Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus)


SECARA INTENSIF PADA CORONG PENETASAN DIBALAI
PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BPBAT) SUNGAI GELAM
JAMBI

Laporan Praktik Kerja Industri ini diajukan sebagai salah satu


syarat mengikuti Uji Kompetensi Keahlian
dan Ujian Akhir Sekolah

OLEH :

CAHYO LUHUR PRAYOGA


NISN : 0052448518

KOMPETENSI KEAHLIAN AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 PERHENTIAN RAJA
PROVINSI RIAU
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH

Laporan Praktik Kerja Industri dengan judul “Pemijahan Ikan Patin Siam“ di
“BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR ( BPBAT ) SUNGAI GELAM
JAMBI” dari tanggal 13 Februari 2023 sampai dengan 15 April 2023 telah
disetujui dan disahkan oleh SMK Negeri 1 Perhentian Raja, pada hari Senin
Tanggal 5 Juni 2023

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Pembimbing I Pembimbing II

Bagus Pirmansyah, S.Pi Elva Wahyuni, S.Pd


NUPTK: 3462767668130143 NIP: 197609212022212001

Mengetahui,
Ketua Panitia Praktik Kerja Industri Ketua Kompetensi Keahlian
SMKN 1 Perhentian Raja Agribisnis Perikanan Air Tawar

Nafrizal, S.Pi Wiwik Purwanti, S.Pi


NIP : 198111172022211003 NUPTK : 4862758659300072

Menyetujui,
Kepala SMKN 1 Perhentian Raja

Muhammad Ifawandi, S.Pd.


NIP : 1997005022008011015

i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI

Setelah diadakan peninjauan dan melalui tahap perbaikan maka laporan


hasil kegiatan praktik kerja industri ini telah disetujui dan disahkan oleh balai
perikanan budidaya air tawar (BPBAT) pada:
Hari :
Tanggal :
Nama siswa : Cahyo Luhur Prayoga
NIS : 0052448518

Judul :Teknik Pemijahan Ikan Patin Siam

Mengetahui Mengesahkan
Pimpinan instansi Pembimbing Instansi

Dr.Andy Donny Oktoputra Irwan, S.Pi. M.Si


ST.M.T.MENG
NIP.197910292003121004 NIP.197805122005011001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, penulis

dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Kerja Industri dengan judul “Teknik

Pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypopthalmus) di Balai Perikanan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Penulis ucapkan terimakasih

yang tiada terhingga disampaikan kepada guru pembimbing atas saran dan

motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

Terimakasih kepada seluruh pihak sekolah SMK Negeri 1 Perhentian Raja,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktik

Kerja Industri Tahun Ajaran 2022/2023. Penulis telah berusaha semaksimalnya,

namun masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis harapkan kritik dan

saran yang bermanfaat membangun demi penyempurnaan penulis dimasa yag

akan datang. Semoga Laporan Hasil Praktik Kerja Industri ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantun dan bimbingan

dari berbagai pihak, pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan tulus

penghargaan dan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua Orangtua tercinta yang senantiasa membantu dan memdokan selama

melaksanakan praktik kerja industri.

2. Bapak Muhammad Ifwandi, S.Pd selaku Kepala SMK N 1 Perhentian Raja.

3. Bapak DR. Andy Artha Donny Oktoputra, ST, MT., M.Eng selaku kepala

BPBAT Sungai Gelam, Jambi.

4. Bapak Irwan, S.Pi M.Si selaku pembimbing lapangan

iii
5. Nafrizal, S.Pi selaku ketua prakerin SMK Negeri 1 Perhentian Raja.

6. Wiwik Purwanti, S.Pi selaku kepala jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar

SMK Negeri 1 Perhentian Raja.

7. Bagus Pirmansyah, S.Pi selaku pembimbing I dan ibu Elva Wahyuni, S.Pd

selaku pembimbing II SMK Negeri 1 Perhentian Raja.

8. Semua pihak yang telah membantu dan selalu berpartisipasi dalam

meningkatkan kemajuan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam

Jambi dan membantu menyelesaikan laporan akhir prakerin.

9. Rekan – rekan seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan akhir

prakterin ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan akhir Prakterin ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penyusun mengharapkan

saran kritik yang bersifat membangun dalam perbaikan pada saat ini dan

medatang

Perhentian Raja, April 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................i


KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................5

1.3 Tujuan PKL ..........................................................................5

1.4 Manfaat PKL ........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................7

2.1 Klasifikasi Ikan Patin Siam ..................................................7

2.2 Morfologi ikan patin .............................................................7

2.3 Tingkah Laku Dan Kebiasaan Makan ...................................8

2.4 Habitat Dan Penyebaran ........................................................8

BAB III METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN ...........................10

3.1 Waktu Dan Tempat...............................................................10

3.2 Metode Pengumpulan Data..................................................10

3.3 Prosesdur Kerja PKL .......................................................... 12

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK.............................. 13

4.1 Sejarah Singkat Perusahan.................................................... 13

4.2 Visi dan Misi. ....................................................................... 14

4.3 Tugas dan Fungsi..................................................................14

v
4.4 Struktur Organisai.................................................................15

4.5 Sarana dan Prasarana............................................................17

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................23

5.1 Sistem Budidaya...................................................................23

5.2 Kegiatan PKL.......................................................................23

a. Biosecurity.......................................................................19
b. Pengeolahan Induk..........................................................21
c. Pemijahan........................................................................22
d. Penetasan Telur................................................................31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................39

6.1 Kesimpulan .......................................................................................39

6.2 Saran..................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................40

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................41

1. Daftar hadir
2. Agenda Kegiatan ( pada jurnal harian )
3. Foto kegiatan ( pada saat melaksankan pekerjaan di loksi DUDIKA)
4. Sumber dokumen (seperti dokumen sampling atau pekerjaan yang
diselesikan)

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Morfologi ikan patin................................................................................. 7
2. Prosedur pemijahan ikan patin…………………………………………. 12
3. Organisasi di BPBAT-SG JAMBI………………………………………. 17
4. Persiapan kolam pemijahan ………………………………………….… 25
5. Pelet……………………………………………………………………… 26
6. Seleksi induk …………………………………………………………….. 27
7. Pengecekan telur dan pengamatan telur……………………………….…. 29
8. Penimbangan induk………………………………………………………. 30
9. Bak pemberokan …………………………………………………………. 31
10. Penyutikan dan ovaprim ……………………………………………….… 32
11. Pembiusan……………………………………………………………..….. 34
12. Stripping ………………………………………………………………...... 34
13. penimbangan hasil telur……………………………………………….…... 35
14. Pembuahan ……………………………………………………………..…. 35
15. Larutan tanah merah………………………………………………….….... 36
16. Alat penetasan…………………………………………………………..… 37
17. Panen larva……………………………………………………………..…. 37

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Jenis kegiatan dan data yang di dapatkan……………………………..…11
2. Jenis,ukuran,dan jumlah kolam di BPBAT JAMBI ……………………..18
3. Hatchery yang di miliki balai…………………………………………….19
4. Bagunan yang di miliki balai ……………………………………………20
5. Sarana transpotasi ………………………………………………………..21
6. Bahan dan alat yang di gunakan selama praktik………………………....24
7. Ciri-ciri induk matang gonad …………………………………………....28
8. Hasil seleksi induk matang gonad ……………………………………….30
9. Dosis dan hormon ovaprim…………………………………………….....33
10. Hasil panen larva ………………………………………………………..38

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. alat dan bahan yang digunakan selama parktik……………….…41
2. dokumetasi selama maggang ……………………………………42
3. penghitungan analisis data……………………………………….38

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.
Budidaya perikanan didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk
memproduksi biota (organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan (profit).
Ikan adalah jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada dalam lingkungan perairan.
Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) Strain Pustina yaitu Ikan
Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) varietas baru yang diberi nama
Pustina dimana ikan ini memiliki strain pertumbuhan cepat (Agrina, 2021). Awal
mulanya yaitu diadakannya seleksi induk awal Pustina dengan mengambil patin
siam dari 7 daerah penghasil patin di Indonesia, yaitu Riau, Jambi, Lampung,
Bogor, Bekasi, Subang, Kalimantan Selatan, serta 2 negara yaitu Kamboja dan
Vietnam. Seleksi induk ini disebut dengan istilah populasi founder. Seleksi
founder ini masih berukuran benih, dibesarkan sampai dewasa dan dalam proses
pembesarannya dilihat performa dan perkembangan gonadnya. Setelah populasi
founder dewasa, dilakukan pemijahan untuk membentuk populasi dasar. Jumlah
induk yang dipijahkan dari masing-masing sub-populasi founder sebanyak 3 ekor
yang dibuahi oleh gabungan sperma jantan dari seluruh sub-populasi founder.
Kemudian larva masing-masing sub-populasi founder dicampur secara
proporsional dan dipelihara hingga dewasa yang selanjutnya disebut sebagai
populasi dasar yang diberi notasi GiDs (Gi: generasi ke i; Ds: populasi dasar)
(Handoyo et al., 2021).

1
Ikan patin siam memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang
dimiliki ikan patin siam ini adalah warna dagingnya kuning, produksi sperma
sedikit dan sifat kanibalisme larva tinggi. Beberapa keunggulan komparatif
budidaya ikan patin adalah bahwa ikan patin ukuran individunya cukup besar,
pemakan segalanya dan dapat bertoleransi terhadap kondisi perairan yang kurang
menguntungkan karena kondisi oksigen (O2) terlarut relatif lebih rendah serta
dapat beroleransi pH air lingkungan yang ber pH rendah. Demikian juga ikan
patin mau mengkonsumsi makanan buatan atau pakan yang beredar di pasaran
sebagai makanannya.
Peningkatan jumlah produksi ikan patin di Indonesia selalu dapat
terpenuhi, tentunya harus dimbangi dengan adanya ketersediaan induk ikan patin
siam yang cukup dan berkualitas baik yang pada akhirnya akan menghasilkan
benih yang memiliki kualitas seperti induknya sehingga keberlanjutan produksi
ikan patin siam dapat tercapai. Dalam kegiatan budidaya, benih merupakan mata
rantai yang kualitasnya akan menentukan keberhasilan usaha karena benih yang
berkualitas dapat dipelihara dan dikembangkan pada segmen selanjutnya hingga
mencapai ukuran konsumsi (Irwan et al., 2019).

Kabupaten Muaro Jambi terdapat Balai Perikanan Budidaya Air Tawar


(BPBAT) yang berada dibawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar ini telah berdiri sejak tahun 2001. Ikan Patin
Siam (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan yang
diproduksi di BPBAT Kabupaten Muaro Jambi ini. Pada tahun 2009 Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam telah mengumpulkan ikan
Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) dari berbagai daerah (seluruh
Indonesia, Kamboja dan Vietnam) untuk membentuk populasi dasar yang
digunakan dalam program seleksi (selective breeding). Kegiatan seleksi ini
dimulai pada tahun 2013 dengan alur pertumbuhan (karakter pertumbuhan) atau
desain (diseleksi berdasarkan bobot tubuh) dengan menggunakan seleksi individu
dan satu galur daya tahan dengan metode seleksi famili. Untuk galur
pertumbuhan, sampai tahun 2018 telah diperoleh generasi ketiga. Evaluasi
performa induk dan benih G3Ps dilakukan dari tahun 2018 sampai dengan 2019.

2
Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh akumulasi respon seleksi (tiga generasi)
sebesar 42,30% atau per generasi sebesar 14,20% dibandingkan dengan populasi
dasar. Program seleksi di BPBAT ini terus dilanjutkan dan telah sampai pada
generasi ke empat (G4Ps) per 3 7 September 2020 sehingga kedepan akan lebih
unggul dengan bertambahnya generasi.

Berdasarkan hasil-hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) alur pertumbuhan
generasi ketiga (G3Ps) tumbuh dengan cepat dan memiliki ketahanan terhadap
cekaman lingkungan serta ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik
dibandingkan dengan ikan patin siam perkasa. Dengan demikian, populasi Ikan
Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) G3Ps dipandang layak untuk
diajukan sebagai srtain unggul ikan Ikan Patin Siam (Pangasianodon
hypophthalmus) tumbuh cepat, dengan usulan nama “PATIN PUSTINA”. Dalam
laporan tahunan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Nasional (2014),
menyatakan bahwa produksi Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypophthalmus)
dalam negeri pada tahun 2009 mencapai 109.685 ton. Pada tahun 2013 produksi
Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypophthalmus) meningkat secara signifikan
hingga mencapai 972.778 ton dan memiliki nilai presentase kenaikan rata-rata
produksi sebesar 95,57 % setiap tahunnya. Dalam kegiatan produksi pembenihan
Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypophthalmus), tentunya diperlukan adanya
manajemen yang baik. Begitu juga dengan kegiatan produksi lainnya, sangat
diperlukan manajemen karena untuk memproduksi suatu barang ataupun jasa
diperlukan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan agar dapat
mencapai hasil produksi sesuai dengan seperti yang diinginkan.

Teknik pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara


indukan Jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur
dan terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Umumnya pemijahan dalam usaha
pembenihan dilakukan yaitu untuk melestarikan dan mendapatkan benih unggul
yang nantinya dapat memiliki harga jual, sedangkan untuk usaha pembesaran

3
pemijahan dilakukan untuk mendapatkan calon indukan baru yang lebih
berkualitas.

Teknik Pemijahan Buatan yaitu dilakukan dengan cara merangsang


indukan betina dengan menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim
untuk mempercepat matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan. Pada
pemijahan buatan, induk betina dan jantan yang digunakan adalah dengan
perbandingan 1 : 1 (sel telur dari 1 kg indukan betina dapat dibuahi dengan
sperma dari indukan jantan 1 kg) dan dilakukan diluar kolam pemijahan. Metode
pengambilan sperma indukan jantan yaitu dengan melakukan pembedahan
dimulai dari bagian anus hingga kebelakang insang dan dipotong secara vertikal
tepat dibelakang insang sehingga ikan terpisah antara badan dan kepala (Susanto,
2011).

Ikan patin hanya dapat dipijahkan secara buatan dengan bantuan stimulasi
hormon salah satunya melalui teknik penyuntikan (induced breeding). Stimulasi
hormon telah banyak digunakan guna membantu proses pengembangbiakan ikan
untuk dapat berovulasi dan spermiasi (Sumantadianta, 1997). Saat ini telah
banyak jenis hormon yang beredar di pasaran diperuntukkan untuk stimulasi
pemijahan ikan yang mengarah kepada efisiensi, efektivitas serta kepraktisan
dalam penggunaannya. Salah satu jenis hormon yang digunakan adalah hormon
ovaprim yang berisi sintesis gonadothropin salmon dan domperidon atau
antidopamin (substansi penghambat gonadothropin) (Lam 1995). Sukendi (2016),
menyebutkan bahwa ovaprim merupakan jenis hormon yang berfungsi untuk
merangsang dan memacu hormon gonadothropin pada tubuh ikan sehingga dapat
mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses pematangan gonad
dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi,menghasilkan telur
dengan kualitas yang baik serta menghasilkan waktu laten yang relatif singkat
juga dapat menekan angka mortalitas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
yaitu melakukan pemijahan buatan ikan patin siam dengan penyuntikan hormon
ovaprim ke dalam tubuh ikan yang sudah matang gonad. Pada tahun 1997 mulai

4
dikembangkan metoda pembenihan ikan patin melalui teknik pemijahan buatan
dengan bantuan hormon tambahan (Slembrouck et al, 2005). Teknik Pemijahan
Buatan yaitu dilakukan dengan cara merangsang indukan betina dengan
menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim untuk mempercepat
matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan.( Fansyah, 2019).

BPBAT Sungai Gelam Jambi merupakan salah satu sentral penyediaan induk
ikan patin yang baik di Indonesia khususnya wilayah Sumatera. Pada tahun 2008
BPBAT sungai gelam jambi ditunjuk sebagai Pusat Pengembangan Ikan Patin
Nasional, sejak saat itu BPBAT sungai gelam jambi mengumpulkan benih ikan
patin siam dari berbagai daerah Indonesia serta Kamboja dan Vietnam. Sehingga
BBAT sungai gelam jambi mampu menciptakan varietas baru yang dinamakan
patin Siam.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari laporan praktik kerja lapangan dengan judul

“Teknik Pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus)” yaitu


sebagai berikut

1. Bagaimana langkah-langkah yang baik dalam melakukan teknik


pemijahan buatan pada ikan patin siam?
2. Bagaimana cara penyuntikan dengan hormon ovaprim dan berapa dosis
yang digunakan dalam melakukan pemijahan buatan ikan patin siam?
3. Bagaimana cara menseleksi induk matang gonad pada ikan patin siam
dengan baik dan benar?

1.3 Tujuan PKL

Tujuan pelaksanaan PKL (praktik kerja lapangan) dengan judul “Teknik


Pemijahan Ikan Patin Siam (Pengasiondon hypopthalamus) STRAIN PUSTINA
yang bertempat di BPBAT (Balai Perikanan Air Tawar sungai gelam) antara lain:

5
1. Untuk mempelajari teknik pemijahan dan budidaya air tawar di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi.
2. Untuk mengikuti kegiatan tentang teknik pemijahan ikan patin siam
(Pangasiondon hypopthalamus) STRAIN PUSTINA di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menseleksi induk matang gonad pada
ikan patin siam dengan baik dan benar.

1.4 Manfaat PKL

Untuk mengetahui cara pemijahan ikan patin dan meningkatkan


kemampuan dan wawasan serta menyalurkan pengalaman yang dimiliki serta
mengaplikasikan pengetahuan pengetahuan perkembangan teknologi perikanan
yang ada melalui usaha budidaya ikan patin (Pangasianodon hipopthalamus).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI IKAN PATIN SIAM

Klasifikasi ikan patin menurut (Hernowo, 2001), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius sp

Gambar 1.morfilogi ikan patin

Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.2. MORFOLOGI IKAN PATIN

Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak


dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala ikan
patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak ke bawah. Hal ini
merupakan ciri khas golongan catfish. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm.

7
Sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai
peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi
patil yang besar dan bergerigi di belakangnya, sedangkan jari–jari lunak pada sirip
punggungnya terdapat 6 – 7 buah (Kordi, 2005).

Pada permukaan punggung terdapat sirip lemak yang ukurannya sangat


kecil dan sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk simetris. Sirip duburnya
agak panjang dan mempunyai 30 –33 jari-jari lunak, sirip perutnya terdapat 6 jari-
jari lunak. Sedangkan sirip dada terdapat sebuah jari-jari keras yang berubah
menjadi senjata yang dikenal sebagai patil dan memiliki 12 – 13 jari-jari lunak
(Susanto dan Khairul, 2007).

2.3 TINGKAH LAKU DAN KEBIASAAN MAKAN

Ikan patin termasuk jenis omnivora (pemakan segala). Ikan ini biasa
memakan ikan–ikan kecil, cacing, serangga, biji–bijian, udang kecil dan moluska.
Namun pada stadium larva, ikan lebih bersifat karnivora dan memakan
Brachionus sp,Crustacea dan Cladocera.Sementara itu ikan yang dalam stadium
larva yang baru habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi
(Susanto, 2007).

2.4 HABITAT DAN PENYEBARAN

Habitat ikan patin adalah di tepi sungai – sungai besar dan di muara –
muara sungai serta danau.Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya
sedikit agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar
perairan. Ikan patin sangat terkenal dan digemari oleh masyarakat karena daging
ikan patin sangat gurih dan lezat untuk dikonsumsi (Susanto dan Khairul, 2007).
Ikan patin merupakan jenis ikan dasar perairan (demersal).Hal ini dibuktikan
dengan bentuk mulutnya yang melebar dan menghadap ke bawah serta kebiasaan
hidupnya yang lebih suka menetap di dasar dari pada muncul di permukaan
perairan. Pada habitat aslinya ia hidup di sungai yang dalam,agak keruh dan dasar
yang berlumpur. Ikan ini bersifat nocturnal, keluar dari persembunyiannya dan
melakukan aktivitas pada malam hari.

8
9
Patin hidup secara berkelompok atau bergerombol. Hal ini merupakan
faktor yang dapat merangsang nafsu makannya.

10
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat


1. Waktu Praktek Kerja Lapangan

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mulai tanggal 14


Februari 2023 sampai dengan tanggal 15 April 2023.

2. Tempat Praktek Kerja Lapangan

Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah di Balai


Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Berlokasi di Jl.
Bumi Perkemahan Pramuka, Desa Sungai Gelam, Kecamatan Sungai Gelam,
Kabupaten Muaro Bungo, Provinsi Jambi.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah praktek secara
langsung di lapangan pada objek-objek pemijahan ikan patin adalah sebagai
berikut:

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pengataman secara langsung dan wawancara dengan
pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi.
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan data yang
diperlukan serta ditambah dengan literatur yang mendukung kelengkapan dan
kejelasan mengenai data yang didapatkan tersebut.

11
3.2.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil praktek magang dikumpulkan dan


ditabulasikan dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif untuk
memberikan gambaran tentang teknik pembenihan ikan patin, kemudian dicari
alalternatif pemecahannya sesuai dengan kenyataan di lapangan yang mengacu
pada literatur-literatur yang ada. Adapun data yang akan di ambil selama praktek
magang dapat di lihat seperti tabel-tabel berikut:

No Jenis kegiatan Data yang akan didapatkan


1 Persiapan wadah  Bentuk dan ukuran wadah
 Cara persiapan wadah yang baik

2. Seleksi induk  Umur induk yang akan digunakan


 Bobot induk yang akan
 digunakan
3 Pemijahan  Dosis hormone yang digunakan
 Pemijahan ikan secara buatan
 Alat dan bahan yang digunakan
 Cara penyuntikan ovaprim
4 Penanganan dan penetasan  Waktu pemanenan telur
telur  Pengamatam telur
 Jumlah telur yang dihasilkan
 Waktu telur menetas
 Persentase telur yang dibuahi
 Wadah yang digunakan

3.2.3 Data Primer

Data primer didapatkan melalui wawancara bersama pegawai Balai

Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Selanjutnya data

yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

12
keadaan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi,

serta permasalahan dan prospek pengembangannya di masa yang akan datang.

3.3 Prosedur Kerja PKL

Persiapan pemeliharaan
wadah Dan induk dan
mediasss seleksi induk

Penetasan Pemijahan
Telur Ikan Patin

Gambar 2. Prosedur pemijahan ikan patin

Sumber: Data Sekunder

13
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK

4.1 Sejarah dan Letak Geografis


Untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan dan peningkatan
produksi perikanan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam surat keputusan
Menteri Pertanian Nomor: 346/kpst/OT.210/5/94 Tanggal 6 Mei 1994, maka
dibentuklah Loka Budidaya Air Tawar Jambi yang berstatus Eselon IV, dengan
wilayah kerja meliputi Indonesia Barat. Berdasarkan surat keputusan Menteri
Eksploitasi Laut dan Perikanan Nomor: 66 tahun 2000 tanggal 31 Juli 2000 terjadi
perubahan struktur organisasi Loka Budidaya Air Tawar Jambi. sesuai
perkembangannya, pada tanggal 1 Mei 2000 Loka Budidaya Air Tawar Jambi
berubah menjadi Balai Budidaya air Tawar Jambi yang berstatus eselon III,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.26-
E/MEN/2001. Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan No. 6
PERMEN-KP/2014 nama balai berubah menjadi Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar Jambi (BPBAT Jambi).

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi berlokasi di Desa Sungai


Gelam Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, sekitar 30 km di
sebelah Timur dari kota Jambi dengan koordinat 01⁰ 44’ 34,4” LS, 103 ⁰ 45’ 00,9”
BT dan 35 m. Luas areal 20 ha terdiri dari 4,8 ha areal perkolaman, 3,35 ha
waduk/reservoir, dan 11,85 ha daratan yang dipergunakan untuk perkantoran,
asrama, mess operator serta sarana penunjang lainnya. Sumber air pada Balai

14
Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi berasal dari resapan lahan di sekitar Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi yang ditampung dalam tiga buah waduk
atau reservoir.

4.2 Visi dan Misi


Visi
Sebagai penghasil induk dan teknologi terapan budidaya air tawar terbesar dan
berkelanjutan di Sumatera.

Misi
Untuk menjalankan Visi yang telah ditetapkan, maka Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi mempunyai Misi sebagai
berikut:
1. Mengembangkan teknologi terapan budidaya air tawar
2. Meningkatkan produksi induk dan benih unggul
3. Meningkatkan sistem informatika IPTEK dan stndarisasi perikanan air tawar
4. Meningkstksn jasa pelayanan teknologi dan produksi
5. Melaksanakan pelestarian sumberdaya ikan (plasma nuftah) dan lingkungan.

4.3 Tugas dan Fungsi


Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor: 6/PERMEN-KP/2014 pada tanggal 3 Februari 2014 tentang organisasi
dan tata kerja Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi mempunyai tugas
melaksanakan uji terap teknik dan kerjasama, pengelolaan produksi, pengujian
laboratorium, mutu pakan, residu kesehatan ikan serta lingkungan dan disertai
bimbingan teknis perikanan budidaya ikan-ikan air tawar. Untuk dapat

15
melaksanakan tugas-tugas pokok tersebut BPBAT Sungai Gelam dapat
menyelenggarakan fungsi-fungsi antara lain:

1. Menyusun rencana kegiatan teknis dan anggaran, pemantauan dan evaluasi


serta pelaporan.
2. Melaksanakan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.
3. Melaksanakan penyiapan bahan standarisasi perikanan budidaya air tawar.
4. Melaksanakan sertifikasi sistem perikanan air tawar.
5. Melaksanakan kerja sama teknis perikanan air tawar.
6. Melaksanakan Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi
perikanan budidaya air tawar.
7. Melaksanakan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan
teknis perikanan budidaya.
8. Melaksanakan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya air
tawar.
9. Melaksanakan produksi induk unggul, benih bermutu dan sarana
produksiperikanan.
10. Melaksanakan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar, dan
11. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4.4 Struktur Organisasi


Berdasarkan PERMEN Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP 6/PERMEN-
KP/2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Perikanan Budidaya Air Tawar,
struktur organisasi BPBATSG Jambi terdiri atas:
a. Kepala Balai
b. Sub Bagian Tata Usaha (Sub Tu)
c. Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis (PDT)
d. Seksi Uji Terapan Teknis dan Kerja Sama (UTTKS)
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kegiatan umum yang dilakukan BPBAT Sungai Gelam Jambi adalah
melaksanakan uji terap teknis dan kerjasama, pengelolaan produksi, pengujian

16
laboratorium, mutu pakan, residu kesehatan ikan dan lingkungan serta bimbingan
teknis perikanan budidaya air tawar.
BPBAT Sungai Gelam Jambi dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh
Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan Fungsional. Berikut adalah uraian tugas
dari masing-masing seksi dalam struktur oerganisasi mengacu pada PERMEN
Kelautan dan Perikanan No: 6/PERMEN-KP/2014:
a. Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran
pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional, persuratan,
barang kekayaan milik Negara dan rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan.
b. Sekssi Pengujian dan Dukungan Teknis
Mempunyai tugas persiapan bahan pelaksanaan layanan pengujian
laboratorium persyaratan kelayakan teknis, kesehatan ikan dan lingkungan,
produksi induk unggul, benih bermutu dan sarana produksi serta bimbingan teknis
perikanan budidaya air tawar.
c. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan uji terap teknik,
standarisasi, kerjasama teknik, pengelolaan dan pelayanan system informasi serta
publikasi perikanan budidaya air tawar.
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan, pengujian,
penerapan bimbingan, pengendalian standar/sertifikasi pembenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan
benih/budidaya dan penyuluhan serta kegiatan lai yang sesuai dengan tugas
masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pada kelompok jabatan fungsional ini dibagi enam kelompok besar yaitu:
1. Kelompok Ikan Patin
2. Kelompok Ikan Spesifik Lokal
3. Kelompok Ikan Siklid
4. Kelompok Ikan Carper

17
5. Kelompok Ikan Lele
6. Kelompok Nutrisi Dan Kesehatan Ikan

Kepala Sub Bagian

Ta

Seksi Uji Terap Kepala Seksi Pengujian


Teknik dan Kerja dan Dukungan Teknis

Koordinator

Kelompok Fungsional

Kelompok Kelompok Kelompo Kelompok


Kelompok Kelompok
Ikan Ikan k Ikan Ikan
Ikan Patin Nutrisi Dan
Spesifik Cyclid Lele Carper
Lokal Kesehatan

Gambar 3. Struktur Organisasi BPBAT Sungai Gelam Jambi


Sumber: Data Sekunder
4.5 Sarana dan Prasaran
Dalam mendukung semua kegiatan yang ada di BPBAT Jambi, maka Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang sangat mendukung diantaranya :
4.5.1 Perkolaman
Perkolaman ini digunakan untuk kegiatan seperti pendederan, pembesaran,
pemeliharaan induk serta dapat dilakukan juga untuk kegiatan perekayasaan.
Adapun kolam yang ada yang ada di BPBAT Jambi dapat dilihat pada Tabel 3.

18
Tabel 2. Jenis, ukuran, dan jumlah kolam di BPBAT Jambi
Jenis kolam Ukuran (m2) Jumlah (Unit)
Kolam induk 600 10
Kolam pendederan 500 15
250 28

Kolam pembesaran 1500 11

500 18
Kolam induk ikan hias 50 4
Bak nila 50 56
KJA 14 60
Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui jumlah, jenis, dan ukuran


kolam/keramba yang ada beserta perkembangannya, hal ini erat kaitannya dengan
kegiatan budidaya air tawar yang dilakukan di BPBAT Jambi.
Fasilitas yang mendukung budidaya perikanan di Balai Budidaya Air
Tawar Jambi sudah cukup memadai. Diantaranya kolam induk sebanyak 10 unit
dengan luas masing-masing 600 m2, kolam pendederan sebanyak 15 unit dengan
luas masing-masing 500 m2, kolam pembesaran sebanyak 11 unit dengan luas
masing-masing 500 m2 dan 28 unit dengan luas masing-masing 250 m2, kolam
pembesaran sebanyak 11 unit dengan luas masing-masing 1500 m2 dan 18 unit
dengan luas masing-masing 500 m2, kolam induk ikan hias sebanyak 4 unit

19
dengan luas masing-masing 50 m2, dan keramba sebanyak 60 unit dengan luas
masing-masing 14 m2. Kolam-kolam tersebut sudah sangat memadai untuk
kegiatan budidaya perikanan, dan ditambah lagi dengan berbagai sarana dan
prasaran lainnya.

4.5.2 Hatchery
Jumlah Hatchery di (BPBAT) Jambi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 3. Hatchery yang dimiliki oleh BPBAT Jambi
No Hatchery Komoditas
1 Patin Patin Siam dan Baung
2 Domestik Arwana, Botia, Kapiat, Nilem, dan Gurami
3 Cyclid & Carper Nila (Mas dan Jelawat)
4 Lele Lele
Sumber: Data Sekunder

4.5.3 Jaringan Listrik


Kapasitas terpasang jaringan listrik yang ada di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Jambi ini adalah sebesar 60 KVA berasal dari PLN Rayon
Kota Baru Jambi. Untuk menanggulangi terjadinya ganguan-gangguan
pemadaman listrik dari PLN maka BPBAT Jambi menyiapkan juga Generator Set
(Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing-masing 60 KVA (1 unit), 150
KVA (1 unit), 20 KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit).
4.5.4 Bangunan/Gedung
Bangunan atau gedung yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Jambi memiliki fungsi untuk menunjang kelancaran aktifitas yang ada
di BPBAT Jambi maka peranan gedung atau bangunan menjadi sangat penting
karena sudah menjadi keharusan untuk Balai Perikanan BPBAT Jambi ini
memiliki fasilitas gedung yang memadai untuk keberlangsungan proses berbagai
kegiatan administrasi, produksi, pelatihan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

20
Berikut ini adalah Tabel 8. mengenai gedung-gedung yang dimiliki oleh BPBAT
Jambi.

Tabel 4. Bangunan yang dimiliki oleh BPBAT Jambi


Tipe Bangunan Luas (m2) Jumlah (unit)
Gedung Perkantoran 240 1
Aula 170 1
Gedung Pejabat Fungsional 120 1
Perpustakaan 100 1
Asrama 90 3
100 1
Mes Operator
- Tipe 21 147 7
- Tipe 36 360 10

- Tipe 45 820 18

- Tipe 70 350 5
Gudang - 5

Bengkel/Workshop - 1
Sumber: Data Sekunder

4.5.5 Sarana Transportasi


Ada berbagai sarana transportasi yang ada di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Jambi dapat berfungsi serta dimanfaatkan untuk menunjang
kelancaran berbagai kegiatan yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar

21
(BPBAT) Jambi ditunjang oleh beberapa kendaraan-kendaraan operasional antara
lain dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut:

Tabel 5. Sarana transportasi yang dimiliki oleh BPBAT Jambi


Tipe kendaraan Jumlah Keadaan
Truk 2 Layak Pakai

Kijang Minibus 6 Layak Pakai


Kijang Pick Up 1 Layak Pakai
Mitsubishi L300 1 Layak Pakai

Isuzu ELF Minibus 1 Layak Pakai


KIA Travello 1 Layak Pakai

Kendaraan Roda 3 6 Layak Pakai


Kendaraan Roda 2 9 Layak Pakai
Sumber: Data Sekunder
Dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar Jambi, sudah sangat memadai dan menunjang kegiatan yang
ada di BPBAT Jambi. Untuk mendukung optimalisasi fungsi pembangunan
prasarana budidaya maka dalam pembangunan prasarana budidaya harus dibuat
skala prioritas pembangunan prasarana budidaya berdasarkan kebutuhan dan dana
yang tersedia. Untuk menentukan skala prioritas maka prasarana budidaya dapat
dikelompokan menjadi 4 (empat) komponen bangunan yaitu bangunan pokok,
bangunan pendukung, bangunan penunjang, bangunan pengaman, dan bangunan
pelengkap.

22
Prasarana pokok adalah bangunan yang harus ada karena terkait langsung
dalam proses produksi benih (Misalnya : kolam/bak induk, kolam atau bak
pemijahan). Prasarana pendukung adalah bangunan yang keberadaannya
mempermudah, mempercepat, dan memperkecil biaya proses pembenihan
(Misalnya : kantor, jaringan jalan dan tempat parkir, laboratorium, dan lain-lain).
Prasarana penunjang adalah: bangunan yang keberadaannya bersifat melengkapi
dan tidak mempengaruhi proses perbenihan (Misalnya: Gedung pertemuan,
fasilitas olahraga, dan lain-lain).
Prasarana pengamanan adalah: bangunan yang diperlukan untuk pengamanan
fasilitas pembenihan (Misalnya: pagar keliling atau lingkungan, pos jaga, dan
lain-lain).

23
BAB V
HASIL KERJA PRAKTIK

5.1 Sistem Budidaya

Sistem budidaya yang terdapat di BPBAT Sungai Gelam Jambi


adalah semi intensif . Dimana dalam kegiatan budidaya, konstruksi kolam yang
digunakan berupa bak semi beton, dimana pematangnya beton dan dasar kolam
dari tanah. Pakan yang diberikan berupa pakan alami dan pakan buatan.

Sistem budidaya semi intensif lebih mudah dalam pngelolaan dimana


penebaran benih tidak terlalu tinggi begitu pula kebutuhan pakan yang tidak
sepenuhnya mengandalkan pakan buatan.

5.2 Kegiatan pkl

a. Biosecurity

Biosecurity adalah suatu tindakan keamanan untuk mencegah masuknya


organisme pengganggu atau agen panthogen pembawa penyakit pada suatu
wilayah budidaya.

untuk lingkungan yaitu dengan membersihkan lingkungan sekitar kolam


(clearing area) dari sampah, rumput, dan kotoran lainnya yang bisa menyebabkan
tercemarnya lingkungan.

untuk alat dan bahan yaitu dengan cara membersihkan/mencuci peralatan


sebelum dan sesudah digunakan, lalu menyimpannya pada tempat yang bersih.

24
untuk manusia yaitu dengan mencuci tangan dan kaki sebelum masuk
kolam, memakai sarung tangan dan sepatu boat, serta tidak boleh memasukkan
ataupun mencuci tangan sembarangan ke dalam kolam yang ada ikannya.

untuk ikan yaitu dengan mengurangi air dan memberi everlac pada ikan
yang sakit. Atau dengan membawa sampel ikan sakit ke labor penyakit ikan dan
melakukan tindak pengobatan.
f. Alat dan bahan
Bahan–bahan yang digunakan praktek magang dalam melakukan
pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalmus) di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi dapat disajikan pada Tabel 1
dibawah.

Tabel 1. Bahan yang Digunakan Selama Praktik Magang


No Bahan Fungsi
1 Induk jantan Menghasilkan sperma
2 Induk betina Menghasilkan telur
3 Ovaprim Hormon untuk merangsang terjadinya
ovulasi

4 Larutan tanah Menghilangkan daya rekat telur

5 Pellet induk Pakan induk ikan patin siam


Sumber : data primer

Adapun Alat-alat yang digunakan praktek magang dalam melakukan


pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalmus) di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi dapat disajikan pada Tabel 2

Alat Fungsi
1 Jaring Menangkap induk ikan patin
2 Timbangan Mengukur berat ikan dan telur
3 Penggaris Mengukur Panjang induk
4 Alat tulis dan Dokumentasi dan mendapatkan informasi
kuesioner
5 Handphone Dokumentasi
6 pH meter Mengukur ph (derajat keasaman) air
7 Termometer Mengukur suhu perairan
8 dO meter Mengukur larutan oksigen terlarut

25
9 Spuit /alat suntik Penyuntikan hormon pada induk
10 Bak fiber Wadah pembiusan induk
11 Selang keteter Mengambil telur saat seleksi induk
12 Wadah saringan Meletakkan sampel telur pengamatan FR %
13 Baskom Wadah pencampuran telur dan sperma
14 Aerator Menghasikan okasigen atau gelembung udara
15 Corong penetasan Untuk menetaskan telur
16 Handuk dan tisu Menyelimuti dan mengeringkan induk
Sumber : data primer

dibawah

g. Persiapan Wadah Pemijahan

Gambar 4 : a) persiapan kolam pemijahan b) pemasangan jarring happa

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di BPBAT Sungai Gelam Jambi sendiri terdapat 3 kolam Pemijahan


dimana setiap kolam terdapat 16 sekat, dan ukuran kolam tersebut adalah 16 × 15
m. Ukuran sekat patin 3mx3m. Persiapan kolam dimulai dari pengeringan kolam
yang bertujuan agar ikan dapat memijah karena tanah atau lumpur yang
dikeringkan dan diairi akan melepaskan bau tertentu yang disebut petrichor juga
dapat membunuh hama dan penyakit. Setelah dilakukan Pengeringan kolam
dilanjutkan dengan memperbaiki pancang pada setiap sekat, kemudian
pemasangan ijuk dan sarang gurami berupa tong sampah dilakukan di setiap sekat.
setelah diperbaiki dan memasang sarang dilanjutkan dengan kegiatan pengapuran
yang berfungsi untuk meningkatkan pH dan membunuh hama seprti ikan liar.
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur Tohor dengan dosis 166 gram/m².
Kegiatan terakhir dalam persiapan kolam yaitu pengisian air kolam dengan
ketinggian sepinggang orang dewasa yaitu sekitar 75-100 cm

26
c. Pengelolaan induk

Sebelum dipijahkan induk, ikan patin siam dipelihara terlebih dahulu


didalam kolam beton dengan bagian dasar kolam merupa tanah dengan ukuran
kolam 150m²

Padat tebar induk yang dipelihara dalam kolam yaitu 50 ekor/kolam dengan induk
betina sebanyak 40 ekor dan 10 induk jantan induk yang dipijahkan berumur 2-3
tahun dengan bobot 3-4 kg.

Adapun kolam pemeliharaan induk dan pemberian pakan induk disajikan pada
gambar 5.

Gambar 5. Pelet
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pemeliharan induk di lakukan dengan cara melakukan pengontrolan


pemberian pakan yang di berikan pada induk ikan patin siam dengan
menggunakan pakan tenggelam dengan koposisi yaitu tepung ikan A dan tepung
ikan B tepung kopra ,bungkil kledai ,tepung dedek,tepung jagung, tepung terigu,
tepung tapioka,,animo liquid,multivitamin,enzim phytase. Selama pemeliharan
iduk ikan patin pustina di berikan pakan komersil yang mengandung protein
sebesar 45%hal ini sesuai Iskandar et al (2022) bawa pakan induk patin berupa
pakan komersil jenis tenggelam dengan protein berkisaran 44-46% pekan yang
digunkan memiliki nilai protein yang tinggi dan kadar lemak yang rendah

27
bertujuan untuk mempercepat proses kematangan gonadpada iduk.pakan yang di
berikan sebanyak 1% dari berat biomasa yaitu 3kg per hari dengan frekunsi
sebanyak satu kali sehari pada pukul 14.00 WIB.

Seleksi induk adalah adalah suatu kegiatan memilih ataau memisahkan

induk yang matang gonad dan yang belum matang gonad . Kegiatan seleksi induk

di lakukan dengan caraa menjaring induk ikan kemudian di masukan kedalam

karung dan di letakan dalam bak fiber untuk melakukan pemeriksaan kematangan

gonad.adapun kegiantan penjaringan induk di sajikan ada gambar

Gambar 6.seleksi induk


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kegiatan seleksi induk dilakukan sesuai dengan jenis klamin dan tingkat
gonad.induk matang gonad yang di lakukan untuk pemijhan dapat di sajikan pada
gambar.6.

28
Gambar 7. Induk jantan dan betina
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 10 ciri-ciri induk matang gonad


N Induk Ciri-ciri
o
1 Jantan Urogenital nya menonjol berwarna
merah,warna perutnya lebih
kuning,ukuran tubuhnya lebih
langsing di banding betina
2 Betina Urogenitalnya membulat berwarna
merah,perutnya berwarnaa putih dan
kulitnya tipis,apabila perutnya di raba
akan terasa butiran telur
Sumber data; primer

Pada induk betina dilakukan pemriksan kematangan gonad dengan cara


kanulasi menggunakan kateter kanulasi dilakukan dengan cara memasukan
kanulator(selang keteter) berdiameter 1,59mm berdiameter dalam dan 3,81mm
diameter dalam luar lubang urogenal ikan patin,selajutnya mngihisap nya dan
taraaik secaraa perlahan. Lalu telur tersebut di letakan kedalam cawan petir
kemudian amati secara visual.telur yang bagus memiliki ciri-ciri sebagai berikut
yaitu telur berbentuk bulat,kental dan berwarna putih kekuning-kuningan (ajar et
al 2022)

Sedangkan pada induk jantan dilakukan pemerikasaan dengan cara


mengurut pada bagian papila secara perlahan,kemudian apabila proses pengurutan

29
keluar cairan bewarna putih maka dapat dinyatakan induk jantan tersebut sudah
matang gonad dan siap dipijahkan. Adapun proses kanulasi disajikan pada gambar
7.

30
Gambar 7 a) seleksi induk b)pengamatan telur
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Telur induk betina ikan patin dapat digolongkan menjadi 4 tipe. Pertama
tipe A jika dilihat secara visual telur tersebut berbentuk sempurna seperti
ukurannya seragam dan bewarna seragam, tipe B jika dilihat secara visual hampir
semua telur berbentuk sempurna, bewarna putih namun sekitar 30% bewarna
bening serta berukuran seragam, tipe C jika dilihat secara visual telur tersebut
sudah hampir sempurna bewarna putih dan berukuran seragam namum sekitar
50% bewarna bening, Tipe D jika dilihat secara visual telur tersebut tidak
berbentuk smpurna masih encer dan sekitar 70% oosit telur bewarna bening,
Biasanya telur yang diambil yaitu telur yang memiliki kriteria yang sempurna
yaitu tipe A dan tipe B. sedangkan perut ikan patin terbagi menjadi 3 bagian yaitu
yang pertama perutnya kecil dan ketebalan perutnya tebal, yang kedua perutnya
sedang dan ketebalan perutnya sedang, yang ketiga perutnya besar dan ketebalan
perutnya tipis. Biasanya perut yang besar dan dipegang keras dan tipis itulah yang
menghasilkan banyak telur. Setelah menemukan induk yang matang gonad
kemudian dilakukkan penimbangan hal ini bertujuan agar dapat mengetahui dosis
dan volume dosis yang cocok diberikan pada induk betina. Adapun kegiatan
penimbangan induk disajikan pada Gambar 8.

31
Gambar 8 penimbangan induk
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 4.hasil seleksi induk ikan patin siam.


Jenis Umur Induk Berat Induk TKG Ciri-ciri Indukan
Kelamin (kg)
Betina 2,5 tahun 6,5 4 Dagu pada induk
betina tipis, dahi rata
Betina 3,5-4 tahun 1,8 4 dan sirip dada
berwarna hitam.
Jantan 3-4 tahun 2,5 - Dagu pada induk
jantan tebal, dahi
Jantan 3-4 tahun 2,7 - menonjol dan sirip
dada berwarna putih.
Sumber: Data Primer

Bedsarkan hasil selaksi tersebut,didapatkan 7 induk betina dan 10 induk


jantan yang matang gonad atau siap di pijaahkan.kemudian di ambil 3 sempel
untuk pengambilan data pengamatan selajutnya.untuk induk betina dengan bobot
6,5kg sedangkan induk jatan akan di lakukan penibangan sebelum di
stiping.setrlah dilakukan stiping. Setelah dilakukan seleksi induk dan
mendapatkan induk yang matang gonad, selanjutnya induk dipindahkan kedalam
bak pemberokan atau inkubasi dengan ukuran 5x3x1m dilengkapi jaring sebagai
pembatas serta aerasi . pada saluran inlet dipasangi saringan dengan diameter 0,5
cm yang bertujuan untuk menghindari sampah atau binatang liar yang masuk ke
bak pemberokan yang berpotensi sebagai competitor. Pemberokan dilakukan 12-
24 jam dengan tujuan untuk menghillangkan sisa pakan (feses) dan mengurangi
kadar lemak pada saluran pengeluaran telur. Pengukuran kualitas air sangat
penting dilakukan karena kualitas air merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi proses pemijahan ikan patin. Sumber air yang digunakan pada bak

32
pemijahan berasal dari waduk yang langsung dialirkan secara paralel kekolam-
kolam. Parameter kualitas air yang diukur yaitu pH dan Suhu. Adapun bak
pemberokan dan pengukuran kulitas air disajikan pada Gambar 9.

Gambar: 9 bak pemberokan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

h. Pemijahan

Pemijahan ikan patin siam di lakukan secara buatan dengan penyutikan

hormon ovaprim yang mana penyutikan induk dilakukan pada malam hari pada

waktu yang berbeda yaitu induk pertama 21.00,induk kedua pada jam 21.00 pada

induk ketiga pada jam 21.00 iduk ke empat pada jam 21.01 pda induk ke lima

pada jam 21.02 dan induk ke enam pada jam 21.03,hal ini dilakukan agar ovulasi

tidak terjadi bersamaan sehingga dikhawatirkan induk betina akan mengalami

overhead. Sebelum dilakukan penyuntikan, induk terlebih dahulu diambil dari bak

inkubasi dan dimasukkan ke dalam karung lalu dimasukkan ke dalam bak fiber

hal ini bertujuan agar ikan merasa tenang dan tidak terjadi pemberontakan.

Penyuntikkan dilakukan satu kali di dua sisi bagian sirip punggung dengan

sudut kemiringan 45 derajat dengan kedalaman suntik yaitu 1-2 cm dengan

menggunakan hormon sintesis bermerek ovaprim sebanyak 0,5 ml/kg untuk induk

betina dan 0,2 ml/kg untuk induk jantan. hormon ini mengandung analog

33
selmongonadotropinreleasing hormon dan anti dopamine yang berfungsi

mempercepat ovulasi. Penyuntikan induk betina dilakukan bertujuan agar

merangsang masa ovulasi pada ikan sehingga induk siap dipijahkan. Adapun

gambar hormon ovaprim, disajikan padaa gambar 10

Gambar 10. a) hormon ovaprim b) penyuntikan hormon ovaprim

Sumber: Dokumentasi Pribadi

34
Tabel 5. Penyuntikan dosis hormon ovaprim

N Bobot induk Waktu (WIB ) Dosis ovaprim Volume

O (Kg) (ml/kg) ovaprim(ml)

1 5 21.00 2,5 10

2 5 21.00 2,5 10

3 5 21.00 2,5 10

4 4 21.01 2 10

5 4 22.02 2 10

6 4,5 22.03 2,25 10

7 4,5 22.05 02,25 10

Sumber; Data Sekunder

Biasanya waktu ovulasi terjadinya 12 jam setelah ikan di suntik.

Pengcekan ovulasi dilakukan dengan cara mengurut perut induk betina secara

perlahan.waktu stripping yang tepat adalah pada saat telur keluar Ketika

dilakukan pijatan yang lembut pada bagian abdomen. Apabila induk betina belum

ovulasi nota induk di diletakan Kembali kedalam kolam inkubasi namun jika

induk telah ovulasi hal yang di lakukan selajutnya yaitu masukan induk betina

kedaalam bak fiber yang berissi air yang sudah di campur obat bius dengan merek

“special arwana stabilizer”.kemudian rendam induk betina sampai induk pingsan.

pembiusan ini dilakukan agar ikan merasa tenang dan tidak memberontak saat di

striping.adapun pemberian obat bius pada induk ikan patin di sajikan pada gambar

11.

35
Gambar 11: A.obat bius(special arwana stabilizer) B. pembiusan ikan patin

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah induk patin dibius dilakukan striping. Sebelum melakukan striping


permukaan kulit dan sirip induk terlebih dahulu di keringkan dengan menggunakn
anduk dan tisu hal ini bertujuan agar lubang microfil tidak tertutup. Stripping
dilakukan dengan cara memegang pangkal ekor dengan menggunakan tangan kiri,
sedangkan tangan kanan mengurut bagian perut paling depan kearah lubang
urogenital sambal diposisikan ke dalam wadah. Kemudian telur dan sperma
ditampung ke dalam wadah yang sama. Adapun proses melakukan striping
disajikan pada gambar 12.

Gambar 12 : a) stripping telur induk betina b)stripping sperma induk jantan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah semua telur selesai di stripping lalu timbang total telur tesebut.
Untuk mengetahui berapa banyak telur yang dihasilkan maka hal yang harus
dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 1 gram, kemudian hitung

36
jumlahnya dan dikalikan dengan bobot telur yang dihasilkan. Adapun proses
penimbangan telur disajikan pada gambar 13.

Gambar 13: a)penimbangan telur hasil stripping b)penimbangan telur per gram

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pembuahan dilakukan dengan cara mencampurkan telur hasil striping dan


sperma dari induk jantan. Selanjutnya aduk secara perlahan sampai merata dengan
menggunakan sendok plastik hal ini bertujuan agar telur terbungkus oleh sperma.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan air kedalam wadah telur yang sudah
dicampur sperma, proses pembuahan ini berlangsung cepat karena sperma hanya
aktif bergerak dan bertahan hidup lebih kurang satu menit setelah kena air.
Adapun proses pembuahan disajikan pada Gambar 14

Gambar 14: proses pembuahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selajutnya telur di campur dengan larutan tanah merah yang sudah


di saring.hal ini untuk bertujuan untuk menghilangkan daya rekat telur.telur di

37
aduk secara merata dan perlahan -lahan.setelah telur merata dengan larutan tanah
merah kemudian di bilas dengan dengan air bersih sekitar tercampur dengan
sperma. Proses pembuhan ini berlangsung cepat kerena sperma hanya aktif
bergerak dan bertahan hidup lebih kurang satu menit setelah terkena air.2-3 kali
sampai bersih.lalu telur di packing menggunakan plastic oksigen.kemudian telur
di masukan kedalam corong penetesan.adapun pencapuran dengan larutam tanah
merah dan pembilasan telur di sajikan pada gambar 15 :

Gambar 15 : larutan tanah merah

Sumber: Dokumentasi Pribadi

e. Penetesan telur

Wadah penetasan telur ikan patin berupa corong yang dilengkapi sistem
resirkulasi beserta bak. Masing-masing corong penetasan dapat diisi 250g/ekor.
Dari 3 pasang induk dpat menampung 5 corong diantaranya induk nomor 9
menghasilkan 2 corong dan induk nomor 6 yaitu 2 corong, induk no 2
menghasilkan 1 corong. Pembagian corong didapatkan dari bobot telur induk
dibagi dengan 250 ml/corong. Setelah telur dituangkan kemudian atur debit air
dengan cara memutar keran secara perlahan agar telur selalu terangkat dan tidak
menumpuk didasar corong penetasan. Adapun corong penetasan dapat disajikan
pada Gambar 16.

38
Gambar 16 : a)kelambu panen b) corong penetasan telur

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Waktu yang dibutuhkan untuk menetas menjadi larva berkisar 18-20 jam.
larva yang baru menetas akan bergerak keatas dan memasuki saluran resirkulasi
yang pada ujungnya telah dipasang hapa halus sebagai penampung larva
sementara telur yang tidak menetas akan tetap berada dalam corong dan warna
telurnya berubah menjadi putih susu. Adapun pengamatan derajat pembuahan
yang diambil dari dua sampel induk ikan disajikan pada Tabel 18.

Gambar 17 : a) panen larva b)pemindahan larva ke bak fiber

Sumber: Dokumentasi Pribadi

39
Hatching rate adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. Dari
penetasan telur diperoleh derajat penetasan telur yang didapatkan dengan
melakukan sampling terhadap telur yang telah menetas menjadi larva. Derajat
penetasan rata-rata yang diperoleh yaitu 59,86%. Menurut Sutarjo (2014), derajat
penetasan atau daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari
sejumlah telur yang dibuahi. Keberhasilan daya tetas telur yang tinggi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi kualitas telur, kualitas air dan
penanganan pada saat penetasan.

3.tabel hasil panen larva

No Volume Jumlah Rata Rata Volume Jumlah


sampling sampling rata rata wadah larva
larva (ml) larva sampling sampling larva (ekor)
(ekor) larva larva(l) (L)
(ekor)

1 100 390,290,39 390 3900 200 780,000


1

2 100 235,285 260 2600 200 520,000

3 100 409,385,41 402 4020 200 800,000


2
4 100 314 3140 200 628,000
335,292,31
Total 2.728.000
4

Perhitungan Larva dilakukan dengan cara sampling dengan mengambil 3


sampel sebanyak 100 ml setiap sampel. Kemudian hitung jumlah larva tersebut

40
dari setiap masing-masing sampling lalu dibagi dengan jumlah sampling.
Sehingga dapat diperoleh jumlah larva (ekor)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Pemijahan buatan ikan patin siam ( Pangasianodon hypopthalmus) yang

dilakukan di (BPBAT) SUNGAI GELAM,JAMBI mengunakan pemijahan buatan

meliputi pemeliharan induk, persiapan wadah,seleksi induk, yang ,penyuntikan

dan pengurutan (stripping), pembuahan(fertilisasi), dan penetasan telur.

6.2 SARAN

Dalam melakukan praktik kerja industry di Balai Perikanan Budidaya Air

Tawar Sungai Gelam Jambi hendaknya aktif dalam bertanya dan melakukan

langsung sehingga bisa meningkatkan skill di masa mendatang.Dalam mengelola

sempel dan perhitungan. untuk menghasilkan ikan patin siam yang berkualitas

sebaiknya menggunakan indukan yang berkualitas,baik dilihat dari bentuk

fisiknya,umur induk yang digunakan serta jenis indukan tersebut. selain itu perlu

adanya penanganan yang lebih pada proses pemijahan.Semoga dengan adanya

peraktek ini dapat menambah wawasan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, D. T. S., Carman, O., & Noor, R. R. 2019. Performa ikan patin siam,
Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 generasi ketiga hasil
seleksi karakter bobot tubuh di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
Sungai Gelam, Jambi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(3), 411-423.

Iskandar, A. (2022). Teknik Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasianodon


hypophthalmus) Menggunakan Hormon Untuk Menghasilkan Benih
Berkualitas. Jurnal Maritim, 3(2), 108-124.

Lam, T. J. 1995. Induced Spawning in Fish. The Oceanic Institute and Tungkang
Marine Laboratory. Taiwan. P. 14-46

Sukendi, S., Putra, R. M., & Heltonika, B. 2016. Effect of ovaprim and
prostaglandine F2α on semen volume and sperm quality in Sepat (
Trichogaster pectoralis Regan).

Sumantadinata, K. 1997. Prospek Bioteknologi dalam Pengembangan Akuakultur


dan Pelestarian Sumberdaya Perikanan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Ilmu Pemuliaan Ikan. Fakultas Perikanan IPB. P.6-13

SLEMBROUK,J,O.komorudin,maksur,m. legendre.2005.petunjuk Teknik


pembenihan ikan patin Indonesia pangasius dijambal.depertemeen
kelautan dan perikanan.jakarta.hal 79-80

42
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Alat dan bahan yang di gunakan selama praktik

Spuit/jarum suntik penimbangan induk ovaprim

Bius pakan induk corong penetesan

Mikroskop Handuk

43
Cawan petir jaring bak fiber

Selang keteter sendok tisu

Lampiran 2 .dokumentasi selama maggang.

Seleksi induk pengecekkan telur pengamatan telur

Seleksi matang gonad persiapan bak induk pemasangan happa

44
Memberisihan corong persiapan tanah merah persiapan hormon
Penetesan

Penyutikan pembiusan stripping induk betina

Penimbangan hasil telur pembuhan pencampuran telur dengan tanah


merah

Pemekingan telur penebaran telur Panen telur

45
Lampiran 3. Perhitungan Analisis Data

 Perhitungan Fertilization Rate (FR)

FR = Ʃ telur terbuahi x 100%


Ʃ telur seluruhnya
Induk 9
FR = 376 x 100% = 67,87%
554

Induk 2
FR = 297 x 100% = 66,44%
447

Induk 6
FR = 284 x 100% = 74,15%
383
 Perhitungan Hatching Rate (HR)

HR = Ʃ telur menetas x 100%


Ʃ telur terbuahi

Induk 9
HR = 137 x 100% = 51,11%
268

Induk 2
HR = 189 x 100% = 64,50%
293

Induk 6
HR = 140 x 100% = 50%
280

•Data sekunder

46

Anda mungkin juga menyukai