Oleh :
Karya Ilmiyah Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III dan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Perikanan Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo
Tahun akademik 2022/2023
Menyetujui :
Mengetahui :
Direktur Politeknik Kelautan Dan perikanan Sidoarjo
2
NIP. 19650425199031002
HALAMAN REVISI
Tim Penguji :
Penguji I Penguji II
Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Lusiana BR Ritonga, MP
NIP. 199203302018012004
3
RINGKASAN
4
07,00(15%),12.00(25%),17.00(20%),21.00(15%). Bahan rangka
anco menggunakan material wareng yang bisa tenggelam hingga
dasar kolam dengan ukuran 40cm x 40cm x 20cm. Monitoring
pertumbuhan dilakukan selama proses pembesaran berlangsung,
peralatan yang digunakan ember,jaring jala,timbangan. Sampling
pertama dilakukan pada DOC 30 setiap 7 hari sekali. Pengelolaan
kualitas air sudah cukup baik ditandai dengan tidak ditemukannya
penyakit dan pengecekan parameter kualitas air kisaran rata-rata
kolam A2 dan A5 ph pagi 7,89 siang 8,26, pH pagi 27,41 sore
30,73, sanilitas pagi 18 ppt siang 16 ppt. untuk kolam 10 ph pagi
7,85 siang 8,28, pH pagi 27,42 sore 30,88, sanilitas pagi 16 ppt
siang 14 ppt.
Produksi budidaya udang vannamei di Tambak Morgan Pasia Paneh Sudah
baik karena dilakukan dengan cara panen parsial dan panen total. Panen total
petak kolam A2, dilakukan dengar rata-rata tonase panen pada kolam A2
berjumlah 2.453,2 kg DOC 125 dengan size 29, MBW 34,48 gr 30,3 gr, SR 65%
dan FCR 1,65. Sedangkan panen total Panen total Permasalahan yang
ditemukan pada tambak Lamsagoe Farm adalah yaitu Penyakit MYO dan
AHPND pada kolam 1,3,6,7 dan kolam 4.
Renanda, A., Prasmatiwi, F. E,. & Nurmayasari, I. (2019). Budidaya Udang Vaname
dikecamatan RawajituTimur kabupaten Tulang Bawang. Jurnal Ilmnu-Ilmu Agrebisnis.
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaiakan Karya Ilmiah Akhir
(KIPA) ini. Penyususnan Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan serta masukan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepaada :
1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi.,Mp. Selaku Direktur
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo.
2. Ibu Lusisana BR Ritonga, M.P. selaku ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan yang telah memfasilitasi kegiatan KPA ini.
3. Bapak Nasuki, MP dan Bapak Harminto, S.St.Pi., M.Si selaku dosen
pembimbing I dan II, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
selama penyusunan Karya Ilmiah Praktik akhir (KIPA).
4. Kepada orang tua kami, dan seluruh teman kerabat yang telah banyak
membantu dan menyelesaikan Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini
masih belum sempurna, untuk itu segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini.
6
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan........................................................................3
1.2.1 Maksud................................................................................4
1.2.2 Tujuan..................................................................................5
1.3 Pendekatan Masalah......................................................................7
7
2.8.5 Benefit-Cost Ratio (B/C)....................................................20
III. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan.................................................21
3.2 Metode Kerja Praktik Akhir............................................................21
3.3 Jenis Data.....................................................................................21
3.3.1 Data Primer.......................................................................21
3.3.2 Data Sekunder...................................................................21
3.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................22
3.4.1 Observasi..........................................................................22
3.4.2 Partisipasi..........................................................................22
3.5 Metode Pengolahan Data Dan Analisa Data................................22
3.5.1 Pengolahan Data...............................................................22
3.5.2 Analisa Data......................................................................23
3.5.3 Analsa Kelayakan Uasaha................................................24
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
9
DAFTAR TABEL
Halaman
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
11
\
I. PENDAHULUAN
memiliki nilai ekonomi tinggi. Produktivitas dari komoditas ini dapat mencapai
lebih dari 13.600 kg/ha dengan permintaan yang selalu meningkat di kalangan
antara lain lebih mampu hidup pada kepadatan tinggi, tahan dari serangan
penyakit, dapat hidup pada salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat
survival rite (SR) atau kelulusan hidup dan konversi pakan yang tinggi. Kegiatan
12
metode deskriptif, metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan, dan
pakan/nafsu makan yang tinggi, imunitas yang baik terharap serangan patogen
atau lebih toleran terhadap kualitas lingkungan yang kurang baik, pertumbuhan
lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi dan
waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90 - 100 hari per siklus
( Purnamasari et al.(2017).
13
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari kegiatan Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah
Darussalam.
1.2.2 Tujuan
tahunnya. Karena nilai ekonomis yang tinggi, termasuk didaerah Aceh Selatan,
sebagai Teknisi.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapodas
Subordo : Dendrobrachiata
Genus : Litopenaeus
15
2.1.2 Morfologi Udang Vaname
Umumnya tubuh udang dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu bagian
kepala dan bagian badan.Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas
dibagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas tiap-tiap ruas
beruasruas.Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu
telson yang berbentuk runcing. Udang vaname terdiri dari kepala yang
vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala
udang vaname juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri
dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari 6
ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip
2012).
16
Gambar 1. Morfologi Udang vaname (Litopenaeus Vanamei)
diperairan lepas pantai dengan kedalam berkisar antara 70-72 meter (235 kaki).
Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannnya berlumpur. Sifat hidup
dewasa akan memijah dilaut terbuka. Udang dewasa memijah secara seksual
diair laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli sampai stadia juvenile
berpindah keperairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegatasi yang
mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut
kembali. Habitat dan siklus hidup udang vannamei dapat dilihat pada gambar 2
dibawah ini.
17
Gambar 2. Siklus Udang Vaname
detritus. Usus udang menunjukan bahwa udag ini adalah merupakan omnivore,
sebagai berikut :
a. Nocturnal
Secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam
hari untuk mencari makanan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
b. Kanibalisme
menyerang udang yang lemah terutama pada saat moulting atau udang sakit.
Sifat kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan
c. Omnivora
Udang vannamei termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis
diberikan lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang
Kebiasaan makan dan cara makan (feeding and food habitat) udang
18
flankton, bentuk algae,detritus, dan bahan organik lainnya. Udang vaname
bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari apabila intensitas
menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang
terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini berpusat pada ujung anterior
antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxipiled. Dengan bantuan sinyal
kimia yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendeteksi atau menjauhi
sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik maka udang akan
pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit.
besar, maka dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam
pada di dasar, menentang arus, dan umur lebih dari 40 hari suka melompat,
yang cukup tinggi,sering menyerang udang yang sedang ganti kulit. Sisa kulit
akibat ganti kulit banyak didapatkan di dasar petakan tambak, karena udang
19
kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, mencapai di atas 90%, lebih mudah
walaupun kepadatan 100 ekor/m2), tahan hidup terhadap salinitas luas dan
dapat tumbuh dengan baik pada salinitas rendah, kandungan asam aminonya
lebih tinggi sehingga rasanya manis. Udang Vaname dinilai memiliki beberapa
kelebihan antara lain lebih tahan terhadap penyakit, tumbuh lebih cepat, tahan
sekitar 90-100 hari per siklus, tingkat survival rate (SR) atau derajat
mampu memanfaatkan seluruh kolom air dari dasar tambak hingga ke lapisan
permukaan sehinga dapat ditebar dengan kepadatan tinggi. (Deni Aulia 2018).
kotoran setelah panen atau siklus budidaya sebelumnya yang menempel pada
bagian kolam yang kemudian dialirkan melalui saluran pembuangan (Out let)
20
2.2.2 Pengeringan Tambak
telur hama yang tertinggal. Proses pengeringan dilakukan selama 3-4 hari.
Pengeringan dihentikan bila tanah dasar tambak sudah kering, supaya tidak
bulan sesuai dengan terik matahri hingga tanah menjadi kering. Diharapkan sinar
2.2.3 Pengapuran
kolam didiamka selama 3-2 hari dan setelah itu bisa memasukkan air (Pulungan,
setelah petakan siap maka dilakukan pengisian air laut dengan ketinggian air 70
cm. Air yang masuk kepetakan tambak terlebih dahulu disaring menggunakan
21
kaporit. Dalam pembentukan warna air digunakan pupuk urea 10kg/ha dan SP
2.3 Pemiliharaan
penyesuaian suhu dan salinitas dari kantong benur dengan suhu dan salinitas
pada tambak. Tujuan aklimatisasi agar benur yang ada didalam pelastik dapat
beradaptasi dengan suhu dan salinitas sehingga benur tidak mengalami stres,
Penebaran benur dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari. Waktu
penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 WIB atau
pada malam hari atau pada saat kondisi cuaca teduh. Pemilihan waktu pada pagi
atau sore hari dikarenakan pada waktu tersebut minim fluktuasi kualitas air
seperti suhu, pH, salinitas tidak banyak berubah. Kondisi tersebut menghindari
terjadinya tingkat stress pada benur yang akan ditebar, Aklimatisasi benur
terhadap suhu dilakukan dengan cara memasukkan kantong plastik yang beri si
benur pada permukaan air tambak dan dibiarkan mengapung selama 15-30
menit kemudian benur dapat di tebar. Penebaran benur dilakukan pada umur PL
10, karena fase ini benur sudah terbiasa pada pakan buatan dan pertumbuhan
keberhasilan budidaya. Air kolam bisa diibaratkan sebagai rumah bagi ikan,
22
sehingga pengelolaan airnya harus dijaga dari awal sampai akhir pemeliharaan
agar ikan bisa hidup dengan tenang, tidak pernah mengalami stress dan
erat dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas air yang baik mampu mendukung
pertumbuhan udang secara optimal. Hal ini berhubungan dengan faktor stres
udang akibat perubahan kualitas air di tambak (Muskita dan Kurnia, 2016).
dan ukuran udang. Peningkatan jumlah pakan ini memicu peningkatan bahan
organik dan senyawa toksik yang dihasilkan yaitu nitrit (NO 2) dan amonia (NH3),
karena sebagian pakan yang diberikan tidak dikonsumsi oleh udang (Wulandari
et al., 2015). Pengelolaan kualitas air merupakan suatu cara untuk menjaga
untuk melihat kulitas air, seperti oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO 2)
bebas, pH, suhu, kecerahan, salinitas, amonia, dan nitrit (Fuady et al., 2013).
a. Kecerahan
lumpur dan plankton. Tambak udang intensif atau semi intensif umur
pemeliharaan lebih dari 70 hari akan berwarna lebih cerah dan biasanya banyak
b. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses metabolisme terjadi. Namun
23
kisaran yang baik untuk pertumbuhan adalah 28-30 oC. Suhu air juga sangat
berpengaruh terhadap nafsu makan udang, jika suhu air kurang dari 26ºC
anco. Apabila di anco masih banyak terdapat makanan maka sebaikknya jumlah
c. Salinitas
15-25 ppt. Apabila salinitas dibawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya
pertumbuhan udang relatif lambat. Hal ini terkait dengan proses osmoregulasi
dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang sedang ganti kulit
budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat. Rendahnya kadar okisgen
al., (2010) DO pagi tidak boleh lebih rendah dari pada 4 ppm untk menjaga agar
berlangsung pada kondisi anaerob. Pada denitrifikasi, gas N2 yang dapat terlepas
dilepaskan dari dalam air ke udara. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri
24
dan limbah domestik. Sedangkan nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di
perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
algae. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidas sempurna senyawa nitrogen di
perairan. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil
dalam air seperti kadar sulfat, nitrat. Nilai pH yang baik untuk udang adalah 7,5
8,5 namun tidak boleh berfluktuasi cukup tajam (Hendrajat et al., 2018).
2.4 Pakan
merupakan faktor yang sangat penting. Dalam berbudidaya udang vaname perlu
halnya dalam penegelolaan pakan. Ini dikarena pakan dapat menyerap 60–70 %
dari total biaya operasional (Hidayani et al., 2015). Dalam membudidaya udang
yang besar, mutu air tambak dan lingkungan sekitar juga akan mempengaruhi
pertumbuhan terhadap udang. Untuk itu fungsi dari pengelolaan pakan yang baik
yaitu untuk mengefisien pakan, pertumbuhan yang seragam dan Rasio Konversi
Pakan (FCR) yang rendah. Semua itu tergantung juga pada tingkat nafsu makan
penggunaan pakan ditentukan oleh kemampuan udang untuk mencerna dan sisa
penggunaan pakan yang memiliki kualitas tinggi, terjangkau harganya juga harus
25
sesuai dengan kebutuhan kultivan. Formulasi pakan yang lengkap menyangkut
susunan nutrisi yang lengkap, bahan baku berkualitas baik dan mengandung
profil nutrien sesuai kebutuhan kultivan yang juga diperhatikan. (Herawati, 2005).
pertumbuhan udang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam maupun
dari luar, untuk faktor dari dalam antara lain keturunan, jenis kelamin, serta umur.
Untuk faktor dari luar yaitu pakan, padat tebar dan kualitas air seperti oksigen
terlarut, pH, karbon dioksida, dan alkalinitas. sedangkan udang vaname mampu
petakan tambak secara individu, populasi, dan biomassa yang dilakukan secara
berkala.
tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) dan berat biomassa. Salah
a. Kontrol anco
Kontrol anco dilakukan setiap hari pada waktu akan memberikan pakan
sehingga jika ditemukan kondisi yang tidak normal dapat sedini mungkin
dilakukan pencegahan.
26
b. Monitoring jala tebar
10 hari sekali setelah umur udang mencapai lebih dari 45 hari. Waktu yang baik
monitoring menggunakan jala tebar yaitu pada pagi atau sore hari, agar udang
tidak mengalami tingkat stress yang tinggi. Penentuan titik sampling disesuaikan
dengan luasan tambak, jumlah titik samping 2-4 titik. Titik lokasi sampling berada
daerah budidaya. Hama sendiri merupakan biota lain yang mengganggu biota
dilihat dengan mata tanpa menggunakan alat bantu. Sedangkan penyakit pada
udang dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan parasit
2.7 Panen
Pemanenan akan dilakukan setelah udang mencapai umur lebih kurang 100 hari
2017).
27
2.7.1 Panen selektif (Parsial)
Pada penjualan dalam bentuk hidup, jumlah yang dibutuhkan terbatas. Apabila
Panen total memerlukan penanganan yang cepat dan hati-hati agar kualitas
udang tetap terjaga dalam kondisi segar. Seleksi udang yang dipanen dapat
penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6-7 mg/l.
Selain dolomit juga dapat menggunakan kapur Ca(OH)2 dengan dosis 5–20 mg/l
sehari sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting
atau lebih terbatas yang terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih
2000).
2.8.1 Investasi
28
Investasi adalah komitmen sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang
dilakukan saat ini (present time) dengan harapan memperoleh manfaat (benefit)
Biaya produksi merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap
yang dikeluarkan dari usaha selama dijalankan. (Sajari, Elfiana, & Martina, 2017).
Menurut (Ibnu Sajari et al., 2017) Analisa biaya total produksi dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan :
a. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara periodik dan besarnya
selalu konstan atau tetap, tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume usaha
atau proses bisnis yang terjadi pada periode tersebut. (Assegaf, SE. &
Rachmawan, 2019).
29
Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang berubah secara
proporsional dengan aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal
terhadap semua unit yang diproduksi. (Assegaf, SE. & Rachmawan, 2019).
c. Penyusutan
biaya penyusutan =
total dengan total produksi dari usaha yang dijalankan. Secara matematis dapat
Ku = TR/Output – TC/Input
Keterangan :
suatu modal pada kegiatan usaha yang produktif (Kreckhoff & Ngangi, 2018).
Berdasarkan angka hasil analisis payback period maka seorang investor pada
30
Playback Periode = 1 tahun
Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan suatu analisa pemilihan proyek yang
biasa dilakukan karena mudah, yaitu perbandingan antara benefit dengan cost.
Jika nilainya kurang dari satu maka proyek itu tidak ekonomis, dan jika lebih
besar dari satu berarti proyek itu feasible atau proyek itu layak untuk diusahakan
dan apabila B/C =1 dikatakan proyek itu marginal (tidak rugi dan tidak untung)
(Triyanti & Hikmah, 2015). Menurut (Soekarwati, 2003) rumus Benefit Cost Ratio
B/C
keterangan :
31
III. METODOLOGI
Darussalam.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan KPA adalah metode partisipatif yaitu
lapangan dengan secara aktif mengikuti dan mencatat seluruh rangkaian kegiatan yang
32
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, standar-standar SNI, arsip- arsip
dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi yang terkait dengan judul praktik.
Data sekunder yang akan diambil selama praktik integrasi adalah keadaan umum lokasi
kegiatan pembesaran budidaya sebelumnya. Selain itu data sekunder yang akan
dikumpulkan meliputi data informasi tentang hasil pemeliharaan yang biasa dilakukan.
pengkajian dengan cara membandingkan kondisi lapangan dengan literatur yang ada.
3.4.1 Observasi
3.4.2 Partisipasi
pembesaran udang vaname. Kegiatan tersebut diikuti secara langsung mulai dari
observasi dan wawancara pada teknisi, Metode ini dilakukan dengan mengamati
33
Dijelaskan lebih lanjut oleh Amri dan Kanna (2008), kegiatan sampling ini
pertama dilakukan pada saat umur udang 30 hari pemeliharaan di tambak dan
kepadatan dan berat rata-rata. Secara teknis, ABW, ADG, SR, populasi dan
biomass udang dapat diketahui dengan rumus menurut Farchan (2006) sebagai
berikut :
ditambak (kg).
Pakan komulatif
FCR =
Biomassa
34
f. Perhitungan pertambahan berat harian dalam satu periode atau
Keterangan:
kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha, dengan
Menurut (Ibnu Sajari et al., 2017) Analisa biaya total produksi dapat
Keterangan :
35
b. Penyusutan.
biaya penyusutan =
c. Keuntungan Usaha
Ku = TR/Output – TC/Input
Keterangan :
d. Playback Periode
berikut :
B/C =
Keterangan :
36
IV. KEADAAN UMUM
lokasi berada di Gampoeng Ujung Padang Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten
Aceh Selatan, di bangun pada tahun 2020 dan beroprasional pada awal tahun 2021 hingga
37
Gambar 3 : Tambak Lamsagoe Farm
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selatan berada pada koordinat antara 02º 23’ 24” – 03º 44’ 24” Lintang Utara dan
96º 57’ 36” – 97º 56’ 24” Bujur Timur dengan ketinggian wilayah rata-rata
memiliki luas sebesar 4.173,82 Km2 atau 417.382,50 Ha. Kabupaten Aceh
Kabupaten Aceh
38
Sebelah barat : berbatasan dengan Samudra Hindia.
Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi yang terdiri dari dataran rendah,
39
IV.3 Struktur Organisasi
40
Owner
Rizal Lamsagoe
Admin Teknisi
Asisten Teknisi
41
V.1 Persiapan Tambak
Pengeringan tambak dilakukan selama 2-3 hari jika cuaca hujan maka
tambak akan di cuci menggunakan sikat dan di semprot menggunakan air. Dan
ini adalah untuk memperbaiki mana yang bocor pada kolam petak dan tujuan
42
Setelah petakan dilakukan pengeringan, pembersihan serta pemupukan
maka tahap selanjutnya adalah pengisian air laut dari sumur bor masuk kedalam
tandon dan dan disaring menggunakan waring. Air didalam tandon akan
disterilkan menggunakan kaporit selama 3-4 hari. Setelah itu air bisa masuk
kedalam petakan.
untuk menambah atau mengganti air hasil pembesaran udang. Pengisian air
dilakukan hingga tinggi air minimal 80 cm. Setelah itu Sterilisasi air perlu
maupun mikroorganisme yang terdapat pada air media. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suriawan et al., (2019) bahwa sterilisasi air bertujuan untuk mematikan
segala macam organisme yang bersifat hama dan penyakit yang dapat
43
mengganggu dalam kegiatan budidaya. Sterilisasi air dilakukan setelah pengisian
air pada kolam selesai. Sterilisasi air dilakukan pertama kali dengan
penyakit bersel darah merah. Setelah dua hari selanjutnya pengaplikasian delstar
dengan dosis 1,5ppm. Pada saat proses sterilisasi berlangsung, kincir dalam
V.2 Pemeliharaan
selama 30-40 menit. Benur akan ditabur jika kantung sudah berembun dan benur
44
Gambar 7. Penebaran Benur
Sumber : Dokumentasi Pribadi
air seperti suhu, salinitas, pH, dan parameter kualitas air yang lainnya.
benur pada permukaan air tambak dan biarkan mengapung beberapa saat.
keberhasilan budidaya. Air kolam bisa diibaratkan sebagai rumah bagi ikan,
sehingga pengelolaan airnya harus dijaga dari awal sampai akhir pemeliharaan
agar ikan bisa hidup dengan tenang, tidak pernah mengalami stress dan
45
5.2.3. Parameter Kualitas Air
a. pH
tersebut menggunakan alat pH meter pada jam 07.00 WIB dan 14.00 WIB.
Adapun untuk data pengamatan pH dapat dilihat pada gambar 8 dan diagram
dibawah ini.
Gambar 8. Pengukuran pH
Sumber: Dokumentasi Pribadi
46
Berdasarkan hasil pengukuran selama proses produksi didapatkan nilai
Sahrijanna & Septiningsih, (2017) menyatakan bahwa kisaran pH air yang cocok
untuk budidaya udang vaname sebesar 7,4-8,9 dengan nilai optimum 8,0. Nilai
pH pada pagi hari cenderung lebih rendah dari pada sore hari. Hal tersebut
cenderung asam.
5.2.4. Penyiponan
penyiponan bertujuan untuk membersihkan kotoran yang ada pada dasar tambak
dimana jika kotoran tersebut tidak di bersihkan akan menjadi amoniak yang akan
dilakukan menggunakan selang sipon yang ada di sentral tambak lalu kotoran
yang ada pada dasar perairan tersebut di sedot lalu di buang lansung ke ipal
yang sudah di beri jaring supaya udang yang juga terisap tidak lepas.
47
Gambar 9. Penyiponan
Sumber : Dokuementasi Pribadi
feeding, dan setelah itu dilakukan sampling untuk menentukan berat pakan yang
Central Proteina Prima TBK. Kubutuhan pakan yang di berikan pada udang
48
Gambar . 10 pengecekan anco
Sumber : Dokumentasi Pribadi
probiotik, Pemberian pakan udang vanamei dapat berubah sesuai dengan hasil
49
Tabel 2. Vitamin dan Probiotik yang dicampurkan ke pakan
pada gambar 12. pakan termasuk produk yang sangat mudah rusak, sehingga
perlu di simpan dengan baik untuk menhindari hilangnya kualitas pakan seperti
bau tengik, berjamur dan pakan berkutu. Beberapa hal yang perlu di lakukan
berventilasi.
50
Gambar 12: Penyimpanan Pakan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Adapun kandungan nutrisi pada pakan Novo dan Irawan yang tertera
dikomposisi nutrisi dan program pemeberian pakan udang dapat dilihat dari tabel
berikut.
51
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan
yang dilakukan 5 hari sekali, kegiatan sempling dilakukan pada sore hari dengan
udang di hitung.
52
Sampling juga bertujuan untuk mengetahui nafsu makan dan kondisi
kesehatan udang sampling udang dilakukan pada Doc 65 pada tanggal 7 maret
2023.
(gram)
a. Hama
petakan. Hal tersebut dapat merugikan dalam kegiatan produksi, karena apabila
hama masuk kedalam petak pemeliharaan dapat menjadi carier atau pembawa
penyakit serta dapat memangsa udang. Pengendalian hama dalam praktik pada
53
Tambak Lamsagoe Farm dengan nenggunakan pagar disekeliling petak
budidaya. Hal ini sependapat dengan (Djunaedi et al., 2016), untuk mencegah
tersebut.
b. Penyakit
(IMNV). Penyakit myo ini bisa dilihat secara visual sedangkan AHPND harus
saya tidak ada laboratorium dan hanya menggunakan paremeter pH maka dari
itu Setelah 4 hari terkontaminasi air pada petak tambak dibuang 5 cm, udang di
ditemukan kematian pada hari tersebut dan juga hari-hari selanjutnya. Pada
V.6 Panen
al., (2018) tujuan panen persial adalah untuk mengurangi padat tebar,
Panen parsial dilakukan pada pagi hari jam 08.00 WIB ketika udang berumur
Panen parsial dilakukan dengan sesuai permintaan pasar oleh pembeli. Proses
54
mematikan kincir terlebih dahulu. Menebar pakan pada titik penangkapan udang
dengan tujuan agar udang mendekat dan berkumpul pada titik tersebut. Udang
yang tertangkap dimasukkan ke dalam blong panen hingga penuh, dan diangkut
b. Panen Total
Panen total dilakukan adalah panen total darurat dimana udang yang
terserang penyakit dari satu petak dan terkena petak yang lain. Jika tidak segera
dipanen udang yang mati dan udang yang mengalami kropos/tidak mengalami
pertumbuhan dapat merugikan owner yang berdampak udang akan habis atau
mati sebelum dipanen. biomassa pada saat panen total adalah 900 kg Proses
55
panen dilakukan dengan membuang air sebesar 70% dari keseluruan dengan
membuang air dari pembuangan air. Setelah air tersisa 30% dilakukan proses
sesuai denga target Farm dimana target yang diterapkan oleh Farm adalah 120
hari sedangkan panen yang dilakukan dalam siklus ini dengan Kolam A2 adalah
selama 120 yang total panen 1.980 kg, Ini merupakan jumlah parsial di tambah
panen total dalam 1 kolam sedangkan kolam A1, A3, A4, A6, A7, terkontaminasi
penyakit dimana diterapkan Farm tidak sesuai dengan target dalam kolan
tersebut . Adapun proses panen yang dilakukan dapat dilihat pasa Gambar 14.
c. Pasca Panen
terjadi penurunan mutu udang dengan cepat. Menurut Arsad et al.,( 2017)
56
penanganan yang dilakukan dengan cara menyortir udang. Penyortiran bertujuan
untuk memisahkan mana udang yang kualitas baik dan juga kurang baik serta
atau kotoran yang menempel pada udang saat proses pemanenan. Selanjutnya
dimasukan ke dalam cold box yang berada pada mobil pengangkutan dengan
penyusunan es di dalam cold box yaitu dasar cold box atau lapisan pertama
diberi es, lapisan kedua udang, lapisan ketiga es, begitu seterusnya hingga
penuh dan lapisan yang paling atas adala es. Box yang sudah terisi penuh
ditutup rapat-rapat. Adapun proses pasca panen dapat dilihat pada Gambar 15.
meliputi Average Body Weight (ABW), Average Daily Growth ( ADG), Survival
57
a. Average Body Weight (ABW)
pengamatan. Yakni dengan hasil sebagai berikut pada gambar Gerafik 16.
30
25
20
15
10
5 ABW
0
07/03/2023
14/03/2023
21/03/2023
28/03/2023
04/04/2023
11/04/2023
18/04/2023
25/04/2023
Tanggal Sampling
dengan kepadatan penebaran yang tinggi, yaitu 60-150 ekor/m2 dengan tingkat
pertumbuhan gr/minggu.
udang. Nilai ADG (Average Daily Growth) dapat dilihat pada gambar Gerafik 17.
58
ADG
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 ADG
0.4
0.3
0.2
0.1
0
07/03/ 14/03/ 21/03/ 28/03/ 04/04/ 11/04/ 18/04/ 25/04/
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
65 72 79 86 93 100 107 114
Daily Growth) terendah berada pada kolam A2 dengan laju pertumbuhan 0,03
gr/hari pada sampling ke 5 DOC 65, dan sampling ke DOC 144 mengalami
makan udang selama proses pemeliharaan. ADG udang vaname yang baik
59
200000
180000
160000
140000
120000
100000 Populasi akhir 118.880
80000 Populasi Awal 200.000
Biomassa (KG) 1.980
60000
DOC 120
40000
SR (%) 59,44
20000
0
C ) l ir )
DO (KG A wa akh (%
sa i i SR
as ulas ulas
om p p
Bi Po Po
Pada gambar gerafik 18 dapat dilihat Survival rate udang vaname yang
diperoleh selama praktik di tambak Lamsagoe Farm pada kolam A2 DOC 120
yakni 59.44%. Kategori SR dibagi menjadi 3 yakni, baik apabila nilai SR >70%,
sedang dengan nilai SR 50-60%, dan kategori rendah dengan nilai SR <50%,
faktor luar seperti adanya kompetisi ruang gerak, kualitas dan kuantitas pakan,
penanganan yang kurang baik dan cuaca lokasi tambak kurang mendukung
60
Food Conversion Ratio (FCR )
3,576.00
2,453.30
0.68
Hasil yang di dapatkan bahwa FCR yang diperoleh yaitu 0,68 kg FCR
kg daging udang dibutuhkan pakan sebanyak 0,68 – 0,70 kg, pakan yang
diberikan.
61
5.7 Analisa Finansia
Keterangan :
Untuk biaya penyusutan dibagi 2, hal ini dikarenakan dalam satu tahun
Terdapat 2 siklus.
= Rp. 121.015.000 / 2
= Rp. 60.507.000
62
A. Biaya Tetap
listrik
4 1 Rp.25.000.000 Rp.300.000.000
Jumlah Rp.420.000.000
biaya/siklus Rp.140.000.000
Biaya tidak tetap atau biaya variable merupakan biaya yang mempunyai
hubungan erat dengan tingkat kuantitas produksi yang dicapai sehingga apabila
produksi naik maka biaya variable juga akan naik. (Ulumiah et.,al 2020). Pada
tambak Lamsagoe Tabel biaya tidak tetap dapat dilihat pada tabel 7.
63
Tabel 7. Biaya Tidak Tetap
Jumlah Uraian
NO Uraian Harga Satuan Harga Total
Jumlah Satuan
1 Benur 1.400.000 Ekor Rp. 45.00 Rp.63.000.000
2 Pakan 24.000 Kg Rp. 16.300 Rp.391.200.000
3 Molase 200 Kg Rp. 6.000 Rp.1,200,000
4 Dolomite 900 Kg Rp. 500 Rp.450.000
5 Semen 80 Kg Rp. 1.250 Rp.100.000
6 Suemeg 60 Kg Rp. 27.500 Rp.1,650,000
7 Dedak 120 Kg Rp. 4.000 Rp.480.000
8 Enzim 6 Kg Rp. 150.000 Rp.900.000
9 Sodium 100 Kg Rp. 13.000 Rp.1,300,000
10 Bio N Plus 12 Jerigen Rp. 400.000 Rp.4,800,000
11 Cuprisulfate 50 Kg Rp. 2.500 Rp.125.000
12 Ragi 5 pack Rp. 100.000 Rp.500.000
13 Bio Elbe 12 Jerigen Rp. 400.000 Rp.4,800,000
Total Biaya Tidak Tetap Rp.470.500.000
Sumber : Data Primer
Laba dan rugi didapatkan dari jumlah pendapatan dikurangi jumlah biaya
tetap dan biaya tidak tetap. Bila selisih usaha menunjukkan angka positif berarti
laba jika selisih menunjukkan angka negatif berarti rugi. Setelah dilakukan hasil
D. Pendapatan
64
Tabel 8. Hasil panen total udang vaname
DO Size Penjualan Penjualan (tahun)
Kolam Biomassa
C Ahir (siklus) (Rp) (Rp)
A1 92 2.283,5 70 Rp. 96.500.000 Rp. 193.000.000
A2 125 2.453,2 29 Rp.120.800.000 Rp. 177.600.000
A3 108 2.771,7 48 Rp. 94.000.000 Rp. 188.000.000
A4 92 1.669,6 76 Rp. 61.000.000 Rp. 122.000.000
A5 125 1.584,3 33 Rp. 90.000.000 Rp. 104.000.000
A6 108 1.908,6 47 Rp. 71.000.000 Rp. 142.000.000
A7 95 1.776,8 85 Rp. 45.000.000 Rp. 90.000.000
Jumlah penjualan Rp. 578.000.000 Rp. 1.016.600.000
Farm 7 unit dalam satu siklus adalah Rp. 578.300.000 , jika dalam satu tahun
pembesaran udang vanamei tiga siklus maka hasil penjualan yang didapatkan
E. Biaya Oprasional
= Rp.610.500.000
F. Total Pendapatan
= Rp. - 32.200.000
= 0,94
65
Berdasarkan nilai B/C rasio yang didapat dari pembesaran udang
udang vaname ini belum layak dilanjutkan karena kecil dari satu. Berdasarkan
penilaian kelayakan finansial B/C rasio, apabila nilai yang didapat >1 maka
Break even point adalah titik impas dimana jumlah pendapatan sama
dengan total biaya yang telah dikeluarkan. Break even point digunakan untuk
mengetauhi hubungan antara biaya tetap, biaya tidak tetap, keuntungan dan
volume kegiatan.
66
VI.1 Kesimpulan
2. Berdasarkan hasil panen parsial dan dan panen total yang didapat yaitu
panen parsial 1.080 kg dengan ABW akhir 9,9 -15,6 gram dan panen
total 1.980 kg dengan Survival Rite (SR) yang didapat dalam satu kolam
VI.2 Saran
pengukuran kualitas air yang ada di tambak lamsagoe Farm hanya ada
DAFTAR PUSTAKA
67
Andriyanto, F. 2012. Analisis Faktor-faktor Produksi Usaha Pembesaran Udang
Vanamae (Litpenaeus Vannamei) Di Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan Jawa Timur; Pendekatan Fungsi Cobb-douglass (Doctoral
disertation, Universitas Brawijaya).
Almuqaramah, T. H., Setiawati, M., Priyoutomo, N. B., & Effendi, I. 2018.
Pendederan Udang vaname Litopenaeus vannamei dengan
Teknologi Bioflok untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Efisiensi
Pakan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10 (1) : 43-152.
Arsad, S., Afandy, A., Purwadhi, A. P., Saputra, D. K., & Buwono, N. R. 2017.
Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda< Br><
I>[Study of Vaname Shrimp Culture (Litopenaeus vannamei) in
Different Rearing System]< I. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 9
(1) : 1-14.
Afrizal, A. 2020. TA: Rancang Bangun Kontrol dan Monitoring Pakan Otomatis
pada Tambak Udang Menggunakan Android (Doctoral dissertation,
Universitas Dinamika)
Assegaf, Arief Rachmawan. "Pengaruh biaya tetap dan biaya variabel terhadap
profitabilitas pada pt. Pecel lele lela internasional, cabang 17, tanjung
barat, jakarta selatan." Jurnal Ekonomi dan Industri 20.1 (2019).
Amri Dan Kanna 2008. Budidaya Uang Vaname: Secara Inteensif, Se miIntensif, Dan
Tradisional..
Badan Sertifikasi Nasional (BSN), 2014. SNI 7981:2014 Konstruksi Tambak
HDPE (High Density Poly Ethelyne). Jakarta
Deni Aulia, S. S. (2018). BUDIDAYA UDANG VANAMEI. Jakarta Pusat:
AMAFRAD Press.
Edhy, W.A., Azhary K., Pribadi J., Chaerudin M.K., 2010. Budidaya Udang Putih
(Litopenaeus vannamei.Boone, 1931). CV. Mulia Indah. Jakarta
Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). BAPPL. Sekolah Tinggi Perikanan (STP)
Serang.
Fuady, M. F., dan Nitisupardjo, M. 2013. Pengaruh pengelolaan kualitas air
terhadap tingkat kelulushidupan dan laju pertumbuhan udang
vaname (litopenaeus vannamei) di PT. Indokor Bangun Desa,
yogyakarta. Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES), 2(4) : 155-162.
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., & Suprapto, H. 2018. Teknik pembesaran
udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak pendampingan
pt central proteina prima tbk di desa randutatah, kecamatan paiton,
probolinggo, jawa timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2)
Gusman, E. (2012). Identifikasi Bakteri Vibrio Sp Pada Udang Windu (Penaeus
Monodon) di Tambak Tradisional Kota Tarakan. Jurnal Harpodon
Borneo, 5(2).
Hidayani, A. A., Malina, A. C., Tampangallo, B. R., dan Fathurrahman, A. F.
2015. Deteksi distribusi white spot syndrome virus pada berbagai
organ udang vaname (Litopenaeus vannamei). Torani Journal of
Fisheries and Marine Science, 25(1).
Herawati, E. V. 2005. Manajemen Pemberian Pakan. Jurusan Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Haliman dan Adijaya. 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih
yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
68
Husnan, S., & Suwarsono, M. (2000). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Ibnu Sajari, Elfiana, & Martina. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Keripik pada
UD. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian, 1(2), 116–124.
Kurnia, A., Muskita, W. H., Astuti, O., dan Harahap, W. 2016. Evaluasi
penggunaan tepung cangkang rajungan sebagai bahan baku pakan
juwana udang.
Khumaidi, A., Muqsith, A., Wafi, A., Jasila, I., & Hikam, T. (2022). KAJIAN
TEKNIS PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)
SECARA INTENSIF DI TAMBAK UDANG BPBAP
SITUBONDO. Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 5(2), 195-206.
Nur,N.,Yohanista, M,. & Minggo, Y.D.B.R.(2023). STUDI TEBAR BENUR
UDANG VANAME (Litopenaeus Vannamei) PADA TAMBAK
PEMBESARAN DI BALASI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
TAKALAR (BPBAP), SULAWESI SELATAN. AQUANIPA-Jurnal ilmu
kelautan dan perikanan,5(1)
NADHIF, Muhammad, et al. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pakan dalam
berbagai Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei). 2016. PhD Thesis. Universitas
Airlangga.
Purnamasari, I., Purnama, D., dan Utami, M. A. F. 2017. Pertumbuhan udang
vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak
intensif. Jurnal enggano, 2(1) : 58-67.
Pulungan, Rizkiy Hermawan et al. 2015. ANALISIS KELAYAKAN USAHA
TAMBAK UANG (Studi Kasus: Desa Sei Meran, Kec, Pangkalan
Susu, Kab. Langkat). JOUENAL ON SOCIAL ECONOMIC OF
AGRECULTURE AGRIBUSINESS,4.11.
PANGESTU, R. W. (2022). TA: PEMBERIAN PAKAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei) METODE BLIND FEEDING DOC 1-35
(Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Lampung).
Renanda, A., Prasmatiwi, F. E,. & Nurmayasari, I. (2019). Budidaya Udang
Vaname dikecamatan RawajituTimur kabupaten Tulang Bawang.
Jurnal Ilmnu-Ilmu Agrebisnis.
Rosyidah, L., Yusuf, R., & Deswati, R. H. 2020. Sistem Distribusi Udang Vaname
Di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Buletin Ilmiah
Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 6(1) : 51-60.
ROCHMAN, A. N. (2016). Penerapan Teknologi Busmetik (Budidaya Udang Skala Mini
Empang Plastik) pada Pembesaran Udang Vannamei (litopenaeus
vannamei) di UPT PBAP Bangil, Pasuruan.
Slamet Subyakto et al,.2009. Budidaya udang vaname (Litopenaeus Vanamei)
Semi Intensif Dengan Metode Sirkulasi Tertutup Untuk Menghindari
Serangan Virus.
Sitanggang, L.P.U., & Amanda, L.U. 2019 Analisa kualitas air alkalinitas dan
Kesadahan (Hardness) Pada Pembesaran Udang Putih (Litopenaeus
Vannamei) di Laboratorium Animal Healt Service Binaan PT.
CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk. Medan.
Suwarsih, M., Harahab, N., dan Mahmudi, M. 2016. Kondisi kualitas air pada
budidaya udang di tambak wilayah pesisir kecamatan Palang
kabupaten Tuban. In Prosiding Seminar Nasional Kelautan pp :
138143.
69
Triyanti, R., & Hikmah, H. (2015). Analisis kelayakan usaha budidaya udang dan
bandeng: studi kasus di Kecamatan Pasekan Kabupaten
Indramayu. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, 1(1), 1-10.
TANDELILIN, Eduardus. Dasar-dasar manajemen investasi. Manajemen
Investasi, 2010, 34.
Utomo, S. R., Rantung, S. V., Sondakh, S. J., Andaki, J.A., dan Rarung, L. K
2022. Analisis kelayakan usaha budidaya udang vanama
(Litopenaeus Vannamei). (Studi kasus di balai pelatihan dan
penyuluan perikanan bitung) akulturasi ; jurnal ilmiah Agrobisnis
Perikanan, 10 (1) : 62-73
Ulumiah, M., Lamid, M., Soepranianondo, K., & Al-arif, M. A. (2020). Manajemen
Pakan dan Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname ( Litopanaeus
vannamei ) Pada Lokasi yang Berbeda di Kabupaten Bangkalan dan
Kabupaten Sidoarjo Feed Management and Analysis of Vannamei
Shrimp ( Litopanaeus vannamei ) Culture at Different Location in
Bangkalan Regency and Sidoarjo Regency. 9(June), 95–103.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Peta Lokasi Praktik
71
No Uraian Spesifikasi Jumlah Fungsi
72
Size
111
95
84
76
69 65
46
38
Penimbangan Siomage
pengadukan pakan
73
Penimbangan pakan
74
Sampling Timbangan
75
Hasil panen Udang yang dipanen
76