Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti) adalah salah satu komuditas


budidaya ikan air tawar yang berkonsentrasi di pulau jawa khususnya
diwilayah priaman, sementara sekarang bembudidayaan ikan tersebut hampir
ditinggalkan ,tercermin dari data Statistik prikanan bududaya 2002, bahwa
produksi ikan nilem terhadap produksi ikan budidaya lainnya cenderung
menurun. Di tahun 1996 presentase ikan nilem yang dibudidayakan adalah
11,96%. tahun 1997dan 1998 peresentase budidaya menurun menjadi 7,96%
padahal ikan tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam
pengembangannya dimasa yang akan datang,karna memiliki keunggulan yang
komparatif. Budidaya ikan nilem pada umumnya saat ini bersifat tradisional,
bahkan hanya berupa produk sampingan dari hasil budidaya ikan secara
polikultur dengan ikan mas, mujaer, nila, dan gurame. ke negara.

Menurut subagja, ddk. (2007) potensi yang dimiliki ikan nilem saat ini
adalah telurnya yang digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan
dapat di ekspor ke Negara tertentu sebagai bahan baku caviar, selain itu telur
nilem juga sudah di manfaatkan sebagai bahan pembuatan saus. Demikian
juga dengan ikan ukuran 5 gram sudah dikonsumsi juga di jadikan makanan
siap saji popular disebut sebagai baby fhis. Menurut jangkaru (1989) cara
membudidayakan ikan nilem juga terbilang mudah, karna termasuk kelompok
ganggang, peryphyton dan tumbuhan yang menempel dijaring apung.

Melihat beberapa potensi dan manfaat yang dimiliki oleh ikan nilem,
maka materi kelautan dan perikanan pada tanggal 3 mei 2006, mengukuhkan
ikan nilem sebagai salah satu komoditas gerakan mina padi rakyat (gempar).
Namun kendala yang dihadapi adalah hasil, hasil produksi ikan nilem betina
yang belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen, maka perlu diupayakan
teknik budidaya yang dapat meningkatkan produksi telur ikan nilem. Salah

1
satu teknik budidayanya adalah menipulasi hormon yang dapat mempercepat
kematangan gonat ikan nilem betina.

Menipulasi hormonal dapat dikatakan efektif untuk proses


pematangan gonat dan pemijahan karna hormon yang diberikan langsung
mempercepat tersedianya hormonsesuai konsentrasi yang diperlukan ikan.
Menurut Sumantadinanta (1997) menipulasi hormoral dapat dilakukan antara
lain dengan mentimulasi hipofisis atau gonat untuk menghasilkan hormon
yang mempercepat kematangan gonat, ovulasi dan pemijahan ikan nilemmaka
pemenuhan konsumen akan cepat terpenuhi.

Salah satu menipulasi hormoral yang dapat diaplikasikan yaitu dengan


cara menambah fitohormon kedalam pakan ikan nilem. saat ini banyak
pembudidaya belum memanfaatkan ekstrak tumbuhan yang berkhasiat
(fitihormon) sebagai bahan yang mampu mempercepat kematangan gonat
pada ikan. penggunaan fitohormon adalah biji papaya muda. Biji papaya
muda telah digunakan sebagai antifertilisasi pada pria dan hewan jantan,
sedangkan penelitian pada hewan betina sebagai penyubur atau peningkat
kematangan gonat ikan belum pernah dilakukan. Maka, penelitian mengenai
pemanfaaatan biji papaya muda untuk kematangan ikan nilem dapat 2.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja tahap-tahap yang perlu di lakukan untuk persiapan
kolam dalam Teknik budidaya ikan nilem pada kolam semi
intensif ?
2. Bagaimana cara teknik budidaya ikan nilem di kolam semi intensif
dengan baik dan benar ?
3. Bagaimana cara mengelola pakan yang benar selama
pemeliharaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan

Ada pun tujuan dilakukan kegiatan prakerin di intelasi konserfasi jenis


ikan perairan umum sungai Secincin yaitu sebagai berikut :

2
1. Untuk mengetahui proses persiapan kolam yang benar pada
budidaya semi intensif
2. Untuk mengetahui Teknik budidaya ikan nilem dengan cara
budidaya semi intensif
3. Untuk mengetahui pakan yang baik untuk selama pemeliharaan
berlangsung
1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat dilakukan kegiatan prakerin di instalasi konservasi


jenis ikan perairan umum sungai Secincin yaitu sebagai berikut :

1. Siswa dapat menerapkan bagaimana persiapan kolam dengan


benar.
2. Siswa dapat menerapkan bagaimana Teknik pendederan ikan
nilem di kolam semi intensif yang baik dan benar.
3. Siswa dapat menerapkan bagaimana pemberian pakan ikan
nilem yang baik dan benar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geografis Praktik Kerja Industri (Perakerin )

UPTD Konservasi dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan


instalasi konservasi jenis ikan perairan umum sungai sicincin sumatera barat
berlokasi di jl.Raya Bukittinggi Km 45. Tepatnya di Korong kiambang nagara
lubuk pandan, kecamata 2 x 11 enam lingkung kabupaten padang pariaman,
sumatera barat suhu udara berkisar 27 - 30 C.

Gambar 1. Letak geografis UPTD KPSDKP


DOKUMENTASI :INTERNET

2.1.1 Sumber Air

UPTD KPSDKP Instalasi Konservasi jenis ikan perairan umum sungai


sicincin dinas kelautan dan perikkanan provinsi sumatera barat mempunyai
sumber air yang mengalir sepanjang tahun berasal dari irigasi Ilalang sicincin
dialirkan ke lokasi melalui saluran irugasi teknis sepanjang 650 m.

4
Ga
mbar 2. Area Budi Daya Ikan UPTD KPSDKP
SUMBER : DOKUMENTASI PRIBADI

2.1.2 Keadaan Fisik

Luas areal UPTD Konservasidan pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan instalasi konservasi jenis ikan perairan umum sungai sicincin sumatera

barat adalah 1,4 Ha yang terdiri dari 30 unit kolam, 0,55 Ha tanah darat yang

sebagian besar digunakan untuk perkantoran, asrama pelatihan, laboratorium dan

saraana penunjang lainnya

Gambar 3. UPTD KPSDKP


SUMBER:DOKUMENTASI PRIBADI

5
2.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh UPTD Konservasi dan


pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan instalasi konservasi jenis ikan
perairan umum sungai sicincin sumatera barat terlihat pada tabel dibawah ini.

NO Saran Jumlah Keterampilan

1. Kantor UPTD dan instutasi 1 unit Baik

2. Balai pertemuan / AULA 1 unit Baik

3. Hatchery indoor 1 unit Baik

4. Hatchery outdoor 1 unit Baik

5. Mes / Penginapan 1 unit Baik

6. Bak pengendapan / Filter 1 unit Baik

7. Tower Air 1 unit Baik

8. Bak budi daya 1 unit Baik

9. Gudang pellet 1 unit Baik

10. Gudang peralatan 1 unit Baik

11. Rumah jaga 1 unit Baik

12. Laboraturium 1 unit Baik

13. Sarana ibadah 1 unit Baik

14. Rumah packing 1 unit Baik

15. Paving blok halaman 1 unit Baik

Tabel 1. sarana dan prasarana di UPTD KPSDKP

6
2.1.4 Laboratorium KesehatanIkan dan Lingkungan

UPTD Konservasi dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan


instalasi konservasi jenis ikan perairan umum sungai sicincin sumatera barat
untuk menjalankan tugas dalam produksi benih ikan air tawar yang bermutu dan

calon induk yang unggul di dukung dengan adanya laboratorium untuk memantau
kualitas air dan monitoring kesehatan di UPTD KPSDKP.

Dalam lingkup laboratorium ini untuk menguji kualitas air meliputi : suhu,
Ph,, oksigen terlaruut, conductivity, amoniak, dan logam berat Cd, Pb. Pengujian
parasitologi ,pengujian mikrobiologi meliputi pengujian bakteri streptococcus,
bakteri aeromonas, serta pengujian sudah di laksanakan pada ruangan pengujian
yang sudah ditata berdasarkan ruang lingkup pengujian. Bangunan laboratorium
kesehata ikan dan lingkungan seluas 120 meter persegi (10 m x 12 m) di bangun
dari dana SPL-OECF pada tahun 2000.

7
STRUKTUR ORGANISASI DUNIA INDUSTRI USAHA

KEPALA UPTD
Lastri Mulyanti, S.Pi.M.Si

Sub bagian Tata Usaha


KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL Kasubag: Narizal, S.TP
Gambar 4. Struktur Organisasi Kepegawaia Staf:1. Jafrizal
2. Joni Rustam
3. Kasterli
4. Suryati

Seksi Pengawasan
Seksi Konservasi
Kepala Seksi: Irwan, S.Pi
Kepala Seksi : Sani Ikhsan
Putra, S.Pi Staf : 1. Raden Ayu Lestari,
A.Md.Pi
Staf : 1. Abuzar, S.Pi
2. Andreas, S.Sos
2. Ahmad Hidayat
3. Syahfitri Ramadhan
3. Edy Pramana
4. Darmizi
4. Aksa Prawira
5. Johan Sbastian

UPTD UPTD UPTD UPTD UPTD UPTD


KPSDKP KPSDKP KPSDK KPSDKP KPSDKP KPSDKP
Instalasi Instalasi P Instalasi Instalasi Instalasi
KKPD Air KKPD Instalasi Pulau Konserva Konserv
Manis Gesan KKPD Panjang si Jenis asi Jenis
Kota Gadang Karabek KKPD Ikan Ikan
Padang Padang Ketek Pasaman Perairan Perairan
Koordinator: Pariaman Pesisir Barat Umum Umum
Amrizal Selatan Sungai Danau
Koordinator: Koordina
Singkara
Eka Koordina tor:
Koordinat k
Anggota: Febrianda tor: Ismail Koordinat
or:
Nofrizal or:
1. Eka Anggota: Abuzar,
Anggota: Eka Arinto Animar
Harvenita Nofrizal S.Pi
Febrianda 1. Kaspil
2. Sisbulya Anggota: Elka 1.Herdiwan,
Huda
S.E
1. Juliadi 2. Erwin
2. Efrizo 2. Ismail Syofyan
Yasin 3. Zulkarna
in

8
2.1 Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

2.2.1 Klasifikasi dan morfologi ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan nilem adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Osteochilus hasselti

Gambar 1. Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia


yang hidup di sungai dan rawa-rawa. Ciri-ciri ikan nilem hampir serupa dengan
ikan mas. Ciri-cirinya yaitu pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang
sungut-sungut peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari-jari keras dan 12-18
jari-jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong
oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari
keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik gurat sisi ada 33-36 keping, bentuk
tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung mulut runcingdengan

9
moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri
utamaikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa
ganggang penempelyang disebut epifition dan perifition (Djuhanda, 1985).

2.2.2 Habitat Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Ikan Nilem merupakan ikan sungai yang lincah umumnya ditemukan


diperairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan
Nilem ini banyak tersebar luas di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, serta
Thailand dan secara umum dibudidayakan (Effendie, 2002). Ikan Nilem ini
umumnya dipelihara di daerah tropis dengan ketinggian 150 sampai 1000 meter
dari permukaan laut. Tetapi ketinggian optimum ialah 800 meter, sedang suhu
optimum pertumbuhannya adalah 18C sampai 28C (Saanin, 1984). Habitat ikan
nilem di alam hidup pada perairan yang ditumbuhi pakan alami dari kelompok
peryphyton seperti cyanophyceae, cholophyceae yang merupakan makanan
penting invertebrate, berudu dan ikan.

2.2.3. kebiasaan makan ikan Nilem

Ikan nilem termasuk ikan herbivora yang dicirikan dari panjang total usus
melebihi panjang total badannya, yaitu dapat mencapai lima kali panjang total ba-
dannya (Handajani dan Widodo, 2010). Pakan alami ikan nilem berupa fitoplank-
ton, zooplankton, detritus, gastropoda, cacing, potongan tumbuhan, dan potongan
hewan. Pada stadia larva dan benih, ikan nilem memakan fitoplankton dan zoo-
plankton atau jenis alga bersel satu, seperti diatom dan ganggang yang termasuk
ke dalam kelas Cyanophyceae dan Chlorophyceae yang mengandung klorofil a
dan klorofil b serta protein, sedangkan ikan nilem dewasa memakan
tumbuhtumbuhan air seperti Chlorophyceae, Characeae, Ceratophyllaceae,
Polygonaceae (Syandri, 2004). Dalam budidaya ikan nilem, pakan yang diberikan
dapat berupa pakan buatan (pelet) yang kandungan nutrisinya dan komposisi
bahannya dibuat samadengan pakan alaminya (Haryono, 1994). Kebutuhan nutrisi
ikan nilem, terutamaprotein, berkisar antara 27-42% (Djajasewaka et al., 2005).
Ikan herbivora mampu men-cerna serat kasar hingga 8% (Mudjiman, 2009). Pada
umumnya kebutuhan karbohidrat dan lemak pada ikan herbivora masing-masing

10
adalah 20-30% karbohidrat dan tidak kurang dari 3% lemak (Afrianto dan
Liviawaty, 2005).

2.2.4 Reproduksi ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

Ikan melakukan fertilisasi secara eksternal. Telur dan sperma dilepaskan


ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi di luar tubuh. Fertilisasi ini
merupakan fertilisasi yang primitive (Villee et al, 1988). Ikan jantan terdapat
sepasang testis yang panjang. Mereka terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai
dari vas deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenital. Ikan betina terdapat
sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal
melanjutkan diri ke oviduk, yang bermuara ke dalamsinus urogenitalis
(Radiopoetro, 1977).

Menurut Sumantadinata (1981), reproduksi pada ikan dikontrol oleh


kelenjar pituitary yaitu kelenjarhipotalamus, hipofisis-gonad, hal tersebut di
pengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperature, cahaya, cuaca
yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke system saraf kemudian
hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta
mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan. Ovarium
terdapat dalam hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus pada
dinding tubuh (mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Testis terdapat
pada hewan jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam rongga
perut dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus
(mesorchium).

Testis pada vertebrata tingkat tinggi terletak di luar rongga perut,


tersimpan dalam bangunan khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai
gonad juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone testosterone.
Menurut Storer (1957), pada system reproduksi ikan nilem ovarium tersusun dari
jaringan ikat fibrosa sebagai membrane basalis yang di sebelah dalamnya terdapat
banyak sarang-sarang telur yang berisi jaringan sel gamet primordial (oogoria atau
oosit) dan dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma. Umumnya setiap
individu mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi

11
kanan dan kiri tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur dan
masing-masing terbungkus oleh selapis sel granulose disebut sel folikel. Testis
sebagai organ kelamin jantan berupa organ jumlahnya sepasang dan dilengkapi
dengan saluran spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada
vertebratatinggi dan rendah berhubungan langsung dengan testisnya. Sel-sel yang
berkembang menjadi gamet berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang
diproduksi akan terkumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke
saluran-saluran dari tubulus atau testis yang kemudian bergabung menjadi
epididimis. Ikan nilem jantan dan ikan nilem betinadapat dibedakan setelah ikan
ikan masak kelamin. Permukaan luar operculum (tutup insang) ikan jantan apabila
diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan jantan apabila diurut
perutnya dari operculum ke papilla gerital maka akan keluar cairan seperti santan
(milk) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing sedangkan ikan
betina membuncit dan lunak.

2.2.5 Kualitas Air Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)

merupakan komoditas air tawar yang cukup populer. Ikan ini sangat baik
untuk dikembangkan menjadi ikan konsumsi baby fish yang banyak diminati
masyarakat. Upaya budidaya nilem yang lebih ekonomis perlu dilakukan dengan
budidaya intensif pada tahap pembenihan sampai dengan ukuran 5 g/ekor
(Setyaningrum & Wibowo, 2016). Ikan Nilem termasuk kelas Osteichthyes, Ordo
Cypriniformes, dan famili Cyprinidae. Bentuk tubuh ikan nilem memanjang dan
pipih, terdapat dua pasang sungut peraba pada kedua sudut mulutnya serta bibir
tertutup oleh lipatan kulit. Warna perut kemerahan dan warna punggung coklat
kehijauan. Warna sirip caudal, sirip anal dan sirip ventral kemerahan (Hediannto
& Purnamaningtyas, 2011).

12
BAB III

METODE PRAKTIK KERJA INDUSTRI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktik kerja industri ini dilaksanakan mulai dari tanggal 10 januari 2022
sampai 26 april 2022, di UPTD Konservasi dan pengawasan sumber daya
kelautan dan perikananinstalasi konservasi jenis ikan perairan umum sungai
sicincin sumatera barat yang berlokasi di Jl. Raya Bukittinggi Km. 45 tepatnya di
korong kiambang nagari lubuk padang, kecamatan 2 X 11 enam lingkung
kabupaten padang pariaman, sumatera barat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan prakerin ini dapat dilihat dari table
dibawah ini :

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan prakerin

NO ALAT FUNGSI
1. Seser Benih Alat untuk panen larva dan benih ikan
2. Seser induk Untuk menangkap induk ikan nilam
3. Ember Wadah untuk menampung larva atau
benih saat panen
4. Waring Wadah untuk menampung sementara
induk ikan nilam sebelum dipijahkan
5. Happa Wadah untuk menampung benih ikan
nilam setelah dipanen
6. Styrofom Wadah untuk menampung sementara

13
ikan
7. Alat Grading Untuk menyortir benih ikan nilam
8. Cangkul Untuk mengolah dasar kolam dan
untuk membuat kamlir
9. Saringan Untuk menahan ikan saat panen
supaya tidak ikut terbuang
10. Garu Untuk mengolah dasar tanah dan
untuk meratakan dasar kolam
11. Corong penetas telur Untuk alat pemindahan sekaligus
untuk menetaskan telur dan untuk
wadah memelihara larva sementara
12. Suntik Untuk memasukan hormone ovaprim
kedalam tubuh ikan
13. Pelastik bening Wadah benih ikan Ketika akan ditebar
diperairan
14. Tabung oksigen Oksigen untuk ikan Ketika akan
ditebar diperairan
15. Handphone Untuk mengambil dokumentasi

Bahan yang digunakan dalam peraktik kerja industri ini adalah dapat dilihat pada
table dibawah ini :

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan prakerin

NO BAHAN FUNGSI
1. Induk ikan nilam jantan dan Bahan utama dalam pembenihan
betina yang sudah matang gonat
2. Air Media Budidaya
3. Pupuk organic (kotoran hewan) Membubuhkan pakan alami
4. Pupuk anorganik Membubuhkan pakan alami
5. Hormon Ovaprim (TSP dan Untuk merangsang dan memicu
UREA) hormon gonadopin pada tubuh ikan
sehingga dapat mempercepat proses

14
ovulasi dan pemijahan
6. Pakan Buatan (Pelet) Pakan untuk ikan budidaya

3.3 Prosedur kerja

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendederan ikan nilam harus
melakukan Langkah sebagai berikut :

1. Pemeliharaan Induk
2. Seleksi Induk
3. Persiapan Kolam Pemijahan
4. Pendederan Ikan Nilam di Kolam Pemijahan

3.3.1 Pemeliharaan induk

Induk ikan di pelihara sebagai usaha untuk mempersiapkan induk-induk ikan


nilem matang gonad yang kemudian di seleksi untuk di pijahkan. Dalam kegiatan
pemeliharaan, ikan nilem di beri pakan berupa pellet sebanyak dua kali perhari.

3.3.2 Seleksi Induk

Pada tahap seleksi induk, induk ikan nilem di ambil dari kolam pemeliharaan
pada pagi hari lalu di masukkan kedalam hapa (jaring). Indukyang di ambil dari
kolam pemeliharaan induk bejumlah 2 ekor dengan perbandingan 1:1

3.3.3 Persiapan Kolam Pemijahan

Bak pemijahan yang digunakan dibalai benih ikan (BBI) Krueng Batee
berupa bak fiber, tahap-tahap persiapan bak pemijahan meliputi pembersihan bak
fiber lalu di isi dengan air dengan ketinggian 50 cm dan dilengkapi dengan aerasi,
bak penetasan telur yang digunakan yaitu bak kerucut yang di isi air dengan
ketinggian 30 cm serta dilengkapi dengan aerasi.

3.3.4 Pendederan Ikan Nilam diKolam Pemijahan

15
Kolam pendederan larva ikan nilem disiapkan terlebih dahulu dengan cara di
beri pupuk, kemudian kolam diisi air sebanyak 70 cm lalu didiamkan selama 3-4
hari supaya perairan kolam pendederan dapat di hidupioleh plankton yang
berguna sebagai pakan alami bagi larva. Larva ikan nilem yang sudah berusia 3-4
hari dapat di pindahkan ke dalam kolam pendederan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap


fekunditas,tingkat pembuahan telur, tingkat penetasan telur dan mempertahankan
hidup dinilai yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4. AnalisisFekunditas,Ttingkat pembuahan telur, tingkat penetasan


telurdan mempertahankan hidup

NO Parameter Nilai
1. Fekunditas 86.780 butir
2. Telur yang terbuahi 87,14%
3. Tingkat penetrasi telur 75,71%
4. Kelangsungan hidup 74,43%

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap pengukuran


kualitasair diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Pengukuran Kualitas Udara

NO Parameter Kualitas Udara Nilai


1. Oksigen terlarut 4,5-6 ppm
2. Ph 7-8
3. Suhu 26-28

16
4.2 Pembahasan

4.2.1 Persiapan Kolam

Tahapan persiapan kolam terdiri dari beberapa hal yang harus dilakukan
yaitu dimulai dari pembersihan kolam, pembalikan tanah, pengeringan,
pengapuran menggunakan kapur CaO dengandosis 75-150 gram/m2 dan
penggaraman menggunakan garam krosok dengan dosis 75-150 gram/m2
kemudian dibiarkan selama 5 hari. Pengisian air merupakan yang wajib dilakukan
karena air merupakan media ikan nilem.

4.2.2 Penyadiaan Air

Penyediaan Air Budidaya Penyediaan air budidaya pada kolam


pembesaran ikan nilem berasal dari bak filter (ukuran 8 m2) yang telah diberi
saringan stainless steel dengan ukuran net kurang lebih 1000 μm. Kemudian air
mulai dialirkan pada kolam dengan cara membuka pintu masuk air (inlet).
Pengisian air kolam pembesaran ikan nilem dilakukan sampai ketinggian 100-120
cm. Sumber air yang digunakan pada kolam pembesaran ikan nilem berasal dari
saluran irigasi sungai Cipakat dan sumur bor. Sumber air utama yang digunakan
untuk pembesaran ikan nilem ialah saluran irigasi sungai Cipakat.

4.2.3 Pemberian Pakan

Pakan yang digunakan, teknik pemberian pakan, frekuensi dosis pakan


yang diberikan, dan penyediaan pakan. Jenis pakan yang digunakan untuk adalah
pakan buatan dengan jenis pellet yang bersifat mengapung dan memiliki
kandungan protein 31 - 33%, lemak 3-5%, serat 4 -6%, kadar abu 10 - 13% dan
kadar air 11 - 13%. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan jumlah dan
ukuran ikan. Dosis pakan yang diberikan untuk pembesaran ikan nilem ialah 3 –
5% dari jumlah berat total ikan perharinya pada lama pemeliharaan 180 hari.
Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari jam 07.30
WIB dan sore hari jam 15.30 WIB, dimana dalam satu hari menghabiskan pakan
sekitar 2,9 kg/kolam dengan pemberian pakan sebanyak 1,45 kg/pemberian.
Setiap pemberian pakan dilakukan menggunakan tangan dengan cara pakan
disebar merata di pinggir kolam dengan empat titik pemberian yang berbeda.

17
4.2.4 Pemanenan

Waktu panen dilakukan ketika suhu tidak terlalu tinggi atau ketika sinar
matahari tidak terik, biasanya waktu yang tepat adalah pagi hari (05.00 - 08.00)
atau sore hari (15.00 - 18.00). Umur ikan yang di panen tergantung dari
permintaan pasar. Untuk ukuran konsumsi biasanya ikan berumur 5 - 6 bulan
masa pembesaran dengan berat mencapai 100 gram. Proses pemanenan diawali
dengan cara mengurangi volume air kolam, pada pintu outlet diberi saringan halus
agar ikan tidak keluar kolam. Selanjutnya menunggu air kolam hampir surut,
kemudian ikan nilem secara alamiah mengikuti arus air melalui parit yang
mengarah ke kubangan dan siap dipanen. Wilayah pemasaran ikan, di UPTD
Konservasi dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikananinstalasi
konservasi jenis ikan perairan umum sungai sicincin sumatera barat yang
berlokasi di Jl. Raya Bukittinggi Km. 45 tepatnya di korong kiambang nagari
lubuk padang, kecamatan 2 X 11 enam lingkung kabupaten padang pariaman,
sumatera barat. untuk membeli ikan nilem. Pada proses pemasaran kegiatan
pengemasan sangat penting dilakukan agar ikan tetap hidup. Transportasi
memiliki dua metode yaitu metode tertutup dan metode terbuka. Metode tertutup
ialah metode transportasi ikan hidup dengan menggunakan tempat atau wadah
tertutup sedangkan metode terbuka adalah metode transportasi ikan hidup yang
diangkut dengan wadah atau tempat yang menggunakan air yang masih dapat
berhubungan dengan menggunakan tempat atau wadah tertutup sedangkan metode
terbuka adalah metode transportasi ikan hidup yang diangkut dengan wadah atau
tempat yang menggunakan air yang masih dapat berhubungan dengan udara
bebas.

18
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Teknik pendederan ikan nilem menggunakan kolam semi intensif dimana


pada bagian dinding kolam terbuat dari beton sedangkan pada bagian dasar
kolam berupa tanah. Teknik pembesaran ikan nilem meliputi persiapan kolam,
penyediaan air, pemberian pakan, monitoring kualitas air, pemasaran dan
pemberantasan hama dan penyakit
5.2 Saran

Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam proses pendederan maka


pembudidaya dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
termasuk sarana dan prasarana agar proses budidaya menjadi lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. 2010. Herbage production and quality of shrub Indigofera


treated by different concentration of foliar fertilizer. Media
Peternakan, 32:169-175.

Abdullah, L., Kumalasari., Nahrowi., Suharlina. 2010. Pengembangan


produk hay, tepung dan pelet daun Indigofera sp. sebagai
alternatif sumber protein murah pakan kambing perah.
Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Hal 44-49.

Afrianto, E, dan Evi, L. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 145 hlm

Akbarillah, T.D, Dariah, A., Mulyani, A. 2002. Kajian daun tepung


Indigofera sebagai suplemen pakan produksi dan kualitas
telur. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas
Bengkulu. Bengkulu. 47 hlm.

Almaniar, S. 2011. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan


gabus (Channa striata) pada pemeliharaan dengan padat
tebar yang berbeda. Fakultas Pertanian Program Studi
Budidaya Perairan Universitas Sriwijaya. Indralaya.
[Skripsi]. 53 hlm.

Anggraeni, S. 2011. Penggunaan Wheat Bran Sebagai Bahan Baku


Alternatif Pengganti Jagung Pada Pakan Ikan Nila
Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor 41 hlm.

Aslamsyah, S. 2011. Pengaruh feed additive mikrob Bacillus sp. dan


Carnobacterium sp. pada kadar glukosa darah dan laju
metabolisme serta neraca energi ikan gurame
(Osphronemus gouramy Lac.) fase omnivor. [Disertasi].
Institut Pertanian Bogor. 26-27 hlm.

Ayu, L. R. 2003. Prospek Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Mas


dan Nilem di Nagari Magek, Kecamatan Kamang Magek,

20
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. [Skripsi]. Jurusan
Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 33 hlm.

Barrows, F.T dan Hardy, R.W. 2001. Nutrition and Feeding. In:
Wedemeyer, G (Eds). Fish Hatchery Management. Second
Edition. American Fisheries Society. Bethesda. Maryland.
Pp 483-558

Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond. Fish. Auburn


University.

Elsevier Science Publishing Company, Inc. New York. 359 hlm.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Statistik Perikanan Budidaya


Indonesia 2000, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Jakarta. 104 hlm.

Djajadiredja, R., S. Hatimah, dan J. Arifin. 1997. Buku Pengenalan


Sumber Perikanan Darat. Bagian I. Dirjen Perikanan.
Departemen Pertanian. Jakarta. 73 hlm.

Djajasewaka, H., J. Subagja, R. Samsudin, A. Widiyati, Winarlin. 2007.


Perbaikan Manajemen Kolam Pendederan Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti) Dengan Kedalaman 120 cm. Seminar
Hasil Penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Tawar. Bogor.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armiko. Bandung. 191 hlm.

Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.


Yogyakarta.363 hlm.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya


dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 92-132
hlm.

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. 112


hlm. European Inland Fisheries Advisory Committee
(EIFAC). 1969. Water Quality Criteria for European
Freshwater Fish. Extreme pH Values and Inland
Fisheries. FAO Publication, 3(8): 593-611.

Ferdiana, M.F. 2012. Pengaruh penambahan tepung kulit singkong hasil


fermentasi dalam pakan buatan terhadap laju pertumbuhan
benih ikan nilem (Osteochilus hasselti). [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. UNPAD. Bandung. 48 hlm.

21
Froese, R dan D. Pauly. Editors. 2017. Fish Base. World Wide Web
electronic publication. www.fishbase.org, version
(02/2017).

Ghufran, M. 2009. Budidaya Perairan. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.


964 hlm. Ghufran, M. 2011. Pengelolaan Kualitas Air
Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 23 hlm.

Ginting, Bambang R., Prawiradiputra, Nurhayati D., Purwantari. 2012.


Indigofera Sebagai Pakan Ternak. IAARD Press. Jakarta.
19 hlm

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional.


Jakarta. 355 hlm.

Giri, N. A, K. Suwirya, A. I. Pithasari, M. Marzuqi. 2007. Pengaruh


kandungan protein pakan terhadap pertumbuhan dan
efisiensi pakan benih ikan kakap merah (Lutjanus
argentimaculatus). Jurnal Perikanan, 9(1):55-62.

Gzianturi. 2002. Bekicot Lezat dan Kaya Protein.


http://www.kompas.com/ke-
sehatan/news/senior/gizi/0206/05 gizi3.htm. [Diakses: 2
Maret 2018]

Handajani, H. dan Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. Umm Press. Malang.


271 hlm. Haryono. 1994. Komunitas Ikan di Perairan
Cagar Alam Kayan Mentarang.(Laporan Perjalanan).
Bogor: WWF-IP dan Puslit Biologi-LIPI. Hickling, C.F.
1971. Fish Culture. Faber dan Faber. London. 348 hlm.

Khairuman dan K. Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Komersil.


Penerbit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 83 hlm.

Kompiang, I.P. 2000. Mikroorganisme Yang Menguntungkan Dalam


Budidaya Ikan. Balai Penelitian ternak. Bogor. 248-290
hlm.

Kordi, Ghufran. 2009. Budi Daya Perairan Jilid 2. PT Citra Aditya


Bakti. Bandung. 208 hlm.

Lovell, R. T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. An AVI Book. Van


Nostrand Reinhold. Auburn University. New York. 217
hlm.

Maimani G, Caston MJ, Catasta G, Toti E, Cambrodon IG, Bysted A,


Granado- Lorencio F, Olmeilla-Alonso B, Knuthsen P,

22
Valoti M, Bohm V, Mayer- Miebach E, Behsnilian D,
Schlemmer U. 2009. Carotenoids: actual knowledge on
food sources, intakes, stability and bioavailability and their
protective role in humans. Mol Nutr Food Res. 53:194-218.

Mandani, M. R. 2017. Evaluasi Kecernaan Tepung Indigofera (Indigofera


zollingeriana) Sebagai Bahan Baku Pakan Pada Berbagai
Jenis Ikan [Skripsi]. IPB. Bogor. 25 hlm.

Maynard. 1979. Animal Nutrition. Hill Book Company. Philippine. 121-


144 hlm. Mudjiman, A. 2009. Makanan Ikan. Penebar
Swadaya. Jakarta. 190 hlm.

Mulyani, Y., S, Yulisman., M, Fitriani. 2014. Pertumbuhan dan Efisiensi


Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Dipuasakan
Secara Periodik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(01):
01-12.

Mulyono, A. M. 2018. Kajian penggunaan tepung pucuk daun Indigofera


zollingeriana sebagai substitusi tepung kedelai untuk pakan
ikan gurame Osphronemus gourami (Lacepede, 1801)
[Skripsi]. Universitas Lampung. Lampung. 52 hlm.

23
LAMPIRAN

24
Lampiran : Dokumentasi

Seser Pakan Tangguk

Kolam Pembesaran Kolam Pendederan Kolam Pembenihan

Pemberian Pakan Packing / Pemasaran Dokumentasi

25

Anda mungkin juga menyukai