Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang keadaan politik
dan sosial budaya pada Demokrasi Demokrasi Terpimpin. Melalui makalah ini diharapkan
pembaca dapat mengetahui perbedaan antara Demokrasi Parlementer dengan Demokrasi
Terpimpin pada bidang politik dan sosial budaya.
saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun terhadap makalah ini. Akhir kata, kami
berharap informasi yang termuat dalam makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Terima
kasih.
Penyusun
i
MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
1
suatu keputusan, maka sebagian anggotanya menyatakan tidak akan menghadiri sidang
konstituante lagi. Sementara itu sejak tanggal 3 Juni 1959, konstituante memasuki masa
reses dan ternyata merupakan resesnya yang terakhir. Pada saat itu pula Penguasa Perang
Pusat dengan peraturan Nomor : PRT/PEPERPU/040/1959 melarang adanya kegiatan
politik. Berbagai partai dan ABRI mendukung usul supaya UUD 1945 diberlakukan
kembali.
2) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan
keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah
negara yang semakin tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.
Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut.
a) Pembubaran konstituante
b) Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
c) Pembentukan MPRS dan DPAS
a) Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas politik
yang telah goyah selama masa Liberal.
b) Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden.
c) KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan pengamanan
Dekrit Presiden.
d) DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk
melakanakan UUD 1945.
Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut.
Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut.
a) Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD 45 yang
harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan pemerintahan
pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.
b) Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal
itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.
c) Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer
terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin
terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
2
B. PERKEMBANGAN EKONOMI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
Langkah yang ditempuh pemerintah untuk menunjang pembangunan ekonomi adalah sebagai
berikut.
1) Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas)
Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka dibentuklah
Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin oleh
Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang.
Tugas Depernas :
- Mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana
- Menilai Penyelenggaraan Pembangunan
Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun Rancangan Dasar
Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan tahun 1961-1969
yang disetujui oleh MPRS. Mengenai masalah pembangunan terutama mengenai
perencanaan dan pembangunan proyek besar dalam bidang industri dan prasarana tidak
dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan. Pada tahun 1963 Dewan Perancang
Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan Perancang Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
Tugas Bappenas adalah
- Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahuanan, baik nasional maupun
daerah.
- Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan.
- Menyiapkan serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS.
2) Penurunan Nilai Uang (Devaluasi)
Tujuan dilakukan Devaluasi :
- Guna membendung inflasi yang tetap tinggi
- Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
- Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.
Maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya
mengenai penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu sebagai berikut.
a) Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50
b) Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1.000 menjadi Rp. 100
c) Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000
3) Kenaikan laju inflasi
Latar Belakang meningkatnya laju inflasi :
a) Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami kemerosotan.
b) Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan.
c) Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar.
d) Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada.
3
e) Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil.
f) Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan
keuangan tak memberikan banyak pengaruh.
g) Penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting bagi kesejahteraan
rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan karena:
o Pemerintah tidak mempunyai kemauan politik untuk menahan diri dalam
melakukan pengeluaran.
o Pemerintah menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti GANEFO
(Games of the New Emerging Forces ) dan CONEFO (Conference of the New
Emerging Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar
pengeluarannya pada setiap tahunnya.
4) Deklarasi Ekonomi (Dekon)
Latar belakang dikeluarkan Deklarasi Ekonomi adalah karena:
a) Berbagai peraturan dikeluarkan pemerintah untuk merangsang ekspor (export drive)
mengalami kegagalan, misalnya Sistem Bukti Ekspor (BE)
b) Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga dari luar negri sehingga
pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat tidak dapat
terlaksana dengan baik.
c) Dekon dinyatakan sebagai strategi dasar ekonomi Terpimpin Indonesia yang menjadi
bagian dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi Dekon adalah mensukseskan
Pembangunan Sementara Berencana 8 tahun yang polanya telah diserahkan oleh
Bappenas tanggal 13 Agustus 1960. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa sistem
ekonomi Indonesia adalah Berdikari yaituberdiri diatas kaki sendiri. Tujuan utama
dibentuk Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional,
demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
5) Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri
Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian, sebab kurang lebih 80%
penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian tersebut diekspor untuk
memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan untuk mengimpor berbagai bahan baku/
barang konsumsi yang belum dihasilkan di Indonesia. Jika Indonesia tidak mampu
memperoleh keuntungan maka akan mencari bantuan berupa kredit luar negeri guna
memenuhi biaya import dan memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam negeri. Sehingga
Indonesia mampu memeprbesar komoditi ekspor, dari eksport tersebut maka akan
digunakan untuk membayar utang luar negeri dan untuk kepentingan dalam negeri.
Dengan bantuan kredit tersebut membuka jalan bagi perdagangan dari negara yang
memeberikan pinjaman kepada Indonesia.
6) Kebijakan lain pemerintah
a) Pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan
Operasi (KESOP)
4
Dikeluarkan peraturan tanggal 17 April 1964 mengenai adanya Komando Tertinggi
Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP) dalam usaha
perdagangan.
b) Peleburan bank-bank negara
Presiden berusaha mempersatukan semua bank negara ke dalam satu bank sentral
sehingga didirikan Bank Tunggal Milik Negara berdasarkan Penpres No. 7 tahun
1965. Tugas bank tersebut adalah sebagai bank sirkulasi, bank sentral, dan bank
umum. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dilakukan peleburan bank-bank
negara seperti Bank Koperasi dan Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara, Bank
Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam Bank Indonesia.
a) Semua kegiatan ekonomi terpusat sehingga kegitan ekonomi mengalami penuruan yang
disertai dengan infasi.
b) Masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi diatasi dengan
cara-cara politis.
c) Kemenangan politik diutamakan sedangkan kehidupan ekonomi diabaikan (politik
dikedepankan tanpa memperhatikan ekonomi).
d) Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangana antara satu peraturan
dengan peraturan yang lainnya.
e) Tidak ada ukuran yang objektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu usaha.
f) Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus.
g) Kebrangkutan tidak dapat dikendalikan, Masyarakat mengalami kesulitan hidup,
kemiskinan, dan kriminalitas.
5
Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai yang diakui dan dianggap memenuhi
prasyarat di atas. Melalui Keppres No. 128 tahun 1961, partai-partai yang diakui adalah PNI,
NU, PKI, Partai Katolik, Partai Indonesia, Partai Murba, PSII dan IPKI. Sedangkan Keppres
No. 129 tahun 1961 menolak untuk diakuinya PSII Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa
Daeng Lalo dan partai rakyat nasional Djodi Goondokusumo. Selanjutnya melalui Keppres
No. 440 tahun 1961 telah pula diakui Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Persatuan
Tarbiyah Islam (Perti).
6
3) Kehidupan Budaya
Pada tanggal 27 Agustus-2 September 1964 PKI mengadakan Konferensi
Nasional Sastra dan Seni Revolusioner (KSSR) di Jakarta. KSSR ini dimaksudkan untuk
menandingi KKPI yang diadakan bulan Maret lalu. KSSR mau membuktikan bahwa
suasana kebudayaan berada dibawah kekuasaaan PKI. Dengan demikian berhasilllah PKI
memukul manifest kebudayaan akan tetapi PKPI tidak dapat mereka hancurkan. Benteng
Pancasila tidak dapat ditaklukkan oleh PKI selain itu para sastrawan Indonesia
mendapatkan pelajaran berharga bahwa untuk menghadapi komunisme diperlukan juga
senjata berupa organisasi.
o Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan
wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI
yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
o Pidato presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal 17
Agustus 1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)
ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang bersidang tanggal 23-25 September 1959.
o Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih
dikenal denganMANIPOL USDEK.
7
o Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti sebagai
presiden seumur hidup.
o Pidato presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai pedoman revolusi
dan politik luar negeri.
o Presiden berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan, persaingan di
antara TNI dengan Parpol.
o Presiden mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan di bentuk
Komandan Operasi Tertinggi (KOTI).
1) Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi,
kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden.
Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal tersebut tampak
dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil
Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh
partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri
yang tidak memimpin departemen.
2) Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959.
Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan UUD 1945
pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus melalui pemilihan
umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang
duduk di MPR. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :
- Setuju kembali kepada UUD 1945, Setia kepada perjuangan Republik Indonesia, dan
Setuju pada manifesto Politik.
- Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan daerah, dan
200 orang wakil golongan.
Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
8
dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan
DPR. Tugas DPR GR adalah sebagai berikut.
- Melaksanakan manifesto politik
- Mewujudkan amanat penderitaan rakyat
- Melaksanakan Demokrasi Terpimpin
9
menyampaikan ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk
menggalang persatuan bangsa. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom
menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan
Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan
dan kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa
Presiden Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
10
yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim). Untuk mewujudkan Nefo maka
dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang. Dampaknya ruang
gerak Indonesia di forum internasional menjadi sempit sebab hanya berpedoman ke
negara-negara komunis.
c) Politik Mercusuar
11
Ada 3 bentuk perjuangan dalam rangka pembebesan Irian Barat : Diplomasi,
Konfrontasi Politik dan Ekonomi serta Konfrontasi Militer.
1) Perjuangan Diplomasi
Ditempuh guna menunjukkan niat baik Indonesia mandahulukan cara damai
dalam menyelesaikan persengketaan. Perjuangan tersebut dilakukan dengan
perundingan. Jalan diplomasi ini sudah dimulai sejak kabinet Natsir (1950) yang
selanjutnya dijadikan program oleh setiap kabinet. Meskipun selalu mengalami
kegagalan sebab Belanda masih menguasai Irian Barat bahkan secara sepihak
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Kerajaan Belanda. Perjuangan secara
diplomasi ditempuh dengan 2 tahap, yaitu :
a) Secara bilateral, melalui perundingan dengan belanda
Berdasarkan perjanjian KMB masalah Irian Barat akan diselesaikan melalui
perundingan, setahun setelah pengakuan kedaulatan. Pihak Indonesia menganggap
bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat pada waktu yang telah ditentukan.
Sementara Belanda mengartikan perjanjian KMB tersebut bahwa Irian Barat hanya
akan dibicarakan sebatas perundingan saja, bukan diserahkan. Berdasarkan alasan
tersebut maka Belanda mempunyai alasan untuk tetap menguasai Indonesia. Akhirnya
perundingan dengan Belanda inipun mengalami kegagalan.
b) Diplomasi dalam forum PBB, yaitu dengan membawa masalah Indonesia-Belanda ke
sidang PBB.
Dilakukan sejak Kabinet Ali Sastroamijoyo I, Burhanuddin Harahap, hingga
Ali Sastroamijoyo II. Dikarenakan penyelesaian secara diplomatik mengalami
kegagalan dan karena adanya pembatalan Uni Indonesia-Belanda secara sepihak maka
Indonesia sejak 1954 melibatkan PBB dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
Dalam sidang PBB Indonesia berupaya meyakinkan bahwa masalah Irian Barat perlu
mendapatkan perhatian Internasional. Alasan Indonesia adalah karena masalah Irian
Barat menunjukkan adanya penindasan suatu bangsa terhadap hak bangsa lain. Upaya
melalui forum PBB pun tidak berhasil karena mereka menganggap masalah Irian
Barat merupakan masalah intern antara Indonesia-Belanda. Negara-negara barat
masih tetap mendukung posisi Belanda. Indonesia justru mendapat dukungan dari
negara-negara peserta KAA di Bandung yang mengakui bahwa Irian Barat merupakan
bagian dari Negara Kesatuan republik Indonesia.
12
konfrontasi militer. Konfrontasi militer terpaksa dilakukan setelah Belanda tidak mau
berkompromi dengan Indonesia.
a) Konfrontasi Politik dan Ekonomi
Konfrontasi ekonomi dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap aset-aset
dan kepentingan-kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia. Konfrontasi ekonomi
tersebut sebagai berikut.
1) Tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB, diumumkan
pembatalan utang-utang RI kepada Belanda
2) Selama tahun 1957 dilakukan :
o Pemogokan buruh di perusahaan-perusahaan Belanda
o Melarang terbitan-terbitan dan film berbahasa Belanda
o Melarang penerbangan kapal-kapal Belanda
o Memboikot kepentingan-kepentingan Belanda di Indonesia
3) Selama tahun 1958-1959 dilakukan :
o Nasionalisasi terhadap ± 700 perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
o Mengalihkan pusat pemasaran komoditi RI dan Rotterdam (Belanda) ke
Bremen, Jerman
o Konfrontasi Politik dilakukan melalui tindakan sebagai berikut.
a) Tahun 1951, Kabinet Sukiman menyatakan bahwa hubungan Indonesia
dengan Belanda merupakan hubungan bilateral biasa, bukan hubungan
Unie-Statuut
b) Tanggal 3 Mei 1956, pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II, diumumkan
pembatalan semua hasil KMB
c) Pada tanggal 17 Agustus 1956 dibentuk provinsi Irian Barat dengan
ibukotanya kotanya di Soa Siu (Tidore) dan Zaenal Abidin Syah (Sultan
Tidore) sebagai gubernurnya yang dilantik tanggal 23 September 1956.
Provinsi Irian Barat meliputi : Irian, Tidore, Oba, Weda, Patani, dan
Wasile
d) Pada tanggal 18 November 1957 terjadi Rapat umum pembebasan Irian
Barat di Jakarta
e) Tahun 1958, Pemerintah RI menghentikan kegiatan-kegiatan konsuler
Belanda di Indonesia. Pemecatan semua pekerja warga Belanda di
Indonesia
f) Tanggal 8 Februari 1958, dibentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat
g) Tanggal 17 Agustus 1960 diumumkan pemutusan hubungan diplomatik
dengan Belanda
b) Konfrontasi Militer
13
Dampak dari tindakan konfrontasi politik dan ekonomi tersebut maka tahun
1961 dalam Sidang Majelis Umum PBB terjadi perdebatan mengenai masalah Irian
Barat. Diputuskan bahwa Diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker bersedia
menjadi penengah dalam perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Bunker
mengajukan usul yang dikenal dengan Rencana Bunker, yaitu :
1) Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada Republik Indonesia
2) Setelah sekian tahun, rakyat Irian Barat harus diberi kesempatan untuk menentukan
pendapat apakah tetap dalam negara Republik Indonesia atau memisahkan diri
3) Pelaksanaan penyelesaian masalah Irian Barat akan selesai dalam jangka waktu
dua tahun
4) Guna menghindari bentrokan fisik antara pihak yang bersengketa, diadakan
pemerintah peralihan di bawah pengawasan PBB selama satu tahun.
Indonesia menyetujui usul itu dengan catatan jangka waktu diperpendek.
Pihak Belanda tidak mengindahkan usul tersebut bahkan mengajukan usul untuk
menyerahkan Irian Barat di bawah pengawasan PBB. Selanjutnya PBB membentuk
negara Papua dalam jangka waktu 16 tahun. Jadi Belanda tetap tidak ingin Irian Barat
menjadi bagian dari Indonesia. Keinginan Belanda tersebut tampak jelas ketika tanpa
persetujuan PBB, Belanda mendirikan negara Papua, lengkap dengan bendera dan
lagu kebangsaan. Tindakan Belanda tersebut tidak melemahkan semangat bangsa
Indonesia. Indonesia menganggap bahwa sudah saatnya menempuh jalan kekuatan
fisik (militer).
Perjuangan melalui jalur militer ditempuh dengan tujuan untuk :
o Menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memperjuangankan apa pun yang
memang menjadi haknya
o Menunjukkan kesungguhan dan memperkuat posisi Indonesia
o Menunjukkan sikap tidak kenal menyerah dalam merebut Irian Barat
Persiapan pemerintah untuk menggalang kekuatan militer adalah :
o Pada Desember 1960, mengirimkan misi ke Uni Soviet untuk membeli senjata dan
perlengkapan perang lainnya
o KSAD mengunjungi beberapa negara, seperti India, Pakistan, tahiland, Filipina,
Australia, Selandia Baru, Jerman, Perancis, dan Inggris untuk menjajaki sikap
negara-negara tersebut bila terjadi perang antara Indonesia dengan Belanda
o Tindakan persiapan Indonesia tersebut dianggap oleh Belanda sebagai upaya untuk
melaklukan Agresi. Sehingga Belanda kemudian memperkuat armada dan
angkatan perangnya di Irian Barat dengan mendatangkan kapal induk Karel
Dorman
o Maka Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mengumumkan Tri
Komando Rakyat (Trikora) di Yogyakarta yang telah dirumuskan oleh Dewan
14
Pertahanan Nasional. Peristiwa ini menandai dimulainya secara resmi konfrontasi
militer terhadap Belanda dalam rangka mengembalikan Irian Barat ke pangkuan
ibu pertiwi
Isi Trikora adalah sebagai berikut.
o Gagalkan Pembentukan Negara boneka papua buuatan Belanda
o Kibarkan Sang merah Putih di Irian Barat, Tanah air Indonesia
o Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa
c) Konfrontasi Total
Sesuai dengan perkembangan situasi Trikora diperjelas dengan Instruksi Panglima
Besar Komodor Tertinggi Pembebasan Irian Barat No.1 kepada Panglima Mandala
yang isinya sebagai berikut.
Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer dengan
tujuan mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia
Mengembangkan situasi di Provinsi Irian Barat sesuai dengan perjuangan di bidang
diplomasi dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya di Wilayah Irian Barat
dapat secara de facto diciptakan daerah-daerah bebas atau ada unsur kekuasaan/
pemerintah daerah Republik Indonesia
Strategi yang disusun oleh Panglima Mandala guna melaksanakan instruksi
tersebut.
1) Tahap Infiltrasi (penyusupan) (sampai akhir 1962)
yaitu dengan memasukkan 10 kompi di sekitar sasaran-sasaran tertentu untuk
menciptakan daerah bebas de facto yang kuat sehingga sulit dihancurkan oleh
musuh dan mengembangkan pengusaan wilayah dengan membawa serta rakyat
Irian Barat
2) Tahap Eksploitasi (awal 1963)
yaitu mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan dan menduduki
semua pos-pos pertahanan musuh yang penting
3) Tahap Konsolidasi (awal 1964)
yaitu dengan menunjukkan kekuasaan dan menegakkan kedaulatan Republik
Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat
Pelaksanaannya Indonesia menjalankan tahap infiltasi, selanjutnya
melaksanakan operasi Jayawijaya, tetapi sebelum terlaksana pada 18 Agustus 1962
ada sebuah perintah dari presiden untuk menghentikan tembak-menembak.
d) Akhir Konfrontasi
15
Surat perintah tersebut dikeluarkan setelah ditandatangani persetujuan antara
pemerintah RI dengan kerajaan Belanda mengenai Irian Barat di Markas Besar PBB
di New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang selanjutnya dikenal dengan
Perjanjian New York. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menlu Subandrio sementara
itu Belanda dipimpin oleh Van Royen dan Schuurman. Kesepakatan tersebut berisi.
Kekuasaan pemerintah di Irian Barat untuk sementara waktu diserahkan pada
UNTEA(United Nations Temporary Executive Authority)
Akan diadakan PERPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) di Irian Barat sebelum
tahun 1969
Untuk menjamin Keamanan di Irian Barat dibentuklah pasukan penjaga
perdamaian PBB yang disebut UNSF (United Nations Security Force) yang
dipimpin oleh Brigadir Jendral Said Udin Khan dari Pakistan.
Berdasarkan Perjanjian New York proses untuk pengembalian Irian Barat
ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu :
1) Antara 1 Oktober -31 Desember 1962 merupakan masa pemerintahan UNTEA
bersama Kerajaan Belanda
2) Antara 1 Januari 1963- 1 Mei 1963 merupakan masa pemerintahan UNTEA
bersama RI
3) Sejak 1 Mei 1963, wilayah Irian Barat sepenuhnya berada di bawah kekuasaan RI
4) Tahun 1969 akan diadakan act of free choice, yaitu penentuan pendapat rakyat
(Perpera)
Penentuan Pendapat rakyat (Perpera) berarti rakyat diberi kesempatan untuk
memilih tetap bergabung dengan Republik Indonesia atau Merdeka. Perpera mulai
dilaksankan pada tanggal 14 Juli 1969 di Merauke sampai dengan 4 Agustus 1969 di
Jayapura. Hasil Perpera tersebut adalah mayoritas rakyat Irian Barat menyatakan tetap
berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hasil Perpera selanjutnya dibawa
oleh Diplomat PBB, Ortis Sanz (yang menyaksikan setiap tahap Perpera) untuk
dilaporkan dalam sidang Majelis Umum PBB ke-24. Tanggal 19 November 1969,
Sidang Umum PBB mengesahkan hasil Perpera tersebut.
16
SISTEM PEMERINTAHAN ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Dengan dilantiknya Jenderal Soeharto sebagai presiden yang kedua (1967-1998), Indonesia
memasuki masa Orde Baru. Orde baru lahir sebagai upaya untuk :
1) Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.
2) Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.
3) Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
4) Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna
mempercepat proses pembangunan bangsa.
Selama pemerintahan Orde Baru, stabilitas politik nasional dapat terjaga. Lamanya
pemerintahan Presiden Soeharto disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1) Presiden Soeharto mampu menjalin kerja sama dengan golongan militer dan cendekiawan.
2) Adanya kebijaksanaan pemerintah untuk memenangkan Golongan Karya (Golkar) dalam
setiap pemilu.
3) Adanya penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) sebagai gerakan
budaya yang ditujukan untuk membentuk manusia Pancasila, yang kemudian dikuatkan
dengan ketetapan MPR No II/MPR/1978.
17
8) Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili
tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil
dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub).
9) Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang
bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang
dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit
dikendalikan.
18
b) Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama
c) Pelaksanaan Pemilihan Umum
d) Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September
e) Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.
4) Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum
sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde
Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi
pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum,
Bebas, dan Rahasia).Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta
tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-
1997. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan
lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.
5) Peran Ganda ABRI
Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran
ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI
dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa
19
TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam
pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah
kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi
stabilisator dan dinamisator.
6) Pemasyarakatan P4
Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan
mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan
Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan
MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4.
Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4
secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama
mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan
persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Pelaksanaan
Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh
pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada
tahun 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas
tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga
Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial
masyarakat Indonesia.
20
menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan
sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara
lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
21
lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu
pemerintah menempuh cara sebagai berikut.
1) Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
2) Kerja Sama Luar Negeri
3) Pembangunan Nasional
Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
a) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
b) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan
jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu
saling berkaitan/berkesinambungan.Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
o Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan
awal pembangunan Orde Baru.Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup
rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap
berikutnya dengan sasaran dalm bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana,
perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
o Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya
adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan
rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde
Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%.
Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
o Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III
pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih
menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan,
yaitu:\
- Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan
perumahan.
- Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
- Pemerataan pembagian pendapatan
- Pemerataan kesempatan kerja
- Pemerataan kesempatan berusaha
- Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum perempuan
- Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
- Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
o Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya
adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan
22
kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.
o Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya
pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup
baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar
negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih
baik dibanding sebelumnya.
o Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya
masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan.
Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang
mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
24
DAFTAR PUSTAKA
- http://rifkiberbagiilmu.blogspot.com/2013/05/masa-demokrasi-terpimpin-di-
indonesia.html
- http://mustaqimzone.wordpress.com/2009/11/21/indonesia-masa-demokrasi-terpimpin-
1959-1966/
- http://vovipakpaha.blogspot.com/2012/11/sistem-pemerintahan-orde-baru.html
25