Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRATIKUM EKOLOGI TERAPAN

KEMELIMPAHAN FITOPLANKTON
UNTUK MENGETAHUI KUALITAS AIR KOLAM
DI WILAYAH KAMPUS III SANATA DHARMA

Dosen pengampu:

Michael Hendra Aquan, S.Si., Menv Mgmt.

Disusun oleh:
Tiara Floresta Timu Djuwa (221434022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem akuatik terbagai menjadi dua yakni ekosistem akuatik lotik
dan lentik. Kedua ekosistem ini dikategorikan berdasarkan aliran air yang ada
pada kawasan ekosistem akuatik. Ekosistem akuatik lotik merupakan suatu
perairan yang dicirikan oleh adanya aliran air yang cukup kuat seperti sungai,
sedangakan ekosistem akuatik lentik merupakan perairan yang dicirikan
dengan air yang menggenang dan hampir tidak memiliki aliran, misalnya
danau dan kolam.

Dengan adanya perbedaan tersebut, tentunya juga akan mempengaruhi


komponen biotik dan abiotik yang ada dikedua wilayah. Salah satu bagian
dari komponen biotik yang sangat penting dalam sistem rantai makanan pada
ekosistem akuatik adalah fitoplankton.

Fitoplankton mengambil peran sebagai produsen dalam ekosistem


akuatik. Selain itu keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat
memberikan informasi mengenai keadaan perairan. Kajian mengenai struktur
komunitas fitoplankton merupakan suatu konsep yang mempelajari komposisi
spesies dan kelimpahannya. Kemampuan fitoplankton yang dapat
berfotosintesis dan menghasilkan senyawa organik membuat fitoplankton
disebut sebagai produsen primer. Sehingga fitoplankton merupakan parameter
biologi yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat
kesuburan perairan (bioindikator) (Sugianti, Putri, & Krismono, 2015).

Salah satu cara untuk mengukur kualitas suatu perairan yakni dengan
mengetahui nilai koefisien saprobik. Koefisien saprobik adalah suatu indeks
yang erat kaitannya dengan tingkat pencemaran. Hal inilah yang akan
mengindikasikan tingkat pencemaran dan tingkat kualitas air di suatu
perairan. Koefisien saprobik ini akan terlihat setelah mengetahui struktur
komunitas fitoplankton di suatu perairan tersebut. (Sugianti, Putri, &
Krismono, 2015)

Dalam pratikum indentifikasi plankton di kolam wilayah kampus III,


akan diketahui seberapa besar kemelimpahan plankton disana dan parameter
fisik serta kimia yang bisa mempengaruhi kemelimpahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemelimpahan fitoplankton pada area kolam kampus III
Universitas Sanata Dharma dan pengaruhnya terhadap organisme lain di
kolam tersebut?
2. Apakah kemelimpahan fitoplankton berkaitan dengan kesuburan
fitoplankton pada kolam?
3. Bagaimana peran parameter lingkungan dalam hal ini fisik dan kimia
terhadap kemelimpahan fitoplankton?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kemelimpahan fitoplankton pada area kolam kampus III
Sanata Dharma serta pengaruh kemelimpahannya terhadap organisme lain
di kolam tersebut.
2. Untuk mengetahui tingkat kesuburan fitoplankton pada area kolam
3. Untuk mengetahui adanya pengaruh dari parameter fisik dan kimia dalam
kemelimpahan fitoplankton pada area kolam.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan baru mengenai kemelimpahan
fitoplankton dan pengaruhnya terhadap ekosistem kolam.
b. Mengimplementasikan pengetahuan tersebut untuk menjaga kelestarian
lingkungan terkhusus ekosistem perairan.

2. Bagi Prodi
a. Menambah materi pembelajaran mengenai kemelimpahan fitoplankton
dan dampaknya pada lingkungan dan ekosistem akuatik.
b. Memberikan tambahan wawasan pada mahasiswa, sehingga dapat
mewujudkan mahasiswa yang berkualitas.
3. Bagi Masyarakat
a. Memberi pengetahuan tentang pentingnya fitoplankton bagi
keberlangsungan ekosistem akuatik.
b. Mengajak masyarakat untuk semakin mencintai lingkungan dengan
menjaga keseimbangan ekosistem.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu organisme yang berperan penting dalam keberlangsungan


ekosistem akuatik adalah fitoplankton. Organisme ini memiliki klorofil yang
mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis. Bahan organik dari fitoplankton tersebut dimanfaatkan oleh
zooplankton, larva ikan, maupun organisme perairan lainnya sebagai sumber
makanan. Fitoplankton mempunyai peran penting dalam rantai makanan di
perairan. Hampir seluruh ikan pelagis kecil dan larvanya memanfaatkan plankton
(fitoplankton atau zooplankton) sebagai makanannya (Andriani & Damar, 2017).

Fitoplankton berperan sebagai bahan makanan dasar utama dalam siklus


makanan di dalam perairan (Andriani & Damar, 2017). Dengan demikian
kelimpahan fitoplankton penting bagi potensi makanan ikan di alam. Informasi
mengenai kelimpahan fitoplankton sangat penting karena merupakan sumber
makanan bagi ikan pada tingkat trofik yang rendah. Selain sebagai dasar rantai
makanan bagi kehidupan perairan laut serta perairan sungai, danau maupun kolam,
fitoplankton juga merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu perairan
(Aisoi, 2019).

Perubahan kualitas air dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi


fitoplankton di perairan tersebut. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang
dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu
perairan (bioindikator) (Sugianti, Putri, & Krismono, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yakni metode
penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan
dari objek yang diamati. Objek penelitian yang diamati dalam pratikum ini
adalah fitoplankton pada wilayah kolam kampus III Universitas Sanata
Dharma.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu dilaksanakannya pratikum ini, yaitu bertempat di
kolam kampus III Universitas Sanata Dharma. Dilaksanakan pada hari Kamis,
24 November 2022 pada pukul 08.00 hingga 10.00 WIB.
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah:
Alat Bahan

1. Botol UC (2 buah) 1. Air kolam


2. Jaring plankton 2. Larutan Iodin
3. Termometer
4. pH meter
5. Kaca preparat
6. Botol DO
7. Tali raffia
8. TDS
9. Nitrogen meter
10. Fosfat meter
11. Mikroskop
12. Pipet tetes
13. Termometer alkohol
D. Langkah Kerja
1. Parameter Fisik
 Mengukur Suhu Air

Celupkan bagian bawah alat kedalam air

Tunggu hingga datanya stabil

Jika sudah stabil catat hasilnya

Lakukan percobaan ini sebanyak 3 kali

Catat hasil rata-rata pengukuran

 TDS

Tekan on pada alat

Celupkan bagian ujung bawah alat ke air

Tunggu hingga angkanya stabil

Jika sudah stabil, tekan hold supaya angkanya tidak berubah

Hasil pengukuran dicatat

Lakukan percobaan ini sebanyak 3 kali

Catat hasil rata-rata pengukuran


2. Parameter Kimia
 Mengukur pH air

Tekan tombol yang ada dialat tersebut

Masukkan bagian ujung alat kedalam air kolam

Tunggu hingga angkanya stabil

Jika sudah stabil catat hasilnya

Lakukan percobaan ini sebanyak 3 kali

Catat hasil rata-rata pengukuran


 Mengukur DO

Sampel air yang diambil disiapkan

Sampel air dimasukkan ke dalam botol DO

Ditambahkan 5 tetes alkali-azide

Larutan manganous dan larutan alkali-azide regent diteteskan


sebanyak 5 kali ke dalam botol DO

Botol ditutup dan dikocok, lalu dibiarkan hingga mengendap

Ditambahkan 10 tetes sulphuric acid solution, botol ditutup lalu


dikocok

Masukkan 5 ml cairan ke dalam gelas ukur

Tambahkan strach indicator hingga berwarna violet

Larutan H13810-0 titrant solution diteteskan menggunakan jarum


suntik sampai menunjukkan angka 0 dan tidak bergelembung

Dilakukan titrasi hingga cairan berwarna bening

Catat hasil pengamatan


 Mengukur Nitrogen

Nitrat-kit disiapkan kemudian Sampel air dimasukkan ke dalam botol


sampel sebanyak 10 ml

1 Sachet senyawa reagen Nitrat HI 3874-0 dimasukkan ke dalam


botol sampel

Botol sampel dikocok secara vertikal selama 1 menit, lalu ditunggu


kurang lebih 4 menit untuk melihat perubahan warnanya

Lalu dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak 5 ml,

Warna air dibandingkan dengan tabel indikator

Data hasil uji nitrat dicatat, lalu hasil tersebut dapat dikali dengan 4,43

Limbah dibersihkan dengan ditampung di wadah khusus


 Mengukur Fosfat

Fosfat disiapkan

Sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel sebanyak 10 ml

1 Sachet senyawa Reagen Fosfat HI 3833-0 dimasukkan ke dalam


botol sampel

Kocok secara horizontal hingga homogen

Sampel air dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak 5 ml, dan


ditunggu selama 1 menit

Warna air dibandingkan dengan tabel indikator

Data hasil uji fosfat dicatat


3. Parameter Biologi
 Pengambilan Plankton

Jaring, tali rafia dan botol UC


yang sudah dilapisi dengan lakban
hitaam disiapkan

Mulut botol UC dimasukkan


kedalam ujung jaring dan diikat
dengan tali rafia

Botol dimasukkan ke dalam kolam


dengan kedalaman 0,5 meter dan
digerakkan secara horizontal

Botol diangkat dan dilepas dari ujung


jaring

Larutan iodin diteteskan sebanyak 5


kali ke dalam botol UC

botol ditutup dan disimpan di dalam


kulkas selama 24 jam
 Pengamatan Plankton

Sampel plankton disiapkan

Sampel plankton diambil pada


bagian bawah botol dengan
menggunakan pipet tetes dan
diletakkan di atas kaca preparat

Kaca preparat yang sudah


ditetesi dengan sampel
palnkton diamati dibawah
mikroskop

Hasil identifikasi Jenis dan


jumlah plankton dicatat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Identifikasi Plankton

Tabulasi Plankton dalam Penelitian Biotilik 2 (Perairan Lentik) di Kolam USD,


Paingan

N Nama Plankton Gambar Plankton Gambar Plankton


o yang didapat yang didapat (Buku/Google lens)

1. S. bifidum

2. Haematococcus
3 Oocystis borgei

4 Pediastrum duplex
var. gracillimun

5 Pediastrum duplex
var. clathratum

6 Coelosphaerium sp
7 Chlorella sp

8 Fragilaria sp

1 Ankistrodesmus
0 falcatus

1 Trachelomonas
1 armata var.
longispina
1 S. bifidum
3

1 Hydrodictyaceae (1)
6

1 Hydrodictyaceae (2)
7

1 Phacus
8
1 Chroococcus
9

2 Haematococcus
0

2 Euglena sp.
1

Tabulasi Data Fisik dan Kimia Penelitian Biotilik Perairan Lentik di Kolam
USD, Paingan
Kelompok Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata- DO
TDS (ppm) Suhu (°C) Fosfat Nitrat rata pH (mL)
(mg/L) (mg/L)

1 66,30 28,60 0,30 0 7,80 6,00

2 63,00 28.93 1,30 0 8.10 9.30

3 60,00 29,80 1,70 0 8,07 6,00

4 60,00 29,10 0 0 7,50 9,00

5 61,00 28,30 1,60 0 8,50 9,00

6 61,00 28,50 0,33 0 8,63 6,30

Hasil 61,88 28,87 0,87 0 8,01 7,06

B. Pembahasan
1. Kemelimpahan Fitoplankton
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa ada cukup banyak spesies
fitoplankton yang hidup di kolam wilayah kampus III Universitas Sanata
Dharma. Meskipun tidak dihitung secara kuantitatif, namun dengan
banyaknya jenis fitoplankton yang hidup disana, dapat disimpulkan
fitoplankton memiliki kelimpahan yang tinggi pada area kolam. Selain
karena terdapat lebih dari satu spesies yang berhasil teridentifikasi,
populasi organisme lain yang hidup pada kolam dapat membuktikan
kemelimpahan fitoplankton pada kolam tersebut.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, fitoplankton merupakan
organisme autotrof pada ekosistem akuatik dan menduduki posisi sebagai
produsen. Kedudukannya sebagai produsen ini menjadikan keberadaan
fitoplankton sangatlah penting untuk mendukung kehidupan organisme
heterotrof yang juga hidup di kolam. Organisme heterotrof yang hidup
pada kolam pun terlihat beragam, mulai dari zooplankton, larva ikan serta
berbagai jenis ikan, dimana organisme heterotrof ini memanfaatkan
fitoplankton sebagai sumber makanan mereka.

2. Kesuburan Fitoplankton
Fitoplankton merupakan salah satu bioindikator untuk memantau
tingkat pencemaran suatu perairan. Tingkat pencemaran ditentukan
berdasarkan indeks saprobitas melalui analisis komposisi dan kelimpahan
fitoplankton. Setelah mengidentifikasi berbagai jenis fitoplanton pada
kolam yang ditemukan pada sampel dengan wilayah yang berbeda-beda
(masih dalam satu kolam) diketahui bahwa fitoplankton yang berada pada
kolam memiliki beragam jenis, bahkan ada yang berasal dari tingkatan
famili yang berbeda.
Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada kolam, tergolong dalam
kelimpahan tinggi, yang mecerminkan kesuburan perairan yang tinggi
pula. Hal ini mengindentifikasikan belum terjadi pencemaran bahan
organik pada wilayah kolam. Jika pencermaran tidak terjadi pada wilayah
kolam dan fitoplankton dapat hidup dengan baik disana, maka kolam
kampus III Universitas Sanata Dharma, masih tergolong area yang subur
untuk kehidupan fitoplankton.

3. Parameter Fisik dan Kimia


Setiap komponen biotik pada kolam ataupun wilayah ekosistem
akuatik lainnya tidak pernah terlepas dari peran komponen abiotik. Karena
pada dasarnya kedua komponen ini saling bekerja sama menciptakan
keseimbangan ekosistem di alam.
Komponen abiotik yang dikaji dalam pratikum ini adalah parameter
fisik dan kimia. Pengkajian parameter fisik dilakukan dengan mengukur
jumlah partikel terlarut dalam air (TDS) dan suhu, sedangkan parameter
kimia dikaji dengan melakukan pengukuran pH, DO, uji fosfat dan nitrat
pada air kolam.
Setelah dilakukan rata-rata pengukuran sebanyak tiga kali, diperoleh
air kolam mengandung partikel terlarut sebanyak 61,8 ppm, suhu 28,87 0c,
DO 7,06 ml, uji fosfat menghasilkan nilai 0,87 dan uji nitrat 0. Untuk pH
air kolam berada pada angka 8,01. Berdasarkan standar dari Enviromental
Protection Agency nilai pH air yang baik berada pada kisaran 6,5-8,5. Dari
standar ini diketahui bahwa air kolam kampus III Universitas Sanata
Dharma memiliki kualitas air dengan pH yang baik.
Sementara itu suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah dan
bisa dikategorikan sebagai perairan yang baik memiliki kadar oksigen
terlarut >5ppm, dimana air kolam yang diuji memiliki nilai >5 sehingga
dikategorikan bebas dari pencemaran. Nilai uji fosfat sebesar 0,87
mengindikasikan tingkat kesuburan yang sangat baik pada air kolam
sedangkan dan nilai uji nitrat sebesar 0 berada pada kategori baik untuk
pertumbuhan organisme
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pratikum ini adalah:
1. Ekosistem kolam di kampus III Universitas Sanata Dharma memiliki
kemelimpahan fitoplankton yang tinggi dikaji dari banyaknya jenis spesies
fitoplankton yang ditemukan dan dapat diidentifikasi di wilayah tersebut.
2. Kemelimpahan fitoplankton pada kolam yang tergolong tinggi
mencerminkan kesuburan perairan yang tinggi pula. Pencermaran tidak
terjadi pada wilayah kolam dan fitoplankton dapat hidup dengan baik
disana.
3. Parameter fisik dan kimia yang diukur (TDS, suhu, pH, DO, uji fosfat dan
uji nitrat) menunjukan nilai yang baik untuk menggolongkan air kolam
masuk pada kategori belum tercemar dan layak untuk ditinggali organisme
perairan.

B. Refleksi
Dalam melakukan kegiatan pratikum biolitik untuk kedua kalinya, saya
merasa tidak terlalu mengalami kendala hanya saja ada beberapa kajian yang
perlu saya pelajari lagi dikarenakan pratikum kali ini dilakukan di air kolam.
Hal yang sulit dari pratikum ini adalah ketika harus mengidentifikasi plankton
dari sampel menggunakan mikroskop, akan tetapi berkat bantuan kakak-kakak
asdos, plankton dari sampel kami dapat teridentifikasi. Dari pratikum ini saya
belajar banyak hal, termasuk peran fitoplanton bagi ekosistem akuatik dan
juga belajar menggunakan mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA
Aisoi, L. (2019). KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON
DI PERAIRAN PESISIR HOLTEKAMP KOTA JAYAPURA. JURNAL
BIOSILAMPARI.
Andriani, A., & Damar, A. (2017). KELIMPAHAN FITOPLANKTON DAN
PERANNYA SEBAGAI SUMBER MAKANAN IKAN DI TELUK
PABEAN JAWA BARAT. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik.

Sugianti, Y., Putri, M., & Krismono. (2015). KARAKTERISTIK KOMUNITAS


DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI DANAU TALAGA,
SULAWESI TENGAH. LIMNOTEK.

Anda mungkin juga menyukai