BANYUWANGI
NIM : 202054121003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2023
LEMBARAN PENGESAHAN LAPORAN PRATEK KERJA LAPANGAN
Menyetujui
Pembimbing I Pendamping II
Mengesahkan
Universitas Warmadewa Universitas Warmadewa
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tentang Teknik
Pembesaran Ikan Nila (Oreocrhomis niloticius) di Balai Pelatihan dan Penyuluhan
Perikanan (BPPP) Banyuwangi. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memperlancar kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL). Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini masih
banyak kekurangan sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaan laporan ini, penulis berharap Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Warmadewa mengenai pengembangan ilmu dan teknologi dalam
bidang perikanan. Melalui kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan anugerah-nya serta
kepada:
1. Orang – orang tercinta Ibu Bibiana Taya, Bapak Antonius Antu yang selalu
mendoakan dan telah memberikan dukungan secara material kepada penulis.
2. Bapak Ir. Dewa Nyoman Sadguna, M.Agb selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Warmadewa.
3. Ibu Ir. Ni Made Darmadi, M.Si selaku Ketua Prodi Manajemen Sumber Daya
Perairan Fakultas Pertanian yang turut membantu dalam kegiatan praktek kerja
lapangan ini.
4. Bapak Ir Made Kawan, Mp selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
izin, serta senantiasa memberi bimbingan, dukungan dan arahan kepada peulis
dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
5. Seluruh staf pengajar dan staf pendidikan Fakultas Pertanian yang telah bersedia
menyampaikan ilmunya kepada penulis dan membantu penulis dalam
administrasi demi kelancaran pelaksanaan praktek kerja lapangan
6. Bapak I Putu Suarma, S.Pi, selaku pembimbing di lapangan yang telah bersedia
memberikan ilmunya dalam kegiatan praktek kerja lapangan.
iii
7. Bapak M. Ruslani, S.Pi selaku pembimbing teknis di lapangan yang telah bersedia
memberikan ilmunya dalam kegiatan praktek kerja lapangan.
8. Firmayanti, Yeni Fitriyah Anggraini, Shofi Dwi Aulia P, Unairotul Hafidah,
Bagas Hernanda, Iqbal Firdaus, Moh Noval Mahesa Putro, Rifki Maulana,
Achmad Kayisudin, dan Muhammad Ihsan Al Fikri selaku rekan satu tempat PKL
di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi.
9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan PKL yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat-nya dan membalas
segala bantuan serta kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada
penulis.
iv
DAFTAR ISI
v
3.3.3. Partsipasi Aktif .................................................................................................... 12
3.3.4. Studi Literatur ..................................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 13
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 31
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang teridiri atas wilayah perairan sekitar 70%
dan daratan sekitar 30%. Luas wilayah perairan indonesi yang meliputi wilayah perairan
laut dan perairan tawar. Potensi ini menjadikan wilayah perairan Indonesia mempunyai
spesies ikan yang sangat beragam. Keadaan ini dapat menjadikan peluang bagi masaryakat
untuk mengelolah sumberdaya perairanya. Upaya pemanfaatan sumberdaya perairan telah
banyak dikambangkan salah satunya ialah kegiatan budidaya.
Kegiatan budidaya perikanan ialah kegiatan untuk memproduksi organisme aquatic di
lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Kegiatan budidaya air tawar
telah banyak di kembaangkan, dengan berbagai jenis spesies ikan yang banyak digemari
oleh masaryakat. Salah satu spesies ikan yang menjadi komuditas penting dalam kegiatan
budidaya perairan di Indonesia yaitu ikan nila.
Ikan nila (Oreochromis niloticuc) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
banyak di budidayakan, hal ini dikarenakan ikan nila mempunyai prospek cukup baik untuk
dikembangkan karena mudah beradaptasi dengan lingkungan dan mudah untuk dipijahka,
hal inilah yang menyebapkan penyebaranya dialam sangat luas, baik didaerah teropis
maupun di daerah beriklim sedang.
Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya terfokus pada
cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara berkembang dengan
tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi rendah. Kemudian berubah
setelah memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pererhati masalah
perikanan didunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di
negara-negara yang sedang berkembang (Khairul Amri, Khairuman, 2003).
Salah satu keungulan yang dimiliki oleh ikan nila sebagai komuditas ikan budidaya
ialah komoditas nila memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan
penyakit, memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan, memiliki kemampuan
yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik
dan pertanian, memiliki kemampuan tumbuh yang baik,dan mudah tumbuh dalam sistem
budidaya intensif.
1
1.2.Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini ialah untuk mengetahui:
1. Mengetahui Teknik budidaya pembesaran ikan nila di Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bayuwangi.
2. Mengetahui permasalhan ynag dihadapi selama kagiatan budidaya pembesaran ikan
nila.
1.3.Manfaat
Manfaat dari Pratek Kerja Lapangan di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan
(BPPP) Bayuwangi ini adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
memperoleh keterampilan serta pengalaman kerja secara lengsung dalam kegiatan teknik
budidaya pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila
Klasifikasi Ikan Nila menurut (Pauji 2007) adalah sebagai berikut :
Philum : Chordata
Subphilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Achantopterigii
Ordo : Perciformes
SubOrdo : Percoidei
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
3
Sisik ikan nila adalah tipe scenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari darsal
yang keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian
belakang sirip dada (abdormal) (Pratama, 2009).
Nila jantan mempunyai bentuk tubuh bembulat dan agak pendek, untuk
warna ikan nila jantan umumnya lebih cerah bila dibandingkan dengan ikan nila
betina. Sementara itu warna sisik ikan nila betina sedikit kusam dan bentuk
tubuh agak memanjang. Pada bagian anus ikan nila betina terdapat dua tonjolan
membulat, dengan fungsi yang pertama sebagai saluran keluarnya telur dan
yang satunya sebagai saluran pembuangan kotoran. Pada bagian anus ikan nila
jantan terdapat alat kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Adal kelamin
ikan nila jantan ini akan semakin cerah ketika ikan telah dewasa atau matang
gonad dan siap membuahi telur.
2.1.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Habitat lingkngan Ikan Nila, yaitu: danau, Sungai, Waduk, Rawa, Sawah,
dan perairan lainnya. Selain itu Ikan nila mampu hidup pada perairan payau,
misalnya tambak dengan salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat
yang berada di daerah sekitar pantai dapat membudidayakannya khusus
kegiatan pembesaran Ikan Nila (Santoso, 1996 ). Salinitas yang cocok untuk
nila adalah 0 – 35 ppt (part per thousand), namun salinitas yang memungkinkan
nila tumbuh optimal adalah 0 – 30 ppt. Ikan nila masih dapat hidup pada
salinitas 31–35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat (Kordi, 2010).
Table 2.1.2. Persyaratan Kualitas Air untuk Ikan Nila
No Parameter Kondisi air ideal
1 Suhu 250- 320 C
2 Do ≥ 3 mg
3 Ph 6,5 – 8,5 ppt
4. Ammoniak < 0,02 mg/l
6. Kecerahan 30-40 cm
Sumber : SNI 7550:200
2.1.3. Pakan dan Kebiasaan makan
Pakan yang dimakan ikan terdiri dari dua sumber yaitu, pakan yang
berasal dari alam (disebut pakan alami) dan pakan hasil buatan mausia (disebut
pakan buatan). Makanan alami ikan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan dan
4
hewan yang ada di perairan (Sukimin 2004). Sedangkan pakan buatan terbuat
dari beberapa bahan baku yang memiliki kandungan nutrisi yang spesifik.
Pembuatan pakan buatan ini dapat diolah secara sederhana atau di olah di pabrik
secara masal yang menghasilkan pakan buatan berupa pellet, tepung, remeh atau
crumble dan pasta. Menurut (Adria, 2012) mengatakan bahwa pakan buatan
dibagi menjadi 3 berdasarkan kebutuhannya yaitu pakan tambahan, pakan
suplemen, dan pakan utama. Fungsi pakan tersebut digunakan untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan produksi ikan
Kistimewaan dari pakan alami jika dibandingkan dengan pakan buatan
ialah pada pemberian pakan alami yang secara berlebihan sampai batas tertentu
tidak menyebapkan menurunya kualitas air. Selain pemberian pakan alami
pemberian pakan buatan seperti pellet. Menurut Anonim(2009), kandungan
protein yang ada pada pellet ikan sebesar 20-25%dan lemak sebesar 6-8%.
2.2.Padat Tebar
Padat tebar ialah banyaknya jumblah ikan yang akan ditebar dalam satuan
luas. Menurut (Nugroho dan Sutrisno 2008), padat tebar untuk pemeliharaan
ikan nila adalah 100 ekor/m2 dengan ukuran panjang 1-3 cm. Menurut (Diansari
et al. 2013), peningkatan padat tebar hingga mencapai daya dukung maksimum
akan menyebabkan pertumbuhan ikan menurun. Peningkatan padat penebaran
akan diikuti juga dengan peningkatan jumlah pakan, buangan metabolisme
tubuh, konsumsi oksigen, dan dapat menurunkan kualitas air. Selain itu
permasalahan yang timbul akibat ikan ditebar dalam keadaan padat adalah
kompetisi untuk mendapatkan pakan dan ruang gerak. Perbedaan dalam
memanfaatkan pakan serta ruang gerak mengakibatkan pertumbuhan ikan
bervariasi
2.3.Teknik Pembesaran Ikan Nila
2.3.1. Persiapan Kolam
Persiapan kolam adalah salah satu rantai pengoprasian kolam, sebelum
melakukan penyebaran ikan. Persiapan kolam pembesaran terdiri dari
pengeringan tanah, pembalikan tanah, pengapuran tanah, pengapuran tanah dan
pengisian air. Wadah pembeliharaan dapat berupa beton, tanah dengan dasar
tanah atau lumpur (Salsabil dan Suprato, 2018).
Pengeringan dialkukan dengan bantuan matahari yang bertujuan untuk
mengoksidasi bahan organic yang terkandung didalam tanah menjadi mineral
5
dan hara (Salsabil dan Suprato, 2018). Sedangkan pengapuran bertujuan untuk
meningkatkan pH serta membunu patogeng dan hama (Salsabil dan Suprato,
2018). Pengisian air dalam kolam beton untuk budidaya dialkukan secara
perlahan sambil memastikan apakah kolam ada kebocoran atau tidak.
2.3.2. Penebaran Benih
Benih merupakan komponen penting dalam budidaya ikan. Sebelum
dilakukan penebaran benih, sebelumnya dilakukan seleksi benih. Hal ini
bertujuan untuk mengtahui keseragaman ukuran benih dan kondisi kesehatan
benih. Menurut Carman dan Sucipto (2009), kualitas benih dapat ditentukan
berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantitaf. Kriteria kuantitatif adalah
keadaan/kondisi yang ditunjukkan oleh benih normal, dan dengan pergerakan
yang aktif, baik terhadap arus air maupun terhadap rangsangan dari luar.
Sementara kriteria kuantitatif dapat diketahui dari data umur, panjamg,
keseragaman ukuran, bobot minimal, serta keseragaman kelincahan gerakannya
terhadap rangsangan dari luar dan terhadap arus. Penebaran benih ikan
sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari atau pada saat suhu udara rendah.
Ciri-ciri benih yang sehat ilaha tubuhnya berwarnah cerah, gerakanya lincah
dan gesit, serta respotif terhadap makanaan. Untuk padat tebar benih tergantung
dari ukuran benih yang ditebar atau target panen yang akan dicapai (Salsabil
dan Suprato, 2018).
Pada peroses penyebaran peroses penyusuaian ikan terhadap lingkungan
baru dilakukan aklimatisai, untuk menyusuaikan suhu dilingkungan barunya.
Peralatan dan bahan yang digunakan antara lain plastic, air, dan oksigen
(Salsabil dan Suprato, 2018).
2.3.3. Pemeliharaan
a. Manajemen Pakan
Pakan merupakan komponen penting dalam keberhasilan budidaya,
sehinggas kualitas dan kuantitasnya perlu dikembangkan. Secara fisiologis,
pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan,
juga sebagai sumber energi, gerak dan reproduksi. Pakan yang dimankan
ikan akan diperoses dalam tubuh dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan
diserap untuk dimanfaatkan membangun jaringan sehingga terjadi
pertumbuhan. Laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan
kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang berkualitas baik akan
6
menghasilkan pertumbuhan ikan dan efesiensi pakan yang tinggi. Secara
ekonomis efisiesni pakan yang tinggi akan mempengaruhi biaya pakan
sehingga berpengaruh poada biaya produksi (Isnawati, dkk, 2015).
Menurut (Isnawati, dkk 2015) pakan ikan nila dapat berupa fitopankton,
zooplankton, serta binatang yang hidup didasar, seperti cacing, siput, jentik-
jentik nayamuk dan Chironomus. Ikan nila juga memerlukan pakan
tambahan berupa pellet yang mengandung protein 30-40% dengan
kandungan lemak tidak lebih dari 3%. Pemberian pakan tambahan selama
masa pemeliharaan adalah sebanyak 3-5% perhari dari total bobot
tumbuhnya. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan
nila adalah pakan haru sesuai dengan bukaaan mulutnya dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
b. Manajemen Kualitas Air
Manajemen kualitas air mempunyai peran yang sangat penting pada
keberhasilan budidaya perairan. Air sebagai media hidup ikan berpengaruh
langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhanya. Pengelolahan kola mikan
yang sukses membutuhkan pemahamna tentang kualitas air, yang
ditentukan oleh factor abiotic dan biotik seperti suhu, oksigen terlarut (DO)
transparasi, kekeruhan, warna air karbon dioksida, pH, alkalintas, amoniak,
nitrit, nitrat, produktivitas primer, kebutuhan oksigen (BOD), populasi
plankton (M. Ghufran H. Kordi K. dan Andi Baso Tancung, 2007 ).
Kualitas air yang jauh dari nilai optimal dapat menyebapkan kegagalan
budidaya, sebaliknya kualitas air yang optimal dapat mendukung
pertumbuhan ikan (Nasir dan Khalil, 2016).
c. Penaganan Hama dan Penyakit
Kegiatan budidaya tidak selamanya berjalan dengan baik. Kendala yang
sering dihadapi dalam kegiatan budidaya adalah serangan penyakit.
Penyakit diklasifikasikan berdasarkan resiko fisik, kimia, dan biologis, yang
disebapkan oleh beberapa factor yang menyebapkan perubahan fisiologis
organisme (Pech, 2017). Sumber penyakit yang sering menyerang ikan
dikolam dikelompokan menjadi 3 yaitu: hama, parasiter, dan non-parasiter.
Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan
gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, competitor, dan pencuri.
Parasiter adalah penyakit yang disebapkan oleh aktivitas organisme parasit,
7
seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dan udang renik, Non-parasiter
adalah penyakit yang disebapkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan
(Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
Untuk pengendalian hama dan penyakit, langkah pertama yang paling
efektif ialah pencengahan, dengan tujuan untuk menekan resiko hama dan
penyakit pada ikan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencenga hama dan penyakit diantaranya: menjaga kualitas air kolam,
mencukupi nutrisi ikan dan menghindari stress pada ikan.
2.3.4. Panen
Pada dasarnya panen ikan nila bisa dilakukan dengan menggunakan
jaring dan lalu dapat dijual dengan secara langsung kepada para pedagang, atau
warung rumah makan lesehan atau yang lainnya. Ukuran standar ikan nila siap
panen untuk di pasar domestik ialah sekitar 300 gram hingga 500 gram atau
telah berusia minimal selama 2 bulan (Putri, Rianita Aryani, 2022). Cara atau
Teknik panen yang biasa dilakukan ialah dengan mengeringkan kolam ikan baik
itu sebagian ataupun secara total. Panen bisa dilakukan secara manual
menggunakan sesek, bisa juga dengan mengeringkan kolam. Untuk ikan yang
bobotnya masih kecil, dikembalikan lagi untuk dibudidaya (Putri , Vikri ;,
2022).
8
BAB III
PELAKSANAN KEGIATAN
3.1.Tempat dan Waktu
Kegiatan Pratek Kerja Lapangan (PKL) di lakasanakan di Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bayuwangi yang beralamat di jalan Raya Situbondo
Desa KM. 17. Desa Bangsring, kecamatan wongsorejo Tromol Pos 8 Bayuwangi,
JawaTimur. Kegiatan Pratek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 1
Februari - 2 Maret 2023.
3.2.Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembesaran ikan nila di
BPPP Banyuwangi dapat dilihat pada table 3.2.1.
Tabel 3.2.1. Alat yang digunakan dalam KegiatanTeknik Budidaya Pembesaran Ikan
Nila
No Nama Alat Gambar Fungsi/Kegunaan
1. Alat tulis Alat untuk mencatat
kegitan yang dilakukan
9
5. Pengaris Alat untuk ukur ikan pada
saat sampling
10
13. Centong Untuk mengambil pakan
3.2.2. Bahan
Adapun Bahan yang digunakan dalam kegiatan Teknik pembesaran ikan Nila
di BPPP Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 3.2.2
Table 3.2.2. Bahan yang digunakan dalam Kegiatan Teknik pembesaran Ikan Nila.
No Bahan Kegunaan/ Fungsi
11
seperti, kegiatan persiapan kolam, pendederan, pemberian pakan dan pengamatan
kualitas air, serta pengamatan pertumbuhan ikan. Pengamatan ini dilakukan secara
mandiri dan didamping oleh pembimbing sehingga mendapatkan data yang valid.
3.3.2. Wawancar
Wawancara dalam Pratek Kerja Lapangan ini dilakukan dengan cara tanya
jawab dengan berbagi pihak untuk mendapatkan sumber data yang relevan. Wawancara
pada Pratek Kerja Lapangan ini meliputi sejarah berdirinya Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, letak umum, struktur organisasi, teknik
atau cara pembesaran ikan nila, permasalahan yang dihadapi, hasil yang dicapai dan
sebagainya.
3.3.3. Partsipasi Aktif
Bentuk dari partisipasi aktif merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta
secara langsung dalam semua bentuk kegiatan yang dilakukan di lapangan.
3.3.4. Studi Literatur
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menelusuri pustaka atau
literatur baik berupa jurnal, buku atau laporan kegiatan yang terkait dengan teknik
pembesaran ikan Nila. Data yang diperoleh dengan metode ini dikatagorikan sebagai
data sekunder. Menurut Sugiyono(2016) dalam Herviani dan Febriansyah (2016),
bawah data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber kedua dengan cara
membaca dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,
serta dokumen. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan
penelitian yang terdahulu. Data sekunder dapat disebut juga sebagai data tersedia.
Dalam praktek kerja lapangan ini data sekunder diperoleh dari laporan
perpustakaan yang menunjang, serta data yang diperoleh dari lembaga pemerintah,
pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha
berbagai macam pembesaran Ikan Nila.
12
BAB IV
13
Latihan Perikanan Singaraja diganti menjadi Training Centre (TC) Perikanan Singaraja
yang merupakan Out Centre dari TC perikanan Tegal.
Kemudian pada tanggal 12 November 1975 dengan surat keputusan Direktur
Jenderal Perikanan Departemen Pertanian no : H. II/ 1/9/3/75 TC Perikanan diganti
namanya menjadi Pangkalan Pengembangan Pola Ketrampilan Penangkapan Perairan
Pantai (P3KP3) Singaraja, yang melatih Petugsas dan Nelayan.
Pada tanggal 5 Mei 1978 dengan Surat Keputusan Materi Pertanian Nomor:
309/Kpts/Org/5/1978 P3KP3 Singaraja diganti menjadi Balai Keterampilan
Penangkapan Ikan (BKPI) Singaraja, merupakan UPT Badan Diklatluh Pertanian
dibawah bimbingan dan Latihan dibidang Usaha Penangkapan Ikan.
BKPI Singaraja secara resmi pindah lokasi ke Banyuwangi Jawa timur menjadi
Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan (BKPI) Banyuwangi, dengan surat Keputusan
menteri Pertanian Nomor : 416/Kpts /OT.210/6/1988 tanggal 22 Juni 1988, merupakan
UPT Badan Diklat Pertanian, dibawah bimbingan Pusat Latihan Pegawai, mempunyai
tugas pokok melaksanakan bimbingan latihan Ketrampilan Penangkapan Ikan. Lokasi
Kantor berada di jalan Raya Situbondo KM. 17 Banyuwangi.
Sejalan dengan berdirinya Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan, maka
pada tanggal 31 Juli 2000, dengan Surat Keputusan Menteri ELP Nomor: 75 Tahun
2000, BKPI Banyuwang-=i resmi bergabung dengan Departemen Eksplorasi Laut dan
Perikanan, merupakan UPT Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan, dengan tugas
pokok melaksanakan bimbingan serta pelatihan teknis dan manajerial dibidang usaha
penangkapan ikan.
Pada tanggal 1 Mei 2001 dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor: Kep. 26k/MEN/2001 BKPI Banyuwangi berubah nama menjadi
Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, merupakan UPT
Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan tugas pokok melaksanakan bimbingan
serta pelatihan teknis dan manajerial di bidang perikanan.
Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi merupakan salah satu
dari lima Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Keberadaan Balai
Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi dimulai dari Singaraja, Bali Tahun
1975 yang selanjutnya pindah lokasi ke Banyuwangi Tahun 1987. Balai ini berlokasi
di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo dan berjarak ±7 km dari pelabuhan
penyeberangan Ketapang, ±19 dari pusat kota Banyuwangi.
14
Dalam pelaksanaan tupoksinya, Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan
Banyuwangi didukung oleh sumberdaya yang sangat memadai, yaitu sumberdaya
manusia (SDM) dengan berbagai kompetensi dan sumberdaya yang berupa sarana dan
prasarana kediklatan dan non kediklatan.
Sasaran pengembangan sumberdaya manusia (SDM) kelautan dan perikanan,
yaitu nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, wanita/pemuda nelayan, para pelaku
usaha seperti bakul ikan, pemasar hasil perikanan serta aparatur dibidang kelautan dan
perikanan. Disamping itu kesempatan juga diberikan kepada mahasiswa /pelajar bidang
kelautan dan perikanan atau masyarakat lainnya yang ingin mempelajari lebih
mendalam mengenai kelautan dan perikanan.
4.1.3. Visi dan Misi BPPP Banyuwangi
A. Visi
Visi didasarkan pada visi Indonesia 2045 yaitu mewujudkan Indonesia sebagai
negara yang berdaulat, adil dan makmur. Visi Presiden 2020-2024 adalah
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
berlandaskan Gotong Royong". Sebagai organisasi yang membantu Presiden untuk
urusan kelautan dan perikanan, maka visi KKP 2020-2024 ditetapkan untuk
mendukung terwujudnya Visi Presiden.
Visi KKP 2020-2024 adalah “Terwujudnya Masyarakat Kelautan dan Perikanan
yang Sejahtera dan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan”
untuk mewujudkan “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
berlandaskan Gotong Royong”
Visi BRSDM pada tahun 2020-2024 adalah mendukung visi KKP yaitu
“Terwujudnya Masyarakat Kelautan dan Perikanan yang Sejahtera dan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan” untuk mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong.
Visi BPPP Banyuwangi pada tahun 2020-2024 adalah mendukung visi KKP
dan visi BRSDM yaitu "Terwujudnya Masyarakat Kelautan dan Perikanan yang
Sejahtera dan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan” untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian,
berlandaskan gotongroyong".
15
B. Misi
Misi BPPP Banyuwangi adalah menjalankan misi Presiden, KKP dan BRSDM
dalam bidang kelautan dan perikanan. Dari 9 (sembilan) misi Presiden, KKP
mendukung 4 (empat) misi yaitu :
1. Misi ke-1 yakni Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia melalui
Peningkatan Daya Saing SDM KP dan Pengembangan Inovasi dan Riset
Kelautan dan Perikanan
2. Misi ke-2 yakni Struktur Ekonomi Yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya
Saing melalui Peningkatan Kontribusi Ekonomi Sektor Kelautan dan
Perikananterhadap Perekonomian Nasional
3. Misi ke-4 yakni Mencapai Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan melalui
Peningkatan Kelestarian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
4. Misi ke-8 yakni Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan
Terpercaya melalui Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan di KKP.
Implementasi dari visi dan misi Presiden dilakukan secara
bertanggungjawab berlandaskan gotong royong, sehingga saling
memperkuat, memberi manfaat dan menghasilkan nilai tambah ekonomi,
sosial dan budaya bagi kepentingan bersama.
4.1.4. Sarana dan Prasarana di BPPP Banyuwangi
a. ssSarana
Sarana merupakan segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung
mampu menunjang pelaksanaan kegiatan Pratek Kerja Lapangan. Berikut yaitu
sarana yang terdapat pada Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP)
Banyuwangi:
1) Ruang Hatchery/Budidaya Ikan
2) Pompa Air Tawar
3) Wadah Budidaya Ikan
4) Alat Pembersih Kolam
5) Sistem Penyediaan Tenaga Listrik
b. Prasarana
Prasarana merupakan suatu hal dan barang yang dapat menunjang atau
mendukung pelaksanakan kegiatan pembesaran ikan Nila (Oreochromis sp.).
Adapun prasarana yang terdapat pada Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan
(BPPP) Banyuwangi yaitu sebagai berikut:
16
1) Ruang Kelas
2) Auditorium
3) Wisma Lobster
4) Ruang Makan
5) Klinik Pratama
6) Perpustakaan
7) Ruang Podcast
8) Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
9) Workshop Latih
• Workshop Navigasi
• Workshop BAP
• Workshop Permesinan
• Workshop Budidaya
• Workshop Pengolahan
• Workshop Kepelautan
• Kapal Latih (Marlin dan Baraccuda)
4.1.5. Struktur Organisasi
17
4.2.Teknik Pembesaran Ikan Nila
4.2.1. Perisapan Kolam
1. Pembersihan kolam
Tujuan dari pembersihan kolam ini ialah, untuk membersikan lumut, dan
kotoran yang berada di dalam kolam. Untuk prosedur pembersihan kolamnya, terlebih
dahulu saluran inlet ditutup supaya tidak ad air yang masuk, dan untuk saluran outlet di
buka agar sisa air dan kotoranya terbuang semua. Pembersihan kolam dengan cara
disikat dan di sapu menggunakan sapu lidi kemudian dibilas, hal ini dilakuakn untuk
membersihkan sisa pakan dan kotoran yang menempel di kolam, dan juga untuk
minghilangkan hama seperti sumpil atau sering disebut “kreco”.
Setelah keseluruhan kolam disikat kemudian dibilas menggunakan air hingga
semua kotoran hilang dan bersih.Setelah kolam dibilas sampai bersih, tahap selanjutnya
yaitu pengecekan inlet dan outlet tahap ini penting dilakukan karena ini digunakan
sebagai tempat masuk dan keluarnya air kolam. Di dalam pengecekan inlet dan outlet
ini yang perlu diperhatikan adalah tentang keadaan inlet dan outlet tersebut apakah
dalam keadaan baik atau rusak. Pengecekan ini dilakukan juga agar tidak ada inlet dan
outlet yang tersumbat sehingga bisa menghambat jalan air masuk maupun keluar.
18
dengan kurun waktu yang lama karna kolam terbuat dari beton, ditakutkan akan terjadi
rusaknya kolam yang dapat menyebabkan kolam menjadi bocor.
19
Gambar 7. Peroses pengapuran kolam
4. Pengisian air
Sebelum peroses pengisian air pada kolam pembesaran ikan nila, kolam
dibersihkan dulu dari sisa kapur. Hal ini bertujuan supaya kapur yang masih tersisa
didalam kolam, tidak membuat air kloam menjadi tidak jernih. Untuk pembersihan sisa
kapur dilakukan dengan cara menyiram permukaan kolam dengan air yang mengarah
ke outlet kolam.
20
Gambar 9. Pengisian air kolam
5. Pemupukan Kolam
Pada kegiatan pembesaran ikan nila, pemupukan dilakukan setelah pengisian
air. Untuk jenis pupuk yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan POC (Pupuk
Organik Cair). Pupuk Organik Cair mempunyai manfaat yang dapat merangsang
pertumbuhan tunas-tunas baru serta sel-sel tanaman, memperbaiki sistem jaringan dan
klorofil pada daun, merangsang pertumbuhan kuncup bunga. Pengunaan pupuk
ornganik cair dalam kegiatan pembesaran ikan nila ini, dilakukan dengan cara
mencampurkan pupuk kedalam air. Untuk takarnanya sebesar 6ml/m3 . Jadi total POC
yang digunakan untuk pemupukan kolam pembesaran ikan nila tersebut sebanyak 1.320
ml.
4.2.2. Penebaran Benih Ikan Nila
Syarat Benih Ikan Nila yang baik adalah bentuk tubuh normal, sehat, dan
pergerakan aktif. Menurut Carman dan Sucipto (2009), kualitas benih dapat ditentukan
berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantitaf. Kriteria kuantitatif adalah keadaan/kondisi
yang ditunjukkan oleh benih normal, dan dengan pergerakan yang aktif, baik terhadap
arus air maupun terhadap rangsangan dari luar. Sementara kriteria kuantitatif dapat
diketahui dari data umur, panjamg, keseragaman ukuran, bobot minimal, serta
keseragaman kelincahan gerakannya terhadap rangsangan dari luar dan terhadap arus.
Benih ikan nila yang di tebar pada kolam pembesaran, merupakan benih ikan hasil
pemijahan yang dilakukan oleh mahasiswa PKL sebelumnya. Ikan nila yang di tebarkan
tidak membutukan peroses adaptasi terhadap lingkunganya, hal ini dikarenakan benih
ikan nila yang di tebar merupakan ikan hasil pemijahan di tempat yang sama. Ukuran
benih yang digunakan pada kegiatan pembesaran ini ialah 5-8 cm. Penebaran benih
21
ikan nila dilakukan pada pagi hari, atau dalam kodisi suhu rendah, hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya stress pada ikan. Padat tebar benih untuk kolam ikan
disesuaikan dengan ukuran benih dan target panen yang ingin dicapai.
Padat tebar benih ikan nila pada kegiatan pembesaran ini sebanyak 45 ekor setiap
m3 sehingga padat tebar ikan nila pada kolam pembesaran ini sebanyak 363 ekor ikan
nila. Sistem penyebaran ikan nila tidak perlu dilakukan peroses aklimatisasi atau
peroses penyusuaian suhu karena tempat diperolehnya benih dan juga tempat
pembesaranya sama sehingga peroses adaptasi ikan termasuk cepat.
22
kemudian ditimbang bobotnya setiap 15 hari sekali, kemudian sesuaikan jumblah pakan
yang diberikan.
Sampling ikan nila untuk mengetahui biomasa pakan yang akan deiberikan
setelah dilakukan pemeliharaan selama 31 hari.
a. Sampling pertama
Jumblah ikan yang di sampling : 10 ekor
Berat ikan : 526 gram
Panjang ikan (cm) 16 15
16 16
16 14
13 16
16 15
= 286 gram
b. Sampling kedua setelah 46 hari pemeliharaan
Jumblah ikan yang di sampling: 10 ekor
Berat ikan : 588 gram
Panjang ikan (cm) 15 17
14 17
17,5 13
16 13
16 16
23
= 58,8 gram
Padat tebar ikan dalam kolam sebanyak 363 ekor
Biomasa = 58,8 x 363
= 21.344,4 gram
Pakan = 3% x 21.344,4gram
640 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2
= 320 gram
Feed Conversion Ratio (FCR) adalah angka efektivitas pakan ketika
berbudidaya. FCR digunakan sebagai patokan agar bisa mengoptimalkan
efektivitas pakan dan menghitung keuntungan budidaya ikan setelah
panen. Efisiensi pakan/FCR terbaik adalah yang paling mendekati angka 1.
Artinya, bobot pakan yang diberikan hampir sama dengan bobot akhir ikan nila.
FCR selama peroses pemliharaan ikan nila ialah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
FCR =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑖𝑘𝑎𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
19.276 𝑔𝑟𝑎𝑚
FCR =
21.344 𝑔𝑟𝑎𝑚 −5190 𝑔𝑟𝑎𝑚
FCR = 1,2
Selama peroses pemeliharaan ikan nila FCR yang ialah 1,2.
24
yang baik untuk pembesaran yaitu sebesar 6,5-8,5. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bawah kualitas air selama kegiatan pembesaran ikan nila tergolong baik.
Kualitas air yang diperlukan sebagai factor utama dalam usaha pembesaran ikan
nila merupakan factor yang harus terpenuhi. Karena pada kegiatan usaha ini
memerlukan jumblah air yang cukup besar dan kontinuitasnya terpenuhi (Carman dan
Sucipto, 2009)
25
Jadi, pertumbuhan panjang relatifnya adalah 150%. Artinya, panjang ikan meningkat
sebesar 150% dari panjang awalnya.
• Laju Pertumbuhan Bobot Relatif
Laju pertumbuhan bobot relatif dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Wt−Wo
Pertumbuhan Bobot Relatif = 𝑥100%
Wo
Keterangan :
Wt : Bobot akhir (g)
W0 : Bobot awal (g)
Berat awal ikan = 5.190 gram
Berat akhir ikan = 19.093 gram
19.093−5.190
Pertumbuhan Bobot Relatif = 𝑥100%
5.190
= 268%
Jadi, pertumbuhan bobot relatif adalah 268%. Ini berarti bobot ikan
meningkat sebesar 268% dari bobot awalnya.
• Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
𝑊𝑡−𝑊𝑜
Laju Pertumbuhan Harian = 𝑥 100%
𝑇
Keterangan :
Wt : Bobot akhir (gram)
W0 : Bobot awal (gram)
T : Waktu akhir
19.093−5.190
Laju Pertumbuhan Harian = 𝑥 100%
90
26
Selama kegiatan budiaya mortalitas ikan 100% atau tidak terjadi kematian pada ikan.
27
BAB V
PENUTUP
5.1. kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Pratek Kerja Lapangan (PKL)
adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembesaran ikan nila (Oreochromis sp.) diawali dengan tahap kegiatan
persiapan kolam, seleksi benih dan penebaran benih, manajemen pakan, pengelolahan
kualitas air, dan monotoring pertumbuhan ikan.
2. Selama kegiatan pembesaran ikan nila, jumblah pakan yang diberikan sebanyak 3%
dari bobot tumbuh ikan. Pemberian pakan ikan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari,
yaitu pagi dan sore hari.
3. Kegiatan monitoring pertumbuhan ikan dilakukan 15 hari sekali, untuk mengetahui laju
pertumbuhan ikan, serta biomas pakan yang harus diberikan ikan setiap harinya.
5.2. Saran
Saran untuk unit Heatchry Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP)
Banyuwangu yaitu pada penyediaan pompa air lebih bertambah untuk membantu
penelitian mahasisawa Pratek Kerja Lapangan (PKL) didalam Heatchry
28
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Amrullah, A. dan Suriati, S., 2018, Juli. Manajemen pemberian pakan pada
pembesaran ikan nila (oreochromis niloticus). Dalam Prosiding Seminar Nasional
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Vol. 1, hlm. 252-257).
Carman, O. dan Sucipto, A., 2013. Pembesaran Nila 2, 5 Bulan . Penebar Swadaya Grup.
Judantari, S., A. dan Khairuman. 2008. Prospek Bisnis dan Teknik Budidaya Ikan Nila
Unggulan Nila Nirwana. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Isnawati N, Sidik R dan Mahasri G. 2015. Potensi Serbuk Daun Pepaya untuk Meningkatkan
Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Rasio Efisiensi Protein dan Laju Pertumbuhan Relatif
pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan 7 (2) : 121 – 124.
Khairul Amri, Khairuman, 2003. Budi daya ikan nila secara intensif. Jakarta : AgroMedia
Pustaka .
Kordi, K. M. G. H. 2010. Budidaya ikan lele di kolam terpal. Andi. Yogyakarta. Hal. 1-22
M. Ghufran H. Kordi K. dan Andi Baso Tancung, 2007. Pengelolaan Kualitas Air: Dalam
Budidaya perairan. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Nasir, Muhamad dan khalil, Munawar, 2016. Pengaruh penggunaan beberapa jenis filter alami
terhadap pertumbuhan, sintasan dan kualitas air dalam pemeliharaan ikan mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Ilmu Perairan Acta Aquatica,(1), pp. 33-39 .
Nugroho, E dan Sutrisno, Budidaya Ikan dan Sayuran Dengan Sistem Akuaponik, Penebar
Swadaya, Jakarta, 2008.
Pauji, A., 2007. Beberapa teknik Produksi Induk Unggul ikan nila dan ikan Mas. Disampaikan
pada pelatihan tenaga teknis sewilayah Timur Indonesia. BBAT Tatelu, Manado .
Putri, Rianita Aryani, 2022. Masa Panen Ikan Nila. [Online] Available at:
https://bahashewan.id/masa-panen-ikan-nila/ [Accessed 24 Februari 2023].
Putri , Vikri ;, 2022. Ternak Budidaya Ikan Nila dari Nol Sampai Panen. [Online] Available
at: https://erakini.com/budidaya-ikan-nila/ [Accessed 24 Februari 2023].
Riani, H., Rostika, R. and Lili, W., 2012. Efek pengurangan pakan terhadap pertumbuhan
udang vaname (Litopenaeus vannamei) PL-21 yang diberi bioflok. Jurnal Perikanan
Kelautan , 3 (3).
Salsabila, M., & Suprapto, H. (2018). TEKNIK PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) DI INSTALASI BUDIDAYA AIR TAWAR PANDAAN, JAWA
TIMUR. Jurnal Budidaya dan Kesehatan Ikan, 7 (3), 118–123.
Santoso, B., 1996. Budidaya Ikan Nila. 1 ed. yogyakarta: Kanisius.
29
Sukimin, S. 2004. Modul praktikum biologi perikanan. Bogor. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suwarsito dan H. Mustafidah. 2011. Diagnosa Penyakit Ikan Menggunakan Sistem Pakar
(Diagnosa Fish Disease Using Expert System). Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Purwokerto.
Suwarsito, S. dan Mustafidah, H., 2011. Mendiagnosis penyakit ikan menggunakan sistem
pakar. JUITA: Jurnal Informatika , 1 (4).
Y. Azis, S. Subandiyono, and S. Suminto, "PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN
PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH
KERAPU CANTANG (Epinephelus fuscoguttatus >< lanceolatus)," Sains
Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture , vol. 5, tidak. 1, hlm.
51-60, April 2021.
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
31
3. Ember 4. Kuas
2. Centong
32
3. Timbangan Pakan 4. Wadah pakan
Tinggi air : 66 cm
= 300 cm x 400cm x 66 cm
= 7.920.000 m3
33
III 08: 00 Pagi 7,8 - 8,0 27,0-29
14:45 Sore 8,0 – 8,5 28,3-30
34