Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN FITOPLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR

DI PERAIRAN MUARA SUNGAI HITAM


KABUPATEN BENGKULU TENGAH
PROVINSI BENGKULU

Harun Al Rasyid
Mahasiswa Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Dewi Purnama, S.Pi., M.Si


Dosen Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Aradea Bujana Kusuma, S.Si., M.Si


Dosen Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

ABSTRAK

Perubahan terhadap kualitas perairan dapat dilihat dari berubahnya kondisi fisik, kimia dan
untuk indikator biologi seperti komposisi dan kelimpahan fitoplankton dapat memberikan petunjuk
untuk memantau terjadinya pencemaran dengan menggunakan indeks saprobitas. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus 2017 di Perairan Muara Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Provinsi Bengkulu dengan menggunakan metode survei. Jenis fitoplankton yang diperoleh dari
hasil penelitian terdiri dari 4 kelas dan 22 spesies dengan komposisi spesies terbanyak terjadi pada
kelas Bacillariophyceae dan yang terendah terjadi pada kelompok fitoplankton kelas Dinophyceae.
Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada muara Sungai Hitam sebanyak 322 ind/L tergolong dalam
kelimpahan rendah, yang mecerminkan kesuburan perairan yang rendah. Berdasarkan nilai indeks
saprobitas yang didapati, perairan muara Sungai Hitam tergolong dalam tingkat saprobitas perairan
β-Meso/Oligo saprobik yang diindikasikan telah terjadi pencemaran bahan organik ringan.

Kata Kunci : Bioindikator, Fitoplankton, Saprobik, Muara Sungai Hitam.

PENDAHULUAN fitoplankton dengan kelimpahan yang tinggi


Muara Sungai Hitam merupakan umumnya ditemukan di lokasi dekat dengan
wilayah peralihan antara perairan darat dan muara sungai.
perairan laut. Kondisi ini diduga dapat Fitoplankton merupakan organisme
memberikan pengaruh terhadap penurunan flora yang mampu menangkap energi
kualitas lingkungan yang terlihat dengan matahari dan memanfaatkan nutrien yang
kondisi fisik air yang berwarna coklat- tersedia untuk dirubahnya menjadi sumber
kehitaman. Menurut Radiarta (2013), energi bagi kehidupan di laut (Sunarto, 2008).
Nutrien utama yang diperlukan fitoplankton METODE PENELITIAN
untuk tumbuh dan berkembang biak adalah Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
nitrat dan fosfat (Asih, 2014). Meningkatnya Agustus 2017, dimana lokasi pengambilan
kandungan nitrat dan fosfat diakibatkan oleh data bertempat di perairan muara Sungai
kegiatan-kegiatan pemukiman yang terdapat Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi
di sekitar bibir sungai yang akan dibawa arus Bengkulu.
menuju muara sungai, sehingga terjadi
penumpukkan bahan organik pada muara
sungai atau sering disebut dengan eutrofikasi
(penyuburan) perairan. Kondisi ini dapat
mendukung kehidupan suatu jenis
fitoplankton sehingga jumlahnya dominan,
namun pada kondisi yang ekstrem akan
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
(blooming) satu jenis fitoplankton yang
 Prosedur Penelitian
berimbas pada penurunan kualitas ekosistem
1. Pengumpulan Data
dan mengancam keberlangsungan hidup biota
Metode dalam pengumpulan data
lain (Suryanti, 2016).
dengan menggunakan metode survei, yaitu
Menurut Zahidin (2008) perubahan
penelitian dilakukan secara langsung terhadap
kualitas perairan dapat diketahui dari
objek tanpa memberikan perlakuan khusus
berubahnya kondisi fisik, kimia dan biologi.
terhadap objek yang diteliti (Rikardo, 2016).
Sebagai indikator biologi komposisi dan
2. Penentuan Lokasi Penelitian
kelimpahan fitoplankton dapat memberikan
Untuk penentuan lokasi sampling pada
petunjuk untuk memantau terjadinya
penelitian ini menggunkan purposive
pencemaran dengan menggunakan indeks
sampling yaitu cara penentuan titik
saprobitas, yang digunakan untuk melihat
pengambilan sampel air dengan melihat
tingkat saprobitas perairan (Zahidin, 2008).
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
oleh peneliti (Ali, dkk., 2013). Penggunaan
kelimpahan fitoplankton dan peranan
metode ini agar peneliti dapat mengetahui
fitoplankton untuk meninjau keadaan kualitas
kelimpahan fitoplankton dan saprobitas
air dengan menggunakan penghitungan
perairan berdasarkan karakteristik masing-
saprobitas perairan pada perairan muara
masing stasiun di sekitar muara Sungai
Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Hitam.
Provinsi Bengkulu.
Lokasi pengambilan sampel air sampling dan stasiun penelitian, kemudian
ditetapkan sebanyak tiga stasiun pengamatan dimasukkan ke dalam ice box untuk dibawa
yaitu Stasiun I, Stasiun II dan Stasiun III, ke Laboratorium Perikanan, Universitas
dimana setiap stasiun terdiri dari sembilan Bengkulu yang diberi larutan formalin 4 %
titik sampling untuk pengambilan sampel air dan lugol 4 % untuk mengawetkan sampel
yang akan ditandai titik koordinatnya dengan fitoplankton selama proses identifikasi. Setiap
menggunakan GPS. Berikut ini adalah tabel larutan diberikan sebanyak 3-4 tetes, untuk
alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan jumlah banyak larutan yang
penelitian. ditambahkan merujuk penelitian Eliatika
Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian (2016).
No Alat Kegunaan
1 Plankton net Menyaring sampel fitoplankton
2. Pengambilan Data Parameter
2 Thermometer Mengukur suhu
3 Refraktometer Mengukur salinitas Lingkungan
4 Secchi disk Mengukur kecerahan
5 Bola hanyut Mengukur kecepatan arus Pengukuran parameter lingkungan
6 Kaca Objek Wadah mengamati sampel fitoplankton
7 GPS Menentukan titik sampling bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan
8 pH meter Mengukur derajat keasaman
9 Mikroskop Mengamati sampel fitoplankton
10 Botol sampel Menyimpan sampel
Muara Sungai Hitam yang dapat
11 Pipet tetes Mengambil sampel
12 Kamera digital Dokumentasi mempengaruhi kehidupan fitoplankton.
13 Buku identifikasi Mengidentifikasi fitoplankton
14 Ice box Wadah penyimpanan botol sampel Pengukuran parameter lingkungan dilakukan
Bahan Kegunaan
15 Sampel Air Untuk sampel identifikasi fitoplankton secara langsung pada tiap titik yang telah
16 Lugol 4% Untuk pengawetan sampel
17 Formalin 4% Untuk pengawetan sampel ditentukan dengan tiga kali pengulangan
18 Aquades Untuk membersihkan alat

pengukuran pada masing-masing titiknya.


 Prosedur Kerja
Pengukuran parameter lingkungan meliputi
1. Pengambilan Sampel Fitoplankton
suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus dan
Pengambilan sampel fitoplankton
derajat keasaman (pH) perairan. Untuk
dilakukan di tiap-tiap titik yang telah
pengukuran DO (Dissolved Oxygen) dan
ditentukan pada pukul 10.00–13.00 WIB
BOD (Biological Oxygen Demand) dengan
untuk mewakili kondisi optimal cahaya
menggunakan cara titrasi yang dilakukan di
matahari. Pengambilan sampel fitoplankton
Laboratorium Perikanan, Universitas
dilakukan dengan menyaring air sebanyak 50
Bengkulu. Pengukuran kadar Nitrat (NO2),
L yang dilakukan dengan menggunakan
Nitrit (NO3) dan Fosfat (PO4) dianalisis di
ember ukuran 5 L dengan pengulangan
Laboratorium Lingkungan Hidup, Provinsi
sebanyak 10 kali yang disaring menggunakan
Bengkulu.
planktonnet dengan ukuran mata jaring 35
 Pengolahan Data
µm. Sampel air yang tersaring pada
1. Identifikasi Jenis Fitoplankton
planktonnet dimasukkan ke dalam botol
Identifikasi fitoplankton dilakukan di
sampel 100 ml yang diberi label nomor titik
Laboratorium Perikanan Universitas
Bengkulu. Identifikasi sampel dilakukan C + 3D − B − 3A
X=
dengan menggunakan bantuan mikroskop A+B+C+D
Keterangan:
dengan perbesaran 10 kali sampai 100 kali.
X = Koefisien Saprobik
Masing-masing sampel dari setiap stasiun
A = Jumlah Genus/Spesies organisme
dilakukan 3 kali pengulangan pengamatan,
Polisaprobik (Cyanophyta)
agar data yang didapatkan lebih akurat.
B = Jumlah Genus/Spesies organisme
Identifikasi fitoplankton dilakukan dengan
α-Mesosaprobik (Dinophyta)
menggunakan buku identifikasi Yamaji
C = Jumlah Genus/Spesies Organisme
(1979) dan Mizuno (1979).
β- Mesosaprobik (Chlorophyta)
2. Analisis Kelimpahan
D = Jumlah Genus/Spesies organisme
Penentuan kelimpahan fitoplankton
Oligosaprobik (Chrysophyta)
dilakukan berdasarkan pencacahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan kaca preparat dengan satuan
 Klasifikasi Jenis Fitoplankton
Ind/L, pencacahan dilakukan sebanyak tiga
Komposisi fitoplankton yang dijumpai
kali pengulangan. Rumus perhitungan
pada perairan muara Sungai Hitam
kelimpahan fitoplankton adalah sebagai
berdasarkan hasil identifikasi terdiri dari 4
berikut (APHA, 1979 dalam Yati, 2015):
Vt 1 kelas dan 22 spesies. Kelas Chlorophyceae
N = x xn ditemukan dengan jumlah spesies yang tinggi
Vs Vd
Keterangan: dibandingkan kelas lainnya dengan 10
N = Jumlah individu fitoplankton per spesies, hal ini diduga karena kondisi perairan
liter yang tenang dapat menunjang fitoplankton
Vt = Volume air yang tersaring (ml) dalam kelas Chlorophyceae untuk
Vs = Volume air pada sampel preparad berkembangbiak. Sesuai dengan pernyataan
(ml) Arinardi, dkk., (1997) dalam Yati (2015)
Vd = Volume air yang disaring (Liter) untuk kelas Chlorophyceae biasannya
n = Jumlah fitoplankton yang tercacah ditemukan melimpah pada perairan yang
3. Saprobik Indeks (SI) relatif tenang. Hal ini terlihat dari kondisi
Untuk menghitung saprobitas perairan kecepatan arus pada lokasi penelitian yaitu
digunakan analisis trosap yang nilainya sebesar 1,18 cm/detik, dimana kecepatan arus
ditentukan dari Saprobik Indeks (SI) untuk dengan nilai <10 cm/detik tergolong dalam
menentukan tingkat pencemaran dengan perairan dengan arus sangat lemah (Mason,
persamaan (Maresi, dkk., 2015 dalam 1981 dalam Yati, 2105). Pada kelas
Rikardo, 2016): Cyanophyceae sebanyak 3 spesies, kelas
Bacillariophyceae sebanyak 8 spesies dan memang umum ditemui pada perairan muara,
pada kelas Dinophyceae sebanyak 1 spesies. karena memiliki tingkat toleransi dan adaptasi
Pada kelas Dinophyceae ditemukan yang baik terhadap perubahan lingkungan.
dengan jumlah spesies yang rendah, Senada dengan pernyataan Nybakken (1988)
diasumsikan karena lokasi penelitian yang dalam Zahidin (2008) plankton di muara
tergolong dalam daerah estuari ini rentan sungai didominasi oleh jenis diatom, karena
mengalami perubahan, sehingga dapat fitopankton pada kelas Bacillariophyceae
menyebabkan fitoplankton pada kelas mampu beradaptasi dengan perubahan faktor
Dinophyceae sulit untuk berkembang. Hal ini lingkungan diantaranya nutrien, salinitas dan
dikarenakan antara 1000-1500 spesies dari penetrasi cahaya (Widianingsih, dkk., 2007
Dinophyceae menempati lingkungan laut dan dalam Suryanti, 2016).
air tawar, sebagian besarnya lebih dari 90% Pada kelas Chlorophyceae dan
hidup di laut (Sunarto, 2008). Cyanophyceae didapati nilai komposisi yang
Komposisi fitoplankton dianalisis mengalami perubahan dari Stasiun 1 hingga
berdasarkan kelimpahan pada masing-masing Stasiun 3, baik perubahan nilai yang
kelas, sehingga diperoleh nilai (%) kelas mengalami penurunan maupun perubahan
mana yang banyak dijumpai di perairan nilai komposisi yang meningkat (Gambar 2).
muara Sungai Hitam yang dapat dilihat secara Perubahan nilai komposisi fitoplankton pada
lengkap pada diagram komposisi berikut. kelas Chlorophyceae dan pada kelas
Cyanophyceae diduga merupakan imbas dari
perubahan kondisi perairan. Senada dengan
pendapat Wulandari (2015) perubahan
kondisi fisika-kimia perairan menyebabkan
adanya perbedaan dari struktur komunitas
plankton khususnya fitoplankton.
Pada kelas Dinophyceae hanya
Gambar 2. Komposisi Kelas Fitoplankton
didapati satu spesies fitoplankton yaitu
Kelompok fitoplankton dengan kelas
Ceratium sp. dan merupakan kelas dengan
Bacillariophyceae merupakan kelas dengan
komposisi terendah pada lokasi penelitian,
nilai komposisi yang tertinggi, baik di setiap
karena hanya dapat ditemui pada Stasiun 2
Stasiun pengamatan maupun secara
(Gambar 2). Hal ini dikarenakan fitoplankton
keseluruhan pada lokasi peneltian
pada kelas Dinophyceae merupakan
dibandingkan dengan kelas fitoplankton
fitoplankton yang kehidupannya menempati
lainnya (Gambar 2). Hal ini diduga
lingkungan laut ataupun air tawar (Sunarto,
fitoplankton pada kelas Bacillariophyceae
2008). Sehingga lokasi penelitian yang
tergolong dalam perairan muara diduga melimpah meskipun terjadi perubahan
berimbas pada perkembangan fitoplankton lingkungan.
pada kelas Dinophyceae ini. Senada dengan Untuk nilai kelimpahan terendah
pendapat Suryanti (2016) umumnya pada secara berturut-turut berada pada kelas
daerah muara sungai kondisi salinitas Cyanophyceae dengan spesies Anabaena sp.
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, diikuti dengan kelas Bacillariophyceae
sehingga jenis-jenis fitoplankton yang hidup dengan spesies Pinnularia sp., Fragilaria sp.,
di wilayah ini adalah jenis yang memiliki untuk kelas Chlorophyceae dengan spesies
toleransi terhadap perubahan salinitas. Coelastrum sp., Gonatozygon sp.,
 Kelimpahan Fitoplankton Elakatothrix sp., Oocystis sp. dan
Pada kelas Bacillariophyceae dengan Chaetophora sp. dengan rata-rata nilai
spesies Isthmia sp. dan kelas Cyanophyceae kelimpahan sebesar 3 Ind/L, karena hanya
dengan spesies Phormodium sp. merupakan dapat dijumpai pada salah satu Stasiun
yang paling banyak muncul pada tiap Stasiun pengamatan saja (Gambar 3). Hal ini
penelitian, yang tersaji pada Gambar berikut. dikarenakan menurut pendapat Muharram
(2006) dinamika kelimpahan fitoplankton
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur
hara (nutrien) serta kemampuan fitopankton
untuk memanfaatkannya, karena setiap
spesies fitoplankton menunjukkan persyaratan
yang berbeda terhadap nutrien (Sanders, dkk.,
1987 dalam Abida, 2010).
Kelimpahan fitoplankton pada muara
Gambar 3. Kelimpahan Spesies Fitoplankton
Sungai Hitam disajikan dengan nilai
Didapati spesies Isthmia sp. memiliki
kelimpahan antar stasiun penelitian yang
nilai kelimpahan total tertinggi sebesar 557
dapat dilihat pada Gambar berikut.
Ind/L dan diikuti Phormodium sp. dengan
nilai 253 Ind/L. Nilai kelimpahan yang tinggi
pada spesies Isthmia sp. yang termasuk dalam
kelas Bacillariophyceae ini diduga karena
menurut Rikardo (2016) fitoplankton pada
kelas Bacillariophyceae mampu
mempertahankan hidupnya dan
Gambar 4. Kelimpahan Fitoplankton Antar
mengembangbiakkan dirinya menjadi
Stasiun Penelitian
Gambar 4 memperlihatkan bahwa bahan pencemar dengan nilai indeks
nilai kelimpahan fitoplankton pada muara saprobitas (SI) yang didapat memberikan
Sungai Hitam mengalami penurunan dari gambaran bahwa perairan muara Sungai
Stasiun 1 hingga Stasiun 3. Menurut pendapat Hitam tergolong dalam kategori pencemaran
Abida (2010) perbedaan nilai kelimpahan bahan organik dan anorganik ringan
fitoplankton bisa disebabkan oleh keberadaan (Suwondo, dkk., 2004). Pecemaran bahan
cahaya dalam kolom perairan, ketersediaan organik erat kaitannya dengan kandungan
nutrien dan laju grazing oleh organisme lain. nitrat dan fosfat (Rikardo, 2016), hal ini
Berdasarkan hasil yang didapati nilai dikarenakan nitrat dan fosfat adalah nutrien
kelimpahan fitoplankton pada Stasiun 1 yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh
sebesar 333 Ind/L merupakan nilai dan berkembang biak (Asih, 2014).
kelimpahan tertinggi, hal ini diduga karena Walaupun tergolong dalam tingkat
pengaruh dari kandungan nutrien yang tinggi saprobitas perairan β-Meso/Oligo saprobik
dibandingkan dengan Stasiun pengamatan yang diindikasikan telah terjadi pencemaran
lainnya (Tabel 3). Senada dengan pendapat bahan organik ringan (Tabel 2), namun
Sachlan (1982) dalam Rudiyanti (2016) kondisi perairan pada muara Sungai Hitam
kelimpahan fitoplankton yang tinggi sangat masih tergolong baik. kondisi ini dilihat
terpengaruh pada ketersediaan nutrien/unsur berdasarkan kandungan nitrat terukur sebesar
hara pada perairan yang juga tinggi. 0,029 mg/L dan fosfat sebesar 0,042 mg/L
 Saprobik Indeks berada dibawah konsentrasi kandungan bahan
Nilai indeks saprobitas dapat dijadikan organik yang menyebabkan ledakan populasi
parameter penilaian tingkat pencemaran fitoplankton yang dapat mengancam
perairan yang ditinjau berdasarkan organisme keberlangsungan hidup biota lain. Diperkuat
penyusunnya seperti komposisi fitoplankton oleh pendapat Effendi (2003) dalam Yati
pada perairan muara Sungai Hitam yang (2015) dan Mackentum (1969) dalam Yuliana
tersaji pada tabel. (2012) jika kandungan nitrat yang melebihi
Tabel 2. Saprobitas Perairan 0,2 mg/L dan fosfat lebih dari 0,09 mg/L
Filum Jumlah Spesies Nilai Saprobitas dapat menyebabkan ledakan populasi
Cyanophyta 3
Dinophyta 1
1.09 fitoplankton, karena apabila plankton di suatu
(Kelompok β-Meso/Oligo
Chlorophyta 10 saprobik) perairan lewat jenuh (blooming) dapat
Chrysophyta 8
Sumber: Data Primer (2017) dijadikan indikator pencemaran biologi
Berdasarkan hasil analisis data (Praseno, 1976 dalam Hendrajat dan Pantjara,
diindikasikan bahwa perairan muara Sungai 2016), yang dapat berimbas pada penurunan
Hitam termasuk dalam tingkat saprobitas β- kualitas ekosistem dan mengancam
Meso/Oligo saprobik, dimana hubungan antar
keberlangsungan hidup biota lain (Suryanti, fitoplankton. Hal ini dikarenakan menurut
2016). Mackentum (1969) dalam Yuliana (2012)
 Kualitas Perairan bahwa kandungan kadar fosfat dibawah 0,09
Hasil analisis pengukuran kualitas mg/L dapat menjadi faktor pembatas bagi
perairan dapat dilihat pada Tabel. pertumbuhan fitoplankton. Ditambahkan
Tabel 3. Analisis Kualitas Air (Fisika-Kimia) pendapat lainnya yang dikemukakan oleh
Perairan
Kennish (1990) dalam Sudarsono (2012)
Stasiun Pengamatan
Rata- Kondisi
No Parameter Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3
rata Optimal bahwa kandungan nitrat apabila kurang dari
A. Fisika
a
0,44 mg/L turut menjadi faktor pembatas bagi
1 Suhu (◦C) 30.0 29.9 30.6 30.1 25-30 ◦C

2
Kedalaman
40.4 42.3 56.9 46.5 -
pertumbuhan fitoplankton.
(cm)
3
Kecerahan
30.1 31.1 42.5 34.6 - Maka berdasarkan atas berbagai
(cm)
Kecerahan
4
(%)
85.5 74.3 75.4 78.4 - pendapat diatas semakin memperkuat asumsi
Kec. Arus
5
(cm/detik)
0.22 2.10 1.21 1.18 - bahwa kandungan unsur hara pada lokasi
B. Kimia
Salinitas b
penelitian yang terukur (Tabel 3), merupakan
6 9.6 15.4 23.1 16.0 15-32 ‰
(‰)
Fosfat 0.09-1.80 salah satu faktor yang mempengaruhi nilai
7 0.047 0.035 0.043 0.042 c
(mg/L) mg/L
0.9-3.5
kelimpahan fitoplankton pada lokasi
Nitrat
8 0.037 0.021 0.028 0.029 d
(mg/L) mg/L
penelitian. Diperkuat oleh pendapat Sachlan
9 Nitrit (mg/L) 0.016 0.011 0.014 0.014 -

10 BOD (mg/L) 3.1 1.3 2.1 2.2 20 mg/L


e (1982) dalam Rudiyanti (2016) bahwa
e
11 DO (mg/L) 6.7 6.9 6.7 6.8 >5 mg/L kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh
12 pH 6.1 6.4 7.1 6.5 f
6.5-8.0
keteresediaan unsur hara pada suatu perairan.
Sumber: Data Primer (2017)
Keterangan: a. Reynold (1990) dalam Hardiyanto (2012) Untuk kecerahan perairan pada lokasi
b. Milero dan Sohn (1992) dalam Yati (2015)
c. Mackentum (1969) dalam Yuliana (2012) penelitian rata-rata sebesar 34,6 cm dengan
d. Kennish (1990) dalam Sudarsono (2012)
e. KepMen LH No.51 (2004)
f. Comel (1995) dalam Rudiyanti (2016) nilai kecerahan (%) rata-rata sebesar 78,4%
Rata-rata kisaran parameter fisika dalam kondisi kedalaman perairan rata-rata
yang terukur seperti suhu, kecepatan arus dan sebesar 46,5 cm (Tabel 3) yang diduga
parameter kimia seperti salinitas, derajat memberikan pengaruh terhadap
keasaman (pH), DO dan BOD berada dalam perkembangan kehidupan fitoplankton.
kondisi yang baik atau masih dapat Kondisi ini terlihat dari nilai kelimpahan
menunjang kehidupan fitoplankton. fitoplankton yang tergolong rendah pada
Sedangkan untuk parameter kimia seperti lokasi penelitian yaitu hanya sebesar 322
konsentrasi kandungan nitrat, nitrit dan fosfat Ind/L. Hal ini dikarenakan menurut Nybakken
yang terukur pada lokasi penelitian (Tabel 3) (1988) dalam Anwar (2015) bahwa
diduga merupakan faktor pembatas yang kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh
memberikan pengaruh terhadap intensitas cahaya, karena intensitas cahaya
perkembangan atau pertumbuhan yang terlalu tinggi atau kuat akan
mengakibatkan fitoplankton yang tidak tahan Di Pesisir Perairan Kuricaddi. Balik
akan mati (Nybakken, 1988 dalam Anwar, Diwa 6 (2).
2015). Asih, P. 2014. Produktivitas Primer
KESIMPULAN Fitoplankton Di Perairan Desa Malang
Berdasarkan hasil penelitian pada Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi.
muara Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Program Studi Ilmu Kelautan. FIKP.
Tengah, Provinsi Bengkulu ditemukan 4 kelas Universitas Maritim Raja Ali Haji,
fitoplankton dengan 22 spesies yaitu dengan Kepulauan Riau.
komposisi spesies terbanyak terjadi pada Eliatika. 2016. Jenis Dan Kelimpahan
kelompok fitoplankton kelas Chlorophyceae Fitoplankton Di Perairan Kampung
dan yang terendah terjadi pada kelas Madung Kelurahan Kampung Bugis
Dinophyceae. Kelimpahan fitoplankton Kecamatan Tanjung Pinang Kota
tertinggi didapati pada Stsiun 1 dengan nilai Tanjungpinang. Skripsi. Program Studi
kelimpahan 333 Ind/L dan kelimpahan Manajemen Sumberdaya Perairan.
terendah terdapat pada Stasiun 3 dengan nilai FKIP. Universitas Maritim Raja Ali
kelimpahan fitoplakton 313 Ind/L. Rata-rata Haji, Kepulauan Riau.
kelimpahan fitoplankton pada Muara Sungai Hendrajat, A. E., Pantjara, B. 2016. Kajian
Hitam didapati sebanyak 322 Ind/L yang Kelimpahan, Indeks Biologi, Dan
mencerminkan perairan dengan kesuburan Produktivitas Primer Plankton Di
rendah. Perairan muara Sungai Hitam Perairan Muara Sungai Takkalasi
tergolong dalam tingkat saprobitas perairan β- Kabupaten Barru. Prosiding Forum
Meso/Oligo saprobik dengan kategori tingkat Inovasi Teknologi Akuakultur, 2016.
pencemaran bahan organik ringan. Hardiyanto, R., Suherman, H., Pratama, R.I.
DAFTAR PUSTAKA 2012. Kajian Produktivitas Primer
Abida, W. I. 2010. Struktur Komunitas Dan Fitoplankton Di Waduk Saguling, Desa
Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Bongas Dalam Kaitannya Dengan
Muara Sungai Porong Sidoarjo. Kegiatan Perikanan. Perikanan Dan
Kelautan 3 (1). Kelautan 3 (4) : 51-59.
Ali, A. Soemarno. Purnomo, M. 2013. Kajian Muharram, N. 2006. Struktur Komunitas
Kualitas Air Dan Status Mutu Air Perifiton Dan Fitoplakton Di Bagian
Sungai Metro Kecamatan Sukun Kota Hulu Sungai Ciliwung Jawa Barat.
Malang. Bumi Lestari 13 (2) : 265-274. Skripsi. Departemen Manajemen
Anwar, A. 2015. Studi Kelimpahan Dan Sumberdaya Perairan. Fakultas
Sebaran Phytoplankton Secara Vertikal Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Rikardo, I. 2016. Keragaman Fitoplankton Plankton Dan Bentos. Biogenesis 1 (1)
Sebagai Indikator Kualitas Perairan : 15-20.
Muara Sungai Jang Kota Wulandari, D. Y. 2015. Struktur Komunitas
Tanjungpinang. Skripsi. Program Studi Fitoplankton Dan Tingkat Kesuburan
Manajemen Sumberdaya Perairan. Perairan Pesisir Tanggerang. Tesis.
FKIP. Universitas Maritim Raja Ali Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian
Haji, Kepulauan Riau. Bogor, Bogor.
Rudiyanti, S. 2016. Pengaruh Unsur Hara Yati, N. 2015. Analisis Kelimpahan
Terhadap Kelimpahan Fitoplankton Fitoplankton Di Perairan Pantai
Sebagai Bioindikator Pencemaran Di Kahyapu Pulau Enggano Kabupaten
Sungai Gambir Tembalang Kota Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.
Semarang. Diponegoro Journal Of Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan.
Maquares 5 (1) : 32-37. Fakultas Pertanian. Universitas
Sudarsono. 2012. Struktur Komunitas Bengkulu, Bengkulu.
Fitoplankton Di Perairan Kelurahan Sei Yuliana. 2012. Implikasi Perubahan
Jang, Kecamatan Bukit Bastari Kota Ketersediaan Nutrien Terhadap
Tanjungpinang. Skripsi. Program Studi Perkembangan Pesat (Blooming)
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fitoplankton Di Perairan Teluk Jakarta.
FKIP. Universitas Maritim Raja Ali Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut
Haji, Kepulauan Riau. Pertanian Bogor, Bogor.
Sunarto, 2008. Karakteristik Biologi Dan Zahidin, M. 2008. Kajian Kualitas Air Di
Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. Muara Sungai Pekalongan Ditinjau
Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan, Dari Indeks Keanekaragaman
Universitas Padjadjaran. Makrobenthos Dan Indeks Saprobitas
Suryanti, E. 2016. Keragaman Fitoplankton Plankton. Tesis. Program Studi
Sebagai Indikator Kualitas Perairan Magister Manajemen Sumberdaya
Kampung Gisi Kecamatan Teluk Pantai. Universitas Diponegoro,
Bintan Kabupaten Bintan. Skripsi. Semarang.
Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan. FIKP. Universitas Maritim
Raja Ali Haji, Kepulauan Riau.
Suwondo, Elya F., Dessy dan Mahmud, A.
2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai
Senapelan, Sago Dan Sail Di Kota
Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator

Anda mungkin juga menyukai