Diampu oleh:
Disusun oleh:
Fahmi Firmansyah
NIM: P17333120428
b. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian jurnal ini yaitu untuk mengetahui kelayakan air
sumur di Desa Moyongkota. Setiap sumur akan diperiksa kelayakan setiap
kualitasnya, lalu dalam penelitian di Desa Moyongkota ini belum pernah ada
pihak yang melakukan penelitian, melihat data di puskesmas Moyongkota
kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukkan beberapa penyakit yang
berhubungan dengan air diantaranya dermatitis alergi berjumlah 66 orang,
dermatitis infeksi berjumlah 53 orang, dermatitis jamuran berjumlah 36 orang
dan diare berjumlah 25 orang (Lantapon, dkk, 2019).
Penelitian dalam jurnal ini memeriksa parameter fisik dan kimia pada setiap
sumur di Desa Moyongkota. Populasi berjumlah 221 sumur dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 sumur. Instrument dalam penelitian ini
menggunakan peralatan Spektrofotometer, botol polietilen, cool box, kertas lakmus,
kamera digital. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu pada pemeriksaan
kekeruhan, warna dan TDS memenuhi syarat, pemeriksaan bau dan rasa terdapat 1
sumur yang tidak memenuhi syarat dan pemeriksaan pH pada 5 sumur yang diteliti
tidak memenuhi syarat (Lantoan, dkk, 2019).
Parameter fisik yang diukur pada penelitian ini mengukur kekeruhan, warna,
bau, rasa, dan TDS (Total Dissolved Solid) pada air. Lalu untuk pemeriksaan kimia
hanya mengukur kadar pH air pada setiap sumur di Desa Moyongkota.
a. Kekeruhan
Mahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas kegelapan
di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan
perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti
tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan
organisme lainnya. Effendi (2003), menyatakan bahwa tingginya nilai
kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi
efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. Kekeruhan erat kaitannya
dengan nilai TDS dalam air.
Semakin keruh air maka nilai NTU (Nephlometere Turbidity Units)
akan semakin tinggi. Kekeruhan yang tinggi membuat cahaya akan sulit masuk
dan menembus air bila diukur dengan alat Turbidimeter.
b. Warna
c. Bau
Beberapa sumber utama bau adalah hidrogen sulfida dan senyawa organik
yang dihasilkan oleh dekomposisi anaerob. Selain menyebabkan keluhan, bau
mungkin merupakan salah satu tanda dari adanya gas beracun atau kondisi anaerob
pada unit yang dapat memiliki efek merugikan bagi kesehatan atau dampak
lingkungan (Vanatta, 2000).
d. TDS (Total Dissolved Solid,TDS)
TDS atau disebut juga total padatan terlarut Padatan total adalah bahan yang
tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu
(APHA, 1989).
e. pH (Derajat Keasaman)
Adapun cara menghitung pH air dengan SNI 6989.11:2019 update-an dari SNI
SNI 06-6989.11:2004. Prosedurnya sebagai berikut:
b. Pemeriksaan Kekeruhan
1. Peralatan
• Nefelometer
• Gelas piala
• Botol Semprot
• Pipet volume 5 mL dan 10 mL
• Neraca analitik
• Labu ukur 100 mL dan 1000 mL
2. Prosedur Pengujian
• Cuci tabung nefelometer dengan air suling
• Kocok contoh dan masukkan contoh ke dalam tabung pada
nefelometer. Pasang tutupnya
• Biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil
• Catat nilai kekeruhan contoh yang teramati
3. Perhitungan
Kekeruhan (NTU) = A × fp
Dengan pengertian:
fp = factor pengenceran
c. Pemeriksaan Warna
1. Bahan
• Air bebas mineral;
• Kaliumheksakloroplatinat (K2PtCl6) pa;
• Kobal klorida ( CoCl26H2O) pa;
• Asam klorida (HCL) pa;
• Natrium hidroksida (NaOH);
2. Peralatan
• Spektrofotometer;
• Kuvet dengan Panjang min.2,5 cm;
• Labu ukur 100 mL;
• Pipet volumetric 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, dan 10 mL;
• Gelas piala;
• Kertas saring ;
• Timbangan analitik ketelitian 0,1 mg.
3. Pengukuran Contoh Uji
• Ukur serapan contoh uji pada Panjang gelombang dengan serapan
maksimum yang telah ditentukan;
• Hitung nilai unit warna dari kurva kalibrasi
4. Perhitungan
Warna, unt Pt-Co = C × fp
Keterangan:
C = Nilai yang didapat dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam unit Pt-Co
Fp = factor pengenceran
d. Pemeriksaan Bau
Pemeriksaan bau pada air sumur di Desa Moyongkota dilakukan pada 5 sumur,
dan diketahui pada 3 sumur tidak memenuhi syarat, yang seharusnya air yang
memenuhi standar baku mutu tidak boleh berbau ( Permenkes No. 32 Tahun 2017).
Cara pemerksaan bau pada air lebih mudah dan sederhana daripada pengujian
parameter lain. Pemeriksaan bau menggunakan metode organoleptik, yaitu
pemeriksaan langsung dengan menggunakan alat indra manusia, yaitu dengan indra
penciuman atau hidung untuk pengukuran bau pada air, tetapi tetap ada prosedur yang
harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kecelakaan ataupun kerugian pada
pemeriksanya.
1. Bahan
• Kertas saring glass fiber
• Air suling
2. Peralatan
• Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
• Oven, pengoperasian pada suhu 1800C ± 20C;
• Desikator yang berisi silika gel;
• Cawan porselen/platina/silika;
• Penjepit cawan dan penjepit kertas saring;
• Alat penyaring yang dilengkapi dengan pompa penghisap;
• Pengaduk magnetik
3. Cara Pengerjaan
• Homogenkan contoh uji;
• Caring contoh dengan pompa vakum;
• Bilas kertas saring dengan air suling 10 mL x 3;
• Lanjutkan penghisapan sekitar 3 menit, pindahkan hasil saring kedalam
cawan yang memiliki berat tetap;
• Uapkan hasil saringan hingga kering pada penangas air
• Masukkan cawan ke dalam open selama 1 jam dengan suhu 180°C.
• Dinginkan dalam desikator lalu timbang hingga berat konstan.
• Hitung kadar TDS dalam mg/L
1. Kekeruhan
Pemeriksaan kekeruhan di Desa Moyongkota, Kabupaten Bolaang Mongodow
Timur, mengambil sampel pada 5 sumur yang diteliti menunujukkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan kekeruhan
2 Warna
4. Bau
Untuk bau pada penelitian di 5 sumur Desa Moyongkota, terdapat salah satu
sumur yang berbau, untuk hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1 hasil pemeriksaan
fisik dan pH. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Air Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum, bahwa syarat fisik
air tidak berbau.
Penyebab salah satu sumur (sumur nomor 3 pada tabel 1) disebabkan oleh
dekatnya sumur dengan peternakan hewan, sehingga sumur dapat tercemar oleh
kotoran hewan di peternakan tersebut. Parameter bau yang tidak memenuhi syarat pada
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia dkk (2013), yang
menyatakan bahwa terdapat 29 sumur dari 35 sumur memiliki parameter bau yang
tidak baik (Lantapon, dkk, 2019).
5. Rasa
Pengaruh rasa pada sumur nomor 3 dapat dipengaruhi oleh dekatnya sumur
dengan peternakan hewan, lalu penyebab lain air dapat berasa disebabkan oleh dinding
sumur yang terkontaminasi langsung dengan tanah, dan air sumur jarang dikuras.
Sehingga perlu ada upaya dalam mengatasi sumur nomor 3 di Desa Mayangkota
tersebut.
6. pH (Derajat Keasaman)
Banyaknya sumur yang tidak sesuai dengan standar dapat diakibatkan oleh
dekatnya sumur dengan peternakan hewan, sumur jarang dirawat, maka dari itu dapat
menyebabkan permasalahan kepada masyarakat yang menggunakan air tersebut
menjadi sumber penyakit terhadap warga Desa Mayangkota kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.
Dari beberapa parameter yang diukur, semua sumur tidak sepenuhnya mutlak
memenuhi standar baku mutu kualitas air. Dilihat dari Permenkes No. 32 Tahun 2017.
Air yang baik itu memenuhi segala parameter baik fisik, kimia, dan biologis. Sehingga
perlu segera diatas mengenai permasalahan sumur tersebut dengan melihat parameter
apa saja yang tidak memenuhi pada setiap sumur, agar masyarakat di Desa
Moyongkota terhindar dari berbagai penyakit akibat air.
Untuk permadalahan pH air pada air Sumur di Desa Moyongkota dapat diatasi
dengan menaikan pH air pada angka standar 6,5 -8,5. Ada du acara yang dapat
dilakukan yaitu secara non kimiawi dengan mengguakan batu kapur dan menggunakan
batu karang (di pantai) dan secara kimiawi menggunakan soda ash (powder) dan soda
kue (powder) (CV. Zamzam, 2019).
V. PERBANDINGAN KUALITAS AIR HASIL PENELITIAN DENGAN AIR
DI RUMAH
Tabel 4. Perbandingan rasa dan bau pada air di rumah dengan hasil penelitian jurnal
Andini, Nisye Frisca. 2017. Uji Kualitas Fisik Air Bersih Pada Sarana Air Bersih
Program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Pamsimas) Nagari Cupak Kabupaten Solok. Jurnal Kepemimpinan dan
Kepengurusan Sekolah. 2(1) : 7-16.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 6989.11:2019. Air dan air limbah –
Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter.
Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 6989.27:2019. Air dan Limbah –
Bagian 27: cara uji padatan terarut total (Total Dissolved Solids,
TDS) secara gravimetri. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2019. SNI 6989.11:2019. Air dan air limbah –
Bagian 11 : Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter.
Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 6989.25:2005. Air dan air limbah –
Bagian 25 : Cara uji kekeruhan dengan nefelometer. Badan Standarisasi
Nasional : Jakarta.
CV. Zamzam, “Cara Menaikkan/ Menurunkan pH Air Secara Alami Dan Kimia”. pH
Air, 2019, [diakses 15 Desember 2019], tersedia dari
https://www.airminumisiulang.com/page/32/ph_air.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higinene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan Pemandian Umum.
Tanggal 20 Juni 2017.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Munfiah, siti dkk. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di
Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia. 12(2) : -.