KABUPATEN TAKALAR
DISUSUN OLEH :
(07120190014)
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 07120190014
TAKALAR, , , 2022.
Menyetujui,
Disahkan Oleh :
Koordinator Program
Studi Budidaya Perairan
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL)
dengan judul “Teknik Penanganan Induk Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau Kabupaten Takalar”. Ini sesuai waktu yang ditentukan kurang lebih 2
bulan.
Dalam proses pembuatan laporan Praktek Kerja Lapang ini mulai dari persiapan ,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan tentunya melibatkan beberapa pihak yang telah
berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Nur Muflich Juniyanto, S.Pi., M.Si. selaku Kepala Balai Perikanan
2. Ibu Dr, Ir. Ilmiah, M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL yang telah memberikan
bimbingan serta arahan bagi penulis selama masa PKL berlangsung.
3. Bapak Marwan, S.Pi., M.Si selaku Ketua Divisi di Unit Pembenihan Ikan Bandeng.
4. Bapak Syamsul Kahri selaku Teknisi di bagian Induk Ikan Bandeng yang telah
memberikan bimbingan selama di lapangan.
5. Bapak Muhammad Maskur dan Ibu Nirwana, S.Pi selaku Teknisi di Bagian Larva
dan Bagian Pakan Alami Ikan Bandeng (Rotifera) yang telah memberikan arahan dan
masukan selama di lapangan.
6. Kepada lembaga Balai Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.
7. Teman- teman dan seluruh civitas akademika Universitas Muslim Indonesia atas
dukungan dan doanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek Kerja Lapanng ini tidak
luput dari kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasannya. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya kontstruktif demi
penyempurnaan Laporan Praktek Kerja Lapang ini.
Takalar, 20 , 08 , 2022.
Penulis.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................................... 13
4.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 13
4.3 Prosedur Kerja ................................................................................................................ 14
4.3.1 Persiapan Bak .............................................................................................................. 14
4.3.2 Pemeliharaan ............................................................................................................... 15
4.3.3 Pemanenan Telur ......................................................................................................... 16
4.4 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 18
5.1 Data Teknis .................................................................................................................... 18
5.2 Kegiatan Lapangan ......................................................................................................... 19
BAB VI PENUTUP ................................................................................................................. 30
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 30
6.2 Saran ............................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
LAMPIRAN............................................................................................................................. 32
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pendederan dan pembesaran baik untuk umpan maupun konsumsi. Pada tiap tahapan diperlukan
berbagai upaya persiapan seperti pemberantasan hama, pengolahan tanah dasar, dan perbaikan
pematang. Kelalaian pada persiapan tambak dapat menurunkan hasil panen . tulisan ini
menguraikan tentang pendederan, produksi, dan analisis usaha budidaya bandeng intensif di
tambak. Ikan bandeng termasuk jenis ikan yang sudah menjadi komoditas unggulan yang biasa
dibudidayakan di tambak air payau di sulawesi selatan . jenis ikan ini dipilih karena komoditas
unggulan yang biasa dibudidayakan di tambak seperti udang windu sering mendapatkan masalah
yang mengakibatkan kematian massal dan kerugian bagi petani. Hal ini disebabkan ikan
merupakan hasil ikan asli indonesia, termasuk ikan dengan toleransinya yang amat besar
terhadap salinitas lingkungannya. Menurut Kuo (1995) dalam Cholic et al. (2005), bahwa ikan
bandeng tahan hidup dalam kisaran salinitas antara 8-1-5 ppt. Walaupun ikan ini termasuk ikan
laut, ikan ini dapat pula hidup dan tumbuh pesat di perairan tawar seperti di sawah tambak di
Jawa Timur dan di Waduk Jatiluhur. Selain indonesia, Negara-negara yang telah membudiyakan
bandeng adalah Ffiliphina dan Taiwan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat Mengetahui berbagai macam tahapan dalam teknik penanganan Induk Bandeng
(Chanos chanos).
2. Dapat mengetahui faktor penyebab kegagalan dalam pemijahan Induk Bandeng (Chanos
chanos).
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini agar dapat memperluas wawasan dalam Teknik
Penanganan Induk Bandeng dan bisa diterapkan ilmunya dan bisa berbagi ilmu kepada
masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
3
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih , tanpa skut
pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik besar pada sirip dada dan sirip
perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe cycloid, tidak bergigi, sirip dubur
jauh di belakang sirip punggung (Saanin 1984). Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan
budidaya air payau yang potensial dikembangkan. Jenis ikan ini mampu mentolelir salinitas
perairan yang luas (0-158 ppt) sehingga digolongkan sebagai ikan euryhaline. Ikan bandeng
mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH dan kekeruhan air, serta
tahan terhadap serangan penyakit (Ghufron dan Kardi 1997).
2.2 Morfologi
Mengenai ciri fisik ini, tentu banyak diantara kita yang telah menngetahuinya. Kepala
bandeng berbentuk pipih dan memanjang. Mulutnya lonjong dan tidak bergerigi karena ikan
bandeng merupakan ikan herbivora, sehingga tidak membutuhkan gigi tajam untuk mengoyak
mangsa.
Mata ikan bandeng bulat dan terdapat titik hitam di bagian tengah mata. Seperti ikan yang hidup
di perairan dalam pada umumnya, mata bandeng tertutup lapisan lemak yang dinamakan adipose
eyelid bewarna transparan.
4
Gambar 2. Ikan bandeng
Tubuh ikan bandeng bentuknya memanjang menyerupai torpedo, lonjong dan agak ramping
atau pipih. Sisik bandeng halus dan mudah dibersihkan. Bandeng memiliki kulit bewarna perak
terang dengan bagian atas bewarna perak kehitaman dan cenderung lebih gelap. Secara
keseluruhan, ikan bandeng mempunyai 6 sirip. Satu sirip berada di tubuh bagian atas, sementara
sisanya dibagian bawah, sirip dibagian bawah tersebut menyebar mulai dari depan, tengah,
hingga ke belakang.
Warna siripnya cemderung lebih terang dibanding warna tubuhnya. Sementara ekor ikan
bandeng bentuknya agak panjang, tegak, dan memiliki belahan. Ekor bandeng cukup kuat,
sehingga dapat membantu ikan ini berenang dengan kekuatan cukup cepat. Warna ekornya
hampir sama seperti warna siripnya.
Bentuk tubuh bandeng air payau cenderung lebih panjang dibandingkan kedua jenis lainnya.
Bentuk mulitnya lebih runcing dan ukurannya lebih kecil. Kepala bandeng air payau tidak
bersisik dengan bentuk lebih pipih tetapi padat.
5
kadangkala danau-danau. Bandeng kembali kelaut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang
biak (Anonim,2009).
Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehinggna ikan bandeng dapat dijumpai
didaerah air tawar , air payau dan air laut. Selama masa perkembangannya, ikan bandeng
menyukai hidup di air payau atau daerah muara sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan
bandeng akan kembali ke laut untuk berkembang biak (Purnomowati, dkk., 2007). Pertumbuhan
ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1 – 1,7 % bobot badan/hari (Sudrajat,2008), dan bisa
mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtudjo,
2002).
Daerah penyebaran ikan bandeng yaitu di laut tropik indo Pasifik dan dominan di daerah
Asia, di Asia Tenggara ikan bandeng berada didaerah perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam,
Philipina, Malalysia dan Indonesia. Secara umum penyebaran ikan bandeng tercatat berada di
sebagian besar laut Hindia dan laut Pasifik kira-kira dari 40 BT-100 BB dan antara 40 LU-40
LS. Penyebarannya sangat dipengaruhi oleh faktor llingkungan seperti pase bulan, pasang surut,
arus air dan kelimpahan plankton.
6
2.5 Pemilihan Induk
Induk Bandeng merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam usaha budidiaya
benih bandeng (nener) di suatu perusahaan. Perkembangan Teknologi budidaya bandeng di suatu
perusahaan dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor
ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan teknologi budidaya
bandeng. Selama ini produksi Induk Bandeng dari alam belum mampu untuk mencukupi
kebutuhan budidaya bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut
menjadi sangat penting. Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam, pengembangan
wilayah, penyediaan dukungan terhadap pembangunan perikanan khusunya dan pembangunan
nasional umumnya, kegiatan pembenihan bandeng di hatchery harus diarahkan untuk tidak
menjadi penyaing bagi kegiatan penangkapan nener di alam. Diharapkan produksi benih nener di
hachery diarahkan untuk mengimbangi selisih antara permintaan yang terus meningkat d an
pasok penangkapan di alam yang diduga akan menurun.
Memilih induk secara ekonomis untuk dipijahkan memang hanya bisa dilakukan dari
persediaan kolam pemeliharaan sendiri. Adapun ciri-ciri induk yang berkualitas diantaranya
sebagai berikut.
BETINA JANTAN
Berumur 4 tahun dan perutnya membesar dan Berumur 3 tahun dan tidak terlalu besar
lembek ukurannya agar tetap lincah gerakannya.
Berumur 5 tahun d an perutnya tebal Berumur 4 tahun dan tidak terlalu besar
ukurannya agar tetap lincah gerakannya
Tabel 1. Ciri-ciri Induk yang berkualitas.
7
Pemijahan bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan sedangkan
yang belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijahan berikutnya. Dalam sehari
1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu kali. Jumlah telur yang dihasilkan dalam
satu kali pemijahan berkisar antara 300.000 – 1000.000 butir telur.
8
BAB III
Lokasinya 1 merupakan lokasi yang terdiri dari kantor, perpustakaan, koperasi, aula,
asrama, rumah dinas, bengkel rancang bangun, pembenihan ikan bandeng, pembenihan kepiting
kepiting dan rajungan, laboratorium rumput laut, dan pemeliharaan induk ikan laut. Lokasi 2
merupakan lokasi pembenihan ikan laut, tambak Broodstock pembesaran udang windu, kultur
massal pakan alami, produksi pakan formula, laboratorium pakan alami, dan laboratorium uji.
Sedangkan lokasi 3 dikhususkan untuk pembenihan udang windu. Susai dengan kebutuhan usaha
pembenihan maka harus dipilih daerah yang dekat dengan sumber air laut yang bersih serta
ditunjang dengan sarana yang memadai seperti transportasi, listrik, serta telepon.
9
3.2 Sejarah BPBAP Takalar
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar adalah suatu unit pembenihan dan
pelaksanaan Teknik Direktorat Jendral Perikanan yang selluruhnya dikenal dengan Loka
Budidaya Air Payau (LBAP) Takalar yang terletak di Desa Mappakalompo, Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. BPBAP Takalar didirikan pada tahun
1983, diatas tanah seluas 3 Ha dan mulai beroprasi pada tahun 1986. LBAP Takalar selaku unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal (Dirjen). Berdasarkan SK Menteri pertanian
No.264/KPTS/OT.210/94 Tanggal 8 April 1984. Pada tahun 2001 Loka Budidaya Air Payau
(LBAP) Takalar mengalami perubahan menjadi status Balai Budidaya Air Payau (BBAP)
berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP 26 D/Men/2001 tanggal 1 Mei 2001.
Selanjutnya pada Tahun 2014 bulan April berubah menjadi Balai Perikanan Budidaya Air Payau
( BPBAP) Takalar, yang terus melakukan upaya dan mendukung pengembangann budidaya
perikanan di bagian timur Indonesia (Sulawesi, Maluku dan Papua). Oleh karenanya BPBAP
Takalar memiliki kewajiban untuk terus meningkatkan perannya dalam masyarakat.
3.3.1 Visi
Terwujudnya BPBAP Takalar sebagai pusat pelayanan masyarakat dan teknologi terapan
dalam pengembangan budidaya air payau di Kawasan timur Indonesia.
3.3.2 Misi
a. Pengembangan teknologi budidaya air payau berbasis agribisnis yang berdaya saing,
ramah lingkungan dan berkelanjutan.
b. Percepatan alih teknologi budidaya air payau pada masyarakat dan pembudidaya.
c. Penciptaan dan peningkatan jumlah paket-paket teknologi budidaya yang efesien, efektif,
ramah lingkungan dan berkelanjutan.
10
3.3.3 Motto
Unggul dalam kualitas d an pelayanan.
11
3.4.4 Seksi Standarisasi dan Informasi
Seksi ini mempunyai tugas menyiapkan bahan standar teknik dan pengawasan pembenihan
dan pembudidayaan ikan air payau. Pengendalian hama dan penyakit ikan, lingkungan sumber
daya induk dan benih serta pengelolaan.
b. Penerapan teknik dan peningkatan dalam usaha pembenihan dan budiaya ikan dan udang
air payau.
BPBAP Takalar juga berfungsi sebagai tempat pelatihan da n peningkatan tenaga teknis
produksi dan pengolahan lingkungan terhadapa pembangunan dan kegiatan operasional
pembenihan. Dalam pelaksanaan fungsi BPBAP Takalar di danai melalui dana APBN dan
bantuan dari badan dunia UNDP-FAQ berupa peralatan. Pada tahun 2004 tugas yang telah
dicapai atau dilaksanakan dan tingkat keberhasilan oleh BPBAP Takalar.
12
BAB IV
METODE PRAKTEK
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam kegiatan penanganan induk ikan bandeng.
13
9. Egg Colector Sebagai penampung telur hasil pemijahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) untuk penanganan
induk ikan bandeng dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam kegiatan penanganan induk ikan bandeng.
14
a. Pencucian bak menggunakan kaporit.
b. Pencucian perlatan aerasi menggunakan air tawar, dan dikeringkan selama 24 jam
sebelum digunakan.
e. Air yang ada didalam bak yang telah dibiarkan selama 2 hari.
4.3.2 Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan
a. Pakan yang digunakan yaitu pellet terapung dengan kandungan protein minimal
35%.
c. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yakni pada pukul 10.00 WITA dan
pukul 15.00 WITA.
d. Pemberian pakan dilakukan d engan cara mengambil pakan dari dalam karung
dan dimasukkan kedalam ember.
a. Pergantian air pada pagi hari yakni pukul 07.00 WITA sebanyak 50% dengan cara
membuka pipa pembuangan.
b. Ketinggian air dinaikkan pada pukul 09.00 WITA sampai pukul 16.00 WITA
sebanyak 70% dengan cara memasukkan air langsung dari laut melalui pipa.
15
c. Pada malam hari ketinggian air dinaikkan mencapai 100% melalui pipa dengan
proses resirkulasi.
3. Pengkayaan Pakan
a. Menyediakan alat dan bahan yang digunakan seperti ember, seser, air laut
bersih, saringan.
b. Sebelum dilakukan panen terlebih dahulu mengisi ember dengan air laut
bersih.
16
4.4 Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dlam kegiatan Praktek Kerja Lapang
sebagai berikut :
1. Data Primer
Pengumpulan data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung serta
mengikuti atau terjun langskung dalam kegiatan penanganan induk ikan bandeng meliputi
pemeliharaan, pengontrolan kualitas air, pemberian pakan, pengkayaan pakan, pemasangan
kolektor dan panen telur.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui berbagai sumber pustaka, seperti data yang
didapatkan dari laporan tahunan, dan buku-buku serta wawancara dengan koordinator
pembenihan ikan bandeng.
17
BAB V
18
Tabel 6. Kandungan Pengkayaan Pakan Induk Bandeng.
Persiapan bak dilakukan sebelum induk dipelihara. Persiapan bak bertujuan untuk
menyiapkan segala kebutuhan yang dapat menunjang kelangsungan organisme yang dipellihara.
Persiapan bak yang dilakukan seperti pencucian bak menggunakan kaporit dan menyikat
menggunakan sikat untuk membersihkan bak dari kotoran yang menempel seperti trisipan yang
dapat mengganggu kegiatan pemeliharaan induk, pengeringan bak selama 1 minggu dengan
tujuan memutuskan siklus hidup organisme yang dapat menyebabkan penyakit, pemasangan
aerasi yang bertujuan untuk menyuplai oksigen dan pemasukan air melalui pipa pemasangan
sebagai media pemeliharaan.
Dalam pemeliharaan induk bak yang digunakan yaitu bak beton yang berbentuk
silinder sebanyak 3 unit masing-masing berkapasitas 300 ton, berdiameter 10 m dengan
kedalaman 3m. Dilengkapi pipa berukuran 3 inchi untuk pemasukan air dan pipa berukuran 6
inchi untuk pengeluaran air.
Air merupakan kebetuhan pokok dalam kegiatan penanganan induk ikan bandeng. Air
yang dibutuhkan harus memiliki kualitas yang baik sehingga memberi daya dukung bagi
kelangsungan hidup organisme yang dipelihara. Air yang digunakan harus memiliki kualitas
yang baik. Secara kualitas yang baik. Secara kualitas harus jernih, tidak terdapat hama dan
penyakut yang dapat mengganggu kegiatan penanganan induk.
19
Sistam pengadaan air laut yang diterapkan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
(BPBAP) Takalar yaitu air diisap dari laut dengan ujung pipa dipasangi filter (saringan).
Saringan yang dipasang berupa saringan waring yang bertujuan untuk menyaring kotoran dan
hama agar tidak masuk kedalam unit pembenihan. Filter yang digunakan di BPBAP Takalar
yaitu filter yang dipasang permanen yang terbuat dari kerangka kayu yang dipasang didasar
perairan dan diikat pada pipa dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kerusakan akibat
pengaruh ombak dan pasang surut. Air laut diambil dari garis pantai dengan kedalaman 1,7 m
pada pasang tertinggi dan sekitar 0,6m pada surut terendah. Pengadaan air untuk induk ikan
bandeng dapat dilihat pada gambar 2.
20
Gambar 6. Pengadaan Air Induk Bandeng.
21
3. Jumlah Induk
Pengadaan induk ikan bandeng merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi unit
pembenihan bandeng. Penangkapan, pengangkutan, dan aklimatisasi induk memerlukan
penanganan yang tepat untuk memperoleh induk yang berkualitas prima. Induk bandeng dapat
diperoleh dari penangkapan dilaut ataupun dari tambak. Bandeng yang baik untuk dijadikan
induk yaitu berusia 4-5 tahun, bobot minimal 4 kg dan panjang tubuh 0,5 – 0,6 m. Di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, induk yang digunakan berasal dari Jeneponto
dan Kabupaten Pangkep. Jumlah induk di BPBAP Takalar yaitu 140 ekor dibagi dalam dua bak,
bak A berisikan 80 ekor, dan bak B berisikan 60 ekor. Bak A telah dipelihara sejak 2011 serta
bak B dipelihara sejak 2014.
4. Pemberian Pakan
22
Gambar 8. Pemberian pakan induk pada pukul 08.00 WITA. Gambar 9. Pemberian pakan
induk pada pukul 15.00 WITA.
23
5. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan penanganan
induk. Pengelolaan kualitas air yang dilakukan di BPBAP Takalar adalah pergantian air.
Pergantian air merupakan kegiatan memasukkan air baru kedalam bak pemeliharaan dengan
mengeluarkan air lama. Tujuan dilakukan pergantian air yaitu untuk mengeluarkan kotoran yang
menumpuk didasar dan permukaan bak yang mengakibatkan turunnya kualitas air sehingga
berpengaruh terhadap biota yang dipelihara. Oleh karena itu air merupakan salah satu faktor
penentu dalam kegiatan penanganan induk. Jika kualitas air merupakan salah satu faktor penentu
dalam kegiatan penanganan induk. Jika kualitas air baik maka daya dukung pemeliharaan akan
semakin tinggi. Kualitas air yang baik untuk induk ikan bandeng dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Penggantian air yang dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar
yaitu sebanyak 100% perhari. Pergantian air tahap awal yaitu membuang air sebanyak 50% pada
pagi hari pukul 07.00 sampai pukul 09.00 Wita dengan membuka pipa DOP yang
menghubungkan pembuangan air dari kolam induk ke laut. Dengan sistem sirkulasi yakni air
yang akan dibuang, pengeluarannya bersamaan dengan masuknya air baru. Pada pukul 09.00 air
dinaikkan ketinggian 70% dengan menutup kembali pipa DOP yang dibuka tadi hingga pada
malam hari mencapai 100%. Pergantian air tahap kedua yaitu pada malam hari dan membuang
air sebanyak 50%. Namun, berbeda pada saat pergantian air disiang hari, pada malam hari sistem
pergantian air yang diterapkan adalah sistem resirkulasi yakni yang keluar melalui bak kolektor
mengalir ke bak filter kemudian air di filter dengan menggunakan pompa menuju bak
24
pemeliharaan dan begitu seterusnya. Sistem resirkulasi ini juga memberikan manfaat pada
pemijahan yakni mempermudah telur keluar menuju bak kolektor yang telah dipasang dehingga
mempermudah dalam proses panen telur. Pipa DOP dapat dilihat pada gambar 5 & gambar 6.
25
Gambar 13. Pengelolaan Kualitas Air.
6. Pengkayaan Pakan
Pengkayaan pakan adalah suatu kegiatan penambahan nutrisi pada pakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas telur. Pengkayaan pakan dilakukan pada musim pemijahan
menggunakan mengkudu, vitamin E, vitamin C, Egg Stimulan, Progol, Madu Dan air tawar
sebagai pelarut yang dicampurkan pada pakan ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat
Syamsul, et al (2019) bahwa penambahan vitamin Ee dapat mencegah ketuaan pada bandeng
dan vitamin C dapat menambah nafsu makan induk ikan bandeng. Penambahan progol berfungsi
sebagai perekat pakan pada proses pengkayaan. Di BPBAP Takalar pengkayaan pakan dilakukan
setiap hari pada musim pemijahan. Pemberian pakan yang telah dikayakan diberikan pada pagi
hari . Pengkayaan dapat dilihat pada gambar 7, gambar 8, dan gambar 9.
26
Gambar14. Percampuran Progol,Mengkudu,Madu,Vitamin E,Vitamin C,Egg Stimulan, dan Air
yang telah di campurkan hingga larut jadi satu.
Gambar 15. Proses Pengadukan pencampuran hasil larutan yang dikayakan tadi ke pakan
hingga merata.
27
7. Pemasangan Kelmabu Panen
Pemasangan kelambu panen bertujuan untuk menampung telur hasil pemijahan. Kelambu
dipasang pada bak colecctor pada pukul 17.00 WITA, kelambu panen yang digunakan di
BPBAP Takalar yaitu kelambu panen yang terbuanag dari war ing hijau dan berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran celah waring 200 mikron.
8. Pemijahan
Pemijahan merupakan permukaan antar sel sperma induk jantan dan s eltelur betina. Di
BPBAP Takalar pemijahan ikan bandeng berlangsung secara alami bergantung pada musim atau
kata lain (ketika bulan terang) dengan perbandingan induk jantan dan b etina yaitu 1:2 (1 ekor
jantan dan 2 ekor betina). Indung bandeng biasanya memijah pada bulan terang yakni pada
malam ke-4 bulan baru hingga malam ke-25 pada akhir bulan.
Pemijahan induk bandeng biasanya terjadinya pada malam hari dimulai pada jam 21.00
sampai 03.00 dini hari. Tanda-tanda induk bandeng yang akan memijah ketika pada sore hari
induk jantan akan naik berenang mengelilingi kolam mencari induk betinanya ketika induk
jantan menemukan induk betinanya induk jantan akan mengikuti induk betina berenang
mengelilingi kolam dengan berpasangan dengan kata lain induk jantan selalu mengikuti induk
betina. Setelah tepat indukan jantan dan betina berenang melompat ke permukaan air dengan
saling menabrakkan badan mereka (pertemuan perut). Pada saat inilah induk betina
mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur. Pembuahan
28
telur betina dan sperma jantan berlangsung diluar tubuh betina atau dengan lain melakukan
fertilisasi secara eksternal.
9. Panen Telur
Panen telur merupakan tahap terakhir dalam kegiatan penanganan induk bandeng. Di
BPBAP Takalar panen telur dilakukan pada jam 07.00 dengan tujuan agar telur tidak terkena
sinar matahari yang dapat merusak telur. Memanen bandeng yang mengapung di atas permukaan
bewarna putih trasparan agak kecoklatan (bening) merupakan telur dengan kualitas baik dan
terbuahi, telur yang ada dibagian tengah merupakan telur yang kualitas noomor 2 sedangkan
telur yang b erada di dasar waring umumnya telur yang jelek dan tidak terbuahi dengan warna
putih keruh. Kegiatan panen telur dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 18.
Sebelum dilakukan penebaran, telur yang berada pada bak inkubasi diambil menggunakan
seser dengan cara mengangkat perangkat aerasi kemudian telur diambil menggunakan seser lalu
dipindahkan kedalam seser lainnya, kemudian telur direndam dengan garam kasar yang sudah
dilarutkan 2-5 menit dengan dosis 50 ppm. Selama perendam, ember tebar diisi air laut
menggunakan selang menggunakan telur ditakar menggunakan sendok takar lalu dipindahkan
kedalam ember tebar yang berisi air laut, kemudian ember yang berisi telur dibawa ke bak
penetasan untuk ditebar.
29
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) di BPBAP Takalar tentang penanganan
induk ikan bandeng, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tahapan-tahapan penanganan induk ikan bandeng dimulai dari persiapan bak, pengadaan
air, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pengkayaan pakan, pemas angan kelambu panen,
pemijahan, dan panen telur.
2. faktor penentu dalam kegiatan penanganan induk ikan bandeng adalah kualitas air dan
pakan. Kualitas air yang tidak bagus akan berpengaruh terhadap proses pemijahan induk ikan
bandeng begitupun d engan pakan, pemberian pakan yang bernutrisi tinggi dapat mempercepat
pematangan gonad induk dan menghasilkan telur yang berkualitas.
6.2 Saran
Penyusun menyarankan agar dalam kegiatan penanganan induk fi BPBAP Takalar
perlu dilakukan pembersihan dasar bak, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengkayaan
pakan perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas telur.
30
DAFTAR PUSTAKA
Buwono, I, D,. 2000. Kebutuhan Asam Amino Eesensial dalam Ransum Ikan.
Kanisius. Yogyakarta
Kanisius. Yogyakarta.
Nutrisi.
31
LAMPIRAN
32
PROSES PENYIPONAN/ PEMBERSIHAN PADA KOLAM INDUK BANDENG.
Proses penyiponan/ pengisapan lumpur dan berbagai macam kotoran yang mengendap pada
dasar kolam Induk Bandeng.
33
Proses penyikatan Aerasi Pada Kolam Induk Bandeng.
34
SISTEM PENGADAAN AIR DAN PEMBUANGAN AIR PADA KOLAM INDUK
BANDENG.
Pipa penyedotan air laut ke kolam Induk Pompa Air Laut Induk Bandeng.
Bandeng.
Pengadaan Air Laut Menuju Kolam Induk Proses Pembukaan Pipa Dop.
Bandeng.
35
Pipa pembuangan Air Kolam Induk Bandeng ke Laut.
36
PEMBERIAN PAKAN PADA INDUK BANDENG.
Pemberian Pakan Pada Pukul 08.00 WITA. Pemberian Pakan Pada Pukul 15.00 WITA.
Pelet ikan.
37
PENGKAYAAN PAKAN PAKAN INDUK IKAN BANDENG.
Proses Pengambilan Sari Mengkudu yang telah Pemberian 1 sendok takar Vitamin C.
Di hancurkan tadi.
38
Pemberian 2 sendok makan Progol. Pemberian 5 sendok makan madu.
39
PROSES PENGAMBILAN TELUR HINGGA PENEBARAN.
Proses pendiaman air pada inkubasi agar pembukaan pipa pembuangan hasil
Kotoran dan telur yang mengendap turun hasil Pengendapan tadi.
Ke pipa pembuangan.
40
Proses Penakaran Telur Pada Wadah yang Pemberian Embacyl Sebagai Antibiotik
disiapkan. Dan pembersihan jamur
Penghilang jamur dan antibiotik pada kolam benih yang akan ditebar telur.
41
Proses Penebaran Telur Pada Kolam yang siap
pakai.
42
PAKAN ALAMI PADA LARVA (ROTIFERA).
43
Pencampuran Ragi dan Air. Ragi.
3 hari keatas.
44
PAKAN BUATAN PADA LARVA.
45
Pengayakkan pakan Buatan PSP pada Larva Berusia 12 hari ke atas.
PENCUCIAN BAK.
46
Pencucian Bak Rotifera.
Proses pemberian aerasi pada wadah panen. Proses Sipon Kotoran Larva.
47
Proses Penghitungan Larva ke Dalam Plastik. Pemberian Oksigen Pada Plastik Berisi
Larva.
48
PEMASANGAN KELAMBU PADA EG COLECCTOR.
49