Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN ARTIKEL

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR BERDASARKAN PARAMETER


FISIK DAN DERAJAT KEASAMAN (pH) DI DESA MOYONGKOTA
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Penyehatan Air-A

Diampu oleh:

RedI Yuda, SKM., MKM.

Disusun oleh:

Fahmi Firmansyah
NIM: P17333120428

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
BANDUNG
2021
I. TUJUAN PENELITIAN
a. Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak
akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih
sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari,
keperluan industri, sanitasi lingkungan, keperluan pertanian, maupun keperluan-
keperluan lainnya (Lantapon, dkk, 2019). Segala kehidupan di bumi ini
memelukan air, oleh karena itu kualitas dan standar air harus tetap terjaga dan
jangan sampai air tidak dapat terpenuhi baik, kualiatas, kuantitas, dan
kontinuitasnya.

Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari


adalah untuk kebutuhan air minum. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia
wajib minum air putih minimal 2 liter (atau 8 gelas) per hari dan maksimum 7
persen kali berat badan. ( Robert J.Kodoatie, 2012 ). Penggunaan air harus
memperhatikan kualitas dalam airnya baik dari parameter fisik, kimia, dan
biologisnya, jangan sampai air menjadi sumber penyakit dan kerugian bagi
penggunanya.

b. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian jurnal ini yaitu untuk mengetahui kelayakan air
sumur di Desa Moyongkota. Setiap sumur akan diperiksa kelayakan setiap
kualitasnya, lalu dalam penelitian di Desa Moyongkota ini belum pernah ada
pihak yang melakukan penelitian, melihat data di puskesmas Moyongkota
kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukkan beberapa penyakit yang
berhubungan dengan air diantaranya dermatitis alergi berjumlah 66 orang,
dermatitis infeksi berjumlah 53 orang, dermatitis jamuran berjumlah 36 orang
dan diare berjumlah 25 orang (Lantapon, dkk, 2019).

Berdasarkan observasi awal pada air sumur diperoleh beberapa sumur


airnya terlihat keruh dan terdapat peternakan hewan berdekatan dengan sumu
(Lantapon, dkk, 2019). Maka dari itu tim peneliti dari Jurnal “Analisis Kualitas
Air Sumur Berdasarkan Parameter Fisik dan pH di Desa Moyongkota Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur” akan meninjau langsung dan meneliti kualiatas air
di Desa Moyongkota, untuk mengetahui permasalahan utamanya pada faktor apa.

II. PARAMETER YANG DIHITUNG

Penelitian dalam jurnal ini memeriksa parameter fisik dan kimia pada setiap
sumur di Desa Moyongkota. Populasi berjumlah 221 sumur dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 sumur. Instrument dalam penelitian ini
menggunakan peralatan Spektrofotometer, botol polietilen, cool box, kertas lakmus,
kamera digital. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu pada pemeriksaan
kekeruhan, warna dan TDS memenuhi syarat, pemeriksaan bau dan rasa terdapat 1
sumur yang tidak memenuhi syarat dan pemeriksaan pH pada 5 sumur yang diteliti
tidak memenuhi syarat (Lantoan, dkk, 2019).

Parameter fisik yang diukur pada penelitian ini mengukur kekeruhan, warna,
bau, rasa, dan TDS (Total Dissolved Solid) pada air. Lalu untuk pemeriksaan kimia
hanya mengukur kadar pH air pada setiap sumur di Desa Moyongkota.

a. Kekeruhan
Mahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas kegelapan
di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan
perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti
tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan
organisme lainnya. Effendi (2003), menyatakan bahwa tingginya nilai
kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi
efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. Kekeruhan erat kaitannya
dengan nilai TDS dalam air.
Semakin keruh air maka nilai NTU (Nephlometere Turbidity Units)
akan semakin tinggi. Kekeruhan yang tinggi membuat cahaya akan sulit masuk
dan menembus air bila diukur dengan alat Turbidimeter.

b. Warna

Warna pada air dapat ditimbulkan karena adanya bahan-bahan organik


seperti plankton dan humus maupun bahan-bahan nonorganic seperti logam besi
(Fe) dan Mangan (Mn). Adanya kandungan bahan-bahan anorganik seperti oksida
pada besi menyebabkan air bewarna kemerahan, sedangkan oksida pada mangan
menyebabkan air menjadi berwarna kecoklatan/kehitaman. Kalsium karbonat yang
berasal dari daerah berkapur juga dapat menimbulkan warna kehijauan pada air.
Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari
proses dekomposisi (pelapukan) tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna
kecoklatan pada air (Effendi, 2003).

c. Bau
Beberapa sumber utama bau adalah hidrogen sulfida dan senyawa organik
yang dihasilkan oleh dekomposisi anaerob. Selain menyebabkan keluhan, bau
mungkin merupakan salah satu tanda dari adanya gas beracun atau kondisi anaerob
pada unit yang dapat memiliki efek merugikan bagi kesehatan atau dampak
lingkungan (Vanatta, 2000).
d. TDS (Total Dissolved Solid,TDS)

TDS atau disebut juga total padatan terlarut Padatan total adalah bahan yang
tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu
(APHA, 1989).

e. pH (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen


dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat
keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral,
pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifatasam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi
perairan bersifat basa (Effendi, 2003).

III. CARA PENGUKURAN

Hasil yang diperoleh menunjukkan pemeriksaan fisik kekeruhan, warna dan


TDS memenuhi syarat, namun pada rasa dan bau terdapat satu sumur yang tidak
memenuhi syarat yaitu pada sumur 3, dan pemeriksaan pH pada air sumur diperoleh
hasil keseluruhan tidak memenuhi syarat (Lantapon, dkk, 2019).
a. Pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH pada 5 sumur yang ada desa Moyongkota kabupaten


Bolaang Mongondow Timur pH terendah terdapat pada sumur nomor 4 dengan hasil
5 kriteria tidak memenuh syarat, sedangkan dari ke-4 sumur memperoleh hasil 6
terbanyak dengan kriteria tidak memenuhi syarat (Lantapon, dkk, 2019).

Adapun cara menghitung pH air dengan SNI 6989.11:2019 update-an dari SNI
SNI 06-6989.11:2004. Prosedurnya sebagai berikut:

• Bilas elektroda dengan aquades, selanjutnya keringkan dengan tisu.


• Celupkan elektoda kedalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan angka
stabil.
• Catat hasil pembacaan skala atau angka tampilan pH meter.
• Catat suhu pada saat pengukuran pH dan catat hasilnya.
• Bilas Kembali elektroda dengan air aquades dan simpan setelah pengukuran

b. Pemeriksaan Kekeruhan

Pemeriksaan kekeruhan yang dilakukan di desa Moyongkota kabupaten


Bolaang Mongondow Timur pada 5 sumur yang diteliti menunjukkan hasil Sumur 1
yaitu 0,56, Sumur 2 yaitu 0,46, sumur 3 yaitu 0,31, sumur 4 yaitu 1,87 dan sumur 5
yaitu 0,22 dengan nilai standar baku mutu ≤ 25 NTU (Lantopan, dkk, 2019).

Cara pengukuran kekeruhan terdapat pada SNI 06-6989-25.2005 Tentang Air


dan Limbah Air dengan alat Nefelometer .Adapun peralatan dan prosedur yag
digunakannya sebagai berikut:

1. Peralatan
• Nefelometer
• Gelas piala
• Botol Semprot
• Pipet volume 5 mL dan 10 mL
• Neraca analitik
• Labu ukur 100 mL dan 1000 mL
2. Prosedur Pengujian
• Cuci tabung nefelometer dengan air suling
• Kocok contoh dan masukkan contoh ke dalam tabung pada
nefelometer. Pasang tutupnya
• Biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil
• Catat nilai kekeruhan contoh yang teramati
3. Perhitungan
Kekeruhan (NTU) = A × fp

Dengan pengertian:

A = Kekeruhan dalam NTU contoh yang diencerkan

fp = factor pengenceran

c. Pemeriksaan Warna

Pemeriksaan warna mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun


2017 yaitu ≤ 50 TCU. Cara perhitungan warna pada air terdapat pada SNI
6989.80:2011 Cara Uji Warna dengan Spektrofotometri. Cara pengujian warna pada
air sebagai berikut.

1. Bahan
• Air bebas mineral;
• Kaliumheksakloroplatinat (K2PtCl6) pa;
• Kobal klorida ( CoCl26H2O) pa;
• Asam klorida (HCL) pa;
• Natrium hidroksida (NaOH);
2. Peralatan
• Spektrofotometer;
• Kuvet dengan Panjang min.2,5 cm;
• Labu ukur 100 mL;
• Pipet volumetric 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, dan 10 mL;
• Gelas piala;
• Kertas saring ;
• Timbangan analitik ketelitian 0,1 mg.
3. Pengukuran Contoh Uji
• Ukur serapan contoh uji pada Panjang gelombang dengan serapan
maksimum yang telah ditentukan;
• Hitung nilai unit warna dari kurva kalibrasi
4. Perhitungan
Warna, unt Pt-Co = C × fp

Keterangan:

C = Nilai yang didapat dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam unit Pt-Co

Fp = factor pengenceran

d. Pemeriksaan Bau

Pemeriksaan bau pada air sumur di Desa Moyongkota dilakukan pada 5 sumur,
dan diketahui pada 3 sumur tidak memenuhi syarat, yang seharusnya air yang
memenuhi standar baku mutu tidak boleh berbau ( Permenkes No. 32 Tahun 2017).

Cara pemerksaan bau pada air lebih mudah dan sederhana daripada pengujian
parameter lain. Pemeriksaan bau menggunakan metode organoleptik, yaitu
pemeriksaan langsung dengan menggunakan alat indra manusia, yaitu dengan indra
penciuman atau hidung untuk pengukuran bau pada air, tetapi tetap ada prosedur yang
harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kecelakaan ataupun kerugian pada
pemeriksanya.

e. Pengukuran TDS (Total Dissolved Solid,TDS)

Pengukuran TDS pada pemeriksaan ini diambil sampel sebanyak 5 sumur


dengan standar baku mutu 100 mg/L. Pengukuran TDS diatur dalam ketentuan terbaru
SNI 6989.27: 2019 Cara Uji Padatan Tersuspensi Total (TDS) dengan Gravimetri.
Cara pengukurannya sebagai berikut.

1. Bahan
• Kertas saring glass fiber
• Air suling
2. Peralatan
• Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
• Oven, pengoperasian pada suhu 1800C ± 20C;
• Desikator yang berisi silika gel;
• Cawan porselen/platina/silika;
• Penjepit cawan dan penjepit kertas saring;
• Alat penyaring yang dilengkapi dengan pompa penghisap;
• Pengaduk magnetik

3. Cara Pengerjaan
• Homogenkan contoh uji;
• Caring contoh dengan pompa vakum;
• Bilas kertas saring dengan air suling 10 mL x 3;
• Lanjutkan penghisapan sekitar 3 menit, pindahkan hasil saring kedalam
cawan yang memiliki berat tetap;
• Uapkan hasil saringan hingga kering pada penangas air
• Masukkan cawan ke dalam open selama 1 jam dengan suhu 180°C.
• Dinginkan dalam desikator lalu timbang hingga berat konstan.
• Hitung kadar TDS dalam mg/L

IV. HASIL PENELITIAN

Penelitian pada jurnal ini menggunakan penelitian deskriptif berbasis


labolatorium. Hasil penelitian kualitas air sumur di Desa Moyongkota sebagai berikut.

1. Kekeruhan
Pemeriksaan kekeruhan di Desa Moyongkota, Kabupaten Bolaang Mongodow
Timur, mengambil sampel pada 5 sumur yang diteliti menunujukkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan kekeruhan

No. Sampel Uji Hasil pemeriksaan (NTU)


1 Sumur 1 0,56
2 Sumur 2 0,46
3 Sumur 3 0,31
4 Sumur 4 1,87
5 Sumur 5 0,22

Berdasarkan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 tahun 2017) bahwa standar


baku mutu parameter kekeruhan kadar maksimumnya sebesar 25 NTU. Hasil ini
menujukkan bahwa pada 5 sumur yang diteliti memenuhi kriteria syarat kekeruhan.

2 Warna

Pemeriksaan warna pada air di Desa Moyongkota didapatkan hasil diperoleh


hasil yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan warna

No. Sampel Uji Hasil Pemeriksaan (TCU)


1 Sumur 1 0, 01559
2 Sumur 2 0, 1559
3 Sumur 3 0, 1559
4 Sumur 4 0, 1559
5 Sumur 5 0, 1559
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.32 Tahun 2017 bahwa kadar
maksimum untuk warna pada air yaitu sebesar 50 TC. Hasil pemeriksaan warna pada
5 sumur yang ada di desa Moyongkota kabupaten Bolaang Mongondow Timur
menunjukkan hasil yaitu memenuhi syarat (Lantopan, dkk, 2019).

3. TDS (Total Dissolved Solid)


Hasil dari pemeriksaan TDS pada 5 sumur yang diteliti dengan standar baku
mutu sebesar 1000 mg/L, sesuai dengan standar baku mutu parameter fisik air
(Permenkes No. 32 Tahun 2017). Melihat pada tabel nomor 1 di atas dari kelima sumur
didapat hasil TDS semuanya memenuhi standar baku mutu fisik parameter TDS (Total
Dissolved Solid).

4. Bau

Untuk bau pada penelitian di 5 sumur Desa Moyongkota, terdapat salah satu
sumur yang berbau, untuk hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1 hasil pemeriksaan
fisik dan pH. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Air Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum, bahwa syarat fisik
air tidak berbau.

Penyebab salah satu sumur (sumur nomor 3 pada tabel 1) disebabkan oleh
dekatnya sumur dengan peternakan hewan, sehingga sumur dapat tercemar oleh
kotoran hewan di peternakan tersebut. Parameter bau yang tidak memenuhi syarat pada
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia dkk (2013), yang
menyatakan bahwa terdapat 29 sumur dari 35 sumur memiliki parameter bau yang
tidak baik (Lantapon, dkk, 2019).

5. Rasa

Pemeriksaan rasa pada 5 sumur yang ada di Moyongkota memiliki hasil


dimana sumur yang tidak memenuhi syarat terdapat pada 1 sumur, dari 5 sumur yang
diteliti yaitu sumur ke-3 dimana hasil ini memiliki rasa (Lantapon, dkk, 2019). Hasil
lebih rincinya dapat dilihat pada tabel 1 tentang hasil pemeriksaan fisik dan pH.
Berdasarkan Permenkes No.32 Tahun 2017 syarat air yang baik adalah air yang tidak
memiliki rasa.

Pengaruh rasa pada sumur nomor 3 dapat dipengaruhi oleh dekatnya sumur
dengan peternakan hewan, lalu penyebab lain air dapat berasa disebabkan oleh dinding
sumur yang terkontaminasi langsung dengan tanah, dan air sumur jarang dikuras.
Sehingga perlu ada upaya dalam mengatasi sumur nomor 3 di Desa Mayangkota
tersebut.

6. pH (Derajat Keasaman)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada kelima sumur di Desa


Mayangkota, semua sumur dirasa tidak memenuhi kriteria pH yang sesuai. Adapun
standar baku mutu pH air yang ditetapkan yaitu kisaran 6,5 – 8,5 berdasarkan
Permenkes No.32 Tahun 2017.

Banyaknya sumur yang tidak sesuai dengan standar dapat diakibatkan oleh
dekatnya sumur dengan peternakan hewan, sumur jarang dirawat, maka dari itu dapat
menyebabkan permasalahan kepada masyarakat yang menggunakan air tersebut
menjadi sumber penyakit terhadap warga Desa Mayangkota kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.

Dari beberapa parameter yang diukur, semua sumur tidak sepenuhnya mutlak
memenuhi standar baku mutu kualitas air. Dilihat dari Permenkes No. 32 Tahun 2017.
Air yang baik itu memenuhi segala parameter baik fisik, kimia, dan biologis. Sehingga
perlu segera diatas mengenai permasalahan sumur tersebut dengan melihat parameter
apa saja yang tidak memenuhi pada setiap sumur, agar masyarakat di Desa
Moyongkota terhindar dari berbagai penyakit akibat air.

Bagi Masyarakat Pemeliharaan air sumur untuk mempertahankan kualitas air


bersih yang ada agar dapat mengurangi resiko masuknya bahan pencemar, kiranya
peternakan hewan diatur jaraknya agar tidak terlalu dekat dengan air, syarat air bersih
untuk parameter fisik perlu adanya proses penyaringan atau pengendapan agar air
sumur gali bisa digunakan (Lantapon, dkk, 2019).

Untuk permadalahan pH air pada air Sumur di Desa Moyongkota dapat diatasi
dengan menaikan pH air pada angka standar 6,5 -8,5. Ada du acara yang dapat
dilakukan yaitu secara non kimiawi dengan mengguakan batu kapur dan menggunakan
batu karang (di pantai) dan secara kimiawi menggunakan soda ash (powder) dan soda
kue (powder) (CV. Zamzam, 2019).
V. PERBANDINGAN KUALITAS AIR HASIL PENELITIAN DENGAN AIR
DI RUMAH

Hasil penelitian pada Jurnal Analisis Kualitas Air Sumur Berdasarkan


Parameter Fisik Dan Derajat Keasaman (Ph) di Desa Moyongkota Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur akan dibandingkan dengan kualitas air di rumah saya. Untuk
melihat apakah kualitas air di rumah saya memenuhi persyaratan baku mutu air sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 Tentang Kesehatan lingkungan dan
Persyaratan air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
dan Pemandian Umum., juga membandingkan kualitas air mana yang lebih baik.

Rumah saya beralamat di Dusun Tarikolot RT 004/RW 003, Desa


Sindangpakuon, kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Air yang
saya gunakan untuk keperluan sehari-hari bersumber dari air sumur gali. Dalam
perbandingan kualitas air ini tidak akan semua parameter yang diujikan dalam jurnal
ini saya bandingkan dengan kualitas air di rumah, karena ada parameter pengukuran
air yang memerlukan peralatan laboratorium dan alat khusus untuk menghitungnya,
sehingga saya mengambil parameter rasa dan bau saja, yang mudah untuk ditelitinya
secara organoleptik dengan indra perasa dan penciuman. Untuk hasil dari
perbandingan kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Perbandingan rasa dan bau pada air di rumah dengan hasil penelitian jurnal

Sampel Uji Rasa Bau


Rumah saya Tidak berasa Tidak berbau
Rumah 1 Tidak berasa Tidak berbau
Rumah 2 Tidak berasa Tidak berbau
Rumah 3 Berasa Berbau
Rumah 4 Tidak berasa Tidak berbau
Rumah 5 Tidak berasa Tidak berbau
Hasil perbandingan uji kualitas rasa dan bau pada air sumur rumah saya
dengan air sumur penelitian pada jurnal di Desa Moyongkota, hamper semuanya sama
memenuhi persyaratan baku mutu pada rasa dan bau, yaitu tidak berasa dan berbau
(Permenkes No.32 Tahun 2017), tetapi bila dibandingkan dengan sumur rumah nomor
3 maka rumah saya lebih memenuhi persayatan dan aman. Hasil perbandingan ini tidak
sepenuhnya mutlak, karena harus diukur juga kualitas fisik, pada parameter lainnya
seperti kekeruhan, warna, TDS (Total Dissolved Solid), dan pH air. Karena
keterbatasan alat untuk pengujian dirumah saya.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, Nisye Frisca. 2017. Uji Kualitas Fisik Air Bersih Pada Sarana Air Bersih
Program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Pamsimas) Nagari Cupak Kabupaten Solok. Jurnal Kepemimpinan dan
Kepengurusan Sekolah. 2(1) : 7-16.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 6989.11:2019. Air dan air limbah –
Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter.
Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 6989.27:2019. Air dan Limbah –
Bagian 27: cara uji padatan terarut total (Total Dissolved Solids,
TDS) secara gravimetri. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 6989.11:2019. Air dan air limbah –
Bagian 11 : Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter.
Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 6989.25:2005. Air dan air limbah –
Bagian 25 : Cara uji kekeruhan dengan nefelometer. Badan Standarisasi
Nasional : Jakarta.

CV. Zamzam, “Cara Menaikkan/ Menurunkan pH Air Secara Alami Dan Kimia”. pH
Air, 2019, [diakses 15 Desember 2019], tersedia dari
https://www.airminumisiulang.com/page/32/ph_air.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higinene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan Pemandian Umum.
Tanggal 20 Juni 2017.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Munfiah, siti dkk. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di
Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia. 12(2) : -.

Anda mungkin juga menyukai