasan
masalah yang dilakukan dari aspek teknis meliputi kegiatan
persiapan tambak, persiapan media, penebaran benur, manajemen
pakan, manajemen kualitas air, monitoring pertumbuhan,
pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen, serta
manjemen produksi. Target produksi yang ditetapkan tambak tiku
yaitu 100-120 hari/siklus, size panen 40 ekor/kg, ADG 0,25 gr/hari,
FCR 1,5, SR 75%. Teknologi yang digunakan adalah teknologi
intensif, dengan menggunakan wadah palstik dan padat tebar yang
tinggi jumlah tebar kolam A1 150.000 dan A2 yaitu 200.000 ekor
dengan kepadatan A1 150 ekor/m2 A2 200 ekor/m2 pada luasan
1000. Kontruksi wadah tambak berbetuk persegi panjang dengan
ukuran panjang 25 m x lebar 40 m dan kedalaman 1,5m.

Persiapan wadah dilakukan setelah panen dilakukannya


pembersihan dan pengeringan selama 7-14 har. Perbaikan plastik
HDPE (Haigh Density Polyethelyene) dengan teknik pengelasan
dengan alat weldingg Pemasangan kincir yang ada pada masing-
masing petakan adalah 4 kincir pada luas petakan 1000 m2.
Proses pengisian air dengan ketinggian air 100 cm dan kemudian
disterilisasi dengan menggunakan cupri sulfat (CuSo4). Untuk
pribiotik yang digunakan adalah Bio N Plus dan EM4. Benur yang
digunakan berukuran PL 10 Yang bersumber dari hetcry SWP
Biuren . Merek pakan yang digunakan yaitu pakan Pt Central
Proteina Prima, cara pemeberian pakan masih menggunakan cara
ditebar secara merata dengan mengelilingi kolam denag kurun
waktu 5 kali sehari yaitu jam

4
07,00(15%),12.00(25%),17.00(20%),21.00(15%). Bahan rangka
anco menggunakan material wareng yang bisa tenggelam hingga
dasar kolam dengan ukuran 40cm x 40cm x 20cm. Monitoring
pertumbuhan dilakukan selama proses pembesaran berlangsung,
peralatan yang digunakan ember,jaring jala,timbangan. Sampling
pertama dilakukan pada DOC 30 setiap 7 hari sekali. Pengelolaan
kualitas air sudah cukup baik ditandai dengan tidak ditemukannya
penyakit dan pengecekan parameter kualitas air kisaran rata-rata
kolam A2 dan A5 ph pagi 7,89 siang 8,26, pH pagi 27,41 sore
30,73, sanilitas pagi 18 ppt siang 16 ppt. untuk kolam 10 ph pagi
7,85 siang 8,28, pH pagi 27,42 sore 30,88, sanilitas pagi 16 ppt
siang 14 ppt.
Produksi budidaya udang vannamei di Tambak Morgan Pasia Paneh Sudah
baik karena dilakukan dengan cara panen parsial dan panen total. Panen total
petak kolam A2, dilakukan dengar rata-rata tonase panen pada kolam A2
berjumlah 2.453,2 kg DOC 125 dengan size 29, MBW 34,48 gr 30,3 gr, SR 65%
dan FCR 1,65. Sedangkan panen total Panen total Permasalahan yang
ditemukan pada tambak Lamsagoe Farm adalah yaitu Penyakit MYO dan
AHPND pada kolam 1,3,6,7 dan kolam 4.

Renanda, A., Prasmatiwi, F. E,. & Nurmayasari, I. (2019). Budidaya Udang Vaname
dikecamatan RawajituTimur kabupaten Tulang Bawang. Jurnal Ilmnu-Ilmu Agrebisnis.

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaiakan Karya Ilmiah Akhir
(KIPA) ini. Penyususnan Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan serta masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepaada :
1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi.,Mp. Selaku Direktur
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo.
2. Ibu Lusisana BR Ritonga, M.P. selaku ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan yang telah memfasilitasi kegiatan KPA ini.
3. Bapak Nasuki, MP dan Bapak Harminto, S.St.Pi., M.Si selaku dosen
pembimbing I dan II, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
selama penyusunan Karya Ilmiah Praktik akhir (KIPA).
4. Kepada orang tua kami, dan seluruh teman kerabat yang telah banyak
membantu dan menyelesaikan Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini
masih belum sempurna, untuk itu segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini.

Pariaman, Februari 2023

Alwi Azrai Siregar


20.03.12.089

6
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................v

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan........................................................................3
1.2.1 Maksud................................................................................4
1.2.2 Tujuan..................................................................................5
1.3 Pendekatan Masalah......................................................................7

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Biologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)............................4
2.1.1 Klasifikasi Udang Vaname................................................. 4
2.1.2 Morfologi Udang Vaname ...................................................5
2.1.3 Habitat Udang Vaname.......................................................5
2.1.4 Kebiasaan Makan Dan Cara makan...................................6
2.1.5 Tingkah Laku Dan Keunggulan...........................................6
2.2 Persiapan Tambak..........................................................................7
2.2.1 Pembersihan Tambak.........................................................7
2.2.2 Pengeringan Tambak..........................................................8
2.2.3 Pengisian Air Budidaya.......................................................9
2.3 Pemiliharaan ................................................................................10
2.3.1 Penebaran Benur...........................................................................11
2.3.2 Pengelolaan Kualitas Air...............................................................12
2.3.3 Parameter Kualitas Air...................................................................12
II.4 Pakan............................................................................................14
II.5 Monitoring Pertumbuhan...............................................................15
II.6 Hama Dan Penyakit......................................................................16
II.7 Panen............................................................................................16
2.7.1 Panen Selektif (Parsial).....................................................17
2.7.2 Panen Total (Keseluruhan.................................................17
2.8 Analisa Kellayakan Usaha ................................................17
2.8.1 Investasi............................................................................18
2.8.2 Biaya Total Produksi (TC/Input)........................................18
2.8.3 Keuntungan Usaha............................................................18
2.8.4 Payback Periode...............................................................19

7
2.8.5 Benefit-Cost Ratio (B/C)....................................................20

III. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan.................................................21
3.2 Metode Kerja Praktik Akhir............................................................21
3.3 Jenis Data.....................................................................................21
3.3.1 Data Primer.......................................................................21
3.3.2 Data Sekunder...................................................................21
3.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................22
3.4.1 Observasi..........................................................................22
3.4.2 Partisipasi..........................................................................22
3.5 Metode Pengolahan Data Dan Analisa Data................................22
3.5.1 Pengolahan Data...............................................................22
3.5.2 Analisa Data......................................................................23
3.5.3 Analsa Kelayakan Uasaha................................................24

IV. KEADAAN UMUM


4.1 Sejarah Farm................................................................................26
4.2 Letak Geografis.............................................................................27
4.3 Struktur Organisasi.......................................................................29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Persiapan Tambak........................................................................30
5.1.1 Pengeringan dan Pembersihan Tambak...........................30
5.1.2 Pengisian Air.....................................................................30
5.2 Pemeliharaan................................................................................32
5.2.1 Penebaran Benur..............................................................32
5.2.2 Pengelolaan Kualitas Air...................................................33
5.2.3 Parameter Kualitas Air......................................................33
5.2.4 Penyiponan........................................................................35
5.3 Pengelolaan Pakan.......................................................................37
5.4 Monitoring Pertumbuhan...............................................................40
5.5 Pengendalian Hama dan Penyakit................................................41
5.6 Panen............................................................................................42
5.7 Kinerja Produksi............................................................................44
5.8 Analisa Finansial...........................................................................48

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan...................................................................................53
6.2 Saran.............................................................................................53

8
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi Udang vaname (Litopenaeus Vanamei)............................5


Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname.............................................................9
Gambar 3 : Tambak Lamsagoe Farm........................................................26
Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Selatan......................................27
Gambar 5. Pengeringan dan pembersihan tambak........................................................30
Gambar 6. Pengisian air......................................................................................31
Gambar 7. Penebaran Benur...............................................................................33
Gambar 8. Pengukuran pH .................................................................................35
Gambar 9. Penyiponan........................................................................................36
Gambar 10. Pengecekan Anco............................................................................37
Gambar 11. Penimbangan dan pengadukan Pakan............................................38
Gambar 12: Penyimpanan Pakan........................................................................43
Gambar 13. Panen Parsial..................................................................................44
Gambar 14. Panen total.......................................................................................45
Gambar 15. Pasca Panen...................................................................................45
Gambar 16. Average Body Weight (ABW)..........................................................46
Gambar 17. Average Daily Growth (ADG)...........................................................46
Gambar 18. Survival Rite (SR)............................................................................47
Gambar 19. Food Conversion Ratio (FCR).........................................................48

9
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah tebar dan padat tebar................................................................37


Tabel 2. Vitamin dan Probiotik yang dicampurkan ke pakan...............................39
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan.......................................................................40
Tabel 4. Data Sampling pada kolam A2...............................................................49
Tabel 5. Biaya investasi.......................................................................................50
Tabel 6. Biaya Tetap............................................................................................50
Tabel 7. Biaya Tetap Pertahun.............................................................................51
Tabel 8. Hasil panen total udang vaname............................................................51

10
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktik ........................................................................56


Lampiran 2. Alat Yang Digunakan Selama Praktik..............................................57
Lampiran 3. Sampling Kolam A2 ........................................................................58
Lampiran 4. Foto Kegiatan Selama Praktik .........................................................58

11
\

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname Merupakan salah satu komoditas perikanan yang

memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai

lebih dari 13.600 kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan

masyarakat. (Muhammad Ghufron, Mirni Lamid dan Hari Suprapto 2018).

Berdasarkan penelitian Pangestu R.W, (2022) Udang vaname

mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies udang lainnya,

antara lain lebih mampu hidup pada kepadatan tinggi, tahan dari serangan

penyakit, dapat hidup pada salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat

survival rite (SR) atau kelulusan hidup dan konversi pakan yang tinggi. Kegiatan

pembesaran udang vaname sendiri meliputi persiapan tambak, pemilihan dan

penebaran benur, pemeliharaan kualitas air, pengelolaan pakan dan

pengendalian penyakit, hingga panen.

Dengan pengembangan di atas penulis bermaksud melaksanakan kerja

praktik akhir di Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam dengan mengambil judul Teknik Pembesaran

Udang Vaname (Litopenaeus Vanamei). Metode kerja yang digunakan yaitu

12
metode deskriptif, metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan

partisipasi aktif selama proses kegiatan pembesaran udang vaname.

Udang vaname menjadi primadona para pembudidaya spesies air laut di

tambak karena memiliki berbagai keunggulan antara lain responsif terhadap

pakan/nafsu makan yang tinggi, imunitas yang baik terharap serangan patogen

atau lebih toleran terhadap kualitas lingkungan yang kurang baik, pertumbuhan

lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi dan

waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90 - 100 hari per siklus

( Purnamasari et al.(2017).

13
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari kegiatan Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah

mampu melakukan Teknik Pembesaran Udang Vaname Secara Intensif di

Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

1.2.2 Tujuan

Tujuan pelaksanan Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah

1. Mampu melakukan tentang teknik pembesaran udang vaname

(Litopenaeus Vaname) secara intensif di Kecamatan Bakongan

Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Mampu melakukan Analisa Kelayakan Usaha dalam teknik Pembesaran

udang vaname secara intensif si Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh

Selatan Provinsi Nanggroe Aceh.

2.3 Pendekatan Masalah

Prospek budidaya udang vaname terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Karena nilai ekonomis yang tinggi, termasuk didaerah Aceh Selatan,

ini dibuktikan dengan banyaknya pembukaan lahan baru, sehingga menjadi

peluang tersendiri bagi penulis, dikarenakan akan membuka kesempatan kerja

sebagai Teknisi.

14
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)

2.1.1 Klasifikasi Udang Vaname

Haliman dan Adijaya (2005) klasifikasi udang vaname (Litopenaeus

Vannamei) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Filum : Arthopoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapodas

Subordo : Dendrobrachiata

Familia : Penaeidae Sub

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus Vanamei

15
2.1.2 Morfologi Udang Vaname

Umumnya tubuh udang dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu bagian

kepala dan bagian badan.Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut

cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas

dibagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas tiap-tiap ruas

(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang

beruasruas.Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu

telson yang berbentuk runcing. Udang vaname terdiri dari kepala yang

bergabung dengan dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang

vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala

udang vaname juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri

dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari 6

ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip

ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson yang berfungsi sebagai

kemudi (Rochman, 2016).

Bentuk rostrum udang putih memanjang, langsing, dan pangkalnya

hampir berbentuk segitiga. Uropoda berwarna merah kecoklatan dengan

ujungnya kuning kemerah-merahan atau sedikit keiruan. Udang betina dewasa

tekstur punggungnya keras,ekor (telson) dan ekor kipas (uropoda) berwarna

kebiru-biruan sedangkan pada udang jantan dewasa memiliki petasma yang

simetris, spesies ini dapat tumbuh mencapai panjang 23 cm (GUSMAN, Ery, et al

2012).

16
Gambar 1. Morfologi Udang vaname (Litopenaeus Vanamei)

2.1.3 Habitat udang vaname (Litopenaeus Vanamei)

Menurut Nadhif (2016) bahwa induk udang vannamei ditemukan

diperairan lepas pantai dengan kedalam berkisar antara 70-72 meter (235 kaki).

Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannnya berlumpur. Sifat hidup

udang vannamei adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang

dewasa akan memijah dilaut terbuka. Udang dewasa memijah secara seksual

diair laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli sampai stadia juvenile

berpindah keperairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegatasi yang

dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Setelah mencapai remaja,

mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut

kembali. Habitat dan siklus hidup udang vannamei dapat dilihat pada gambar 2

dibawah ini.

17
Gambar 2. Siklus Udang Vaname

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) semula digolongkan kedalam

hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorusscavenger) atau pemakan

detritus. Usus udang menunjukan bahwa udag ini adalah merupakan omnivore,

namun cenderung karnivora yang memakan crustacea kecil danpolychaeta.

Adapun sifat yang dimiliki udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah

sebagai berikut :

a. Nocturnal

Secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam

hari untuk mencari makanan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka

bersembunyi di dalam substrata atau lumpur

b. Kanibalisme

Udang vannamei suka menyerang sesamanya, udang yang sehat akan

menyerang udang yang lemah terutama pada saat moulting atau udang sakit.

Sifat kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan

kekurangan pakan pada padat tebar tinggi .

c. Omnivora

Udang vannamei termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis

tumbuhan maupun hewan (omnivora) sehingga kandungan protein pakan yang

diberikan lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang

bersifat cenderung karnivora, sehingga biaya pakan relative lebih murah.

2.1.4 Kebiasaan Makan dan Cara makan

Kebiasaan makan dan cara makan (feeding and food habitat) udang

vaname identik dengan udang windu. Udan g vaname termasuk jenis

‘’omnivorous scavengger’’ yaitu pemakan segala macam mulai dari fitoplankton,

18
flankton, bentuk algae,detritus, dan bahan organik lainnya. Udang vaname

bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari apabila intensitas

cahaya berkurang. Udang vaname membutuhkan protein sekitar 28-39% untuk

pertumbuhan optimalnya. Udang Vaname mencari dan mengidentifikasi pakan

menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang

terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini berpusat pada ujung anterior

antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxipiled. Dengan bantuan sinyal

kimia yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendeteksi atau menjauhi

sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik maka udang akan

merespon dengan cara mendeteksi sumber pakan. Untuk mendeteksi sumber

pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit.

Pakan langsung dijepit menggunakan capit kaki jalan, kemudian dimasukkan ke

dalam mulut. Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam

kerongkongan dan oesophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih

besar, maka dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam

mulut (Deni Aulia 2018).

2.1.5 Tingkah laku dan Keunggulan

Tingkah laku udang Vaname agak berbeda dengan udang

windu.Beberapa diantaranya yaitu cenderung suka berenang di badan air dari

pada di dasar, menentang arus, dan umur lebih dari 40 hari suka melompat,

apabila terdapat cahaya atau perubahan lingkungan. Memiliki sifat kanibalisme

yang cukup tinggi,sering menyerang udang yang sedang ganti kulit. Sisa kulit

akibat ganti kulit banyak didapatkan di dasar petakan tambak, karena udang

memiliki kerangka luar yang keras/tidak elastis. Udang Vaname memiliki

beberapa keunggulan yaitu pakan yang diberikan kandungan proteinnya lebih

rendah sehingga harga pakannya lebih murah, produktivitasnya tinggi karena

19
kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, mencapai di atas 90%, lebih mudah

dibudidayakan, waktu pemeliharaannya lebih pendek, relatif lebih tahan penyakit,

pertumbuhannya lebih cepat (pertumbuhan per minggu bisa mencapai 3 gram

walaupun kepadatan 100 ekor/m2), tahan hidup terhadap salinitas luas dan

dapat tumbuh dengan baik pada salinitas rendah, kandungan asam aminonya

lebih tinggi sehingga rasanya manis. Udang Vaname dinilai memiliki beberapa

kelebihan antara lain lebih tahan terhadap penyakit, tumbuh lebih cepat, tahan

terhadap fluktuasi kondisi lingkungan, waktu pemeliharaan relatif pendek, yakni

sekitar 90-100 hari per siklus, tingkat survival rate (SR) atau derajat

kehidupannya tergolong tinggi, hemat pakan, tingkat produktivitasnya tinggi dan

mampu memanfaatkan seluruh kolom air dari dasar tambak hingga ke lapisan

permukaan sehinga dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. (Deni Aulia 2018).

2.2 Persiapan Tambak

Persiapan tambak yang dilkukan meliputi pembersihan dan pencucian

sarana budidaya, pengeringan, perbaikan plastik HDPE, pengapuran petakan.

Pengisian air budidaya.

2.2.1 Pembersihan Tambak

Pembersihan dan pencucian sarana budidaya yang dimaksud ialah

pembersihan dan pencucian petakan serta kincir. Kegiatan pembersihan petakan

dan kincir dilakukan secara bersamaan dengan tujuan untuk menghilangkan

kotoran setelah panen atau siklus budidaya sebelumnya yang menempel pada

kincir, dasar dan dinding petakan. Penyemprotan bertekanan tinggi dapat

mempermudah pembersihan dan pencucian dengan cara menyemprot pada

bagian kolam yang kemudian dialirkan melalui saluran pembuangan (Out let)

(Khumaidi, A,.Muqsith et al 2022).

20
2.2.2 Pengeringan Tambak

Pengeringan tambak di lakukan dengan bantuan sinar matahari. Adapun

pengeringan berfungsi membantu proses oksidasi yang dapat menetralkan sifat

keasaman tanah, menghilangkan gas beracun dan membantu membunuh telu-

telur hama yang tertinggal. Proses pengeringan dilakukan selama 3-4 hari.

Pengeringan dihentikan bila tanah dasar tambak sudah kering, supaya tidak

retak agar bakteri pengurai tetap mampu menjalankan fungsinya mengurai

bahan organik pada suasana aerob (Haliman dan adijaya, 2005).

Ditambahkan oleh jayanti (2012), pengeringan dilakukan selama 1 (satu)

bulan sesuai dengan terik matahri hingga tanah menjadi kering. Diharapkan sinar

matahari dapat membunuh bakteri pembusuk, menaikkan pH tanah, serta

memudahkan renovasi tambak agar tidak licin dan berlumpur..

2.2.3 Pengapuran

Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah dan

mempertahankannya dalam kondisi stabil (Andriyanto, F. 2012). Pengapuran

dilakukan pada dasar tambak dilakukan dengan menggunakan kapur tohor,

untuk menjaga pH tanah didalam tambak. Setelah pemupukan dan pengapuran

kolam didiamka selama 3-2 hari dan setelah itu bisa memasukkan air (Pulungan,

Rizky Hermawan et al 2015).

2.2.4 Pengisian air budidaya

Pengisian air budidaya yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan yaitu,

setelah petakan siap maka dilakukan pengisian air laut dengan ketinggian air 70

cm. Air yang masuk kepetakan tambak terlebih dahulu disaring menggunakan

saringan dengan ukuran size 80 yang selanjutnya disterilisasi dengan kaporit

sebanyak 30 ppm yang ditebar secara merata.Sehari sehari setelah setelah

penebaran kaporit, kincir di hidupkan bertujuan untuk menetralkan kandungan

21
kaporit. Dalam pembentukan warna air digunakan pupuk urea 10kg/ha dan SP

36 sebanyak 15 kg/ha sampai terbentuk warna air, Sedangkan untuk

mempertahankan warna air dan pembentukan bakteri yang menguntungkan

digunakan probiotik yang mengandung Bacillus subtilis, Rhodobacte, dan

Rhodococcus. Setelah warna air terbentuk dengan transparansi 70 cm baru

dilakukan penebaran benih (Slamet Subyakto et al,.2009).

2.3 Pemiliharaan

2.3.1 Penebaran Benur

Sebelum penebaran harus dilakukan aklimatisasi yang berarti

penyesuaian suhu dan salinitas dari kantong benur dengan suhu dan salinitas

pada tambak. Tujuan aklimatisasi agar benur yang ada didalam pelastik dapat

beradaptasi dengan suhu dan salinitas sehingga benur tidak mengalami stres,

Penebaran benur dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari. Waktu

penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 WIB atau

pada malam hari atau pada saat kondisi cuaca teduh. Pemilihan waktu pada pagi

atau sore hari dikarenakan pada waktu tersebut minim fluktuasi kualitas air

seperti suhu, pH, salinitas tidak banyak berubah. Kondisi tersebut menghindari

terjadinya tingkat stress pada benur yang akan ditebar, Aklimatisasi benur

terhadap suhu dilakukan dengan cara memasukkan kantong plastik yang beri si

benur pada permukaan air tambak dan dibiarkan mengapung selama 15-30

menit kemudian benur dapat di tebar. Penebaran benur dilakukan pada umur PL

10, karena fase ini benur sudah terbiasa pada pakan buatan dan pertumbuhan

lebih cepat (Nur, N.,Yohanista et al 2023).

2.3.2 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan air budidaya merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan budidaya. Air kolam bisa diibaratkan sebagai rumah bagi ikan,

22
sehingga pengelolaan airnya harus dijaga dari awal sampai akhir pemeliharaan

agar ikan bisa hidup dengan tenang, tidak pernah mengalami stress dan

petumbuhan normal (Almuqaramah et al., 2018). Kualitas air tambak berkaitan

erat dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas air yang baik mampu mendukung

pertumbuhan udang secara optimal. Hal ini berhubungan dengan faktor stres

udang akibat perubahan kualitas air di tambak (Muskita dan Kurnia, 2016).

Peningkatan jumlah pakan akan semakin meningkat seiring bertambahnya umur

dan ukuran udang. Peningkatan jumlah pakan ini memicu peningkatan bahan

organik dan senyawa toksik yang dihasilkan yaitu nitrit (NO 2) dan amonia (NH3),

karena sebagian pakan yang diberikan tidak dikonsumsi oleh udang (Wulandari

et al., 2015). Pengelolaan kualitas air merupakan suatu cara untuk menjaga

parameter kualitas air dan Parameter-parameter itu merupakan suatu indikator

untuk melihat kulitas air, seperti oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO 2)

bebas, pH, suhu, kecerahan, salinitas, amonia, dan nitrit (Fuady et al., 2013).

2.3.3 Parameter Kualitas Air

a. Kecerahan

Kecerahan air dalam tambak dapat disebabkan oleh bahan organik,

lumpur dan plankton. Tambak udang intensif atau semi intensif umur

pemeliharaan lebih dari 70 hari akan berwarna lebih cerah dan biasanya banyak

disebabkan oleh plankton. Nilai kecerahan optimum yang mendukung Jika

kecerahan sudah mencapai kedalaman kurang dari 25 cm, pergantian air

sebaiknya segera dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti

penurunan oksigen terlarut secara drastis (Arsad et al., 2017).

b. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap proses metabolisme dalam tubuh udang.

Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses metabolisme terjadi. Namun

23
kisaran yang baik untuk pertumbuhan adalah 28-30 oC. Suhu air juga sangat

berpengaruh terhadap nafsu makan udang, jika suhu air kurang dari 26ºC

sebaiknya dilakukan pengecekan nafsu makan dengan menggunakan kontrol

anco. Apabila di anco masih banyak terdapat makanan maka sebaikknya jumlah

pakan dikurangi (Amanda dan Sitanggang 2019).

c. Salinitas

Menurut (Suwarsih et al., 2016). kisaran optimum salinitas tambak adalah

15-25 ppt. Apabila salinitas dibawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya

pertumbuhan udang relatif lambat. Hal ini terkait dengan proses osmoregulasi

dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang sedang ganti kulit

dan proses metabolisme.

d. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut atau dikenal dengan istilah DO (Dissolved Oxygen)

sangat penting diperhatikan. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas

sehingga jika ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota

budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat. Rendahnya kadar okisgen

dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan,

bahkan bisa mengakibatkan kematian (Rosyidah et al., 2020). Menurut Edhy et

al., (2010) DO pagi tidak boleh lebih rendah dari pada 4 ppm untk menjaga agar

udang tidak menderita stress, karena akan memicu timbulnya penyakit.

e. Nitrit dan Nitrat

Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat

(nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi

berlangsung pada kondisi anaerob. Pada denitrifikasi, gas N2 yang dapat terlepas

dilepaskan dari dalam air ke udara. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri

24
dan limbah domestik. Sedangkan nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di

perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan

algae. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidas sempurna senyawa nitrogen di

perairan. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil

(Suwarsih et al., 2016).

f. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaaman singkatan dari Puissure Hidrogen. Nilai pH air

dipengaruhi oleh pH tanah dan kandungan berbagai bahan yang terkandung

dalam air seperti kadar sulfat, nitrat. Nilai pH yang baik untuk udang adalah 7,5

8,5 namun tidak boleh berfluktuasi cukup tajam (Hendrajat et al., 2018).

2.4 Pakan

Pakan merupakan unsur terpenting yang menunjang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang vaname, sehingga kualitas dan harga pakan

merupakan faktor yang sangat penting. Dalam berbudidaya udang vaname perlu

halnya dalam penegelolaan pakan. Ini dikarena pakan dapat menyerap 60–70 %

dari total biaya operasional (Hidayani et al., 2015). Dalam membudidaya udang

manajemen pengelolaan pakan sangat penting, karena selain biaya pengeluaran

yang besar, mutu air tambak dan lingkungan sekitar juga akan mempengaruhi

pertumbuhan terhadap udang. Untuk itu fungsi dari pengelolaan pakan yang baik

yaitu untuk mengefisien pakan, pertumbuhan yang seragam dan Rasio Konversi

Pakan (FCR) yang rendah. Semua itu tergantung juga pada tingkat nafsu makan

udang dan kondisi lingkungan pemeliharaan (Rosyidah et al.,2020). Efisiensi

penggunaan pakan ditentukan oleh kemampuan udang untuk mencerna dan sisa

pakannya berjumlah sedikit, untuk itu strategi pemberian pakan selain

penggunaan pakan yang memiliki kualitas tinggi, terjangkau harganya juga harus

25
sesuai dengan kebutuhan kultivan. Formulasi pakan yang lengkap menyangkut

susunan nutrisi yang lengkap, bahan baku berkualitas baik dan mengandung

profil nutrien sesuai kebutuhan kultivan yang juga diperhatikan. (Herawati, 2005).

2.5 Monitoring Pertumbuhan

Pada budidaya, pertumbuhan merupakan salah satu faktor penting untuk

menentukan produktivitas. Menurut pendapat Utomo (2022), bahwa

pertumbuhan udang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam maupun

dari luar, untuk faktor dari dalam antara lain keturunan, jenis kelamin, serta umur.

Untuk faktor dari luar yaitu pakan, padat tebar dan kualitas air seperti oksigen

terlarut, pH, karbon dioksida, dan alkalinitas. sedangkan udang vaname mampu

tumbuh dengan baik dengan kepadatan 100-125 ekor/m 2. Menurut Farchan

(2006), monitoring pertumbuhan merupakan suatu kegiatan pengamatan

terhadap udang untuk mengetahui pertumbuhannya yang terdapat di dalam

petakan tambak secara individu, populasi, dan biomassa yang dilakukan secara

berkala.

Kegiatan monitoring pertumbuhan udang vaname selama pemeliharaan

dilakukan untuk mengetahui kesehatan udang, pertambahan berat harian (ADG),

tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) dan berat biomassa. Salah

satu kegiatan monitoring yang dilakukan yaitu proses sampling, Monitoring

pertumbuhan dibagi menjadi 2 metode (Muskita dan Kurnia 2016) yaitu :

a. Kontrol anco

Kontrol anco dilakukan setiap hari pada waktu akan memberikan pakan

dan setelah pemberian pakan, tujuan dilakukannya control di anco untuk

mengetahui kondisi kesehatan udang, nafsu makan udang yang dipelihara,

sehingga jika ditemukan kondisi yang tidak normal dapat sedini mungkin

dilakukan pencegahan.

26
b. Monitoring jala tebar

Tujuan menggunakan jala tebar untuk mengetahui kondisi udang yang

meliputi kesehatan udang, tingkat pertumbuhan, untuk mengetahui nilai kelulus

hidupan udang (SR), untuk mengetahui biomassa udang, untuk menentukan

kebutuhan pakan. Monitoring dengan mengunakan jala dapat dilakukan setiap 7-

10 hari sekali setelah umur udang mencapai lebih dari 45 hari. Waktu yang baik

monitoring menggunakan jala tebar yaitu pada pagi atau sore hari, agar udang

tidak mengalami tingkat stress yang tinggi. Penentuan titik sampling disesuaikan

dengan luasan tambak, jumlah titik samping 2-4 titik. Titik lokasi sampling berada

di sekitar kincir dan di wilayah antar kincir (Afrizal 2020).

2.6 Hama Dan Penyakit

Hama dan penyakit merupakan organisme lain yang terdapat pada

daerah budidaya. Hama sendiri merupakan biota lain yang mengganggu biota

budidaya yang dipelihara sehingga dapat mengurangi produktivitas dan dapat

dilihat dengan mata tanpa menggunakan alat bantu. Sedangkan penyakit pada

udang dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan parasit

yang dapat merugikan biota budidaya. Untuk menanggulangi atau mencegah

hama dan penyakit maka diperlukan adanya biosekuriti untuk mencegah

masuknya hama ke daerah budidaya, penggunaan vitamin dan probiotik serta

menyeleksi benur sebelum ditebar (Purnamasari et al., 2017).

2.7 Panen

Panen merupakan kegiatan akhir suatu periode budidaya udang vaname.

Pemanenan akan dilakukan setelah udang mencapai umur lebih kurang 100 hari

pemeliharaan ditambak atau tergantung laju pertumbuhan udang (Purnamasari

2017).

27
2.7.1 Panen selektif (Parsial)

Panen selektif dilakukan apabila hanya sebagian saja yang dipanen.

Pada penjualan dalam bentuk hidup, jumlah yang dibutuhkan terbatas. Apabila

secara perhitungan ekonomi telah menguntungkan dapat dilakukan panen.

Penangkapan dilakukan menggunakan jala.

2.7.2 Panen total (Keseluruhan)

Panen total adalah panen secara keseluruhan, Panen total dilakukan

apabila udang sudah mencapai ukuran yang diinginkan (ukuran konsumsi).

Panen total memerlukan penanganan yang cepat dan hati-hati agar kualitas

udang tetap terjaga dalam kondisi segar. Seleksi udang yang dipanen dapat

disortir sesuai ukuran yang disesuaikan dengan harga pasar. Untuk

mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum panen dapat dilakukan

penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6-7 mg/l.

Selain dolomit juga dapat menggunakan kapur Ca(OH)2 dengan dosis 5–20 mg/l

sehari sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting

(Ghufron et al., 2018).

2.8 Analisa Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek

investasi dilaksanakan dengan berhasil. Keberhasilan bisa diartikan lebih luas

atau lebih terbatas yang terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih

berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi (Husnan & Suwarsono,

2000).

2.8.1 Investasi

28
Investasi adalah komitmen sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang

dilakukan saat ini (present time) dengan harapan memperoleh manfaat (benefit)

di kemudian hari (in future) (Tandelilin, 2010).

2.8.2 Biaya Total Produksi (TC/Input)

Biaya produksi merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap

yang dikeluarkan dari usaha selama dijalankan. (Sajari, Elfiana, & Martina, 2017).

Menurut (Ibnu Sajari et al., 2017) Analisa biaya total produksi dapat dirumuskan

sebagai berikut:

TC/Input = TFC + TVC

Keterangan :

TC : Total Cost (Rupiah)

TFC : Total Fixed Cost (Rupiah)

TVC : Total Variable Cost (Rupiah)

a. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara periodik dan besarnya

selalu konstan atau tetap, tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume usaha

atau proses bisnis yang terjadi pada periode tersebut. (Assegaf, SE. &

Rachmawan, 2019).

b. Biaya variabel (variabel cost)

29
Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang berubah secara

proporsional dengan aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal

terhadap semua unit yang diproduksi. (Assegaf, SE. & Rachmawan, 2019).

c. Penyusutan

Penyusutan merupakan pengurangan dari faktor produksi yang dilakukan

oleh proses produksi (Setiawan et al., 2013).

biaya penyusutan =

2.8.3 Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha merupakan hasil pengurangan antara penerimaan

total dengan total produksi dari usaha yang dijalankan. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut (Soekarwati, 2003).

Ku = TR/Output – TC/Input

Keterangan :

Ku : Keuntungan Usaha (Rupiah)

TR/Output : Total penerimaan (Rupiah)

TC/Input : Total biaya produksi (Rupiah

2.8.4 Payback Periode

Payback periode adalah lama waktu pengembalian biaya investasi dari

suatu modal pada kegiatan usaha yang produktif (Kreckhoff & Ngangi, 2018).

Berdasarkan angka hasil analisis payback period maka seorang investor pada

usaha agrokompleks dapat menentukan nilai proyeksi keuntungan dari unit

usaha yang dijalankannya (Mottalib et al., 2019).

30
Playback Periode = 1 tahun

2.8.5 Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan suatu analisa pemilihan proyek yang

biasa dilakukan karena mudah, yaitu perbandingan antara benefit dengan cost.

Jika nilainya kurang dari satu maka proyek itu tidak ekonomis, dan jika lebih

besar dari satu berarti proyek itu feasible atau proyek itu layak untuk diusahakan

dan apabila B/C =1 dikatakan proyek itu marginal (tidak rugi dan tidak untung)

(Triyanti & Hikmah, 2015). Menurut (Soekarwati, 2003) rumus Benefit Cost Ratio

(B/C ) sebagai berikut :

B/C

keterangan :

B/C > 1, berarti usaha yang dijalankan menguntungkan.

B/C = 1, berarti usaha yang dijalankan belum menguntungkan.

B/C < 1, berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan.

31
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu KPA direncanakan pada, 1 Maret 2023 s/d, 31 Mei 2023 di

Kecamatan Bakongan Kabubapaten Aceh Selatan Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

3.2 Metode Kerja Praktik Akhir

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan KPA adalah metode partisipatif yaitu

dengan cara mengikuti seluruh kegiatan yang ada di Tambak.

3.3 Jenis Data

3.3.1 Data Primer

Pengambilan data ini dilakukan dengan melakukan observasi langsung di

lapangan dengan secara aktif mengikuti dan mencatat seluruh rangkaian kegiatan yang

dilakukan di lokasi praktik.

3.3.2 Data Sekunder

32
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, standar-standar SNI, arsip- arsip

dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi yang terkait dengan judul praktik.

Data sekunder yang akan diambil selama praktik integrasi adalah keadaan umum lokasi

praktik, susunan struktur organisasi perusahaan dan data

kegiatan pembesaran budidaya sebelumnya. Selain itu data sekunder yang akan

dikumpulkan meliputi data informasi tentang hasil pemeliharaan yang biasa dilakukan.

Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan

pengkajian dengan cara membandingkan kondisi lapangan dengan literatur yang ada.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan

disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.

3.4.2 Partisipasi

Partisipasi aktif dilakukan dengan cara terlibat langsung dalam suatu

kegiatan yang dilakukan di lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah

pembesaran udang vaname. Kegiatan tersebut diikuti secara langsung mulai dari

penyiapan alat dan wadah budidaya, pemeliharaan dan pemanenan serta

kegiatan lain yang berkaitan dengan Praktik Integrasi yang dilakukan.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.5.1 Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam praktik kerja lapang dengan cara

observasi dan wawancara pada teknisi, Metode ini dilakukan dengan mengamati

kegiatan pembesaran udang vaname dan melakukan dengan bertanya kepada

teknisi dan pembeli yang datang ketika panen.

3.5.2 Analisa Data

33
Dijelaskan lebih lanjut oleh Amri dan Kanna (2008), kegiatan sampling ini

pertama dilakukan pada saat umur udang 30 hari pemeliharaan di tambak dan

sampling berikutnya dilakukan 7 – 10 hari sekali dari sampling sebelumnya.

Udang yang tertangkap segera dihitung dan ditimbang untuk mengetahui

kepadatan dan berat rata-rata. Secara teknis, ABW, ADG, SR, populasi dan

biomass udang dapat diketahui dengan rumus menurut Farchan (2006) sebagai

berikut :

a. Perhitungan berat rata-rata (ABW)

Berat total udang yang tertangkap (gram)


ABW =
Jumlah udang yang tertangkap (gram)

b. Populasi udang adalah total jumlah udang yang hidup dalam

tambak, perhitungan populasi udang.

Jumlah sampel udang x luas tambak


Populasi =
Luas bukaan jala/m2

c. Perhitungan Biomassa adalah jumlah total berat udang yang ada

ditambak (kg).

Biomassa = Poupulasi X Berat individu (g)

d. Makan perhari yang di nyatakan dalam kilogram (kg).

` Feed/day = Biomassa X FR (%)

e. Perhitungan Konversi pakan atau Food Convertion Ratio (FCR).

Pakan komulatif
FCR =
Biomassa

34
f. Perhitungan pertambahan berat harian dalam satu periode atau

Average Daily Growth (ADG).

ADG = [ ABW II (gram) – ABW I (gram) / T (hari) ]

Keterangan:

ADG = Pertambahan berat rata-rata harian

ABW II = Berat rata-rata saat sampling waktu (T)

ABW I = Berat rata-rata sampling sebelumnya


(gram)

T = Selisih waktu/periode sampling (hari)

g. Perhitungan tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR)

Padat tebar saat sampling


SR = 𝑥 100 %
Padat tebar awal

3.5.3 Analisa Kelayakan Usaha

Analisa kelayakan usaha merupakan upaya untuk mengetahui tingkat

kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha, dengan

melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu.

a. Biaya Total Produksi (TC/Input)

Menurut (Ibnu Sajari et al., 2017) Analisa biaya total produksi dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TC/Input = TFC + TVC

Keterangan :

TC : Total Cost (Rupiah)

TFC : Total Fixed Cost (Rupiah)

TVC : Total Variable Cost (Rupiah)

35
b. Penyusutan.

Menurut (Setiawan et al., 2013).rumus dari biaya penyusutan yaitu :

biaya penyusutan =

c. Keuntungan Usaha

Menurut (Soekarwati, 2003) rumus keuntungan usaha yaitu :

Ku = TR/Output – TC/Input

Keterangan :

Ku : Keuntungan Usaha (Rupiah)

TR/Output : Total penerimaan (Rupiah)

TC/Input : Total biaya produksi (Rupiah)

d. Playback Periode

Menurut (Mottalib et al., 2019) rumus dari playback periode yaitu :

Playback Periode x 1 tahun

e. Benefit Cost Ratio (B/C )

Menurut (Soekarwati, 2003) rumus Benefit Cost Ratio (B/C ) sebagai

berikut :

B/C =

Keterangan :

B/C > 1, berarti usaha yang dijalankan menguntungkan.

B/C = 1, berarti usaha yang dijalankan belum menguntungkan.

B/C < 1, berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan.

36
IV. KEADAAN UMUM

IV.1 Sejarah Farm

Tambak Intensif Lamasagoe Farm merupakan merupakan farm yang bergerak

dibidang perikanan meliputi kegiatan pembesaran udang (Litopenaeus Vannamei). Untuk

lokasi berada di Gampoeng Ujung Padang Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten

Aceh Selatan, di bangun pada tahun 2020 dan beroprasional pada awal tahun 2021 hingga

sekarang. Kegiatan pembesaran di Tambak Lamsagoe Farm beroprasional dengan jumlah

kolam 7 unit dapat dilihat pada gambar 3.

37
Gambar 3 : Tambak Lamsagoe Farm
Sumber: Dokumentasi Pribadi

IV.2 Letak Geografis

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten dari 23

kabupaten/kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Aceh

Selatan berada pada koordinat antara 02º 23’ 24” – 03º 44’ 24” Lintang Utara dan

96º 57’ 36” – 97º 56’ 24” Bujur Timur dengan ketinggian wilayah rata-rata

sebesar 25 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kabupaten Aceh Selatan

memiliki luas sebesar 4.173,82 Km2 atau 417.382,50 Ha. Kabupaten Aceh

Selatan memiliki batas-batas wilayah, sebagai berikut:

Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya

dan Gayo Lues.

Sebelah Selatan :berbatasan dengan Kota Subulussalam dan

Kabupaten Aceh

38
Sebelah barat : berbatasan dengan Samudra Hindia.

Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara.

Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Selatan


Sumber : Bappeda Kab. Aceh Selatan Dokumen RKPK 2018

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu Kabupaten tertua di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 18

kecamatan yang melintang dari selatan hingga utara. Pusat pemerintahan

Kabupaten Aceh Selatan terletak di Kecamatan Tapaktuan. Kondisi topografi

Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi yang terdiri dari dataran rendah,

bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat

curam atau terjal (25% sampai >40%).

39
IV.3 Struktur Organisasi

40
Owner

Rizal Lamsagoe

Admin Teknisi

Sofy NST Amar Gazali

Asisten Teknisi

1. Alwi Azrai SRG

ANAK KOLAM Mekanik Keamanan


1. Reza
Ian Siregar Pak Umar
2. Helmi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

41
V.1 Persiapan Tambak

V.1.1 Pengeringan dan pembersihan tambak

Pengeringan tambak dilakukan selama 2-3 hari jika cuaca hujan maka

proses pengeringan akan semakin lama. Setelah dilakukan pengeringan maka

tambak akan di cuci menggunakan sikat dan di semprot menggunakan air. Dan

Perbaikan pelastik HDPE (High Density Polyethylene) perbaikan dan pencucian

ini adalah untuk memperbaiki mana yang bocor pada kolam petak dan tujuan

membersihkan untuk membuang sisa kotoran dari siklus sebelumnya yg belum

bersih, pembersihan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Pengeringan dan pembersihan tambak


Sumber: Dokumentasi Pribadi

V.1.2 Pengisian Air

42
Setelah petakan dilakukan pengeringan, pembersihan serta pemupukan

maka tahap selanjutnya adalah pengisian air laut dari sumur bor masuk kedalam

tandon dan dan disaring menggunakan waring. Air didalam tandon akan

disterilkan menggunakan kaporit selama 3-4 hari. Setelah itu air bisa masuk

kedalam petakan.

Gambar 6. Pengisian air


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Yang dilihat pada Gambar 6 sebelum pengisian air harus dilakukan

sterilisasi yang bertujuan untuk membasmi patogen penyakit sebelum digunakan

untuk menambah atau mengganti air hasil pembesaran udang. Pengisian air

dilakukan hingga tinggi air minimal 80 cm. Setelah itu Sterilisasi air perlu

dilakukan karena untuk menghilangkan atau memusnahkan seluruh organisme

maupun mikroorganisme yang terdapat pada air media. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suriawan et al., (2019) bahwa sterilisasi air bertujuan untuk mematikan

segala macam organisme yang bersifat hama dan penyakit yang dapat

43
mengganggu dalam kegiatan budidaya. Sterilisasi air dilakukan setelah pengisian

air pada kolam selesai. Sterilisasi air dilakukan pertama kali dengan

pengaplikasian saponin 30ppm yang bertujuan membasmi hama dan inang

penyakit bersel darah merah. Setelah dua hari selanjutnya pengaplikasian delstar

dengan dosis 1,5ppm. Pada saat proses sterilisasi berlangsung, kincir dalam

keadaan menyala dengan tujuan agar pencampuran bahan-bahan dapat

tercampur secara merata.

V.2 Pemeliharaan

5.2.1. Penebaran Benur

Tabel 1. Jumlah tebar dan padat tebar

NO Petakan Tanggal Tebar Luas Jumlah Kepadatan


Kolam (m2) Tebar (Ekor/m2)
(Ekor)
1 A1 2 Januari 2023 1000 210.000 210

2 A2 2 Januari 2023 1000 200.000 200

3 A3 2 Januari 2023 1000 230.000 230

4 A4 2 Januari 2023 1000 220.000 220

5 A5 2 Januari 2023 1000 160.000 160

6 A6 2 Januari 2023 1000 160.000 160

7 A7 2 Januari 2023 1000 220.000 220

Sumber : Data Primer

Penebaran benur dilakukan pada sore hari dengan pagi dikarenakan

suhu rendah. Sebelum ditabur, kantung packing benur dimasukkan kedalam

petakan dan dikumpulkan disatu sisi untuk diaklimatisasi. Aklimatisasi dilakukan

selama 30-40 menit. Benur akan ditabur jika kantung sudah berembun dan benur

tidak lagi bergerombol dan dapat dilihat pada gambar 7.

44
Gambar 7. Penebaran Benur
Sumber : Dokumentasi Pribadi

(Andriyanto et al., 2013) menyatakan benur yang sudah sampai dilokasi

langsung diangkut ke tambak untuk di aklimatisasi terhadap parameter kualitas

air seperti suhu, salinitas, pH, dan parameter kualitas air yang lainnya.

Aklimatisasi dilakukan dengan memasukkan kantung plastic yang berisikan

benur pada permukaan air tambak dan biarkan mengapung beberapa saat.

5.2.2. Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan air budidaya merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan budidaya. Air kolam bisa diibaratkan sebagai rumah bagi ikan,

sehingga pengelolaan airnya harus dijaga dari awal sampai akhir pemeliharaan

agar ikan bisa hidup dengan tenang, tidak pernah mengalami stress dan

petumbuhan normal (Almuqaramah et al., 2018).

45
5.2.3. Parameter Kualitas Air

a. pH

Pengukuran pH dilakukan dilkukan dengan pH meter. Pengukuran

tersebut menggunakan alat pH meter pada jam 07.00 WIB dan 14.00 WIB.

Adapun untuk data pengamatan pH dapat dilihat pada gambar 8 dan diagram

dibawah ini.

Gambar 8. Pengukuran pH
Sumber: Dokumentasi Pribadi

46
Berdasarkan hasil pengukuran selama proses produksi didapatkan nilai

pH berada pada kisaran 7,2 - 8,1. Namun sesuai dengan pendapat

Sahrijanna & Septiningsih, (2017) menyatakan bahwa kisaran pH air yang cocok

untuk budidaya udang vaname sebesar 7,4-8,9 dengan nilai optimum 8,0. Nilai

pH pada pagi hari cenderung lebih rendah dari pada sore hari. Hal tersebut

disebabkan karena biota melakukan respirasi sehingga menghasilkan CO2,

fotosintesis baru berjalan dan kandungan CO2 masih tinggi sehingga pH

cenderung asam.

5.2.4. Penyiponan

Penyiponan dilakukan pada sore hari, bisa dilihat pada gambar 9,

penyiponan bertujuan untuk membersihkan kotoran yang ada pada dasar tambak

dimana jika kotoran tersebut tidak di bersihkan akan menjadi amoniak yang akan

membuat udang stres dan membuat udang terkena penyakit. Penyiponan

dilakukan menggunakan selang sipon yang ada di sentral tambak lalu kotoran

yang ada pada dasar perairan tersebut di sedot lalu di buang lansung ke ipal

yang sudah di beri jaring supaya udang yang juga terisap tidak lepas.

47
Gambar 9. Penyiponan
Sumber : Dokuementasi Pribadi

V.3 Pengelolaan Pakan

Pemberian pakan di DOC 30 hari pertama dilakukan dengan sistem blind

feeding, dan setelah itu dilakukan sampling untuk menentukan berat pakan yang

akan ditebar. Pakan yang digunakan di Tambak Lamsago Farm adalah PT

Central Proteina Prima TBK. Kubutuhan pakan yang di berikan pada udang

vaname dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali/hari, Pemberian pakan udang

vaname 4 jam sekali mulai dari pukul 07.00-21.00 WIB.

48
Gambar . 10 pengecekan anco
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pegecekan anco dilakukan setelah 120 menit pemberian pakan, setelah

mengetahui anco yang didapat dari pemberian pakan sebelumnya baru

melalukan penimbangan pakan dan di aduk dengan campuran molase dan

probiotik, Pemberian pakan udang vanamei dapat berubah sesuai dengan hasil

anco yang di berikan pada udang vanamei.

Gambar 11. Penimbangan dan pengadukan Pakan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

49
Tabel 2. Vitamin dan Probiotik yang dicampurkan ke pakan

N VITAMIN PROBIOTIK DOSIS


O
1. VITAMIN C - 200 gram
2. - BIO ELBE 1 Liter
3. - BIO N PLUS 1 Liter
4 - EM 4 1 Liter

Penyimpanan pakan merupakan aspek yang penting dan dapat dilihat

pada gambar 12. pakan termasuk produk yang sangat mudah rusak, sehingga

perlu di simpan dengan baik untuk menhindari hilangnya kualitas pakan seperti

bau tengik, berjamur dan pakan berkutu. Beberapa hal yang perlu di lakukan

dalam hal penyimpanan pakan adalah sebagai berikut:

1. Pakan harus di simpan di tempat kering, dingin, dan

berventilasi.

2. Pakan disimpan di atas papan dan jangan di simpa di atas

lantai secara langsung.

3. Tempat penyimpanan pakan terhindar dari air.

4. Pakan yang sudah rusak tidak bisa lagi digunakan.

50
Gambar 12: Penyimpanan Pakan
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Adapun kandungan nutrisi pada pakan Novo dan Irawan yang tertera

dikomposisi nutrisi dan program pemeberian pakan udang dapat dilihat dari tabel

berikut.

51
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan

Pakan Ukuran Pakan Berat Kadar Protein Lemak (% Serat


Bentuk Meter Bersih Air (% (% min) min) Kasar(%m
(mm) (kg) maks) aks)
Irawan Crumble 0,71-1,0 1,0 - 2,5 12 30 5 4
682V
Irawan Pellet 1,6 x 1-3 8 – 18 12 30 5 4
683 SP
Novo Pellet 1,2 x 1-2 2,5 – 8 12 28 5 5
6003
Novo Pellet 1,6 x 1-3 8 – 18 12 28 5 5
6003 SP
Sumber : Data Primer

V.4 Monitoring Pertumbuhan

Monitoring pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan

udang. Untuk mengetahui Pertumbuhan dilakukan sampling dengan bertujuan

untuk mengetahui berat rata-rata udang yang sedang dibudidayakan.

Sampling dilakukan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan udang

yang dilakukan 5 hari sekali, kegiatan sempling dilakukan pada sore hari dengan

cara antara lain:

1. Menyiapkan alat dan wadah yang akan digunakan seperti jala,

sterofoam, jaring, dan timbangan.

2. Udang di jala sebagai sampel untuk sampling lalu di timbang dan

udang di hitung.

3. Setelah mengetahui berat dan jumlah udang maka kita akan

mengetahui ADG, ABW.

52
Sampling juga bertujuan untuk mengetahui nafsu makan dan kondisi

kesehatan udang sampling udang dilakukan pada Doc 65 pada tanggal 7 maret

2023.

Tabel 4. Data Sampling pada kolam A2

DOC Tanggal ABW ADG (gram) Size

(gram)

65 7/03/2023 9 0,23 111

72 14/03/2023 10,47 0,21 95

79 21/03/2023 11,87 0,20 84

86 28/03/2023 13,13 0,18 76

93 04/04/2023 14,25 0,16 69

100 11/04/2023 15,3 0,14 65

107 18/04/2023 21,6 0,9 46

114 25/04/2023 25,8 0.6 38

Sumber : Data Primer

V.5 Pengendalian Hama Dan Penyakit

a. Hama

Selama proses produksi ditemukan hama berupa biawak, disekitar area

petakan. Hal tersebut dapat merugikan dalam kegiatan produksi, karena apabila

hama masuk kedalam petak pemeliharaan dapat menjadi carier atau pembawa

penyakit serta dapat memangsa udang. Pengendalian hama dalam praktik pada

53
Tambak Lamsagoe Farm dengan nenggunakan pagar disekeliling petak

budidaya. Hal ini sependapat dengan (Djunaedi et al., 2016), untuk mencegah

masuknya hama kedalam petak budidaya dilakukan dengan pemasaangan

biosecurity. Upaya penanganan dengan cara mengusir atau menangkap hama

tersebut.

b. Penyakit

Penyakit yang menyerang berupa penyakit Infectious myonecrosis virus

(IMNV). Penyakit myo ini bisa dilihat secara visual sedangkan AHPND harus

menggunakan alat parameter kualitas air dan Laboratorium untuk mengetahui

kondisi perairan maupun penyakit dalam budidaya. Sedangkan di Tempat praktik

saya tidak ada laboratorium dan hanya menggunakan paremeter pH maka dari

itu Setelah 4 hari terkontaminasi air pada petak tambak dibuang 5 cm, udang di

pantau mulai terjadi kematian di anco dan setelah dilakukan penyiponan

ditemukan kematian pada hari tersebut dan juga hari-hari selanjutnya. Pada

umur 59 hari ditemukan berak putih/feces yang berbentuk seperti benang

dipermukaan air pada petak A7 dan A4.

V.6 Panen

a. Panen Selektif (Parsial)

Panen parsial bertujuan untuk mengurangi kepadatan dalam petak

pemeliharaan dan mempercepat laju pertumbuhan udang. Menurut Mulyanie et

al., (2018) tujuan panen persial adalah untuk mengurangi padat tebar,

mengurangi pengurangan pakan dan juga untuk memenuhi permintaan pasar.

Panen parsial dilakukan pada pagi hari jam 08.00 WIB ketika udang berumur

lebih d-‘;ari 73 hari sebanyak 1 kali dengan pengambilan 15 % dari biomassa.

Panen parsial dilakukan dengan sesuai permintaan pasar oleh pembeli. Proses

pemanenan dilakukan dengan menentukan titik penangkapan udang dan

54
mematikan kincir terlebih dahulu. Menebar pakan pada titik penangkapan udang

dengan tujuan agar udang mendekat dan berkumpul pada titik tersebut. Udang

yang tertangkap dimasukkan ke dalam blong panen hingga penuh, dan diangkut

menggunakan mobil panen menuju tempat penyortiran. Adapun proses

pemanenan dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Panen Parsial


Sumber : Dokumentasi Pribadi

DOC Biomassa (KG) ABW Populasi Size


68 550 9,9 55.550 101
71 210 12,5 16.800 80
85 320 15,6 20.480 64

Berdasarkan tabel di atas jumlah panen parsial pada kolam A2 Berjumlah

1.080 kg dengan ABW 9,9 -15,6 gram

b. Panen Total

Panen total dilakukan adalah panen total darurat dimana udang yang

terserang penyakit dari satu petak dan terkena petak yang lain. Jika tidak segera

dipanen udang yang mati dan udang yang mengalami kropos/tidak mengalami

pertumbuhan dapat merugikan owner yang berdampak udang akan habis atau

mati sebelum dipanen. biomassa pada saat panen total adalah 900 kg Proses

55
panen dilakukan dengan membuang air sebesar 70% dari keseluruan dengan

membuang air dari pembuangan air. Setelah air tersisa 30% dilakukan proses

penjalaan dan penjaringan dengan membentangkan kantong jaring. Selanjutnya

udang ditampung kedalam ranjang plastik untuk selanjutnya diangkut ke tempat

sortiran menggunakan gerobak pengangkutan. Panen total yang dilakukan

sesuai denga target Farm dimana target yang diterapkan oleh Farm adalah 120

hari sedangkan panen yang dilakukan dalam siklus ini dengan Kolam A2 adalah

selama 120 yang total panen 1.980 kg, Ini merupakan jumlah parsial di tambah

panen total dalam 1 kolam sedangkan kolam A1, A3, A4, A6, A7, terkontaminasi

penyakit dimana diterapkan Farm tidak sesuai dengan target dalam kolan

tersebut . Adapun proses panen yang dilakukan dapat dilihat pasa Gambar 14.

Gambar 14. Panen total


Sumber : Dokumentasi Pribadi

DOC Biomassa (KG) Populasi Awal Populasi akhir SR (%)


120 1.980 200.000 118.880 59,44

c. Pasca Panen

Pasca panen dilakukan untuk mempertahankan mutu udang agar tidak

terjadi penurunan mutu udang dengan cepat. Menurut Arsad et al.,( 2017)

56
penanganan yang dilakukan dengan cara menyortir udang. Penyortiran bertujuan

untuk memisahkan mana udang yang kualitas baik dan juga kurang baik serta

memisahkan udang yang under siza. setelah itu dilakukan penyucian

menggunakan air bersih. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan lumpur

atau kotoran yang menempel pada udang saat proses pemanenan. Selanjutnya

udang ditiriskan menggunakan keranjang. Udang yang sudah bersi lalu

dimasukan ke dalam cold box yang berada pada mobil pengangkutan dengan

diberi es dengan perbandingan 2 : 1. Mulyanie et al., ( 2018) menyatakan

penyusunan es di dalam cold box yaitu dasar cold box atau lapisan pertama

diberi es, lapisan kedua udang, lapisan ketiga es, begitu seterusnya hingga

penuh dan lapisan yang paling atas adala es. Box yang sudah terisi penuh

ditutup rapat-rapat. Adapun proses pasca panen dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Pasca Panen


Sumber : Dokumentasi Pribadi

V.7 Kinerja Produksi

Kenerja budidaya yang dilakukan berdasarkan target yang sudah

ditetapkan dan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) pada

lokasih praktik. Adapun indikator keberhasilan dan tercapainya kinerja budidaya

meliputi Average Body Weight (ABW), Average Daily Growth ( ADG), Survival

Rate (SR), dan Food Convertio Ratio (FCR).

57
a. Average Body Weight (ABW)

Pengamatan pertumbuhan merupakan hal yang wajib pada setiap proses

kegiatan budidaya. Kegiatan pengamatan pertumbuhan yang di ambil 1 petak

pengamatan. Yakni dengan hasil sebagai berikut pada gambar Gerafik 16.

30
25
20
15
10
5 ABW
0
07/03/2023

14/03/2023

21/03/2023

28/03/2023

04/04/2023

11/04/2023

18/04/2023

25/04/2023
Tanggal Sampling

DOC 65 72 79 86 93 100 107 114

Gambar 16. Average Body Weight (ABW)


(Sumber : Tambak Lamasagoe Farm)

Berdasarkan rata-rata selisih pertumbuhan udang vaname setiap

minggunya, diperoleh bahwa penigkatan pertumbuhan udang yakni 2-3

gram/minggu. Untara ( 2018) menyatakan udang putih dapat tumbuh baik

dengan kepadatan penebaran yang tinggi, yaitu 60-150 ekor/m2 dengan tingkat

pertumbuhan gr/minggu.

b. Average Daily Growth (ADG)

Rata-rata pertumbuhan laju harian udang vaname yang diamati pada

DOC 35 hingga DOC 55, bertujuan untuk mengetahui kinerja pertumbuhan

udang. Nilai ADG (Average Daily Growth) dapat dilihat pada gambar Gerafik 17.

58
ADG
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 ADG
0.4
0.3
0.2
0.1
0
07/03/ 14/03/ 21/03/ 28/03/ 04/04/ 11/04/ 18/04/ 25/04/
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
65 72 79 86 93 100 107 114

Gambar 17. Average Daily Growth (ADG)


(Sumber : Tambak Lamasagoe Farm)

Berdasarkan grafik ADG (Average Daily Growth) di atas dapat diketahui

bahwa pertumbuhan udang vaname perhari berfluktuasi. Nilai ADG (Average

Daily Growth) terendah berada pada kolam A2 dengan laju pertumbuhan 0,03

gr/hari pada sampling ke 5 DOC 65, dan sampling ke DOC 144 mengalami

tingkat pertumbuhan yg tinggi yaitu 0,42 gr/hari. Penurunan nilai ADG

dipengaruhi oleh faktor cuaca yg tidak stabil saat pemeliharaan. Menurut

Gunarto (2012) ketidak kestabilan cuaca tersebut berpengaruh terhadap nafsu

makan udang selama proses pemeliharaan. ADG udang vaname yang baik

yaitu 0,14 sampai 0,17 gram/hari.

c. Survival Rate (SR)

Purnamasari (2017), menyatakan Faktor yang paling mempengaruhi

kelangsungan hidup udang yaitu pengelolaan dalam pemberian pakan dan

pengelolaan kualitas air yang baik pada media pemeliharaan.

59
200000
180000
160000
140000
120000
100000 Populasi akhir 118.880
80000 Populasi Awal 200.000
Biomassa (KG) 1.980
60000
DOC 120
40000
SR (%) 59,44
20000
0
C ) l ir )
DO (KG A wa akh (%
sa i i SR
as ulas ulas
om p p
Bi Po Po

Gambar 18. Survival Rate (SR)


Sumber. Lamsagoe Farm

Pada gambar gerafik 18 dapat dilihat Survival rate udang vaname yang

diperoleh selama praktik di tambak Lamsagoe Farm pada kolam A2 DOC 120

yakni 59.44%. Kategori SR dibagi menjadi 3 yakni, baik apabila nilai SR >70%,

sedang dengan nilai SR 50-60%, dan kategori rendah dengan nilai SR <50%,

Menurut Mahfud (2021), tinggi rendahnya kelangsungan hidup dipengaruhi oleh

faktor luar seperti adanya kompetisi ruang gerak, kualitas dan kuantitas pakan,

penanganan yang kurang baik dan cuaca lokasi tambak kurang mendukung

selama pemeliharan udang vaname.

d. Food Conversion Ratio (FCR)

Hasil dari perhitungan Food Conversion Ratio (FCR) udang vaname

selama praktek dari sampling ke 4 petak yakni sampling 1 sampai dengan

sampling 5 diperoleh pada gambar 19 sebagai berikut.

60
Food Conversion Ratio (FCR )

3,576.00

2,453.30

0.68

Biomassa Jumlah Pakan FCR

Gambar 19 . Food Conversion Ratio (FCR)


(Sumber : Tambak Lamasagoe Farm)

Hasil yang di dapatkan bahwa FCR yang diperoleh yaitu 0,68 kg FCR

dalam kolam A1 merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi

dengan pertambahan berat udang selama kegiatan pemeliharaan. Artinya 0,68

kg daging udang dibutuhkan pakan sebanyak 0,68 – 0,70 kg, pakan yang

diberikan.

61
5.7 Analisa Finansia

Investasi (modal) adalah sesuatu yang digunakan untuk mendirikan dan

menjalankan usaha budidaya udang vaname (Ulumiah et,.al 2020).

Tabel 5. Biaya investasi

No Uraian Jumlah Harga Nilai Baru UE Nilai sisa Penyusutan


satuan (RP) (Rp) (Rp)
(th)
1 Tambak 7 48.000.000 336.000.000 10 33.600.000 30.240.000
2 Tandon 1 40.000.000 40.000.000 10 4.000.000 3.600.000
3 Kincir 1 HP 28 20.000.000 560.000.000 10 56.000.000 50.400.000
Pipa
4 32 1.750.000 56.000.000 10 5.600.000 5.040.000
paralon
Mes dan
5 gudang 1 60.000.000 60.000.000 10 6.000.000 5.400.000
Pakan
Mesin
6 3 4.000.000 12.000.000 10 1.200.000 1.080.000
pompa
Selang
7 Spiral 7 1.000.000 7.000.000 5 1.400.000 1.120.000
Listrik
8 1 50.000.000 50.000.000 20 2.500.000 2.375.000
Genset
9 1 120.000.000 120.000.000 5 24.000.000 19.200.000
Motor
10 1 16.000.000 16.000.000 5 3.200.000 2.560.000
Jumlah 1.257.000.000 121.015.000

Keterangan :

Untuk biaya penyusutan dibagi 2, hal ini dikarenakan dalam satu tahun

Terdapat 2 siklus.

Biaya Penyusutan = penyusutan pertahun / 2 (siklus/tahun)

= Rp. 121.015.000 / 2

= Rp. 60.507.000

62
A. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung dengan volume

produksi sehingga meskipun jumlah produksi yang dihasilkan mengalami

peningkatan atau penurunan pengeluaran biaya tetap. Besarnya biaya tetap

pada usaha produksi udang vaname pertahun sebesar Rp. 1.257.000.000

Tabel 6. Biaya Tetap

No Uraian Jumlah Biaya


Perbulan (Rp) Pertahun (Rp)
1 Gaji teknisi 1 Rp.4.000.000 Rp.48.000.000
2 Gaji Anak kolam 3 Rp.1.500.000 Rp.54.000.000
Gaji pengawas
3 1 Rp.1.500.000 Rp.18.000.000

listrik
4 1 Rp.25.000.000 Rp.300.000.000

Jumlah Rp.420.000.000
biaya/siklus Rp.140.000.000

B. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap atau biaya variable merupakan biaya yang mempunyai

hubungan erat dengan tingkat kuantitas produksi yang dicapai sehingga apabila

produksi naik maka biaya variable juga akan naik. (Ulumiah et.,al 2020). Pada

tambak Lamsagoe Tabel biaya tidak tetap dapat dilihat pada tabel 7.

63
Tabel 7. Biaya Tidak Tetap

Jumlah Uraian
NO Uraian Harga Satuan Harga Total
Jumlah Satuan
1 Benur 1.400.000 Ekor Rp. 45.00 Rp.63.000.000
2 Pakan 24.000 Kg Rp. 16.300 Rp.391.200.000
3 Molase 200 Kg Rp. 6.000 Rp.1,200,000
4 Dolomite 900 Kg Rp. 500 Rp.450.000
5 Semen 80 Kg Rp. 1.250 Rp.100.000
6 Suemeg 60 Kg Rp. 27.500 Rp.1,650,000
7 Dedak 120 Kg Rp. 4.000 Rp.480.000
8 Enzim 6 Kg Rp. 150.000 Rp.900.000
9 Sodium 100 Kg Rp. 13.000 Rp.1,300,000
10 Bio N Plus 12 Jerigen Rp. 400.000 Rp.4,800,000
11 Cuprisulfate 50 Kg Rp. 2.500 Rp.125.000
12 Ragi 5 pack Rp. 100.000 Rp.500.000
13 Bio Elbe 12 Jerigen Rp. 400.000 Rp.4,800,000
Total Biaya Tidak Tetap Rp.470.500.000
Sumber : Data Primer

C. Laba Dan Rugi

Laba dan rugi didapatkan dari jumlah pendapatan dikurangi jumlah biaya

tetap dan biaya tidak tetap. Bila selisih usaha menunjukkan angka positif berarti

laba jika selisih menunjukkan angka negatif berarti rugi. Setelah dilakukan hasil

laba/ rugi yang didapatkan menunjukkan angka negatif dimana perusahaan

mengalami kerugian, kerugian ditaksir mencapai Rp.- 32.200.000

D. Pendapatan

64
Tabel 8. Hasil panen total udang vaname
DO Size Penjualan Penjualan (tahun)
Kolam Biomassa
C Ahir (siklus) (Rp) (Rp)
A1 92 2.283,5 70 Rp. 96.500.000 Rp. 193.000.000
A2 125 2.453,2 29 Rp.120.800.000 Rp. 177.600.000
A3 108 2.771,7 48 Rp. 94.000.000 Rp. 188.000.000
A4 92 1.669,6 76 Rp. 61.000.000 Rp. 122.000.000
A5 125 1.584,3 33 Rp. 90.000.000 Rp. 104.000.000
A6 108 1.908,6 47 Rp. 71.000.000 Rp. 142.000.000
A7 95 1.776,8 85 Rp. 45.000.000 Rp. 90.000.000
Jumlah penjualan Rp. 578.000.000 Rp. 1.016.600.000

Berdasarkan tabel diatas penjualan udang vanamei di Tambak Lamsagoe

Farm 7 unit dalam satu siklus adalah Rp. 578.300.000 , jika dalam satu tahun

pembesaran udang vanamei tiga siklus maka hasil penjualan yang didapatkan

sebesar Rp. 1.016.600.000 pertahun.

E. Biaya Oprasional

Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap = Rp. 140.000.000+ Rp. 470.500.000

= Rp.610.500.000

F. Total Pendapatan

Pendapatan Persiklus = Rp. 578.300.000

G. Laba/Rugi = Pendapatan Persiklus – Biaya Oprasional

= Rp. 578.300.000 - Rp. 610.500.000

= Rp. - 32.200.000

H. B/C Ratio = Pendapatan Persiklus / Biaya Oprasional


= Rp. 578.300.000 / Rp. 610.500.000

= 0,94

65
Berdasarkan nilai B/C rasio yang didapat dari pembesaran udang

vanamei di Tambak Lamsagoe Farm sebesar 0,94 ,berarti usaha Budidaya

udang vaname ini belum layak dilanjutkan karena kecil dari satu. Berdasarkan

penilaian kelayakan finansial B/C rasio, apabila nilai yang didapat >1 maka

usaha tersebut layak dilaksanakan.

I. Break Event Point (BEP)

Break even point adalah titik impas dimana jumlah pendapatan sama

dengan total biaya yang telah dikeluarkan. Break even point digunakan untuk

mengetauhi hubungan antara biaya tetap, biaya tidak tetap, keuntungan dan

volume kegiatan.

BEP Unit = Biaya Operasional = Rp 610.500.000 = 8.7


Harga Jual produk/satuan Rp 70.000
BEP Harga = Biaya oprasional Rp. 610.500.000 = Rp. 43.000
Hasil Produksi Rp. 14.200

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

66
VI.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan praktik kerja

lapang yang dilaksanakan di Tambak Lamsagoe Farm adalah sebagai berikut :

1. Teknik pembesaran udang vaname pada Tambak Lamsagoe Farm telah

dilaksanakan dengan baik pada penyimpanan dan pemberian pakan,

monitoring pertumbuhan dan pengendalian hama penyakit serta

pelaksanaan panen dan pasca panen.

2. Berdasarkan hasil panen parsial dan dan panen total yang didapat yaitu

panen parsial 1.080 kg dengan ABW akhir 9,9 -15,6 gram dan panen

total 1.980 kg dengan Survival Rite (SR) yang didapat dalam satu kolam

petak A1 yaitu 59,44%. Dan Hasil analisis finansial yang diperoleh

dengan semua kolam pada siklus saat praktik mengalami kerugian

sebesar Rp.- 32.200.000 karena gagal panen (terkena penyakit Myo

(Infectious Myonecrosis Virus (IMNV).

VI.2 Saran

1. Perlu menetapkan standar operasional prosedur (SOP), secara tertulis

dan diterapkan pada bagian setiap teknisi yang ditugaskan .

2. Sebaiknya Alat pengukuran kualitas air harus di beli karena pengecekan

dilakukan secara kontinyu, agar dapat mengetahui kondisi perairan

secara tepat supaya proses budidaya lebih terkontrol dan alat

pengukuran kualitas air yang ada di tambak lamsagoe Farm hanya ada

alat cek pH dan Salinitas.

DAFTAR PUSTAKA

67
Andriyanto, F. 2012. Analisis Faktor-faktor Produksi Usaha Pembesaran Udang
Vanamae (Litpenaeus Vannamei) Di Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan Jawa Timur; Pendekatan Fungsi Cobb-douglass (Doctoral
disertation, Universitas Brawijaya).
Almuqaramah, T. H., Setiawati, M., Priyoutomo, N. B., & Effendi, I. 2018.
Pendederan Udang vaname Litopenaeus vannamei dengan
Teknologi Bioflok untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Efisiensi
Pakan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10 (1) : 43-152.
Arsad, S., Afandy, A., Purwadhi, A. P., Saputra, D. K., & Buwono, N. R. 2017.
Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda< Br><
I>[Study of Vaname Shrimp Culture (Litopenaeus vannamei) in
Different Rearing System]< I. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 9
(1) : 1-14.
Afrizal, A. 2020. TA: Rancang Bangun Kontrol dan Monitoring Pakan Otomatis
pada Tambak Udang Menggunakan Android (Doctoral dissertation,
Universitas Dinamika)
Assegaf, Arief Rachmawan. "Pengaruh biaya tetap dan biaya variabel terhadap
profitabilitas pada pt. Pecel lele lela internasional, cabang 17, tanjung
barat, jakarta selatan." Jurnal Ekonomi dan Industri 20.1 (2019).
Amri Dan Kanna 2008. Budidaya Uang Vaname: Secara Inteensif, Se miIntensif, Dan
Tradisional..
Badan Sertifikasi Nasional (BSN), 2014. SNI 7981:2014 Konstruksi Tambak
HDPE (High Density Poly Ethelyne). Jakarta
Deni Aulia, S. S. (2018). BUDIDAYA UDANG VANAMEI. Jakarta Pusat:
AMAFRAD Press.
Edhy, W.A., Azhary K., Pribadi J., Chaerudin M.K., 2010. Budidaya Udang Putih
(Litopenaeus vannamei.Boone, 1931). CV. Mulia Indah. Jakarta
Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). BAPPL. Sekolah Tinggi Perikanan (STP)
Serang.
Fuady, M. F., dan Nitisupardjo, M. 2013. Pengaruh pengelolaan kualitas air
terhadap tingkat kelulushidupan dan laju pertumbuhan udang
vaname (litopenaeus vannamei) di PT. Indokor Bangun Desa,
yogyakarta. Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES), 2(4) : 155-162.
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., & Suprapto, H. 2018. Teknik pembesaran
udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak pendampingan
pt central proteina prima tbk di desa randutatah, kecamatan paiton,
probolinggo, jawa timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2)
Gusman, E. (2012). Identifikasi Bakteri Vibrio Sp Pada Udang Windu (Penaeus
Monodon) di Tambak Tradisional Kota Tarakan. Jurnal Harpodon
Borneo, 5(2).
Hidayani, A. A., Malina, A. C., Tampangallo, B. R., dan Fathurrahman, A. F.
2015. Deteksi distribusi white spot syndrome virus pada berbagai
organ udang vaname (Litopenaeus vannamei). Torani Journal of
Fisheries and Marine Science, 25(1).
Herawati, E. V. 2005. Manajemen Pemberian Pakan. Jurusan Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Haliman dan Adijaya. 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih
yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

68
Husnan, S., & Suwarsono, M. (2000). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.

Ibnu Sajari, Elfiana, & Martina. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Keripik pada
UD. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian, 1(2), 116–124.
Kurnia, A., Muskita, W. H., Astuti, O., dan Harahap, W. 2016. Evaluasi
penggunaan tepung cangkang rajungan sebagai bahan baku pakan
juwana udang.
Khumaidi, A., Muqsith, A., Wafi, A., Jasila, I., & Hikam, T. (2022). KAJIAN
TEKNIS PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)
SECARA INTENSIF DI TAMBAK UDANG BPBAP
SITUBONDO. Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 5(2), 195-206.
Nur,N.,Yohanista, M,. & Minggo, Y.D.B.R.(2023). STUDI TEBAR BENUR
UDANG VANAME (Litopenaeus Vannamei) PADA TAMBAK
PEMBESARAN DI BALASI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
TAKALAR (BPBAP), SULAWESI SELATAN. AQUANIPA-Jurnal ilmu
kelautan dan perikanan,5(1)
NADHIF, Muhammad, et al. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pakan dalam
berbagai Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei). 2016. PhD Thesis. Universitas
Airlangga.
Purnamasari, I., Purnama, D., dan Utami, M. A. F. 2017. Pertumbuhan udang
vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak
intensif. Jurnal enggano, 2(1) : 58-67.
Pulungan, Rizkiy Hermawan et al. 2015. ANALISIS KELAYAKAN USAHA
TAMBAK UANG (Studi Kasus: Desa Sei Meran, Kec, Pangkalan
Susu, Kab. Langkat). JOUENAL ON SOCIAL ECONOMIC OF
AGRECULTURE AGRIBUSINESS,4.11.
PANGESTU, R. W. (2022). TA: PEMBERIAN PAKAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei) METODE BLIND FEEDING DOC 1-35
(Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Lampung).
Renanda, A., Prasmatiwi, F. E,. & Nurmayasari, I. (2019). Budidaya Udang
Vaname dikecamatan RawajituTimur kabupaten Tulang Bawang.
Jurnal Ilmnu-Ilmu Agrebisnis.
Rosyidah, L., Yusuf, R., & Deswati, R. H. 2020. Sistem Distribusi Udang Vaname
Di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Buletin Ilmiah
Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 6(1) : 51-60.
ROCHMAN, A. N. (2016). Penerapan Teknologi Busmetik (Budidaya Udang Skala Mini
Empang Plastik) pada Pembesaran Udang Vannamei (litopenaeus
vannamei) di UPT PBAP Bangil, Pasuruan.
Slamet Subyakto et al,.2009. Budidaya udang vaname (Litopenaeus Vanamei)
Semi Intensif Dengan Metode Sirkulasi Tertutup Untuk Menghindari
Serangan Virus.
Sitanggang, L.P.U., & Amanda, L.U. 2019 Analisa kualitas air alkalinitas dan
Kesadahan (Hardness) Pada Pembesaran Udang Putih (Litopenaeus
Vannamei) di Laboratorium Animal Healt Service Binaan PT.
CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk. Medan.
Suwarsih, M., Harahab, N., dan Mahmudi, M. 2016. Kondisi kualitas air pada
budidaya udang di tambak wilayah pesisir kecamatan Palang
kabupaten Tuban. In Prosiding Seminar Nasional Kelautan pp :
138143.

69
Triyanti, R., & Hikmah, H. (2015). Analisis kelayakan usaha budidaya udang dan
bandeng: studi kasus di Kecamatan Pasekan Kabupaten
Indramayu. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, 1(1), 1-10.
TANDELILIN, Eduardus. Dasar-dasar manajemen investasi. Manajemen
Investasi, 2010, 34.
Utomo, S. R., Rantung, S. V., Sondakh, S. J., Andaki, J.A., dan Rarung, L. K
2022. Analisis kelayakan usaha budidaya udang vanama
(Litopenaeus Vannamei). (Studi kasus di balai pelatihan dan
penyuluan perikanan bitung) akulturasi ; jurnal ilmiah Agrobisnis
Perikanan, 10 (1) : 62-73

Ulumiah, M., Lamid, M., Soepranianondo, K., & Al-arif, M. A. (2020). Manajemen
Pakan dan Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname ( Litopanaeus
vannamei ) Pada Lokasi yang Berbeda di Kabupaten Bangkalan dan
Kabupaten Sidoarjo Feed Management and Analysis of Vannamei
Shrimp ( Litopanaeus vannamei ) Culture at Different Location in
Bangkalan Regency and Sidoarjo Regency. 9(June), 95–103.

Wulandari, T., Widyorini, N., dan Purnomo, P. W. 2015. Hubungan pengelolaan


kualitas air dengan kandungan bahan organik, NO2 dan NH3 pada
budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa
Keburuhan Purworejo. Management of Aquatic Resources Journal
(Maquares), 4(3) : 42-48.

LAMPIRAN

70
Lampiran 1. Peta Lokasi Praktik

PETA LOKASI KARYA PRAKTIK


AKHIR PEMBESARAN UDANG
VANAME (Litopenaeus Vannamei)
DI TAMBAK INTENSIF LAMSAGOE
FARM ACEH SELATAN

ALWI AZRAI SIREGAR


NIT: 20.3.12.089

PROGRAM STUDI TEKNIK


BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN
PERIKANAN SIDOARJO
2023

Lampiran 2. Alat yang digunakan selama praktik

71
No Uraian Spesifikasi Jumlah Fungsi

1 Timbangan Keteitian 100 g 1 Menimbang pakan


pakan
2 Timbangan anco Keteitian 1 g 1 Menimbang pakan
anco
3 Timbangan Ketelitian 100 g 1 Menimbang udang
panen hasil panen

4 Anco Diameter 0,8m x 0,1m 14 Monitoring udang


Serok dan
5 Plastik 4 Penebar pakan
ember pakan
manual

6 pH pen Ketelitian 0,1 1 Mengukur ph

7 Jaring panen Ukuran 5 x 1.5 m 1 Untuk menampung


udang
Untuk menjala saat
8 Jala Sampling Diameter 3.15 m 1
sampling

9 Ember Sampling Plastik


1 Wadah udang sampling

10 Serok Klekap Waring dan Paralon 2m 14 Mengangkat Klekap

11 Genset 60 KWH 1 Sumber listrik tambak

Lampiran 3. Sampling Kolam A2

72
Size
111
95
84
76
69 65

46
38

0,23 0,21 0,2 0,18 0,16 0,14 0,9 0.6


9 10,47 11,87 13,13 14,25 15,3 21,6 25,8
65 72 79 86 93 100 107 114

Lampiran 4. Foto kegiatan selama praktik

Penimbangan Siomage
pengadukan pakan

Pencampuran probiotik ke pakan

73
Penimbangan pakan

Penghitungan udang Pengecekan pH

Perbaikan Batu kincir Pengqulturan mineral

Penebaran Probiotik Penimbangan

74
Sampling Timbangan

Jala untuk sampling Ember untuk sampling

75
Hasil panen Udang yang dipanen

76

Anda mungkin juga menyukai