PENDAHULUAN
Latin yang masuk ke dalam famili Penaidae. Udang vaname merupakan komoditas air
payau yang banyak diminati karena memiliki keunggulan seperti tahan terhadap
penyakit, mempunyai tingkat pertumbuhan yang relatif cepat, dan sintasan pemeliharaan
salah satu komoditas unggulan revitalisasi perikanan. Untuk mencapai target produksi
900.000 ekor dan benur udang 52,31 milyar ekor. Produksi udang vaname selama ini
budidaya yang lebih baik ditargetkan produksinya dapat meningkat sebesar 17,38% per
tahun, yaitu: 275 ribu ton pada tahun 2010 menjadi 500 ribu ton tahun 2014 (Ditjen
perikanan (Sulastri dkk, 2016). Budidaya udang vannamei merupakan usaha yang menjadi
pilihan utama dewasa ini oleh para petani tambak udang dan juga para pembudidaya
udang. Ketahanan terhadap stress dan cuaca yang ekstrim merupakan alasan utama
populernya budidaya udang jenis vannamei ini. Meskipun begitu ,tak dapat dihindari ada
beberapa penyakit yang dapat menyerang udang budidaya bila tak diperhatikan dengan
baik (Sindhu,2017).
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
perikanan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi baik di pasar domestik maupun global,
dimana 77% diantaranya diproduksi oleh negara-negara Asia termasuk Indonesia. Salah
satu keunggulan dari udang vannamei adalah harga jual tinggi, mudah dibudidayakan dan
udang vannamei ini diharapkan dapat menarik kembali investasi diusaha pertambakan
udang. Usaha budidaya udang vannamei saat ini sudah dilakukan oleh sejumlah
pembudidaya di daerah beberapa daerah di Indonesia (Fery dkk, 2013). Udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) adalah salah satu spesies udang yang bernilai ekonomis dan
merupakan salah satu komoditas unggulan nasional. Udang vannamei memiliki beberapa
keunggulan jika dibandingkan dengan udang windu, yaitu dapat dipelihara dengan kisaran
salinitas yang lebar (0,5-45 ppt), dapat ditebar dengan kepadatan yang tinggi hingga lebih
dari 150 ekor/m2, lebih resisten terhadap kualitas lingkungan yang rendah, dan waktu
pemeliharaan lebih pendek yakni sekitar 90-100 hari per siklus (Sophia dkk,2016).
dihadapi oleh pembudidaya udang adalah serangan penyakit dan lingkungan. Serangan
penyakit yang paling berbahaya dan banyak menimbulkan kerugian bagi petambak adalah
karena serangan virus. Hubungan antara penyakit dan lingkungan sangat erat sekali,
dimana timbulnya penyakit sangat bergantung pada kondisi lingkungan (Indah dkk, 2017).
Untuk menghasilkan komoditas vaname yang unggul, maka proses pemeliharaan harus
memperhatikan aspek internal yang meliputi asal dan kualitas benih; serta faktor eksternal
mencakup kualitas air budidaya, pemberian pakan, teknologi yang digunakan, serta
vaname adalah buruknya kualitas air selama masa pemeliharaan, terutama pada tambak
intensif. Padat tebar yang tinggi dan pemberian pakan yang banyak dapat menurunkan
kondisi kualitas air. Hal ini diakibatkan adanya akumulasi bahan organik karena udang
meretensi protein pakan sekitar 16.3-40.87 % dan sisanya dibuang dalam bentuk ekskresi
residu pakan, serta feses penyakit (Sulastri dkk, 2017). Oleh karena itu, manajemen
kualitas air selama proses pemeliharaan mutlak diperlukan. Beberapa parameter kulitas air
yang sering diukur dan berpengaruh pada pertumbuhan udang yaitu oksigen terlarut (DO),
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Air
(BPBAP) Takalar.
1. Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Perikanan di Sekolah
1.3 Manfaat
1. Memahami menajemen kualitas air yang baik dalam upaya budiday udang
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada 04 maret 2019 s/d 04
april 2019 di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Selawesi Selatan
Alat dan bahan yang digunakan praktek kerja lapangan (PKL) di Balai Budidaya
Air Payau (BBAP) Takalar, Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada praktek kerja lapangan (PKL)
2.3.1. Wawancara
Suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung
dari sumbernya. Wawancara dilakukan jika ingin mengetahui ha-hal dari responden secara
lebih mendalam
2.3.2. Observasi
yang cukup efektif unt8uk mempelajari suatu sistem serta melakukan pengamatan
2.3.3.Partisipasi aktif
Para mahasiswa ikut berperan aktif dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
3.1. Sejarah Singkat Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar merupakan Unit Pelaksana
Teknis Direktorat Jenderal (UPT-Dirjen) Perikanan yang dikenal dengan Loka Budidaya Air
Payau (LBAP) Takalar yang terletak di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Selatan,
Kabupaten Takalar. Loka Budidaya Air Payau (LBAP) Takalar didirikan pada tahun 1984
diatas tanah seluas 2 Ha dengan dua lokasi yang terpisah yakni Loka I dan Loka II, namun
adanya berbagai kendala menyebabkan LBAP mulai beroperasi pada tahun 1986. LBAP
2. Penerapan teknik dan peningkatan dalam usaha pembenihan dan budidaya ikan
Pada tahun 2001 LBAP Takalar mengalami perubahan status menjadi Balai
Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan
sumberdaya perikanan dan lingkungan meliputi wilayah perairan payau di Kawasan Timur
BPBAP Takalar juga berfungsi sebagai tempat pelatihan dan peningkatan tenaga
UNDP-FAO.
Memasuki Tahun 2014 bidang tugas yang telah dicapai atau dilaksanakan dan
pemagangan, pelatihan dan kursus, bantuan tenaga teknis lapangan, konsultasi, dimensi,
dampak lingkungan, monitoring lingkungan dan parasit yang menyerang pada panti benih
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar dengan letak geografis
adalah 119o 26’ 44’’ BT dan 05o 25’ 45’’ LS. BPBAP Takalar yang terletak di Desa
selatan kota Makassar dengan batas-batas antara lain sebelah barat dengan Selat
geografisnya pantai BPBAP Takalar berada pada pesisir pantai selatan Selat Makassar.
2.3 Keadaan Lokasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar
Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar merupakan salah satu Unit Pelayana
Teknis (UPT) Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan RI. BPBAP
Selatan Secara geografis, BPBAP Takalar berada di wilayah pesisir pantai Selat Makassar
dengan struktur dasar perairan landai dengan kondisi fisik perairan bersalinitas 30 – 35
ppt, suhu perairan sekitar lokasi ± 24 – 27 °C dan pH 7 – 8,5. Sebagai salah satu UPT
Pusat di wilayah Indonesia Timur, BPBAP Takalar berdiri di atas tanah seluas 2,5 Ha dan
terbagi dalam 2 lokasi. Lokasi tersebut terdiri dari unit pembenihan ikan maupun udang,
laboratorium uji, laboratorium pakan alami, laboratorium rumput laut, laboratorium pakan
perikanan maka Balai Budidaya Air payau Takalar mempunyai Visi Mewujudkan peran
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar sebagai institusi pelayanan prima
dalam pembangunan sistem usaha Budidaya Air Payau yang berdaya saing berkelanjutan,
dan berkeadilan.
Untuk mendukung visi yang telah diterapkan, maka ditetapkan pula misi yang
diembang oleh Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar yaitu:
tanggal 1 Mei 2001, tugas BPBAP Takalar yaitu melaksanakan penetapan teknik
pembenihan dan pembudidaya ikan air payau serta pelestarian sumberdaya induk dan
berikut:
bimbingan budidaya air payau sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam rangka
melaksanakan tugasnya sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar dalam kegiatannya
Berikut ini struktur organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar
KEPALA BALAI
TATA USAHA
KOORDINATOR
FUNGSIONAL
Berikut ini adalah uraian tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi Balai
Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar selaku penanggung
Kepala Balai melaksanakan koordinasi ke pusat, di dalam unit organisasi Balai antara
instansi terkait. Dalam rangka pengendalian dan pengawasan, Kepala Balai mengadakan
teknis dan pengawasan pembenihan, budidaya ikan air payau, pengendalian hama dan
penyakit ikan, lingkungan, sumber induk dan benih serta pengelolaaan jaringan dan
perpustakaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
Kingdom : Animalia
Filum :Anthropoda
Kelas :Crustacea
Ordo :Decapoda
Famili :Penaidae
Genus :Litopenaeus
Spesies :Litopenaeus vannamei
Keterangan :
(moulting). Bagian tubuh udang putih sudah mengalami modifikasi sehingga dapat
digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur
(burrowing ), dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula.
Kordi (2007) juga menjelaskan bahwa kepala udang putih terdiri dari antena,
antenula,dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3 pasang
modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda
beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan
ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang
(pleopoda) kaki renang dan sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-
kemerah-merahan atau sedikit kebiruan, kulit tipis transparan. Warna tubuhnya putih
kekuningan terdapat bintik-bintik coklat dan hijau pada ekor (Wayban dan Sweeney,
1991). Udang betina dewasa tekstur punggungnya keras, ekor (telson) dan ekor kipas
ptasma yang simetris. Spesies ini dapat tumbuh mencapai panjang tubuh 23 cm (
dengan kisaran salinitas 0 sampai 50 ppt (Tizol et al., 2004). Temperatur juga
memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan udang. Udang putih akan mati jika
o
terpapar pada air dengan suhu dibawah 15oC atau diatas 33 C selama 24 jam atau lebih.
o o
Stres subletal dapat terjadi pada 15-22 C dan 30-33 C. Temperatur yang cocok bagi
o
pertumbuhan udang putih adalah 23-30 C. Pengaruh temperatur pada pertumbuhan
udang putih adalah pada spesifitas tahap dan ukuran. Udang muda dapat tumbuh
dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang
tersebut, maka temperatur optimum air akan menurun (Wyban et al., 1991).
Siklus hidup udang putih dimulai dari udang dewasa yang melakukan
pemijahan hingga terjadi fertilisasi. Setelah 16-17 jam dari fertilisasi, telur menetas
menjadi larva (nauplius). Tahap naupli tersebut memakan kuning telur yang tersimpan
Zoea akan mengalami metamorfosis menjadi mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang
kecil memakan alga dan zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis mengalami
metamorfosis menjadi postlarva. Tahap postlarva adalah tahap saat udang sudah
mulai memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan proses dari tahap nauplii
sampai postlarva membutuhkan waktu sekitar 12 hari. Kemudian post larva akan
sebagai organisme katadromous dimana udang vannamei dewasa hidup di laut sedangkan
udang muda akan berpindah ke daerah pantai. Menurut Haliman dan Adijaya (2005)
dalam Taqwa (2008) udang kaki putih merupakan tipe pemakan lambat, tetapi terus
menerus dan mencari makan melalui organ sensor. Pemijahan udang kaki putih secara
alami terjadi pada kolom air laut pada suhu 26-28 oC dengan salinitas sekitar 35 ppt.
Gambar 4. Siklus Hidup Udang vannamei (Litopeaneus vannamei)
Telur akan menetas menjadi larva dan mulai menyukai permukaan air laut. Selama
berada di permukaan laut, larva akan mengalami perubahan bentuk mulai dari nauplius,
zoea, mysis dan post larva. Pascalarva masih membutuhkan pergantian cangkang
beberapa kali. Menurut Murtidjo (1989) dalam Taqwa (2016) pascalarva 14-20 udang
vannamei mulai mencari tempat di muara sungai. Setelah beberapa bulan di daerah
estuari, udang dewasa akan kembali ke lingkungan laut dalam dan mengalami
Habitat udang vannamei muda biasanya hidup di air payau, seperti muara sungai dan
pantai. Semakin dewasa jenis udang vannamei semakin suka hidup di laut. Udang
vannamei yang sudah matang gonad biasanya kembali ketengah laut untuk melakukan
setelah betina berganti cangkang, (Wyban dan Sweeney, 1991 dalam Nadhif, 2016).
Udang kaki putih sebenarnya bukan udang local Indonesia, udang kaki putih berasal darim
pertama kali di asia di Taiwan pada akhir tahun 1990 dan meramba keberbagai Negara di
asia diantaranya Indonesia dan mulai meningkat pada tahun 2001-2002, (Fegan., 2003
Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan nutrisi yang dibutuhkan udang vannamei
secara afektif tergantung pada perkembangan alat pencernaannya, (Muzaki., 2004). Larva
udang vannamei pada stadia nupleus belum memerlukan makanan, karena masih
sempurna. Pada stadia zoea udang vannamei mulai aktif mengambil makanan terutama
dari jenis fitoplanton, pada stadia maysis lebih menyukai jenis makanan zooplankton.
Sedangkan pada stadia pascalarva lebih cenderum bersifat bentik, biasanya memekan
dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus ( setae) yang terdapat pada
ujung anterior antennulae, bagian mulut, capit, antenna dan maxilliped. Udang vannamei
akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit untuk mendekati sumber
pakan. Pakan langsung dijepit menggunakan capit kaki jalan, kemudian pakan dimasukkan
ke dalam mulut. Selanjutnya pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan
dan esofagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara
kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut (Haliman dan Adijaya., 2005 dalam
Muzaki., 2004).
dapat diukur dalam unit-unit panjang, berat atau energi (Wootton, 1995., dalam Taqwa.,
panjang atau berat dalam satuan waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai
pertambahan jumlah. Akan tetapi jika dilihat lebih lanjut sebenarnya pertumbuhan
Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan mortalitas udang vannamei
adalah makanan, udang hanya dapat meretensi protein dari pakan sekitar 16,3-40,87,
(Hari dkk., 2004 dalam Nadhif, 2016). Biasanya sisa protein dibuang dalam bentuk produk
ekskresi, residu dan fases. Selain itu kualitas air juga dapat mempengaruhi
Suhu optimal untuk tertumbuhan udang vannamei berkisar antara 26-32 oC, jika lebih dari
itu maka laju metabolisme udang vannamei akan berlangsung cepat dan kebutuhan
oksigen akan meningkat. pH dan salinitas berhubungan erat dengan keseimbangan ionik
dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang kaki putih. Udang vannamei yang berumur
masih muda anatara 1-2 bulan memerlukan kadar garam yang berkisar antara 15-25 ppt
agar pertumbuhannya dapat optimal, setelah udang vannamei berumur lebih dari dua
bulan agar pertumbuhannya lebih relative baik pada kisaran salinitas 5-30 ppt, (Nadhif,
2016).
mempunyai kisaran kualitas air tertentu dan toleransi berbeda-beda untuk melangsungkan
pada awal periode. Kelangsungan hidup udang vannamei akan menentukan produksi yang
diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran udang yang dipelihara. Jumlah padat tebar
menentukan tingkat kelangsungan hidup udang vannamei, (Effendie., 2002 dalam Taqwa.,
2016), Faktor lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kelulusan hidup
pertumbuhan pada udang, pada kondisi ekstrim akan menyebabkan kematian pada udang.
Pengukuran. Kekeruhan air dapat mempengaruhi kelangsungan hidup udang kaki putih,
kekeruhan air yang ideal untuk pertumbuhan udang vannamei berkisar antara 30-40 cm,
Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan
air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. ketinggian air tersebut dibiarkan dalam
tambak selama 10 – 14 hari jam sampai kondisi air benar – benar siap untuk ditebari benih
– benih udang. Tinggi air di petak pembesaran di upayakan 120 - 140 cm. Sebelum di isi
benur petakan di beri probiotik yang telah diperkaya selama 48 jam dengan dosis 2 ppm
untuk satu petakan. Pemberian probiotik dilakukan setiap hari selama 1 minggu. Tujuanya
adalah agar air media dalam petakan kaya akan plankton, selain itu air tandon sebelum
Sistem Manajemen kualitas air yang digunakan di Balai Perikanan Budidaya Air
Payau (BPBAP) Takalar dilakukan dengan sistem reserkulasi dengan pergantian air 4
jam/hari yg terdiri dari 4 tahap pengolahan yaitu 1 pengendapan secara anaerob, 2 aerob
dengan mnggnakan kincir 3 dan 4 mengurangi inorganik dengan rumput laut, nila salin dan
DO
10
8
PAGI
6 SORE
Axis Title
4
2
0
1 5 10 15 20 25 30
Pada grafik hasil oksigen terlarut (DO) sore hari dari hari pertama ke hari 2 sampai
hari ke-3 mengalami perubahan kenaikan DO, pada hari ke -3 sampai hari ke-7 mengalami
penurunan namun tidak terlalu siknifikan, pada hari ke-7 sampai hari ke-9 mengalami
kenaikan, pada hari ke 9 sampai hari ke-13 mengalami penurunan, pada hari ke-13 ke
hari 14 mengalami kenaikan, dari hari ke-14 sampai dengan hari ke-18 menurun, dari hari
penurunan, dari hari ke 25- 26 mengalami kenaikan, dari hari ke 26 sampai hari ke 18
engalami turun sangat signifikan,dan pada hari ke-28-30 mengalami kenaikan. Namun
pada pagi hari berbeda dengan pagi hari, hari 1-2 naik, dari hari ke 2-6 mengalami
penurunan, dari hari ke 6-8 naik mengalami kenaikan, dari hari ke 8-11 mengalami naik
turunya DO, dari hari ke 11-15 hari mengalami kenaikan, dari hari 15- 17 mengalami
penurunan, dari hari 17-18 hari mengalami kenaikan, dari hari 18-22 hari mengalami
penurunan yang sangat signifikan, dari hari 22-24 hari mengalami kenaikan, dari hari ke
24-25 hari mengalami penurunan,pada hari ke 25-26 hari mengalami kenaikan, di hari ke
26-27 mengalami penurunan, di hari 27-29 mengalami kenaikan, dan di hari ke 29-30
mengalami penurunan
2. Suhu
SUHU
35
30
25 PAGI
20 SORE
Axis Title 15
10
5
0
1 5 10 15 20 25 30
Berdasarkan grafik suhu yang didapati pada sore hari dari hari pertama sampai hari
ke-5 suhu mengalami kenaikan, dan di hari ke 5-9 mengalami penurunan yang siknifikan,
pada hari ke 9-10 mengalami kenaikan, di hari ke 10-11 suhu mengalami penurunan,
pada hari ke 11-13 mengalami kenaikan, pada hari ke 13-14 turun dan hari ke 14-15 naik,
di hari ke-15-18 mengalami penurunan, di hari 18-19 suhunya naik, pada hari ke-19-20
mengalami penurunann yang siknifikan, di hari ke 23-24 mengalami kenaikan, di hari ke-
24-26 mengalami penurunan, di hari 26-27 mengalami penurunan, dan di hari ke 27-30
menalami penurunan. Namun pada pagi hari dari hari pertama ke hari ke-2 mengalami
penurunan, di hari ke 2-4 mengalami kenaikan, pada hari ke 4-5 turun dan di ke 5-6
mengalami kenaikan, pada hari ke 6-10 mengalami penurunan yang sangat siknifikan, di
hari ke 10-13 mengalami kenaikan, di hari ke 13-15 mengalami penurunan, dan pada hari
ke 15-16 mengalami kenaikan, pada hari ke 16-19 mengalami penurunan,di hari ke 19-22
mengalami kenaikan, pada hari 22-24 mengalami penurunan, pada hari ke 24-25
kenaikan.
3. Kecerahan
KECERAHAN
80
60
KECERAHAN
40
20
0
1
25
29
15
Pada grafik kecerahan dapat dilihat bahwa pada hari petama sampai dengan hari ke-
mengalami kenaikan, dan pada hari ke 7 sampai hari ke 11 mengalami penurunan, di hari
kenaikan dan di hari ke 15 sampai hari ke 17 mangalami penurunan kembali, pada hari ke
17 sampai hari ke 18 mengalami kenaikan dan pada hari ke18 sampai 21 kecerahannya
tidak berubah, di hari ke 21 sapai ke 25 hari kecerahan mengalami penurunan dan naik
lagi sampai hari ke 27, dan pada hari ke 27 sampai hari ke28 mengalami penurunan
kembali di hari ke 28 dan di hari ke 29 mengalami kenaikan kembali dan turun kebali pada
hari ke-30
Gambar 8. Grafik PH
Berdasarkan grafik pH yang di dapati pada sore hari ,dari hari pertama sampai hari
ke tiga pH mengalami kenaikan, dan di hari ke 3-4 mengalami kenaikan, di hari ke 4-8
suhunya tidak mengalami perubahan, dari hari ke 8-12 suhunya naik turun tetapi tidak
terlalu siknifikan, di hari ke 12 -15 mengalami penurunan, pada hari ke 15-17 mengalami
kenaikan, pada hari ke 17-20 suhunya tidak mengalami perubahan, pada hari ke 20- 21
mengalami penurunan, 21-28 mengalami penurunan tetapi tidak siknifikan, dan di hari ke
28-30 mengalami kenaikan. Namun pH pada pagi hari berbeda dengan sore hari di hari
pertama sampai hari ke 3 pH mengalami kenaikan, pada hari ke 3-4 menglami penurunan,
di hari ke 4-8 pH mengalami kenaikan, dari hari ke 8-11 pH nya tidk berubah, di hari ke 11-
14 mengalami penurunan, pada hari 14-15 naik di hari 15-17 mengalami penurunan, di
hari ke17-18 mengalami kenaikan, dan pada hari ke 18-30 mengalami penurunan tetapi
tidak signifikan.
5. Salinitas
salinitas
20
15
salinitas
10
0
1 5 10 15 20 25 30
ALKALINITAS
200
150
100 ALKALINITAS
50
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Berdasarkan hasil grafik salinitas menunjukan bahwa pada hari pertama sampai hari
ke-3 salinitas tidak mengalami perubahan, di hari ke-3 sampai hari ke-6 salinitas
mengalami penurunan dan di hari ke-6 sampai hari ke-8 mengalami kenaikan, pada
hari ke-8 sampai hari ke-10 salinitas tidak mengalami perubahan dan di hari ke-10
sampai hari ke-14 mengalami penurunan , di hari ke 14 sampai hari ke-15 salinitas
sampai ke-20 mengalami kenaikan, dan pada hari ke-20 sampai hari ke-27 salitas
mengalami penurunan, dari hari ke-27 sampai hari ke 29 salinitas mengalami kenaikan
yang sangat signifikan dan di hari ke 29 sampai hari ke-30 mengalami penurunan
6. Alkalinitas
Gambar 10. Grafik alkalinitas
Berdasarkan hasil grafik alkalinitas pada hari ke 1-2 mengalami penurunan dan pada
hari ke 2-4 mengalami kenaikan, di hari ke 4-5 mengalami penurunan,dan di hari ke 5-8
alkalinitasnya tidak mengalami perubahan, di hari ke 8-9 mengalami kenaikan dan di hari
ke 9-10 mengalami penurunan, pada hari 10-13 tidak mengalami perubahan alkalinias, di
hari ke 13-14 mengalami kenaikan dan di hari ke 14-15 mengalami penurunan, di hari ke
15-23 mengalami kenaikan, pada hari ke 23-25 mengalami penurunan, pada hari ke 25-28
mengalami kenaikan yang signifikan, dan pada hari ke 28-30 mengalami penurunan.
4.11 Pembahasan
Berdasarkan hasil grafik, pada hari ke 9 DO yang ber ada di dalam tambak BPBAP
takalar mengalami peningkatan, di duga hal ini di pengaruhi oleh penambahan kincir untuk
peyuplai oksigen terlarut dalam air dan pada hari ke -18 dan hari ke-20 DO turun, hal ini
pengaruhi oleh pertumbuhan udang atau biota lain yang hidup di dalam perairan..
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor penting untuk proses metabolisme,
terutama untuk proses respirasi bagi organisme biota akuatik di perairan. Kelarutan
oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, nilai suhu yang berbanding terbalik dengan
respirasi. Jumlah konsentrasi oksigen terlarut yang terdapat di suatu perairan bergantung
kepada kondisi suhu dan salinitas perairan itu sendiri, serta aktifitas turbulensi (agitasi)
yang menyebabkan terjadinya difusi gas oksigen dari udara ke dalam air, (Suyanto dan
Mujiman., 2003).
2. Suhu
Dari hasil yang didapati dari grafik, di duga bahwa perubahan suhu yang terdapat di
tambak BPBAP takalar di pengaruhi oleh sinar matahari, tinggi rendahnya perairan, angin
dan hujan. suhu perairan tambak mengalami peningkatan pada hari ke-5 dan hari ke-7 hal
ini di pengaruhi oleh karna di pengaruhi oleh sinar matahari sehingga suhu yang berada
di dalam air tambak mengalami peningkatan dan di hari ke 9,14, 18 dan hari ke-23 suhu
peraiaran tambak megalami penurunan hal ini disebapkan oleh curah hujan sehingga
Suhu merupakan ukuran energi gerakan molekul, selain itu suhu salah satu faktor
yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme biota akuatik,
suhu air menetukan aktifitas spesies akutik sehingga mempengaruhi proses pemijahan,
penetasan serta menghambat laju pertumbuhan. Suhu periaran berkaitan erat dengan
penetrasi cahaya matahari serta suhu udara. Suhu diperairan berpengaruh langsung pada
3. Kecerahan
Berdasarkan hasil kecerahan yang berada dalam grafik di duga perubahan kecerahan
pada tambak di BPBAP takalar di pengaruhi oleh bahan fisika, pakan yang terbuang dan
plankton. Di hari ke-4 kecerahan dalam perairan tambak turun karena di sebapkan oleh
pertumbuhan plankton yang melimpah dan pakan yang terbuang sehingga ada
pengadukan yang menyebapkan kekeruhan dalam air dan di hari ke-12 kecerahan air naik
Menurut Pramono dkk., 2005) dalam (Dede dkk 2014) warna air yang baik untuk
tambak udang adalah hijau kecoklatan, hijau atau coklat, Umur udang yang masih muda
tersebut belum menggunakan pakan terlalu banyak sehingga buangan (feaces) yang
dihasilkan belum terlalu banyak. sedangkan Menurut Supangat (2000) dalam (Dede dkk
2014), semakin tinggi intensitas cahaya maka penetrasi yang menembus kolom perairan
peroleh dari tambak BPBAP takalar di pengaruhi oleh plankton, CO2 dan bahan organik
yang ada di dalam tambak. Di hari ke-3 pH air yang di tambak mengalami peningkatan hal
ini di sebapkan oleh adanya perlakuan pemberian kapur pada malam hari dan di hari ke 20
di duga pH tambak meningkat karna adanya kelimpahan plankton yang berada di dalam
tambak
Menurut (Purba 2012., dalam Yustianti, 2013) pH air pada media pemeliharaan larva
udang vannamei yang cocok untuk pertumbuhannya berkisar antara 7,7 - 8,7. Kiasaran pH
tersebut sangat cocok untuk kegitan pembenihan dan kelangsungan hidup larva udang
kaki putih.
5. Salinitas
Berdasarkan hasil grafik salinitas yang di dapatkan dari tambak BPBAP takalar di
duga bahwa perubahan salinitas di pengaruhi oleh curah hujan. Salinitas perairan tambak
di hari ke 29 mengalamami kenaikan hal ini di sebabkan oleh adanya penambahan air laut
Salinitas merupakan salah satu factor abiotik penting yang mempengaruhi sintasan
dan pertumbuhan organisme akuatik. Salinitas dapat memodifikasi peubah fisika dan kimia
air menjadi satu kesatuan pengaruh yang berdampak osmotik pada osmoregulasi dan
6. Alkalinitas
Berdasarkan hasil grafik yang di dapaatkan dari tambak BPBAP takalar di duga
bahwa perubahan alkalinitas di pengaruhi oleh pH, plankton, salinitas dan pakan buatan
yang terbuang . pada hari ke 28 alkalinitas perairan tambak mengalami kenaikan hal ini
disebapkan oleh adanya perlakuan dengan pemberian alkaset untuk menaikkan alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam. Dalam air, alkalinitas
sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, sedangkan sisanya oleh karbonat dan
pertumbuhan udang. Hal ini terkait dengan pengaruh alkalinitas terhadap kesediaan hara
menyebabkan terlepasnya unsur fosfor dan meningkatkan tersedianya unsur karbon untuk
proses fotosintesis fitoplankton. Hasil pengukuran alkalinitas di air tambak berkisar antara
69-95 ppm. Alkalinitas pada tambak intensif ini termasuk rendah karna dipengaruhi oleh
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan selama
2. Habitat udang vannamei muda biasanya hidup di air payau, seperti muara sungai dan
pantai. Semakin dewasa jenis udang vannamei semakin suka hidup di laut. Udang
vannamei yang sudah matang gonad biasanya kembali ketengah laut untuk
melakukan perkawinan.
3. Dalam kegiatan usaha budidaya sala satu faktor yang harus di perhatikan untuk
mendapatkan hasil panen yang baik adalah manejemen kualitas air, yang meliputi
5.2 Saran
Mahasiswa (PKPM) disarankan untuk BPBAP Takalar agar perlu meningkatkan beberapa
proses budidaya .
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang vanname. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Ariyani, D., Susanto, Sumandi, Iswandi. 2008. Pengaruh Perubahan Salinitas Terhadap
Virulensi WSSV Pada Udang Putih Litopenaeus vannamei. Universitas Lampung.
ISBN/ 978-979-1165-74-7.
Arini, E. 2011. Pemberian Kapur (Caco3) untuk Perbaikan Kualitas Tanah Tambak dan
Pertumbuhan Rumput Laut Gracillaria Sp. Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Vol.6 (2).
Fery andriyanto, dr. Ir.anthon efani, dan dr. Ir. Harsukoriniwati 2013. Analisis faktor-faktor
produksi usaha pembesaran udang vanname (litopenaeus vannamei) di kecamatan
paciran kabupaten lamongan jawa timur ; pendekatan fungsi cobb-douglass . Jurnal
ecsofim vol. 1, no. 1
Haliman, R.W dan Dian A.S. 2006.Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta
Jon dahlan, muhaimin hamzah, agus kurnia 2017 . Pertumbuhan udang vaname
(litopenaeus vannamei) yang dikultur pada sistem bioflok dengan penambahan
probiotik. Jurnal sains dan inovasi perikanan. Issn : 2502-3276. Vol. 1, no. 1, 19-27
Muzaki, A. 2004. Produksi Udang Vaname (Litopenaus vannamei) pada Padat Tebar
Penebaran Berbeda di Tanbak Biocrete. Program Studi Teknologi dan Manajemen
Akuakultur. Depertemen Budidaya Perairan . Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan.
Institut Pertanian Bogor.Panjaitan, A. S. 2012. Pemeliharaan Larva Udang Vaname
(Litopeaneus vanannamei) dengan Pemberian Jenis Fitoplantonk yang Berbeda.
Program Pascasarjana. Universitas Terbuka.
Mansyur, A., Mangampa, M., Suwoyo, H. S., Panjtra, B., Syah, B. 2014. Strategi
Pengelolaan Pakan Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei)
Nadhif, 2016. Pengaruh pemberian probiotik pada pakan dalam berbagai konsentrasi
terhadap pertumbuhan dan mortalitas udang vannamei (litopenaeus vannamei).
Skripsi. Perpustakaan Universitas Air Langga.
Panjaitan, A. S. 2012., Pemeliharaan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei)
Dengan Pemberian Jenis Fitoplankton Yang Berbeda . Program Pascasarjana.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Rizal. Emiyanti. Abdullah. 2013. Pola Distribusi Dan Kepadatan Kijing Taiwan (Anadonta
Woodiana) di Sungai Aworeka Kabupaten Konawe . Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan Fpik. Universitas Haluoleo. Vol. 2. No. 6.
Sophia, Fendjalang, tatag budiardi, eddy supriyono, dan irzal effendi 2016. Produksi udang
vaname litopenaeus vannamei pada karamba jaring apung dengan padat tebar
berbeda di selat kepulauan seribu . Jurnal ilmu dan teknologi kelautan tropis. Vol. 8,
no. 1
Sindhu rakasiwi 2017. Sistem pakar diagnosa penyakit udang vannamei menggunakan
metode forward chaining berbasis web. Jurnal simetris, vol 8 no 2. Issn: 2252-4983
Simanjuntak, M. 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di Perairan Teluk
Klabat, Pulau Bangka. Bidang Dinamika Laut, Penelitian Oseanografi-LIPI. Vol. 12.
No.2.
Sulastri arsad, ahmad afandy, atika p. Purwadhi, betrina maya v, dhira k. Saputra, nanik
retno buwono 2016. Studi kegiatan budidaya pembesaran udang vaname
(litopenaeus vannamei) dengan penerapan sistem pemeliharaan berbeda . Jurnal
ilmiah perikanan dan kelautan (issn: 2085-5842). Vol.9 no.1
Sulastri Arsad1, Ahmad Afandy, Atika p. Purwadhi, Betrina Maya v, Dhira k. Saputra,
Nanik Retno Buwono 2017. Studi kegiatan budidaya pembesaran udang vaname
(litopenaeus vannamei) dengan penerapan sistem pemeliharaan berbeda. Jurnal
ilmiah perikanan dan kelautan issn: 2085-5842. Vol.9 No.1
Suyanto, R dan. Mujiman, A, 2003. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
211 hal.
Sari, D. M. 2010. Pengaruh Penambahan Cao pada Media Budidaya Bersalinitas 4 Ppt
Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Galah (Macrobrachium
Rosenbergii De Man). Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Departemen
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Suwarsih. Marsoedih. Harahab, N. Mahmudi, M. 2016. Kondisi Air Pada Udang Di Tambak
Wilayah Pesisir Kecamatan Palang Kabupaten Tuben