Anda di halaman 1dari 10

BIOINDIKATOR

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Yang Diampu Oleh Prof. Dr. Fatchur Rohman, M.Si.

Oleh:
Kelompok 2 / Offering D
Dzurotun Nabila (220341610732)
Hany Vian Ananda (220341603684)
Mika Kharisma (220341609279)
Niken Femilya W. (220341604972)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2023
A. Latar Belakang
Sungai merupakan ekosistem yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan makhluk hidup. Sungai mempunyai peranan penting seperti menyediakan
air, pembangkit listrik, jalur transportasi, dan lain-lain. Selain untuk memenuhi
kebutuhan hidup makhluk hidup, sungai juga merupakan habitat bagi spesies perairan.
Organisme yang hidup di perairan sungai memiliki kemampuan untuk beradaptasi
terhadap kecepatan arus (Ayu, 2022). Sebagian besar sungai digunakan sebagai
tempat pembuangan limbah rumah tangga dan industri. Pemanfaatan sungai untuk
pembuangan limbah rumah tangga dan limbah cair akan mempengaruhi kualitas air
Sungai. Akibat dari pembuangan limbah dapat menyebabkan pencemaran air sungai.
Pengukuran suatu kualitas perairan dapat dilakukan dengan metode biomonitoring.

Biomonitoring yaitu pemanfaatan organisme untuk memonitor dan menilai


atau mendeteksi kondisi suatu lingkungan. Bioindikator kualitas perairan merupakan
komponen biotik meliputi tanaman, hewan, dan microbial yang dapat dijadikan
indikator kualitas perairan dari waktu ke waktu. Bioindikator dikatakan dapat
digunakan sebagai pengukur kualitas air karena bioindikator memberikan respon
secara spesifik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi misalnya suhu, pH dan
sebagainya (Rosyadi dan Ali, 2020). Struktur komunitas makrozoobentos di suatu
perairan dapat mempengaruhi kepadatan makrozoobentos. Struktur komunitas dapat
dilihat dari distribusi sebaran makrozoobentos. Distribusi makrozoobentos sangat
ditentukan oleh sifat fisika, kimia dan biologi perairan serta lingkungannya. Oleh
karena itu, makrozoobentos dapat digunakan sebagai bioindikator suatu perairan.
Penggunaan makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas perairan dapat digunakan
untuk mengetahui adanya pencemaran di suatu perairan, selain itu makrozoobentos
juga berperan dalam biomonitoring dari suatu perairan karena hidupnya yang
cenderung menetap (Sharma, dkk., 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas perairan jika ditinjau dari faktor biologi?
2. Bagaimana karakteristik makrozoobentos perairan?
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui kualitas perairan yang ditinjau dari faktor biologi
2. Untuk mengidentifikasi makrozoobentos perairan

D. Metode
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum bioindikator dilakukan pada hari jumat, tanggal 3 November 2023.
Praktikum dilaksanakan di sungai Taman Sains FMIPA Universitas Negeri
Malang. Praktikum dilakukan mulai pukul 07.15 sampai 09.35 WIB

b. Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Jaring surber 1. Kantong plastik


2. Nampan plastik 2. Karet gelang
3. Pinset 3. Kertas label
4. DO meter
5. Turbidimeter
6. Poster bentos
7. Tabel skorsing
8. Lup
E. Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel

Ditentukan lokasi dan titik pengambilan sampel. Setiap kelompok mengambil di 1


stasiun dengan 3 titik pengambilan sampel (tepi kiri, tengah, tepi kanan).

Dibagi tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok (mengukur,


mengambil sampel, melabeli, mengamati dan mencatat data)

Setiap kelompok berkumpul kemudian turun ke perairan dengan hati-hati tanpa


menginjak titik yang akan di uji kualitas airnya.

Diukur faktor fisika air menggunakan DO meter Turbidymeter dan


multiparameter tester tanpa merusak titik yang akan di uji.

Jaring surber diletakkan didasar sungai pastikan berlawanan dengan arah arus air.

Dasar sungai yang ada didepan jaring digesek menggunakan kaki tanpa alas
(menggunakan sepatu boat) sambil geser jaring melawan arus air

Diangkat jaring bentos kemudian dituangkan semua isinya kedalam nampan


plastik
Sampel dibersihkan dari kotoran dan batu kemudian diberi air secukupnya
selanjutnya masukkan sampel ke dalam plastik

Diletakkan kantong plastik ditelapak tangan, gerakkan dengan ibu jari untuk
mengatur kantong agar tidak terlalu kencang tekanan airnya kemudian dipelintir
bagian atasnya, tekuk dan ikat dengan karet gelang agar tidak tumpah. Jangan
lupa melabeli setiap plastik

Alat dan perlengkapan dibersihkan kemudian dibawa kembali ke laboratorium


ekologi dan lingkungan. Pastikan tidak ada yang tertinggal

Pengamatan

Nampan diletakkan diatas meja, buka ikatan karet kemudian tuangkan semua
sampel kedalam nampan plastik

Diamati sampel yang ditemukan menggunakan lup

Apabila ingin mengambil gambarnya menggunakan foto pindahkan spesimen ke


cawan petri isi dengan air bersih sedikit tunggu sampai air tenang kemudian foto.

Dicocokkan hasil pengamatan dengan gambar yang ada diposter sehingga


diketahui jenisnya.
Dimasukkan hasil identifikasi (setiap jenis) kedalam table kemudian berikan
sekor.

Tingkat pencemaran perairan ditentukan.

F. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Data Pengamatan

No Taksa Ulangan Skor Rerata Kualitas


Kiri Tengah Kana Air
n
1 Belatung 1 3 3 Kotor
ekor tikus
2 Larva lalat 5 5 1 55 5
hitam
3 Siput kolam 3 1 1 15 3
4 Larva lalat 5 25 5
5 Kutu babi 2 1 0 -
air tawar
6 Cacing 1 1 1
merah
Total 99 17
17
=
5
= 3,4

Tabel 2. Data Pengamatan Abiotik

No Pengukuran Abiotik Hasil


1 DO 2,2 mg/L
2 Suhu 26,2 derajat celcius
3 Oksigen 5,8%

Praktikum yang dilakukan adalah bioindikator yang dilaksanakan di sungai


Taman Sains FMIPA Universitas Negeri Malang dengan satu stasiun dan tiga kali
ulangan pada sisi kanan, tengah dan kiri sungai. Ditemukan tiga jenis spesies
organisme makrozoobentos pada sisi kiri, yaitu didapat satu belatung ekor tikus, lima
ekor larva lalat hitam, dan tiga ekor siput kolam. Pada sisi tengah ditemukan empat
jenis spesies organisme makrozoobentos yaitu lima ekor larva lalat hitam, satu ekor
siput kolam, dua ekor kutu babi air tawar, dan satu ekor cacing merah. Sedangkan
pada sisi kanan juga ditemukan empat jenis spesies organisme makrozoobentos yaitu
satu ekor larva lalat hitam, satu ekor siput kolam, lima ekor larva lalat, dan satu ekor
kutu babi air tawar. Indeks keanekaragaman di perairan sungai dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya sehingga makrozoobentos yang mampu beradaptasi memiliki
indeks keanekaragaman yang tinggi sementara makrozoobentos yang tidak mampu
beradaptasi memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah (Suminar, dkk.,
2020). Hewan makrozoobentos mempunyai peran penting dalam siklus nutrien di
ekosistem sungai. Di dalam ekosistem sungai, hewan makrozoobentos berperan
sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga
planktonik sampai konsumen tingkat tinggi (Purba, 2022) (Ramadhan, dkk., 2020)
(Juwita, 2018). Setelah identifikasi spesies yang ditemukan maka dilakukan proses
skorsing, acuan yang dipakai adalah majalah bentos yang telah disediakan laboran.
Untuk belatung ekor tikus didapatkan skor 3, larva lalat hitam mendapatkan skor 55,
siput kolam mendapat skor 15. Untuk larva lalat mendapat skor 25, kutu babi air
tawar mendapatkan skor 0 dan untuk cacing merah mendapatkan skor 1. Menurut
Abdillah (2020) kondisi buruk suatu perairan biasanya ditemukan larva nyamuk, lalat,
belatung ekor tikus, larva mrutu biasa, cacing bersegmen, dan lintah. Dari pernyataan
tersebut makrozoobentos yang ditemukan sama dengan pengamatan di sungai Taman
Sains FMIPA. Rerata dari seluruh skor adalah 3,4 yang menunjukkan bahwa kualitas
air sungai Taman Sains FMIPA Universitas Negeri Malang adalah kotor.

Dilakukan pengukuran abiotik pada sungai pada bagian tengah yakni dengan
alat DO meter sehingga didapat nilai 2,2 mg/L dan tingkat oksigennya 58%. Menurut
PP no 82 tahun 2001 batas baku mutu air untuk BOD adalah > 4 mg/l. Apabila
ditinjau dari indikator tersebut menunjukkan bahwa nilai oksigen terlarut dalam
sungai Taman Sains FMIPA berada dibawah nilai standar. Oksigen Terlarut (DO)
merupakan kebutuhan dasar kehidupan tanaman air dan hewan di dalam air.
Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air
untuk mempertahankan konsentrasi oksigen (Hadi, 2023). Sementara itu pada
pengukuran suhu menunjukkan hasil pengukuran 26,2 °C. Hasil pengukuran
temperatur menggunakan alat termometer pada air tersebut masih tergolong aman
untuk kehidupan makrozoobentos. Suhu perairan yang optimal untuk pertumbuhan
makrozoobentos adalah berkisar antara 25-30°C, nilai kisaran ini dapat mendukung
hidup yang layak dalam ekosistem makrozoobentos (Suminar, dkk., 2020). Juliana,
dkk., (2014) menyebutkan bahwa rentang suhu yang berbahaya bagi organisme
akuatik yaitu 35°C - 40°C.

G. Kesimpulan
Kualitas perairan sungai di Taman Sains FMIPA UM tergolong tercemar
dilihat dari keragaman makrozoobentos yang ada dan juga faktor abiotik yang diukur.
Makrozoobentos juga merupakan kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm.
Hewan ini memegang peranan penting dalam perairan seperti dalam proses
dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan. Dari
praktikum yang telah dilakukan di sungai FMIPA UM, dapat ditemukan beberapa
makrozoobentos diantaranya larva lalat, belatung ekor tikus, cacing merah, larva lalat
hitam, siput kolam, dan kutu babi air tawar.

H. Saran
Pada pengamatan perlu dilakukan pengamatan pada kondisi sungai yang lebih
luas sehingga berpotensi ditemukan banyak organisme untuk mengetahui keragaman
zoobentos pada suatu sungai selain itu perlu dipersiapkan kembali peralatan pada saat
praktikum seperti membawa lateks. Pada pengerjaan laporan ini pasti terdapat
kekurangan dan kesalahan dari kelompok kami. Baik kesalahan dalam tulisan maupun
kesalahan dalam perhitungan. Apabila terdapat kritik dan saran terkait laporan
praktikum kelompok kami, maka kami sangat menerima dan akan memperbaikinya.
I. Daftar Rujukan
Abdillah, M. M. (2020). Kajian kualitas air pada sungai-sungai di Kecamatan
Pasrujambe Kabupaten Lumajang menggunakan indikator biologi berupa
keragaman odonata. BIOMA: JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 5(1), 40-46.
Ayu, M. S. 2022. Biodiversitas Makrobentos Sebagai Bioindikator Pencemaran
Disungai Sawang Mane Kabupaten Nagan Raya Sebagai Penunjang
Praktikum Limnologi (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).
Hadi, I. 2023. Struktur Komunitas Gastropoda Sebagai Bioindikator Pencemaran Air
Sungai Gorong Kabupaten Lombok Tengah Dalam Upaya Penyusunan
Petunjuk Praktikum Ekologi. Biocaster Jurnal Kajian Biologi:3(2), 86-101.
Juliana L., Rico R. R., Simon, P. O. L. 2014. Komposisi Kimia Cacing Kacang
(Sipunculus Nudus) Di Kabupaten Raja Ampat Dan Kabupaten Manokwari.
eJurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik. Jurusan Perikanan, FPIK UNIPA
Manokwari. Papua Barat, 1(1), 53- 66.
Juwita, R. 2018. Keanekaragaman makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas
perairan sungai sebukhas di desa bumi agung kecamatan belalau lampung
barat. UIN Raden Intan Lampung.
Purba, I. R. 2022. Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Air. Cv. Azka
Pustaka.
Ramadhan, R., Fatiqin, A., & Apriyanti, D. 2020. Identifikasi Makrozoobenthos Di
Kanal Balai Riset Perikanan Perairan Umum Dan Penyuluhan Perikanan
(BRPPUPP) Palembang. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi
Terapan:3, 428–431.
Rosyadi, H. I. dan Ali, M. 2020. Biomonitoring Makrozoobentos Sebagai Indikator
Kualitas Air Sungai. Jurnal Envirotek, 12(1).
Sharma, R., A. Kumar, V. Vyas. 2013. Diversity of macrozoobenthos in Morand
River-A Tributary of Ganjal River in Narmada Basin. International Journal of
Advanced Fisheries and Aquatic Sciences, 1(1), 57-65.
Suminar, H. S., Zahidah, Z., Hamdani, H., Sahidin , A. 2020. Distribusi spasial
komunitas makrozoobentos di Sungai Cilalawi Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan, 9(2).

Anda mungkin juga menyukai