Oleh :
RIZKY ZUNAIDI
0051235759
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Panitia Praktik Kerja Industri Ketua Kompetensi Keahlian
SMKN 1 Perhentian Raja Agribisnis Perikanan Air Tawar
Menyetujui,
Kepala SMKN 1 Perhentian Raja
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Kerja Industri dengan judul “Teknik
Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi. Penulis ucapkan terimakasih yang tiada
terhingga disampaikan kepada guru pembimbing atas saran dan motivasi yang
namun masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis harapkan kritik dan
akan datang. Semoga Laporan Hasil Praktik Kerja Industri ini dapat bermanfaat
Selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantun dan bimbingan
dari berbagai pihak, pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan tulus
Kerja Industri.
3. Bapak Nafrizal, S.Pi. Sebagai ketua Prakerin SMKN 1 Perhentian Raja
Air Tawar SMKN 1 Perhentian Raja yang telah menyetujui penulis untuk
kepala BPBAT Sungai Gelam Jambi, yang telah memberikan waktu dan
6. Ibu Reni Agustina Lubis, S.Pi. selaku pembimbing lapangan yang telah
7. Bapak Fahrul Rozi, S.Pi Selaku pembimbing 1 yang telah sabar serta telah
8. Ibu Resty Ika Prahesti, S.Pd Selaku pembimbing II yang telah sabar serta
9. Ibu Tini Nuriyah S.Pd selaku wali kelas yang telah memberikan semangat,
10. Semua pihak yang telah membantu dan saling berpatisipasi dalam
Akhir Praktik Kerja Industri ini. Semoga bantuan selama ini bisa dibalas
meningkat kan kemajuan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai
Gelam Jambi yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Akhir Praktik
Kerja Industri ini. Semoga bantuan selama ini bisa dibalas oleh Allah SWT.
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
laporan praktik kerja industri ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Rizky Zunaid
DAFTAR ISI
Gambar Halaman
1. Ikan Gabus.........................................................................................4
2. Kantor pusat BPBAT Sungai Gelam Jambi..................................10
3. Lokasi BPBAT Sungai Gelam Jambi............................................10
4. Struktur organisasi BPBAT Sungai Gelam Jambi........................13
5. (a). Kolam induk (b) KJA (c) Bioflok (d) Budidamber................17
6. (a) hatchery 1 (b) hatchery 2 (c) hatchery 3 (d) hatchery 4..........18
7. Prosedur kerja................................................................................22
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Parameter pengujian kualitas air pemeliharaan ikan gabus..............
8
2. Jumlah pegawai di BPBAT Sungai Gelam Jambi.............................
15
3. Tingkat pendidikan tenaga kerja di BPBAT Sungai Gelam Jambi...
16
4. Jenis ukuran dan kolam.....................................................................
16
5. Hatchery yang dimiliki di BPBAT Sungai Gelam Jambi.................
17
6. Bangunan yang dimiliki di BPBAT Sungai Gelam Jambi................
19
7. Sarana transportasi BPBAT Sungai Gelam.......................................
19
8. Alat yang digunakan.........................................................................
21
9. Bahan yang digunakan......................................................................
22
10.Sampling pertumbuhan ikan gabus...................................................
25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lokasi magang............................................................................
2. Lay out BPBAT SG Jambi..........................................................
3. Alat yang digunakan selama magang di BPBAT SG Jambi.......
4. Bahan yang digunakan selama magang di BPBAT SG Jambi....
5. Kegiatan selama praktek magang di BPBAT SG Jambi.............
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
agak gepeng dengan mulut lebar dan dapat dijulurkan, langit-langit mulut,memliki
dua baris gigi kecil dan runcing, badan silindris, sirip punggung panjang dan
bersatu serta berjari-jari lemah sebanyak 37-43 buah, sirip dubur berjari-jari lemah
sebanyak 21-27 buah, mempunyai labirin, sisik pada rusuk 52-57 lembar,
berwarna hitam dengan sedikit belang pada bagian gigi dan punggung, putih pada
bagian bawah. Kottelat et al (1993) menyatakan bahwa ikan gabus pada sisi
badannya mempunyai pita warna berbentuk “<” mengarah ke depan bagian atas
umumnya tidak jelas pada jenis dewasa.
2.1.2. Habitat Ikan Gabus ( Channa striata )
Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan air tawar yang dapat
hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah, bahkan parit,
dan air payau. Menurut Allington (2002), bahwa ikan gabus (Channa striata)
mampu menghirup udara dari atmosfer karena memiliki organ napas tambahan
pada bagian atas insangnya. Hal ini juga yang membuat ikan tersebut mampu
bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air.
Samaseperti pada ikan lele (Clasrias sp.), ikan betok (Anambas testudineus), ikan
sepat (Trichogaster sp.) yang tergolong jenis-jenis ikan labirinchy yang
mempunyai alat bantu pernapasan (Muslimin, 2007).
Adanya alat bantu pernapasan ini, maka ikan gabus (Channa striata)
mampu memanfaatkan oksigen yang ada di atmosfer sebagai sumber gas
pernapasan, sehingga ikan gabus (Channa striata) mampu mempertahankan
hidupnya lebih dari 8 jam tanpa air. Menurut Asmawi (1993) dalam Bijaksana
(2004), kisaran pH yang mampu untuk ditolerir ikan gabus adalah 4,5–6,0. Selain
perairan tawar (sungai, rawa, selokan, dan sawah), ikan gabus (Channa striata)
juga ditemukan di perairan payau atau agak asin. Ikan gabus (Channa striata)
dapat ditemukan di perairan dataran rendah dan juga di dataran tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa ikan gabus (Channa striata) memiliki toleransi terhadap
lingkungan, bahkan dalam kondisi yang sangat ekstrim (rawa-rawa kering) ikan
ini dapat mempertahankan diri dengan cara mengubur diri dalam lumpur.
2.1.3. Pertumbuhan Ikan Gabus ( Channa striata )
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada setiap
16
a. Ukuran pro larva pada stadia hari 1 – 3 adalah berkisar antara 3,8–4,3 mm.
Pada fase ini larva hanya memakan kuning telur.
b. 4 – 7 hari setelah penetasan ukuran berubah menjadi 4,2 – 5,1 mm, warnanya
masih tetap kecoklat-coklatan tetapi mulai aktif mencari makan.
2.1.5. Pakan Indukan Ikan Gabus ( Channa striata)
Asnawi (1986) menyatakan bahwa pakan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk merangsang pertumbuhan, diperlukan
jumlah dan mutu pakan yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan
kondisi perairan.
Jumlah pakan tergantung pada ukuran ikan yang dibudidayakan, pada
tingkat pembesaran dan pematangan induk diberikan 2 sampai 3 % dari total
bobot perhari, pemberian pakan dalam waktu siang dan sore hari. Pakan yang
dikonsumsi tidak langsung dicerna melainkan disimpan terlebih dahulu dalam
perut, untuk waktu pemberian pakan disesuaikan dengan lamanya waktu mulai
dari makan sampai pengeluaran feses (Ghufran, 2010). Dalam penyusunan
ransum makanan ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein dan energi.
Pakan yang kandungan energinya kurang akan menyebabkan ikan
menggunakan sebagai sumber energi untuk keperluan metabolismenya sehingga
bagian nutrisi untuk pertumbuhan gonad menjadi berkurang. Protein berfungsi
sebagai zat pembangun, membentuk berbagai jaringan yang rusak dan
bereproduksi. Kebutuhan akan protein tergantung masing-masing jenis ikan dan
faktornya antara lain ukuran ikan, suhu, jumlah pakan yang dimakan, ketersediaan
pakan alami dan kualitas protein (Ghufran, 2010). Keadaan ini juga akan
membatasi jumlah protein yang dimakan ikan, akibatnya pertumbuhan ikan
menjadi relatif rendah, kebutuhan protein agar tumbuh dengan baik membutuhkan
pakan dengan kandungan protein 47,02%, kebutuhan lemak mencapai 12,0% dan
asam lemak essensial adalah 1,4%.
Menurut Sukendi (2003) menyatakan bahwa proses pematangan gonad
berkaitan dengan proses pembentukan vitelogenin (vitelogenesis), dimana pada
proses ini sangat dibutuhkan bahan dasar untuk vitelogenin tersebut, yaitu protein,
lemak dan karbohidrat serta ditambah zat pelengkap vitamin E dan C.
18
2. pH (mg/L) 4-9
secara bertahap (Gusrina, 2008). Hama yang masuk dalam lingkungan budidaya
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan ikan sehingga ikan menjadi
sakit dan menyebabkan kematian. Hama dapat masuk ke dalam wadah budidaya
melalui saluran pemasukan air maupun masuk secara langsung melalui pematang
untuk memangsa ikan yang ada. Hama juga dapat berasal dari kolam budidaya
yang biasanya dalam persiapan kolam tersebut yang kurang sempurna seperti
tidak dilakukannya penyaringan pada saluran pemasukan air dan pembersihan
pematang kolam.
Penyakit pada ikan merupakan suatu kondisi terganggunya kesehatan ikan
yang disebabkan oleh berbagai hal yang dapat menurunkan kesehatannya.
Penyakit juga dapat diartikan sebagai adanya organisme yang hidup di dalam
tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan dapat terganggu. Faktor-faktor yang
menjadi penyebab timbulnya penyakit pada ikan budidaya meliputi adanya
serangan organisme parasite, virus, bakteri, dan jamur. Lingkungan yang tercemar
oleh amoniak dan bahan- bahan kimia beracun, serta kondisi tubuh ikan yang
lemah karena faktor genetic sehingga ikan tidak kuat dalam menghadapi
perubahan lingkungan (Gusrina, 2008).
Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi 36381 (-+ 23 km dari
Kota Jambi). BPBAT Sungai Gelam mempunyai luas 40 ha yang terdiri dari 4,8
ha areal perkolaman, 5,85 ha waduk dan 29 ha daratan yang sebagian wilayah
untuk perkantoran, asrama, mes operator dan sarana penunjang lainnya. Sumber
air berasal dari resapan lahan di sekitar balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Sungai Gelam Jambi yang ditampung dalam tiga buah wadah atau
reservoir.
Ta
Koordinator
Kelompok Fungsional
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5. (a) kolam induk, (b) keramba jaring apung, (c) bak biflok, (d)
budamber
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)
Sarana Produksi Hatchery
Jumlah Hatchery yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Sungai Gelam Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hatchery yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Sungai Gelam Jambi
No Hatchery Komoditas
1 Patin Patin Siam dan Lele
27
(a) (b)
(b) (d)
Gambar 6. (a) hatchery 1, (b) hatchery 2, (c) hatchery 3, (d) hatchery 4
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2021)
Jaringan Listrik
Kapasitas terpasang jaringan listrik yang ada di BPBAT Jambi sebesar 60
KVA berasal dari PLN Rayon Kota Baru Jambi. Untuk menangulanggi terjadinya
gangguan pemadaman listrik dari PLN maka disiapkan juga Generator Set
(Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing-masing 60 KVA (1 unit), 150
KVA (1 unit), 20 KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit).
Administrasi
28
Dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi, sudah sangai memadai dan
menunjang kegiatan yang ada di BPBAT Jambi. Hal ini sesuai petunjuk teknis
Dirjen Perikanan Budidaya (2006), yaitu untuk mendukung optimalisasi fungsi
pembangunan prasarana budidaya maka dalam pembangunan prasarana budidaya
harus dibuat skala prioritas pembangunan prasarana budidaya berdasarkan
kebutuhan dan dana yang tersedia. Untuk menentukan skala prioritas maka
prasarana budidaya dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) komponen bangunan
yaitu Bangunan Pokok, Bangunan Pendukung, Bangunan Penunjang, Bangunan
Pengamanan, dan Bangunan Pelengkap.
Prasarana pokok adalah bangunan yang harus ada karena terkait langsung
dalam proses produksi benih (misalnya : kolam/bak induk, kolam/ bak pemijahan,
dll). Prasarana pendukung adalah bangunan yang keberadaannya mempermudah,
mempercepat, dan memperkecil biaya proses pembenihan (Misalnya : kantor,
jaringan jalan dan tempat parkir, laboratorium, dll). Prasaranan penunjang adalah :
bangunan yang keberadaannya bersifat melengkapi dan tidak mempengaruhi
proses pembenihan (misalnya : gedung pertemuan, fasilitas olahraga, dll).
Prasarana Pengaman adalah : bangunan yang diperlukan untuk pengamanan
fasilitas perbenihan (misalnya : pagar keliling/limgkungan, pos jaga, dll).
Prasarana pelengkap adalah : bangunan yang fungsinya melengkapi bangunan
pendukung, bangunan penunjang dan bangunan pengaman sehingga bangunan
perbenihan dimaksud beroprasi lebih optimal dan lebih berdaya guna (misalnya :
rumah pompa, rumah gense, garansi kendaraan, dll).
BAB III
METODE PRAKTEK
30
No Alat Kegunaan
1 Timbangan Mengukur berat ikan
2 Penggaris Mengukur panjang induk
3 Jaring Menangkap induk ikan
Mengukur pH (Derajat Keasaman)
4 pH meter
air
5 Thermometer Mengukur suhu perairan
Mengukur kandungan oksigen
6 DO meter
terlarut
7 Handphone Dokumentasi
Dokumentasi dan mendapatkan
8 Alat tulis dan kuisioner
informasi
Wadah tempat pemijahan induk
9 Bak pemijahan
ikan
10 Baskom besar Wadah untuk menetaskan telur
Pengamatan embriogenesis telur
11 Mikroskop binokuler
ikan
Mengambil sample telur
12 Wadah saringan
pengamatan FR %
13 Eceng gondok Media peletakan telur ikan
31
Persiapan
Penebaran
wadah
induk
pemijahan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
32
Induk ikan gabus diberi makan 2 kali sehari. Pakan yang digunakan untuk
induk adalah pakan komersil apung yang mengandung protein 36% sebanyak 2-3
% dari bobot biomassa.
kali dilakukan yaitu pengeringan air bak dengan cara memutar kran saluran outlet
sehingga air dapat keluar. Proses pengeringan memerlukan waktu kurang lebih
20- 30 menit. Setelah air dalam bak mulai habis, kemudian dilakukan
pengangkatan induk ikan gabus yang telah dipijahkan pada siklus sebelumnya.
Langkah selanjutnya yaitu membersihkan dasar bak dari kotoran baik itu lumpur,
sisa pakan, maupun sampah-sampah kering seperti misalnya daun. Setelah
sampahsampah terangkat, kran outlet yang ada diluar bak ditutup dan lubang
outlet yang ada didalam bak.diberi pipa paralon di lubang outlet, kemudian setelah
semua kotoran sudah dibersihkan dan outlet sudah ditutup, kolam diisi kembali
dengan air setinggi 40-50 cm dan dimasukkan induk ikan baru yang sudah
dipelihara serta diseleksi sebelumnya dari bak induk .
setiap hari, dalam jangka waktu 2 minggu. Telur ikan gabus bewarna bening,
bergerombol,dan terapung di atas permukaan air.
Hr = 8.000/9.200x100%
=86,95%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
36
5.1 Kesimpulan
Ikan merupakan sumber pangan hewani yang sudah dikenal berbagai
lapisan masyarakat di berbagai belahan negara. Alternatif sumber protein hewani
yang saat ini memungkinkan untuk dikembangkan adalah ikan gabus
( Ophiocephalus striatus) atau di Jawa dikenal sebagai ikan “kutuk”. Ikan gabus
merupakan ikan yang banyak terdapat secara alami di sungai-sungai dan
bendungan serta masih sedikit dibudidayakan. Nilai gizi ikan gabus cukup tinggi,
yaitu protein sebesar 42% ,lemak1,7%, dan juga mengandung berbagai mineral
dan vitamin A; dengan demikian ikan gabus sangat potensial untuk dikembangkan
dalam industri pangan.
5.2 Saran
Pengetahuan yang didapat tentang ikan gabus dari mata kuliah
Sumberdaya Perikanan dinilai masih kurang. Sebaiknya ditunjang lagi dengan
kegiatan praktikum dan turun langsung ke lapang untuk lebih mengetahui tentang
kondisi ikan gabus yang ada di masyarakat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, A. (2019). Teknik Pembesaran Ikan Gabus (Channa Striata) Pada Kolam
Beton Di Unit Kerja Balai Air Tawar Wonocatur Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
ALFARISY, M. U. (2016). Pengaruh jenis kelamin dan ukuran terhadap kadar
albumin pada ikan gabus (Channa striata) (Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember).
Allington NI. 2002. Channa striatus. Fish Capsule Report for Biology of Fishes.
Allvanialista,I.2013.PertumbuhandanPerkembangan.JurnalPertumbuhandan
Perkembangan. 7(1):1-6.
Amri, K., & H. Khairuman. 2011. Budidaya dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi. Jakarta
Selatan: PT AgroMedia Pustaka.
Ari, S., Muslim, M., & Mirna, F. (2015). Pemijahan ikan gabus (Channa striata)
dengan rangsangan hormon gonadotropin sintetik dosis berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 3(1), 1-9.
Asnawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Cetakan Kedua. PT.
Gramedia. Jakarta, 44 hlm.
Asnawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Cetakan Kedua. PT.
Gramedia. Jakarta, 44 hlm.
Augusta, T. S., & Pernando, R. (2019). Teknik pemijahan ikan gabus (Channa
striata) di instalasi budidaya ikan lahan gambut Desa Garung Pulang
Pisau. JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL
ANIMAL SCIENCE), 8(1), 13-18.
Boyd, C. E., 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture
Development, in Aquaculture and Fish Science, Elsevier Scientific Pub.
Comp., Vol. 9. Elsevier Scientific Pub. Comp. 318 p.
Saanin, 1986. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. Bagian I. Bina Cipta. Bogor. 255
halaman.
Saputra, Ari., Muslim., Fitriani, Mirna. 2015. Pemijahan Ikan Gabus (Channa
striata) dengan Rangsangan Hormon Gonadotropin Sintetik Dosis
Berbeda. PS. Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia. Riau.
Subagia, J.,R.Gustiano, Winarlin. 2007. Teknologi Reproduksi Ikan Nilem
(osteochilus hasselti c.v): Pematangan Gonad, Penanganan Telur dan
Penyediaan Calon Induk. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
Bogor.
Suripto, 1982. Anatomi Ikan, Merpati, Kadal Dan Marmut, Seri Bi-1. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan
Menengah Umum, Jakarta. 80 Hlm.
40
LAMPIRAN
K Keterangan:
Reservoir/waduk
Kolam induk
Kolam pendederan
Kolam pembesaran
Kolam sedimentasi
1. Kantor BPBAT Jambi
2. Perpustakaan
3. Kantor JICA Expert
4. Aula
5. Mess Operator (type 70)
6. Mess Operator (type 45)
7. Asrama
8. Kantin
9. Mess operator (type 21)
10. Bak pemberokan
11. Kantor LSSM
12. Bak pengendapan
13. Hatchery 1
14. Mess penjaga
15. Green house
16. Lab. Kualitas air
17. Lab. Pakan dan nutrisi
18. Gudang peralatan
19. Bengkel kerja
20. Lab. Kesehatan ikan
21. Gudang pakan
22. Kolam botia
23. Ruang generator
24. Lab. Ikan hias
25. Bak nila
26. Hatchery 2
27. Hatchery 3
28. Bak pemeliharaan kodok
43
Paz
44