Anda di halaman 1dari 9

Hemyscyllium

Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

ANALISIS KELAYAKAN LOKASI BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptis altivelis) DI


PERAIRAN PULAU MAITARA KOTA TIDORE KEPULAUAN

Fadli Umaternate 1, M. Irfan2, Gamal M. Samadan3


Program Studi Budidaya Perairan. Universitas Khairun Ternate
Email address: gmsamadan@unkhair.ac.id
Diterima: 12 Mei 2020; Disetujui: 20 Juli 2020

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi perairan Pulau Maitara, Kota
Tidore Kepulauan, mengetahui kelayakan lokasi untuk pengembangan budidaya Ikan Kerapu
Bebek (Cromileptis altivelis) di perairan Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan. Metode yang
digunaka dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dimana data yang didapatkan
dibahas secara deskriptif dan diseuaikan dengan standar baku mutu kualitas air ikan kerapu
bebek (Cromileptis altivelis). Kualitas air yang di teliti yakni terdiri atas dua parameter yaitu
Fisika dan Kimia, untuk parameter fisika terdiri dari kedalaman, suhu, kecepatan arus dan
kecerahan, sedangkan untuk parameter kimia yaitu salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen
terlarut (DO), nitrat dan fosfat. Hasil analisis kelayakan lokasi pada satasiun I dan stasiun II
menunjukan nilai total skor sebesar 66 dimana nilai tersebut menunjukan nilai yang layak
marginal (S3) sebagai lokasi budidaya ika kerapu bebek.

Kata Kunci: Kerapu bebek, kelayakan lokasi, kualitas perairan, pulau maitara, evaluasi perairan.

Abstract
The purpose of this study was to determine the condition of the waters of Maitara
Island, Tidore Archipelago City, to determine the feasibility of the location for the development
of grouper duck (Cromileptis altivelis) cultivation in the waters of Maitara Island, Tidore Islands
City. The method used in this research is the field survey method where the data obtained is
discussed descriptively and adjusted to the water quality standards for Humpback Grouper
(Cromileptis altivelis). The quality of water studied consists of two parameters, namely Physics
and Chemistry, for physical parameters consisting of depth, temperature, current velocity and
brightness, while for chemical parameters, namely salinity, degree of acidity (pH), dissolved
oxygen (DO), nitrate and phosphate. The results of the feasibility analysis of the location at
station I and station II show a total score of 66, where this value shows a marginal feasible
value (S3) as a location for humpback grouper cultivation.

Key Word : Humpback grouper, feasibility of location, water quality, maitara island, water evaluation.

1. Pendahuluan mencapai sasaran di sektor perikanan guna


Sumber daya perikanan sebagai salah satu mendukung keberhasilan pembangunan.
aset nasional merupakan modal dasar untuk Sektor perikanan diharapkan mampu

1
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

memberikan peranan yang lebih besar bebek hidup berukuran di atas 300 gram
sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi (Fahmawati, 2014).
penambah devisa, perbaikan pangan, dan gizi Pemilihan lokasi pengembangan budidaya
masyarakat, serta menjadikan lapangan ikan kerapu bebek tidak terlepas dari aspek
pekerjaan maupun dalam upaya peningkatan bioteknis budidaya, yang didalamnya
pendapatan masyarakat. Budidaya perikanan terdapat parameter kualitas perairan sebagai
yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia daya dukung lingkungan (carryng capacity)
sangat beragam. Keberagaman ini dan non-teknis berupa dukungan aksesibilitas
dipengaruhi oleh tingginya permintaan dan sosial-ekonomi masyarakat (Sirza dkk.,
konsumen terhadap komoditas perikanan 2016). Oleh karena itu, proposal penelitian ini
tertentu (Maolana dkk., 2017). hanya dibatasi pada aspek bioteknis, maka
Saat ini perkembangan budidaya ikan aspek non-teknis hanya berperan sebagai
laut semakin memberikan peluang yang besar informasi tambahan.
bagi para pelaku industri peikanan. Berbagai Pengembangan budidaya ikan kerapu
komuditas ikan yang mamiliki nilai ekonomis bebek yang akan diteliti adalah analisis
cukup tinggi mulai dikembangkan, kelayakan lokasi budidaya ikan kerapu bebek
diantaranya adalah : kerapu macan di perairan Maitara.
(Epinephelus fuscoguttatus), kerapu bebek Salah satu wilayah yang mempunyai potensi
(Cromileptes altivelis), kakap putih (Lates pengembangan budidaya kerapu bebek
calcalifer), bawal bintang (Trachinotus adalah perairan Maitara. Perairan Maitara
blochii), kakap merah (Lutjanus sp.), bandeng merupakan salah satu kawasan yang memiliki
(Chanos chanos), dan beberapa jenis ikan tingkat kesuburan tinggi dan berpotensi
lainnya (Rukmono dkk., 2010). untuk pengembangan berbagai komoditas
Kerapu bebek merupakan salah satu budidaya laut di Maluku Utara. Pulau Maitara
jenis ikan kerapu yang mempunyai prospek terletak diantara Pulau Ternate dan Tidore
pemasaran cukup baik dan mahal, terutama yang merupakan suatu lokasi strategis sentra
untuk pasar ekspor. Kerapu bebek pengembangan perikanan (Yuliana, 2008).
(Cromileptes altivelis), salah satu jenis ikan
yang mempunyai potensi untuk II. METODE
dibudidayakan memiliki nilai ekonomi yang Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus-
tinggi dengan harga Rp.100.000,00 – September 2019 di perairanPulau Maitara.
Rp.150.000,00 per kilogram bagi ikan kerapu Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3
berikut:

2
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

2.1. Alat danBahan pengamatan


Adapun alat dan bahan yang 10 Alat Tulis Menulis Hasil
digunakan dalam penelitian inidapat dilihat Penelitian
pada Tabel 1. 11 Kamera Dokumentasi
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan 2.2. Metode Pengambilan Data
dalam penelitian. Data yang digunakan merupakan data
No Alat Kegunaan primer dan data sekunder. Pengumpulan
1 Secchi Disk Mengukur data primer yaitu data yang diperoleh secara
Kecerahan langsung di lapangan dengan cara observasi.
2 Meteran Mengukur Pengumpulan data sekunder meliputi
Kedalaman seluruh referensi yang terkait dengan
3 Thermometer Mengukur Suhu Air penelitian ini.
4 pH Meter Mengukur pH air Stasiun pengamatan ditentukan dengan
5 DO Meter Mengukur DO dan menggunakan metode purposive sampling.
suhu air Terdapat 2 stasiun dalam penelitian ini di
6 Current Meter Mengukur Desa Maitara utara dengan jarak antar
Manual kecepatan arus air stasiun 100 m. Setiap stasiun dilakukan
7 Stopwatch Menghitung waktu pengukuran pada 3 titik dengan kedalaman
dalam menentukan yang berbeda, yaitu 1 meter, 5 meter, dan 9
kecepatan arus meter.
8 Botol Sampel Mengambil sampel Pengambilan sampel air dilaksanakan
air berdasarkan Standar Nasional Indonesia
9 Perahu Transportasi (SNI) tahun 2004 dengan tujuan untuk

3
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

pengamatan di laboratorium (ex situ). Tabel 2. Metode analisis kualitas perairan


Pengambilan sampel air laut pada setiap No Parameter Alat Metode
lokasi yang dianggap dapat mewakili 1 Fisik
karakteristik keseluruhan lingkungan. - Suhu Thermometer In situ
Pengumpulan data kualitas air terdiri - Kecepatan Current Meter In situ
dari parameter fisik dan kimia. Parameter Aru Manual Secchi In situ
fisik kualitas air dilakukan pengambilan data - Kecerahan disk
secara langsung di lapangan (in situ). 2 Kimia
Parameter fisik yang di amati adalah suhu, - Salinitas Refraktometer In situ
kedalaman dan kecerahan. Parameter kimia - pH pH Meter In situ
terdiri dari pH, DO, dan salinitas yang - Oksigen DO Meter In situ
diamati secara langsung di lapangan (in situ). Terlarut Spektofotometer Ex situ
Sedangkan nitrat dan fosfat diamati di - Nitrat Spektofotometer Ex situ
laboratorium (ex-situ). Metode analisis - Fosfat
untuk pengukuran kualitas air dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut. 2.3. Metode Analisis Data

Kelayakan budidaya kerapu bebek di KJA menentukan keberhasilan budidaya


terbagi ke dalam tiga tingkatan pada setiap (Beveridge, 1991 dalam Hastari dkk., 2017).
parameternya, yaitu sangat layak (S1), layak Pemberian skor diberikan dengan nilai 1, 3,
(S2), dan tidak layak (N) (Sirajuddin, 2009 dan 5 layak kriteria dan batas yang
dalam Hastari dkk., 2017). Tingkatan ditentukan. Jika hasil pengukuran suatu
kelayakan tersebut ditentukan berdasarkan parameter fisika-kimiawi perairan berada
kelayakan parameter fisika-kimiawi perairan dalam kondisi optimum, maka skor yang
terhadap budidaya ikan (Tiskiatoro, 2006 diberikan tinggi, yakni 5. Namun sebaliknya,
dalam Hastari dkk., 2017). Parameter yang bila hasil pengukuran tersebut berada pada
dapat memberikan pengaruh lebih kuat batas yang kurang optimum maka skor yang
sebagai faktor pembatas bagi organisme diberikan semakin rendah, yakni 1 atau 3
budidaya diberi bobot lebih tinggi. Kriteria (Hastari dkk., 2017).
kelayakaan disusun berdasarkan parameter Penentuan kelayakan lokasi budidaya
fisika-kimiawi perairan yang dipersyaratkan ikan kerapu bebek di KJA pada lokasi
dengan mengacu pada matriks kelayakaan penelitian menggunakan formula dalam
(Hastari dkk., 2017). Syaugy (2013):
Pemberian bobot dan skor dengan
mempertimbangkan pengaruh variabel yang

26,6

4
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kondisi Perairan


Penilaian kondisi perairan untuk dkk., 2016). Suhu perairan berperan
kelayakan budidaya kerapu bebek di KJA mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
dilakukan dengan memperhatikan Peningkatan suhu menyebabkan
karakteristik lingkungan dan kualitas air yang peningkatan dekomposisi bahan organik
layak bagi kehidupan kerapu bebek. Hasil oleh mikroba (Effendi, 2003). Suhu air
pengukuran parameter fisika-kimiawi dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari,
perairan disajikan pada Tabel 5. udara, cuaca dan lokasi (Valentino dkk.,
2018). Suhu merupakan parameter
Tabel 5. Kondisi perairan pada lokasi oseanografi yang mempengaruhi
penelitian pertumbuhan ikan kerapu bebek di KJA
Hasil (Hastari dkk., 2017). Hasil pengukuran suhu
Parameter Stasiun Stasiun Satuan perairan berkisar antara 26,6oC - 26,9oC.
I II Mayunar dkk., (1995); Akbar dan Sudaryanto
Suhu (℃) 26,9 26,6 (2002), menyatakan bahwa suhu optimum
Kecepatan untuk budidaya kerapu bebek di KJA berkisar
0,08 0,09 antara 27oC - 32oC.
Arus (m/s)
Kedalaman M Kecepatan arus perairan selama
9 9 penelitian berkisar antara 0,08 m/s - 0,09
(M)
Kecerahan (M) >5 >5 M m/s. Kecepatan arus yang ideal untuk
Salinitas (ppt) 30 30 Ppt pembesaran ikan kerapu bebek adalah
DO (Mg/l) 3,57 3,61 Mg/l antara 0,2 – 0,5 m/s (BBPBL, 2001).
Ph 7,5 7,57 - Sementara kedalaman perairan selama
Nitrat (Mg/l) 1,912 2,162 Mg/l adalah 9 m. Menurut Radiarta dkk., (2007)
Fosfat (Mg/l) 0,135 0,106 Mg/l nilai kedalaman yang optimal untuk
Hasil budidaya ikan kerapu macan yaitu 6 – 28 m.
Parameter Kecerahan merupakan tingkat
Stasiun I Stasiun II
Suhu 12 12 transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual menggunakan secchi disk.
Kecepatan Arus 9 9
Dengan mengetahui kecerahan suatu
Kedalaman 6 6
perairan kita dapat mengetahui sampai
Kecerahan 10 10
dimana masih ada kemungkinan terjadi
Salinitas 15 15
proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan
DO 6 6
mana yang tidak keruh, dan yang paling
pH 10 10
keruh (Hamuna dkk., 2018). Kecerahan
Nitrat 1 1
perairan selama penelitian lebih dari 5
Fosfat 5 5
meter. Menurut Hargreaves and John (2002)
Total 74 74 kecerahan yang baik untuk pembesaran ikan
Suhu merupakan salah satu faktor kerapu bebek adalah ≥ 5,00 meter.
yang sangat penting dalam mengatur proses Salinitas merupakan faktor oseanografi
kehidupan dan penyebaran organisme di yang mudah diukur tetapi berperan penting
perairan (Nybakken, 1988 dalam Tangke dalam proses-proses fisika, kimia maupun

5
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

biologis di laut, seperti dalam proses selama penelitian ialah 7,50 - 7,57. Menurut
percampuran, konsentrasi oksigen terlarut Ghufran (2010), ikan kerapu bebek diketahui
dan penyebaran organisme laut (Knauss, sangat baik pertumbuhannya pada pH
1997 dalam Kalangi dkk., 2013). Secara normal air laut yaitu antara 6,0 – 8,2.
fisiologis, salinitas berkaitan erat dengan Nitrat adalah bentuk nitogen utama di
penyesuaian tekanan osmotik (Tangke dkk., perairan alami. Nitrat merupakan salah satu
2016). Salinitas selama penelitian berada nutrien yang penting dalam sintesa protein
pada kisaran 30 ppt. Menurut Hastari dkk. hewan dan tumbuhan (Effendi, 2003).
(2017), Ikan kerapu bebek menyukai hidup Menurut Landau (1995), kadar nitrat yang
di habitat perairan karang dengan salinitas baik bagi keperluan budidaya berkisar
30 ppt sampai 35 ppt. antara 0,02 ppm - 0,4 ppm. Hasil analisis
Oksigen terlarut (DO) adalah total menunjukan kisaran nitrat berada pada
jumlah oksigen yang terlarut di air. Oksigen 1,912 mg/l sampai 2,162 mg/l, kisaran nitrat
terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup ini melebihi ambang batas untuk biota air
untuk pernapasan, proses metabolisme atau dalam Keputusan Menteri Negara
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004.
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Kisaran nitrat yang melebihi ambang
Disamping itu, oksigen dibutukan untuk batas baku mutu diduga karena terjadinya
oksidasi bahan–bahan organik dan proses dekomposisi bahan organik oleh
anorganik dalam proses aerobik (Hamuna bakteri akibat kebiasaan masyarakat sekitar
dkk., 2018). yang membuang sampah kelaut dan
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara mengendap didasar perairan. Proses
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, kadar dekomposisi oleh organisme pengurai juga
DO yang layak untuk biota laut bernilai lebih menghasilkan Nitrat. Proses tersebut
besar dari 5 mg/l. Kisaran DO selama merupakan proses Nitrifikasi.
penelitian antara 3,57 mg/l sampai 3,61 Nitrifikasi adalah proses oksidasi
mg/l. Menurut Evalawati dkk,, (2001), ikan ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Proses ini
kerapu bebek dapat hidup layak dalam merupakan proses yang penting dalam siklus
karamba jaring apung dengan konsentrasi nitrogen dan berlangsung pada kondisi
oksigen terlarut >5 mg/l. aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit
Derajat keasaman atau pH merupakan dilakukan oleh bakteri nitrosomonas
salah satu parameter kimia yang cukup sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat
penting dalam memantau kestabilan dilakukan oleh nitrobacter (Effendi, 2003).
perairan (Simanjuntak, 2009). Derajat Sehingga menyebabkan kisaran nitrat
keasaman (pH) merupakan logaritma menjadi tinggi.
negative dari konsentrasi ion-ion hidrogen Fosfat merupakan salah satu senyawa
yang terlepas dalam suatu cairan dan nutrien yang sangat penting dilaut. Fosfat
merupakan indikator baik buruknya suatu dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan
perairan (Hamuna dkk., 2018). Ikan kerapu metabolisme fitoplankton dan organisme
bebek akan baik pertumbuhannya bila laut lainnya dalam menentukan kesuburan
dipelihara pada perairan dengan nilai pH perairan (Hamuna dkk., 2018). Jika
lebih besar dari 7 (Affan, 2012). Kisaran pH kandungan fosfat lebih dari 0,051 ppm maka

6
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

perairan bisa dikatakan baik (Wardoyo, Alfiah, 2009. Studi Kelayakan Perairan Pulau
2002). Hasil analisis menunjukan kisaran Pajenekang. [Skripsi]. Ujung
fosfat berada pada 0,106 mg/l sampai 0,135 Pandang: UNHAS.
mg/l. Anggraini, D.R., 2017. Analisis kelayakan
3.2. Kelayakan Lokasi Budidaya perairan untuk budidaya ikan kerapu
Kelayakan lahan merupakan salah satu bebek, cromileptes altivelis (randall,
aspek yang menentukan keberhasilan 1997) di perairan pulau tegal
kegiatan budidaya ikan kerapu bebek di kecamatan teluk pandan kabupaten
Pulau Maitara. Setelah dilakukan pesawaran. [Skripsi]. Fakultas
pengolahan data, pembobotan dan skoring pertanian universitas lampung
berdasarkan sistem penilaian kelayakan Bandar lampung.
perairan untuk budidaya ikan kerapu bebek Andarini, 2014. Studi Parameter Kimia Fisika
di KJA, maka hasil analisa kelayakan lokasi Perairan Pantai Muara Sungai untuk
(Tabel 6) pada satasiun I dan stasiun II Kelayakan Lahan Budidaya Tambak
sangat layak (S1). Udang di Kecamatan Sinjai Timur
Tabel 6. Hasil analisa kelayakan lokasi Kabupaten Sinjai. Universitas
budidaya ikan kerapu bebek di Pulau Hasanuddin. Makassar.
Maitara Anonim.(2004). Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun
Stasiun Klasifikasi Kelayakan 2004 Tentang Baku Mutu Air
I Sangat Layak (S1) Laut.http://hukum.unsrat.ac.id/
II Sangat Layak (S1) men/menlh_51_2004.pdf, diakses
IV. KESIMPULAN DAN SARAN tanggal 02 Juli 2014.
4.1. Kesimpulan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil (BBPBL) Lampung. 2001. Modul
kesimpulan sebagai berikut : Petunjuk Teknis Pembesaran Kerapu
1. Kondisi perairan menunjukan suhu bebek. Balai Besar Pengembangan
berada pada kisaran 26,6 - 26,9℃; Budidaya Laut Lampung. Lampung:
kecepatan arus 0,08 - 0,09 m/s; Departemen Kelautan dan Perikanan,
kedalaman 9 m; kecerahan >5 m; Direktorat Jendral Perikanan
salinitas 30 ppt; oksigen terlarut 3,57 - Budidaya, Balai Budidaya Laut.
3,61 mg/l; pH 7,5; nitrat 1,912 - 2,162 Barus, 2001. Studi Penyebaran Bahan
mg/l; dan fosfat 0,106 - 0,135 mg/l. Organik Pada Berbagai Ekosistem Di
2. Kelayakan lokasi pada satasiun I dan Perairan Pantai Pulau Bone batang.
stasiun II sangat layak (S1). Makassar: Universitas Hasanuddin.
Boyd, C. E. (1981). Water Quality
DAFTAR PUSTAKA Management Pond Fish Culture.
Akbar, S. dan Sudaryanto. 2002. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembenihan dan pembesaran ikan Perikanan
kerapu bebek bebek. Penebar Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Swadaya. Jakarta. 103hlm Pengelolaan Sumber Daya dan

7
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

Lingkungan Perairan. Penerbit Universitas Jember. 28-31 hal.


Kanisius. Yogyakarta. Rukmono, D., Romi Novriadi, Sri Agustatik
Evalawati., M. Meiyanadan, dan T.W. Aditya. dan Endang Widiastuti. 2010.
2001. Modul Pembesaran Kerapu Penyakit Bakteri Pada Budidaya Ikan
Macan (Epinephelus fuscogutattus) Laut. Kementrian Kelautan Dan
dan Kerapu Bebek(Cromileptes Perikanan. Direktorat Jenderal
altivelis) di Keramba Jaring Apung. Perikanan Budidaya. Balai Budidaya
Fahmawati, Y. 2014. 20 Jenis Budaya Laut Batam.
Perikanan Laut. Penerbit Mitra Salmin, 2005. Pengukuran Kualitas
Edukasi Indonesia: Bandung. Perairan. Jakarta: PT. Gramedia
Hamuna, B., Rosye H.R. Tanjung, Suwito, Pustaka.
Pembesaran Ikan Koi (Cyprinus carpio Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran
koi) Di Desa Gandusari Kecamatan Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta,
Gandusari Kabupaten Blitar. Jurnal Jakarta
TECHNO-FISH Vol. 1 No. 2 : 78 – 85. Simanjuntak, 2009. Diperlukan Pembakuan
Mayunar, R. Purba, dan P.T. Imanto. 1995. Kriteria Eko-Biologis untuk
Pemilihan lokasi budidaya ikan laut. Menentukan “Potensi Alami”
Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Kawasan Pesisir Untuk Budidaya
189 hlm. Udang. Prosiding. Pelatihan untuk
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. 2004. Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir
Keputusan Menteri Negara Terpadu. Bogor: PKSPL-IPB.
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun Simanjuntak, M. 2009. Hubungan Faktor
2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lingkungan Kimia Fisika Terhadap
Untuk Biota Laut. Jakarta. Distribusi Plankton Di Perairan
Muhtadi, 2008. Towards reducing Belitung Timur, Bangka Belitung.
environmental impacts of pond Journal Of Fisheries Sciences, 11 (1) :
aquaculture. INFOFISH International. 31-45.
2 (98): 27-33. Sirza, M.J., Hartoko, A dan Suminto. 2016.
Radiarta, N., Wardoyo, S.E., Priono, B., dan Analisis Kelayakan Lokasi dan Data
Praseno, O. 2007. Aplikasi Sistem Spasial Budidaya Laut berdasarkan
Informasi Geografis untuk Penentuan Parameter Kualitas Perairan di Teluk
Lokasi Pengembangan Budidaya Laut Lasongko Kabupaten Buton Tengah.
di Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Institut Teknologi Nasional
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Malang. Seminar Nasional Inovasi
9: 67-79. dan Aplikasi Teknologi di Industri
Renanti, H.F. 2015. Analisis Strategi (Seniati). 80-84 hal.
Pengembangan Usaha Hatchery Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003.
Skala Rumah Tangga (Hsrt) Kerapu Pembenihan Kerapu bebek Skala
bebek di Kecamatan Bungatan, Rumah Tangga.PT Agromedia
Kabupaten Situbondo. [Tesis]. Pustaka, Depok.
Program Studi Magister Ilmu Suin, 2002. Budidaya Ikan Kerapu Macan.
Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta: Penebar Swadaya.

8
Hemyscyllium
Vol. 1 no 1 : 1-9
Published online: 1 agustus 2020

Supratno KPT. 2006. Evaluasi Lahan Ekstensi, Manajemen Agribisnis


TambakWilayah PesisirJepara untuk Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
PemanfaatanBudidayaIkanKerapu Bogor. 122 hal.
bebek. [Tesis].Semarang, Program Valentino, G. Abdullah Aman Damai, dan
Studi Megister Manajeman Herman Yulianto. 2018. Analisis
Sumberdaya Pantai, Program Pasca Kelayakan Perairan untuk Budidaya
Sarjana Universitas Diponegoro. Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Syaugy, Afwan. 2013. Evaluasi Kelayakan fuscoguttatus) Di Perairan Pulau
Lahan Tambak Udang Di Kecamatan Tegal Kecamatan Teluk Pandan
Cijulang Dan Parigi, Ciamis, Jawa Kabupaten Pesawaran. e-Jurnal
Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Dan Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Teknologi Kelautan Fakultas Perairan Volume VI No 2.
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Wahyuni, 2008. Pengelolaan Airpada
Pertania Bogor. Bogor. Budidaya Ikan. Jawa Tengah: Dinas
Tangke, U., John W. Ch. Karuwal, Achmar Perikanan.
Mallawa dan Mukti Zainuddin. 2016. Wardoyo, S.T.H., 2002 . Water Analysis
Analisis Hubungan Suhu Permukaan Manual Tropical Aquatic Biology
Laut, Salinitas, dan Arus Dengan Hasil Program. Bogor: Biotrop.
Tangkapan Ikan Tuna Di Perairan Winanto. 2004. Memproduksi Benih Tiram
Bagian Barat Pulau Harmahera. Mutiara. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jurnal IPTEKS PSP, Vol.3(5) : 368-382. Yuningsih, 2003. Budidaya Ikan Kerapu
Utama, F.W. 2008. Analisis Kelayakan Usaha bebek. Jakarta:PT. Gramedia.
Budidaya Ikan Kerapu Macan di Yuliana. 2008. Kelimpahan Fitoplankton di
Pulau Panggang, Kabupaten Perairan Maitara, Kota Tidore
Administratif Kepulauan Seribu, DKI Kepulauan. Jurnal Perikanan (J. Fish.
Jakarta. [Skripsi]. Program Sarjana Sci.). X (2): 232-241 hal.

Anda mungkin juga menyukai