OLEH :
Laporan Praktik Kerja Industri dengan judul “Pemijahan Ikan Patin Siam“ di
“BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR ( BPBAT ) SUNGAI GELAM
JAMBI” dari tanggal 13 Februari 2023 sampai dengan 15 April 2023 telah
disetujui dan disahkan oleh SMK Negeri 1 Perhentian Raja, pada hari Senin
Tanggal 5 Juni 2023
Mengetahui,
Ketua Panitia Praktik Kerja Industri Ketua Kompetensi Keahlian
SMKN 1 Perhentian Raja Agribisnis Perikanan Air Tawar
Menyetujui,
Kepala SMKN 1 Perhentian Raja
i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Mengetahui Mengesahkan
Pimpinan instansi Pembimbing Instansi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Kerja Industri dengan judul “Teknik
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Penulis ucapkan terimakasih
yang tiada terhingga disampaikan kepada guru pembimbing atas saran dan
namun masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis harapkan kritik dan
akan datang. Semoga Laporan Hasil Praktik Kerja Industri ini dapat bermanfaat
Selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantun dan bimbingan
dari berbagai pihak, pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan tulus
3. Bapak DR. Andy Artha Donny Oktoputra, ST, MT., M.Eng selaku kepala
iii
5. Nafrizal, S.Pi selaku ketua prakerin SMK Negeri 1 Perhentian Raja.
6. Wiwik Purwanti, S.Pi selaku kepala jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar
7. Bagus Pirmansyah, S.Pi selaku pembimbing I dan ibu Elva Wahyuni, S.Pd
9. Rekan – rekan seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu baik
prakterin ini.
masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penyusun mengharapkan
saran kritik yang bersifat membangun dalam perbaikan pada saat ini dan
medatang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.4 Struktur Organisai.................................................................15
a. Biosecurity.......................................................................19
b. Pengeolahan Induk..........................................................21
c. Pemijahan........................................................................22
d. Penetasan Telur................................................................31
6.2 Saran..................................................................................................39
1. Daftar hadir
2. Agenda Kegiatan ( pada jurnal harian )
3. Foto kegiatan ( pada saat melaksankan pekerjaan di loksi DUDIKA)
4. Sumber dokumen (seperti dokumen sampling atau pekerjaan yang
diselesikan)
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi ikan patin................................................................................. 7
2. Prosedur pemijahan ikan patin…………………………………………. 12
3. Organisasi di BPBAT-SG JAMBI………………………………………. 17
4. Persiapan kolam pemijahan ………………………………………….… 25
5. Pelet……………………………………………………………………… 26
6. Seleksi induk …………………………………………………………….. 27
7. Pengecekan telur dan pengamatan telur……………………………….…. 29
8. Penimbangan induk………………………………………………………. 30
9. Bak pemberokan …………………………………………………………. 31
10. Penyutikan dan ovaprim ……………………………………………….… 32
11. Pembiusan……………………………………………………………..….. 34
12. Stripping ………………………………………………………………...... 34
13. penimbangan hasil telur……………………………………………….…... 35
14. Pembuahan ……………………………………………………………..…. 35
15. Larutan tanah merah………………………………………………….….... 36
16. Alat penetasan…………………………………………………………..… 37
17. Panen larva……………………………………………………………..…. 37
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis kegiatan dan data yang di dapatkan……………………………..…11
2. Jenis,ukuran,dan jumlah kolam di BPBAT JAMBI ……………………..18
3. Hatchery yang di miliki balai…………………………………………….19
4. Bagunan yang di miliki balai ……………………………………………20
5. Sarana transpotasi ………………………………………………………..21
6. Bahan dan alat yang di gunakan selama praktik………………………....24
7. Ciri-ciri induk matang gonad …………………………………………....28
8. Hasil seleksi induk matang gonad ……………………………………….30
9. Dosis dan hormon ovaprim…………………………………………….....33
10. Hasil panen larva ………………………………………………………..38
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. alat dan bahan yang digunakan selama parktik……………….…41
2. dokumetasi selama maggang ……………………………………42
3. penghitungan analisis data……………………………………….38
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Ikan patin siam memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang
dimiliki ikan patin siam ini adalah warna dagingnya kuning, produksi sperma
sedikit dan sifat kanibalisme larva tinggi. Beberapa keunggulan komparatif
budidaya ikan patin adalah bahwa ikan patin ukuran individunya cukup besar,
pemakan segalanya dan dapat bertoleransi terhadap kondisi perairan yang kurang
menguntungkan karena kondisi oksigen (O2) terlarut relatif lebih rendah serta
dapat beroleransi pH air lingkungan yang ber pH rendah. Demikian juga ikan
patin mau mengkonsumsi makanan buatan atau pakan yang beredar di pasaran
sebagai makanannya.
Peningkatan jumlah produksi ikan patin di Indonesia selalu dapat
terpenuhi, tentunya harus dimbangi dengan adanya ketersediaan induk ikan patin
siam yang cukup dan berkualitas baik yang pada akhirnya akan menghasilkan
benih yang memiliki kualitas seperti induknya sehingga keberlanjutan produksi
ikan patin siam dapat tercapai. Dalam kegiatan budidaya, benih merupakan mata
rantai yang kualitasnya akan menentukan keberhasilan usaha karena benih yang
berkualitas dapat dipelihara dan dikembangkan pada segmen selanjutnya hingga
mencapai ukuran konsumsi (Irwan et al., 2019).
2
Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh akumulasi respon seleksi (tiga generasi)
sebesar 42,30% atau per generasi sebesar 14,20% dibandingkan dengan populasi
dasar. Program seleksi di BPBAT ini terus dilanjutkan dan telah sampai pada
generasi ke empat (G4Ps) per 3 7 September 2020 sehingga kedepan akan lebih
unggul dengan bertambahnya generasi.
3
pemijahan dilakukan untuk mendapatkan calon indukan baru yang lebih
berkualitas.
Ikan patin hanya dapat dipijahkan secara buatan dengan bantuan stimulasi
hormon salah satunya melalui teknik penyuntikan (induced breeding). Stimulasi
hormon telah banyak digunakan guna membantu proses pengembangbiakan ikan
untuk dapat berovulasi dan spermiasi (Sumantadianta, 1997). Saat ini telah
banyak jenis hormon yang beredar di pasaran diperuntukkan untuk stimulasi
pemijahan ikan yang mengarah kepada efisiensi, efektivitas serta kepraktisan
dalam penggunaannya. Salah satu jenis hormon yang digunakan adalah hormon
ovaprim yang berisi sintesis gonadothropin salmon dan domperidon atau
antidopamin (substansi penghambat gonadothropin) (Lam 1995). Sukendi (2016),
menyebutkan bahwa ovaprim merupakan jenis hormon yang berfungsi untuk
merangsang dan memacu hormon gonadothropin pada tubuh ikan sehingga dapat
mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses pematangan gonad
dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi,menghasilkan telur
dengan kualitas yang baik serta menghasilkan waktu laten yang relatif singkat
juga dapat menekan angka mortalitas.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
yaitu melakukan pemijahan buatan ikan patin siam dengan penyuntikan hormon
ovaprim ke dalam tubuh ikan yang sudah matang gonad. Pada tahun 1997 mulai
4
dikembangkan metoda pembenihan ikan patin melalui teknik pemijahan buatan
dengan bantuan hormon tambahan (Slembrouck et al, 2005). Teknik Pemijahan
Buatan yaitu dilakukan dengan cara merangsang indukan betina dengan
menggunakan tambahan suntikan hormon seperti ovaprim untuk mempercepat
matangnya gonad, kemudian dipijahkan secara buatan.( Fansyah, 2019).
BPBAT Sungai Gelam Jambi merupakan salah satu sentral penyediaan induk
ikan patin yang baik di Indonesia khususnya wilayah Sumatera. Pada tahun 2008
BPBAT sungai gelam jambi ditunjuk sebagai Pusat Pengembangan Ikan Patin
Nasional, sejak saat itu BPBAT sungai gelam jambi mengumpulkan benih ikan
patin siam dari berbagai daerah Indonesia serta Kamboja dan Vietnam. Sehingga
BBAT sungai gelam jambi mampu menciptakan varietas baru yang dinamakan
patin Siam.
5
1. Untuk mempelajari teknik pemijahan dan budidaya air tawar di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi.
2. Untuk mengikuti kegiatan tentang teknik pemijahan ikan patin siam
(Pangasiondon hypopthalamus) STRAIN PUSTINA di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menseleksi induk matang gonad pada
ikan patin siam dengan baik dan benar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius sp
7
Sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai
peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi
patil yang besar dan bergerigi di belakangnya, sedangkan jari–jari lunak pada sirip
punggungnya terdapat 6 – 7 buah (Kordi, 2005).
Ikan patin termasuk jenis omnivora (pemakan segala). Ikan ini biasa
memakan ikan–ikan kecil, cacing, serangga, biji–bijian, udang kecil dan moluska.
Namun pada stadium larva, ikan lebih bersifat karnivora dan memakan
Brachionus sp,Crustacea dan Cladocera.Sementara itu ikan yang dalam stadium
larva yang baru habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi
(Susanto, 2007).
Habitat ikan patin adalah di tepi sungai – sungai besar dan di muara –
muara sungai serta danau.Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya
sedikit agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar
perairan. Ikan patin sangat terkenal dan digemari oleh masyarakat karena daging
ikan patin sangat gurih dan lezat untuk dikonsumsi (Susanto dan Khairul, 2007).
Ikan patin merupakan jenis ikan dasar perairan (demersal).Hal ini dibuktikan
dengan bentuk mulutnya yang melebar dan menghadap ke bawah serta kebiasaan
hidupnya yang lebih suka menetap di dasar dari pada muncul di permukaan
perairan. Pada habitat aslinya ia hidup di sungai yang dalam,agak keruh dan dasar
yang berlumpur. Ikan ini bersifat nocturnal, keluar dari persembunyiannya dan
melakukan aktivitas pada malam hari.
8
9
Patin hidup secara berkelompok atau bergerombol. Hal ini merupakan
faktor yang dapat merangsang nafsu makannya.
10
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah praktek secara
langsung di lapangan pada objek-objek pemijahan ikan patin adalah sebagai
berikut:
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pengataman secara langsung dan wawancara dengan
pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi.
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan data yang
diperlukan serta ditambah dengan literatur yang mendukung kelengkapan dan
kejelasan mengenai data yang didapatkan tersebut.
11
3.2.2 Analisis Data
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Selanjutnya data
12
keadaan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi,
Persiapan pemeliharaan
wadah Dan induk dan
mediasss seleksi induk
Penetasan Pemijahan
Telur Ikan Patin
13
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
14
Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi berasal dari resapan lahan di sekitar Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi yang ditampung dalam tiga buah waduk
atau reservoir.
Misi
Untuk menjalankan Visi yang telah ditetapkan, maka Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi mempunyai Misi sebagai
berikut:
1. Mengembangkan teknologi terapan budidaya air tawar
2. Meningkatkan produksi induk dan benih unggul
3. Meningkatkan sistem informatika IPTEK dan stndarisasi perikanan air tawar
4. Meningkstksn jasa pelayanan teknologi dan produksi
5. Melaksanakan pelestarian sumberdaya ikan (plasma nuftah) dan lingkungan.
15
melaksanakan tugas-tugas pokok tersebut BPBAT Sungai Gelam dapat
menyelenggarakan fungsi-fungsi antara lain:
16
laboratorium, mutu pakan, residu kesehatan ikan dan lingkungan serta bimbingan
teknis perikanan budidaya air tawar.
BPBAT Sungai Gelam Jambi dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh
Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan Fungsional. Berikut adalah uraian tugas
dari masing-masing seksi dalam struktur oerganisasi mengacu pada PERMEN
Kelautan dan Perikanan No: 6/PERMEN-KP/2014:
a. Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran
pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional, persuratan,
barang kekayaan milik Negara dan rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan.
b. Sekssi Pengujian dan Dukungan Teknis
Mempunyai tugas persiapan bahan pelaksanaan layanan pengujian
laboratorium persyaratan kelayakan teknis, kesehatan ikan dan lingkungan,
produksi induk unggul, benih bermutu dan sarana produksi serta bimbingan teknis
perikanan budidaya air tawar.
c. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan uji terap teknik,
standarisasi, kerjasama teknik, pengelolaan dan pelayanan system informasi serta
publikasi perikanan budidaya air tawar.
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan, pengujian,
penerapan bimbingan, pengendalian standar/sertifikasi pembenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan
benih/budidaya dan penyuluhan serta kegiatan lai yang sesuai dengan tugas
masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pada kelompok jabatan fungsional ini dibagi enam kelompok besar yaitu:
1. Kelompok Ikan Patin
2. Kelompok Ikan Spesifik Lokal
3. Kelompok Ikan Siklid
4. Kelompok Ikan Carper
17
5. Kelompok Ikan Lele
6. Kelompok Nutrisi Dan Kesehatan Ikan
Ta
Koordinator
Kelompok Fungsional
18
Tabel 2. Jenis, ukuran, dan jumlah kolam di BPBAT Jambi
Jenis kolam Ukuran (m2) Jumlah (Unit)
Kolam induk 600 10
Kolam pendederan 500 15
250 28
500 18
Kolam induk ikan hias 50 4
Bak nila 50 56
KJA 14 60
Sumber: Data Sekunder
19
dengan luas masing-masing 50 m2, dan keramba sebanyak 60 unit dengan luas
masing-masing 14 m2. Kolam-kolam tersebut sudah sangat memadai untuk
kegiatan budidaya perikanan, dan ditambah lagi dengan berbagai sarana dan
prasaran lainnya.
4.5.2 Hatchery
Jumlah Hatchery di (BPBAT) Jambi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 3. Hatchery yang dimiliki oleh BPBAT Jambi
No Hatchery Komoditas
1 Patin Patin Siam dan Baung
2 Domestik Arwana, Botia, Kapiat, Nilem, dan Gurami
3 Cyclid & Carper Nila (Mas dan Jelawat)
4 Lele Lele
Sumber: Data Sekunder
20
Berikut ini adalah Tabel 8. mengenai gedung-gedung yang dimiliki oleh BPBAT
Jambi.
- Tipe 45 820 18
- Tipe 70 350 5
Gudang - 5
Bengkel/Workshop - 1
Sumber: Data Sekunder
21
(BPBAT) Jambi ditunjang oleh beberapa kendaraan-kendaraan operasional antara
lain dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut:
22
Prasarana pokok adalah bangunan yang harus ada karena terkait langsung
dalam proses produksi benih (Misalnya : kolam/bak induk, kolam atau bak
pemijahan). Prasarana pendukung adalah bangunan yang keberadaannya
mempermudah, mempercepat, dan memperkecil biaya proses pembenihan
(Misalnya : kantor, jaringan jalan dan tempat parkir, laboratorium, dan lain-lain).
Prasarana penunjang adalah: bangunan yang keberadaannya bersifat melengkapi
dan tidak mempengaruhi proses perbenihan (Misalnya: Gedung pertemuan,
fasilitas olahraga, dan lain-lain).
Prasarana pengamanan adalah: bangunan yang diperlukan untuk pengamanan
fasilitas pembenihan (Misalnya: pagar keliling atau lingkungan, pos jaga, dan
lain-lain).
23
BAB V
HASIL KERJA PRAKTIK
a. Biosecurity
24
untuk manusia yaitu dengan mencuci tangan dan kaki sebelum masuk
kolam, memakai sarung tangan dan sepatu boat, serta tidak boleh memasukkan
ataupun mencuci tangan sembarangan ke dalam kolam yang ada ikannya.
untuk ikan yaitu dengan mengurangi air dan memberi everlac pada ikan
yang sakit. Atau dengan membawa sampel ikan sakit ke labor penyakit ikan dan
melakukan tindak pengobatan.
f. Alat dan bahan
Bahan–bahan yang digunakan praktek magang dalam melakukan
pemijahan Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalmus) di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi dapat disajikan pada Tabel 1
dibawah.
Alat Fungsi
1 Jaring Menangkap induk ikan patin
2 Timbangan Mengukur berat ikan dan telur
3 Penggaris Mengukur Panjang induk
4 Alat tulis dan Dokumentasi dan mendapatkan informasi
kuesioner
5 Handphone Dokumentasi
6 pH meter Mengukur ph (derajat keasaman) air
7 Termometer Mengukur suhu perairan
8 dO meter Mengukur larutan oksigen terlarut
25
9 Spuit /alat suntik Penyuntikan hormon pada induk
10 Bak fiber Wadah pembiusan induk
11 Selang keteter Mengambil telur saat seleksi induk
12 Wadah saringan Meletakkan sampel telur pengamatan FR %
13 Baskom Wadah pencampuran telur dan sperma
14 Aerator Menghasikan okasigen atau gelembung udara
15 Corong penetasan Untuk menetaskan telur
16 Handuk dan tisu Menyelimuti dan mengeringkan induk
Sumber : data primer
dibawah
26
c. Pengelolaan induk
Padat tebar induk yang dipelihara dalam kolam yaitu 50 ekor/kolam dengan induk
betina sebanyak 40 ekor dan 10 induk jantan induk yang dipijahkan berumur 2-3
tahun dengan bobot 3-4 kg.
Adapun kolam pemeliharaan induk dan pemberian pakan induk disajikan pada
gambar 5.
Gambar 5. Pelet
Sumber: Dokumentasi Pribadi
27
bertujuan untuk mempercepat proses kematangan gonadpada iduk.pakan yang di
berikan sebanyak 1% dari berat biomasa yaitu 3kg per hari dengan frekunsi
sebanyak satu kali sehari pada pukul 14.00 WIB.
induk yang matang gonad dan yang belum matang gonad . Kegiatan seleksi induk
karung dan di letakan dalam bak fiber untuk melakukan pemeriksaan kematangan
Kegiatan seleksi induk dilakukan sesuai dengan jenis klamin dan tingkat
gonad.induk matang gonad yang di lakukan untuk pemijhan dapat di sajikan pada
gambar.6.
28
Gambar 7. Induk jantan dan betina
Sumber: Dokumentasi Pribadi
29
keluar cairan bewarna putih maka dapat dinyatakan induk jantan tersebut sudah
matang gonad dan siap dipijahkan. Adapun proses kanulasi disajikan pada gambar
7.
30
Gambar 7 a) seleksi induk b)pengamatan telur
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Telur induk betina ikan patin dapat digolongkan menjadi 4 tipe. Pertama
tipe A jika dilihat secara visual telur tersebut berbentuk sempurna seperti
ukurannya seragam dan bewarna seragam, tipe B jika dilihat secara visual hampir
semua telur berbentuk sempurna, bewarna putih namun sekitar 30% bewarna
bening serta berukuran seragam, tipe C jika dilihat secara visual telur tersebut
sudah hampir sempurna bewarna putih dan berukuran seragam namum sekitar
50% bewarna bening, Tipe D jika dilihat secara visual telur tersebut tidak
berbentuk smpurna masih encer dan sekitar 70% oosit telur bewarna bening,
Biasanya telur yang diambil yaitu telur yang memiliki kriteria yang sempurna
yaitu tipe A dan tipe B. sedangkan perut ikan patin terbagi menjadi 3 bagian yaitu
yang pertama perutnya kecil dan ketebalan perutnya tebal, yang kedua perutnya
sedang dan ketebalan perutnya sedang, yang ketiga perutnya besar dan ketebalan
perutnya tipis. Biasanya perut yang besar dan dipegang keras dan tipis itulah yang
menghasilkan banyak telur. Setelah menemukan induk yang matang gonad
kemudian dilakukkan penimbangan hal ini bertujuan agar dapat mengetahui dosis
dan volume dosis yang cocok diberikan pada induk betina. Adapun kegiatan
penimbangan induk disajikan pada Gambar 8.
31
Gambar 8 penimbangan induk
Sumber: Dokumentasi Pribadi
32
pemijahan berasal dari waduk yang langsung dialirkan secara paralel kekolam-
kolam. Parameter kualitas air yang diukur yaitu pH dan Suhu. Adapun bak
pemberokan dan pengukuran kulitas air disajikan pada Gambar 9.
h. Pemijahan
hormon ovaprim yang mana penyutikan induk dilakukan pada malam hari pada
waktu yang berbeda yaitu induk pertama 21.00,induk kedua pada jam 21.00 pada
induk ketiga pada jam 21.00 iduk ke empat pada jam 21.01 pda induk ke lima
pada jam 21.02 dan induk ke enam pada jam 21.03,hal ini dilakukan agar ovulasi
overhead. Sebelum dilakukan penyuntikan, induk terlebih dahulu diambil dari bak
inkubasi dan dimasukkan ke dalam karung lalu dimasukkan ke dalam bak fiber
hal ini bertujuan agar ikan merasa tenang dan tidak terjadi pemberontakan.
Penyuntikkan dilakukan satu kali di dua sisi bagian sirip punggung dengan
menggunakan hormon sintesis bermerek ovaprim sebanyak 0,5 ml/kg untuk induk
betina dan 0,2 ml/kg untuk induk jantan. hormon ini mengandung analog
33
selmongonadotropinreleasing hormon dan anti dopamine yang berfungsi
merangsang masa ovulasi pada ikan sehingga induk siap dipijahkan. Adapun
34
Tabel 5. Penyuntikan dosis hormon ovaprim
1 5 21.00 2,5 10
2 5 21.00 2,5 10
3 5 21.00 2,5 10
4 4 21.01 2 10
5 4 22.02 2 10
Pengcekan ovulasi dilakukan dengan cara mengurut perut induk betina secara
perlahan.waktu stripping yang tepat adalah pada saat telur keluar Ketika
dilakukan pijatan yang lembut pada bagian abdomen. Apabila induk betina belum
ovulasi nota induk di diletakan Kembali kedalam kolam inkubasi namun jika
induk telah ovulasi hal yang di lakukan selajutnya yaitu masukan induk betina
kedaalam bak fiber yang berissi air yang sudah di campur obat bius dengan merek
pembiusan ini dilakukan agar ikan merasa tenang dan tidak memberontak saat di
striping.adapun pemberian obat bius pada induk ikan patin di sajikan pada gambar
11.
35
Gambar 11: A.obat bius(special arwana stabilizer) B. pembiusan ikan patin
Setelah semua telur selesai di stripping lalu timbang total telur tesebut.
Untuk mengetahui berapa banyak telur yang dihasilkan maka hal yang harus
dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 1 gram, kemudian hitung
36
jumlahnya dan dikalikan dengan bobot telur yang dihasilkan. Adapun proses
penimbangan telur disajikan pada gambar 13.
Gambar 13: a)penimbangan telur hasil stripping b)penimbangan telur per gram
37
aduk secara merata dan perlahan -lahan.setelah telur merata dengan larutan tanah
merah kemudian di bilas dengan dengan air bersih sekitar tercampur dengan
sperma. Proses pembuhan ini berlangsung cepat kerena sperma hanya aktif
bergerak dan bertahan hidup lebih kurang satu menit setelah terkena air.2-3 kali
sampai bersih.lalu telur di packing menggunakan plastic oksigen.kemudian telur
di masukan kedalam corong penetesan.adapun pencapuran dengan larutam tanah
merah dan pembilasan telur di sajikan pada gambar 15 :
e. Penetesan telur
Wadah penetasan telur ikan patin berupa corong yang dilengkapi sistem
resirkulasi beserta bak. Masing-masing corong penetasan dapat diisi 250g/ekor.
Dari 3 pasang induk dpat menampung 5 corong diantaranya induk nomor 9
menghasilkan 2 corong dan induk nomor 6 yaitu 2 corong, induk no 2
menghasilkan 1 corong. Pembagian corong didapatkan dari bobot telur induk
dibagi dengan 250 ml/corong. Setelah telur dituangkan kemudian atur debit air
dengan cara memutar keran secara perlahan agar telur selalu terangkat dan tidak
menumpuk didasar corong penetasan. Adapun corong penetasan dapat disajikan
pada Gambar 16.
38
Gambar 16 : a)kelambu panen b) corong penetasan telur
Waktu yang dibutuhkan untuk menetas menjadi larva berkisar 18-20 jam.
larva yang baru menetas akan bergerak keatas dan memasuki saluran resirkulasi
yang pada ujungnya telah dipasang hapa halus sebagai penampung larva
sementara telur yang tidak menetas akan tetap berada dalam corong dan warna
telurnya berubah menjadi putih susu. Adapun pengamatan derajat pembuahan
yang diambil dari dua sampel induk ikan disajikan pada Tabel 18.
39
Hatching rate adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. Dari
penetasan telur diperoleh derajat penetasan telur yang didapatkan dengan
melakukan sampling terhadap telur yang telah menetas menjadi larva. Derajat
penetasan rata-rata yang diperoleh yaitu 59,86%. Menurut Sutarjo (2014), derajat
penetasan atau daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari
sejumlah telur yang dibuahi. Keberhasilan daya tetas telur yang tinggi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi kualitas telur, kualitas air dan
penanganan pada saat penetasan.
40
dari setiap masing-masing sampling lalu dibagi dengan jumlah sampling.
Sehingga dapat diperoleh jumlah larva (ekor)
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
6.2 SARAN
Tawar Sungai Gelam Jambi hendaknya aktif dalam bertanya dan melakukan
sempel dan perhitungan. untuk menghasilkan ikan patin siam yang berkualitas
fisiknya,umur induk yang digunakan serta jenis indukan tersebut. selain itu perlu
41
DAFTAR PUSTAKA
Irwan, D. T. S., Carman, O., & Noor, R. R. 2019. Performa ikan patin siam,
Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 generasi ketiga hasil
seleksi karakter bobot tubuh di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
Sungai Gelam, Jambi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(3), 411-423.
Lam, T. J. 1995. Induced Spawning in Fish. The Oceanic Institute and Tungkang
Marine Laboratory. Taiwan. P. 14-46
Sukendi, S., Putra, R. M., & Heltonika, B. 2016. Effect of ovaprim and
prostaglandine F2α on semen volume and sperm quality in Sepat (
Trichogaster pectoralis Regan).
42
LAMPIRAN
Mikroskop Handuk
43
Cawan petir jaring bak fiber
44
Memberisihan corong persiapan tanah merah persiapan hormon
Penetesan
45
Lampiran 3. Perhitungan Analisis Data
Induk 2
FR = 297 x 100% = 66,44%
447
Induk 6
FR = 284 x 100% = 74,15%
383
Perhitungan Hatching Rate (HR)
Induk 9
HR = 137 x 100% = 51,11%
268
Induk 2
HR = 189 x 100% = 64,50%
293
Induk 6
HR = 140 x 100% = 50%
280
•Data sekunder
46