PENDAHULUAN
Kolam merupakan badan air tergenang buatan manusia yang memiliki ciri
ekologis hampir sama dengan danau. Kolam dibangun sebagai sarana budidaya
berbagai macam jenis ikan dengan sumber air umumnya berasal dari waduk atau
sungai yang dialirkan ke kolam-kolam melalui saluran irigasi, baik yang dibangun
khusus untuk mengairi kolam, maupun saluran irigasi yang dibangun untuk
mememuhi kebutuhan air bagi lahan pertanian secara umum (Ningsih dkk, 2013)
terutama kesesuaian kualitas air yang digunakan untuk mengairinya. Kualitas air pada
sumbernya (sungai dan saluran irigasi) maupun yang telah digunakan sebagai media
budidaya ikan di petak-petak kolam, yang mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu.
Fluktuasi tersebut dapat terjadi baik sebagai akibat dari kondisi eksternal harian yang
berhubungan dengan cahaya matahari, iklim dan cuaca, juga dapat diakibatkan secara
in situ oleh faktor-faktor operasional kegiatan budidaya itu sendiri seperti pemberian
bagi operasi budidaya ikan yang diharapkan terpenuhi. Analisis ini dapat dijadikan
tidak hanya berdasarkan spesies ikan, tetapi juga perlu diperhatikan menurut fase
dan Alkalinitas.
dilakukan pelaksanaan kunjungan kuliah lapang ke dua lokasi. Lokasi pertama yaitu
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3)
laboratorium uji kualitas air dan laboratorium plankton, lokasi kedua yaitu kunjungan
langsung ketempat Balai Benih Ikan (BBI) sebagai tempat budidaya secara langsung.
I.3 Waktu
Kuliah lapangan dilakukan pada hari, Rabu 12 Desember 2018 Pukul 09.00 –
14.00 WITA.
I.4 Lokasi
yaitu Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAP3) alamat Jl. Makmur Daeng sitakka No. 129, Raya, Turikale, Kabupaten
PENGAMATAN LAPANGAN
II.1 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAP3)
Lab. Plankton
2
4
7 7
3 4
10 10 8 8
6
9 9 9 9 9
Keterangan :
1. Penampungan benih
2. Laboratorium
3. Kolam kosong
4. Kolam pemijahan
5. Bak penetasan
6. Bak pemeliharaan induk
7. Pendederan II
8. Pendederan I
9. Sistem Aerasi
10. Pemeliharan ikan
BAB III
PEMBAHASAN
Air yang digunakan untuk keperluan budidaya perikanan tidak sekedar air
(H2O), karena air mengandung banyak ion. Ion-ion unsur yang kemudian menentukan
apakah lingkungan tersebut cocok untuk kegiatan budidaya. Jadi kualitas air yang
baik adalah air yang cocok untuk kegiatan budidaya, dimana jenis komoditas bisa
hidup dan tumbuh dengan normal. Ketersediaan air yang baik sangat penting di dalam
budidaya perikanan, air yang bagus memiliki karakteristik lingkungan spesifik untuk
budidaya menjadi perhatian dunia saat ini, mengingat timbulnya sejumlah efek
negative yang tercatat pada beberapa lokasi. Hal umum namun penting adalah bahwa
kualitas air akan mempengaruhi pertumbuhan optimal udang dan panen di tambak.
Secara klasik, kajian tentang kualitas air akan mengkombinasikan parameter fisika-
Adapun aktivitas pada laboratorium kualitas air yaitu menganalisis kualitas air
dalam laboratorium kualitas air. Adapun kelengkapan kerja dalam laboratorium yaitu:
1. Kelengkapan dokumen
diukur. Setelah data lengkap dan telah dicatat pada buku Kaji Ulang Permintaan
Didalam Laboratorium kualitas air dilakukan uji parameter kualitas air untuk
mengetahui kondisi air. Parameter yang diukur untuk mengetahui kalitas air
diantaranya meliputi pengujian secara fisika yaitu suhu dan kekeruhan, pengujian
secara kimia yaitu analisis Bahan Organik Total (BOT), nitrat (NO3), Nitrit (NO2),
amonia (NH3), salinitas, pH dan DO dan pengujian sevara biologis, meliputi analisis
ruang istrumen yang dilengkapi dengan alat-alat seperti oven, DO meter, timbangan
analitik, spektrofotometer, data yang dipakai untuk pengolahan data berupa data
mikroskop berupa identifikasi plankton dari berbagai perairan, sperti fitoplankton dan
alternatif dalam budidaya ikan. Dengan adanya probiotik, maka proses degradasi
bahan organik akan baik, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi
pertumbuhan plankton. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh
pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga (Hartini dkk, 2013).
Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva dan benih
ikan. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga,
dan sebagai sumber nutrisi mikro dan makro, serta menghasilkan enzim untuk
meningkatkan pencernaan. Menurut Hickling (1971) pertumbuhan juga dipengaruhi
kepadatan ikan yang ditebar, dimana dengan padat tebar yang rendah, pertumbuhan
ikan relatif lebih cepat dan sebaliknya pada padat tebar yang tinggi pertumbuhan ikan
Parameter kualitas air menunjukkan bahwa nilai parameter kualitas air pada
kolam penelitian masih kisaran layak bagi kultivan yang dipelihara. Suhu berada pada
kisaran 26-29ºC. Nilai ini masih berada pada kisaran layak karena menurut Sucipto
(2005), kisaran suhu yang layak bagi budidaya ikan nila adalah 28-32 oC. Kisaran pH
ini jg masih kisaran layak yaitu berkisar 6,5-7. Kisaran pH yang layak untuk
budidaya ikan nila berkisar 7-8. Kadar oksigen terlarut berada pada kisaran 3,8-5,6
mg/l. Nilai ini masih dalam kisaran layak menurut Sucipto (2005) adalah 3-5 mg/l.
Pada kadar amonia kolam penelitian adalah mendekati nol. Menurut Boyd (1979),
total kandungan amonia suatu perairan budidaya adalah di bawah 1,5 ppm (Ainida
dkk, 2013).
III.2 Aktivitas Pada Balai Benih
pembenihan ikan air tawar yang ada di Indonesia. Dinas Perikanan Kelautan dan
Peternakan telah membangun Balai Benih Ikan (BBI)untuk memenuhi bibit ikan air
tawar yang berkualitas dan terjamin bagi petani budidaya ikan. Benih ikan yang
dibudidayakan ditempat ini yaitu ikan nila dan ikan mas. BBI bantimurung memiliki
sistem irigasi yang baik dimana air buangannya langsung menuju kanal dan tidak
mencemari perairan atau lingkungan. Hubungan sosial antara BBI dan masyarakat
cukup baik dilihat dari seringnya pihak BBI memberikan benih kepada masyarakat
untuk di budidayakan.
b. Pengadaan induk, merupakan proses awal ddari kegiatan pembenihan ikan Nila,
Induk yang disediakan adalah induk jantan dan induk betina. Dilakukan
perbanyakan benih ikan nila jantan dengan cara benih ikan direndam dengan
benih yang bermutu dan berkualitas. Pemberian pakan pada ikan nila dilakukan
secara teratur dan disesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Pemberian
pakan yang dilakukan di BBI dengan dosis 5-7%, pakan yang diberikan berupa
yang sudah siap untuk dipijahkan. Ciri induk induk jantan yang telah matang
gonad ditandai dengan perut yang yang mengeluarkan cairan seperti susu ketika
di tekan dan pada betina akan mengeluarkan telur yang berwarna agak
kekuningan.
Seleksi merupakan salah satu kegiatan riset yang banyak dilakukan, dalam
konteks “breeding program” seleksi individu dan famili mulai dilakukan. Dari
berbagai jenis riset genetika yang dilakukan, selective breeding masih merupakan
salah satu yang dominan. Berdasarkan sifat yang ingin diperbaiki pada program
perbaikan kualitas ikan nila sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi dan
keuntungan para pembudidaya ikan nila. Induk dan benih yang memiliki mutu tinggi
mutlak diperlukan dalam kegiatan budidaya nila karena dari induk yang unggul
mencapai 96-100%, dan yang umum digunakan adalah golongan hormon androgen
seperti 17α-metil testosteron. Metode pemberian hormon bisa melalui pakan (oral)
larva pada masa diferensiasi kelamin atau periode kritis, yaitu otak larva masih dalam
laku maupun fungsinya. Perendaman larva ikan nila umur 10 dan 14 hari dengan
1.800 μg/L MT selama 4 dan 8 jam menghasilkan jantan 91,6% dan 98,3%. Pada ikan
gapi diperoleh 100% jantan dengan perendaman menggunakan dosis 2 mg/L selama
nila menurun pada jam ke-22 setelah penghentian pemberian pakan. Konsentrasi MT
di tubuh ikan setelah 24 jam menjadi 2,5-3,0% dan setelah 100 jam berkurang
diferensiasi karena sifat nila yang termosensitif. Semakin tinggi suhu, maka rasio
kelamin jantan semakin tinggi. Perendaman larva nila berumur 10, 20, 30 hari setelah
pembuahan pada suhu 36,00-36,83°C dengan lama perendaman 10, 20, 30 hari
MT dan suhu dapat dilakukan untuk memaksimalkan produksi ikan jantan dan
meminimalkan penggunaan MT. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas penggunaan MT dosis rendah (2 mg/L) pada suhu 26°C dan
36°C melalui perendaman larva dalam waktu berbeda (2 dan 4 jam) terhadap
keberhasilan alih kelamin jantan ikan nila, dan pengukuran residu testosteron pada
tubuh ikan setelah perendaman dan selama pemeliharaan benih hingga umur 90 hari
(BRPBAP3)
IV. 1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kunjungan kuliah lapang yang telah dilakukan setelah
melihat langsung tempat Lab kualitas air dan Lab plankton dapat disimpulkan bahwa
lingkungan budidaya diantaranya diperlukan adanya uji parameter kualitas air yang
meliputi uji paremeter fisika, kimia dan biologis untuk mengetahui kondisi
ketempat Balai Benih Ikan (BBI) dapat diketahui kiat-kiat dalam budidaya mulai
dari persiapan kolam, pengadaan induk, pemeliharaan induk, seleksi induk matang
IV.2 Saran
Saran saya terhadap kunjungan praktik lapang ini yaitu mengenai lama waktu
kunjungan yang menurut saya belum efisien, semoga kedepannya kunjungan seperti
ini bisa dilakukan dengan waktu yang relatif lebih lama sehingga informasi yang
didapatkan mengenai kiat-kiat dalam suatu budidaya dapat lebih di pahami dan lebih
banyak lagi informasi yang dapat diterima langsung dari orang-orang yang
Ainida A.N., Hastuti S., Rejeki S., 2013. Perbandingan Genetic Gain Ikan Nila
Pandu dan Ikan NIla Kunti (Oreochromis niloticus) f4 Pada Pendederan
I-III. Journal of Aquaculture Management and Technology. Vol 2(3): 1-11
Hartini S., Sasanti A.D., Taqwa F.H., 2013. Kualitas Air, Kelangsungan Hidup
Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata) Yang Dipelihara
Dalam Media Dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. Vol 1(2); 192-202.
Maniagasi, R., Sipriana, S., Tumembouw, Mundeng, Y., 2013. Analisis Kualitas
Fisika Kimia Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 1 (2): 29-37.
Ningsih F., Rahman M., dan Rahman A., 2013. Analisis Kesesuaian Kualitas Air
Kolam Berdasarkan Parameter pH, DO, Amoniak, Karbondioksida,
danAlkalinitas Di Balai Benih dan Induk Ikan Air Tawar ( BBI-IAT)
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Vol 4 (6): 102-113.
Rosmaidar., Thasmi C.N., Afrida A., Akmal M., Herrialfian dan Manaf Z.H., 2016.
Pengaruh Lama Perendaman Larva Dalam Hormon Metil Testosteron
Alami Terhadap Pejantan Ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal
Medika Veterinaria. Vol 10 (2).
Widigdo B., dan Wardianto Y., 2013. Dinamika Komunitas Fitoplankton dan
Kualitas Perairan Di Lingkungan Perairan Tambak Udang Intensif:
Sebuah analisis korelasi. Jurnal Biologi. Vol 13 (2):1411-9587.
LAPORAN PRAKTEK LAPANG AKUAKULTUR
NAMA : NURLIA. S