Anda di halaman 1dari 39

SIDANG KOMPREHENSIF

LOGO

Situ Bagendit

Penelitian Ernawati 2004

Pencemaran Perairan

Uji Pendahuluan Penelitian Makrozoobentos

Diperkirakan telah meningkatnya kandungan bahan organik, sehingga mempengaruhi lingkungan parameter fisik, kimiawi, substrat dan biologis (makrozoobentos) yang mengalami perubahan ke arah kondisi kurang baik

Mengetahui kajian penyuburan dengan keberadaan makrozoobentos sebagai bioindikator dan kondisi substrat di Situ Bagendit Garut.

Memberikan informasi dan masukan mengenai keadaan lingkungan perairan Situ Bagendit bagi pengelola dan instansi terkait guna dijadikan sebuah acuan atau dasar dalam pengelolaan masa kini dan masa yang akan datang serta pemanfaatannya sebagai tempat objek wisata maupun sebagai areal produksi perikanan.

Aktivitas Penduduk Bahan Organik, Anorganik Struktur fisik, kimiawi perairan

Perubahan Struktur Komunitas Makrozoobentos Perubahan Komposisi Intoleran, Fakultatif dan Toleran

Blooming Makrofita
Pendangkalan

Penurunan Fungsi Perairan

Pengelolaan

Pengambilan sampel dilakukan selama bulan Maret - Juni yaitu 6x dengan interval 1 minggu

Penelitian telah ini dilakukan di Perairan Situ Bagendit yang terletak di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Identifikasi makrozoobenthos dan parameter kimiawi perairan dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Untuk parameter fisik dilakukan secara in situ dan untuk analisis substrat dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

ALAT Ekman grab ukuran 15 x 15 cm2, Secchi disk, Thermometer digital pH meter Water Sampler Tongkat berskala GPS (Global Positioning System) Turbidity-meter Cool Box Kantong plastik Botol plastik 600 mL Kertas label, Data sheet dan Spidol permanen Kamera digital Analisis makrozoobentos : Ember, Pinset, Saringan ukuran 1 mm, Buku identifikasi invertebrata akuatik Alat analisis BOD5 dan DO: pipet biuret, botol winkler, dan gelas erlenmeyer Alat analisis substrat

BAHAN Larutan formalin 10% Bahan pereaksi untuk DO: O2 reagent, mangan sulfat (MnSO4) 50%, HSO4 (asam pekat), Na2S2O3 (Na-thiosulfat) 0,01 N Bahan pereaksi BOD5: O2 reagent, mangan sulfat (MnSO4) 50%, HSO4 (asam pekat), Na2S2O3 (Na-thiosulfat) 0,01 N Bahan pereaksi untuk tekstur substrat: natrium oksalat 0,01 N dan natrium karbonat 0,02 N Bahan pereaksi untuk C-organik: K2Cr2O7 1 N dan H2SO4 pekat, indikator Ferroin Bahan pereaksi untuk N-total: H2SO4 (asam sulfat) pekat, H3BO3 1%, penunjuk Conway, NaOH 40%, H2SO4 0,05 N Bahan pereaksi untuk P2O5: HCl, NH46Mo7O24.4H2O, SBOC4H4O6, H2SO4 Bahan pereaksi pH Tanah: KCl 1 N

3 Stasiun Pengambilan Sampel


Stasiun 1 : stasiun inlet berada pada koordinat 7o941,64 S dan 107o5621,35 E, terdapat saluran pemasukan, areal pesawahan dan perkebunan, areal pemancingan Stasiun 2 : stasiun tengah situ berada pada koordinat 7o942,78S dan 107o5641,02 E, terdapat areal pesawahan, perkebunan, dan pemancingan Stasiun 3 : stasiun outlet berada pada koordinat 7o940,14S dan 107o5655,60 E, terdapat saluran pengeluran, pariwisata dan areal pemancingan

Metode survey

Metode Purpose Sampling

LOGO

Click to edit Master text styles

Teknik Pengambilan dan Pengukuran Sampel Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan A.Suhu Pengambilan air didapat dari dasar perairan menggunakan nansen water sampler. B. Kekeruhan Kekeruhan diukur dari air sampel yang diambil dari dasar perairan, kemudian dimasukkan ke dalam botol lalu disimpan dalam cool box, setelah itu diukur di laboratorium. C. Transparensi Secchi disk dimasukkan ke dalam perairan hingga warna putih pada keping secchi disk tidak terlihat, kemudian diangkat kembali dan tepat pada saat warna putih terlihat. Maka transparensi perairan yaitu rata-rata pengukuran.

D. Kedalaman Kedalaman yang diukur yaitu kedalaman air dan kedalaman substrat

E. pH Pengambilan air didapat dari dasar perairan menggunakan water sampler.


F. Dissolved Oxygen (DO) Pengambilan air dari dasar perairan menggunakan water sampler dan selanjutnya dimasukan ke botol winkler. Kemudian dititrasi G. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Sampel air dasar yang masih terdapat pada water sampler dimasukkan ke dalam botol plastik bervolume 600 mL. Kemudian dibawa ke Lab.

Teknik Pengambilan dan Pengukuran Sampel

Penanganan Sampel Makrozoobentos dan Substrat

Pengambilan contoh makrozoobenthos dan substrat yang terdapat di dasar perairan dengan menggunakan Ekman Grab berukuran 15 cm x 15 cm. Setiap stasiun dilakukan 3 kali ulangan untuk pengambilan sampel makrozoobenthos dan dikompositkan. Penanganan sampel makrozoobenthos secara umum dilakukan dalam beberapa tahap yaitu penyaringan, penyortiran, pengawetan, dan identifikasi.

Penanganan sampel sedimen yaitu substrat yang telah diambil dimasukan kedalam kantong plastik setelah itu dikeringkan pada suhu normal selanjutnya di analisis ke lab tanah.

Analisis Sampel
Analisis C-organik, menggunakan metode acuan Sudjadji

Analisis P2O5 menggunakakan metode HCl 25%

Analisis pH Tanah

Analisis Substrat

Analisis Tekstur menggunakan metode pipet

Analisis N Total menggunakan metode Kjeldahl

Analisis Kualitas Air


Analisis Sampel

Analisis BOD5

Analisis DO

Analisis Kelimpahan Populasi Analisis Makrozoobentos

Analisis Indeks Diversitas Shanon Wiener


Analisis Abundance Biomassa Comparison Analisis Biomassa

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif eksplanansi dan komparasi Analisis data kelimpahan dan biomassa menggunakan metode Abundance Biomassa Comparasion (ABC)

Abundance Biomassa Comparison

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H) Biomassa Basah dan Kering

Substrat

Parameter Fisik dan Kimiawi Air

Stasiun Outlet

Stasiun Inlet

Stasiun Tengah

Komposisi makrozoobentos 4 (empat) kelas meliputi 16 spesies yaitu : KELAS GASTROPODA

KELAS PELECYPODA

KELAS PTEROGYTA

KELAS CLITELLATA

Makrozoobentos di Situ Bagendit dapat dikelompokan ke dalam organisme fakultatif dan organisme toleran. Jenis makrozoobentos yang termasuk organisme fakultatif yaitu Valvata, Bithynia, Bellamnya, Physa, Gyraulus, Melanoides. Organisme yang termasuk organisme toleran yaitu Chironomus.

Berdasarkan Hellawell tahun 1986: jenis makrozoobentos yang merupakan indikator perairan tercemar ringan adalah Valvata dan Bithynia, untuk tercemar sedang adalah Lymnaea dan Physa, sedangkan untuk tercemar berat adalah Chironomus

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H)


Melanoides tuberculata

Stasiun 1 Inlet 2

Ulangan 3 4 5 6 1,86

Ratarata 1,63

Kisaran 1,42-1,86

1,42 1,66 1,70 1,45 1,71

Tengah 1,48 0,92 1,09 1,23 0,98


Outlet 1,78 0,79 1,63 1,77 1,58

1,21
1,32

1,15
1,48

0,92-1,48
0,79-1,78

Hasil pengamatan selama enam minggu menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman di ketiga stasiun tersebut termasuk kedalam kategori kurang dari 2 yang disebabkan oleh keberadaan individu atau spesies pada semua stasiun pengamatan relatif tidak merata dengan adanya organisme yang mendominasi

Biomassa Basah dan Kering Makrozoobentos


Kelas Spesies Stasiun, (satuan) Inlet, (g) Tengah, (g) Basah Kering Basah Kering 4.91 51.71 16.45 49.68 4.10 2.06 1.36 5.85 0.65 0.18 0.15 0.18 1.23 191.40 2.00 1.06 332.97 2.39 48.65 11.03 43.06 4.39 1.59 0.36 5.62 0.39 0.10 0.15 0.74 61.35 179.82 2.56 22.62 11.84 71.81 4.10 9.38 0.32 2.03 2.72 0.03 0.12 41.83 2.05 171.41 0.53 18.75 11.25 63.32 4.49 7.08 0.30 1.15 2.36 0.03 0.03 9.17 118.46 Outlet, (g) Basah Kering 2.93 54.67 20.71 73.58 1.72 5.00 2.34 3.35 1.45 0.15 0.26 73.93 0.20 0.56 240.85 2.84 44.03 14.96 50.16 1.40 5.15 1.22 1.02 0.49 0.09 0.16 37.80 159.32

Gastropoda Valvata cristanta Melanoides maculata Melanoides torulosa Melanoides tuberculata Bithynia tentaculata Pomacea lineate Belamnya javanica Lymnaea peregra Physa heterostropha Goniobasis sp Gyraulus albus Thiara sp Trochotaia sp Pelecypoda Anadonta sp Clitellata Pterygota Lumbriculus sp Chironomus sp Total

Abundance Biomassa Comparison(ABC)


Stasiun Inlet

Abundance Biomassa Comparison(ABC)


Stasiun Tengah

Abundance Biomassa Comparison(ABC)


Stasiun Outlet

Substrat
Pengukuran Fisik Substrat Perbandingan Nilai Tekstur Sedimen dan Kelas Tekstur Di Situ Bagendit
Stasiun/ stasiun *) 1 2 3 4 5 Stasiun/ stasiun **) 1 2 3 Tekstur Sedimen, (persentasi) Pasir (%) *) 60 21 70 31 69 **) 49,3 59,6 69,0 Debu (%) *) 28 39 17 35 18 **) 40,9 32,0 29,4 Liat (%) *) 12 30 13 34 13 **) 10,8 8,4 1,6 Kelas Tekstur *) Lempung berpasir Lempung liat Lempung berpasir Lempung liat Lempung berpasir **) Lempung berpasir Lempung berpasir Lempung berpasir

Keterangan: *) 2004 Ernawati **) 2012 tidak ada

Substrat
Pengukuran Kimiawi Substrat Hasil Pengukuran Kimiawi Substrat di Situ Bagendit 2012

Stasiun

C-Organik N-total (%) (%)

C/N

P2O5 potensial (mg/100g) 24,75 32,90 20,60

pH H2O 7,81 7,70 7,52 KCl 1N 7,65 7,64 7,50

Inlet Tengah Outlet

7,60 7,73 7,77

0,16 0,55 0,57

48 14 14

Parameter C-Organik (%) N-Total (%) P2O5 (mg/kg)

Sangat Rendah <1,00 <0,1 <10

Rendah 1,00-2,00 0,1-0,2 10-15

Sedang 2,01-3,00 0,21-0,50 16-25

Tinggi 3,01-5,00 0,51-0,75 25-35

Sangat Tinggi >5,00 >0,75 >35

Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan


FISIK KIMIAWI pH BOD5 DO Kecepatan Arus Permukaan

Suhu Transparensi

Kekeruhan
Kedalaman Air dan Substrat

Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan

Suhu
Hasil pengukuran selama penelitian di tiga stasiun menunjukkan kisaran suhu dasar yaitu antara 21,0 - 31,3 oC. Enam kali pengamatan yang dilakukan, nilai suhu menunjukkan fluktuasi yang cukup tinggi .

Transparensi
Transparensi yang rendah diduga akibat tinggi kekeruhan di perairan Situ Bagendit tinggi disebabkan adanya partikel debu, liat, fragmen tumbuhan dan plankton dalam air. Partikel debu yang mengalami peningkatan dari penelitian sebelumnya menjadi salah satu penyebab kekeruhan di perairan ini, terdapat fragmen tumbuhan terutama salah satunya eceng gondok apabila mati tumbuhan ini akan tenggelam dan di uraikan oleh bakteri pengurai serta tingginya kepadatan plankton yang berada di perairan tersebut sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan makrozoobentos yang hidup didalamnya.

Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan

Kecepatan Arus Kekeruhan Permukaan Terjadinya kekeruhan yang tinggi


Arus yang kecil tidak berdampak baik dikarenakan akan terjadi akumulasi bahan organik atau anorganik diperairan tersebut. Di stasiun inlet kecepatan arus permukaan saat ada angin yaitu 0,4 - 9,1 cm/dtk, di tengah 2,6 7,5 cm/dtk dan di outlet 3,8 cm/dtk akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota terutama yang hidupnya di dasar perairan karena dapat mengganggu pernafasan. Sedangkan batas maksimum kekeruhan bagi kehidupan biota air adalah 30 NTU. Tingginya nilai kekeruhan diduga juga akibat dari akumulasi partikel cemaran berbagai aktivitas di sekitar lokasi seperti banyaknya aktivitas rakit yang dapat memberi pergerakan pada dasar perairan dan pergerakan tersebut dapat menyebabkan pengadukan substrat di dasar

Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan

Kedalaman Air dan Substrat


Kedalaman air yang cukup dangkal menunjukkan bahwa spesies dari Gastropoda lebih menyukai perairan sungai dan danau pada kedalaman kurang dari 3 m dan hal ini berhubungan dengan kelimpahan makanan yang ada pada kedalaman tersebut. Dibuktikannyabanyaknya cangkang spesies kelas gastropoda yang ditemukan. Kedalaman substrat beragam dari kisaran di stasiun inlet 48,7 - 148 cm dengan rata-rata 116,1 cm di stasiun tengah 53 - 122,7 cm dengan rata-rata 88 cm dan stasiun di outlet 30 - 83,7 cm dengan rata-rata 64,3 cm

pH
Hasil penelitian menunjukkan kisaran pH air dasar antara 7,318,04. Kisaran ini masih berada dalam nilai toleransi hewan makrozoobentos, ini dibuktikan dengan kelimpahan spesies relalif sama

Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan

BOD5
Rata-rata BOD tertinggi berada stasiun outlet yaitu 11,35 mg/l pada kategori tercemar sedang disebabkan karena daerah ini diduga terjadi akumulasi bahan organik. Ditunjang dengan kecepatan arus yang relatif kecil sehingga terjadi peningkatan bahan organik yang akan mengakibatkan permintaan oksigen dari perairan untuk mengurai bahan organik tersebut.

DO
Hasil pengukuran DO di stasiun inlet berkisar 1,94-8,274 mg/l, dengan rata-rata 4,64 mg/l di stasiun tengah 1,9-5,09 mg/l dengan rata-rata 2,895 mg/l dan stasiun outlet 3,3-4,25 mg/l dengan rata-rata 3,691 mg/l. Terjadinya kisaran DO paling rendah di inlet dan tengah adanya aktivitas mikroorganisme yang tinggi diduga karena terdapat saluran pembuangan

Eichhornia crassipes
80
70 60 Jumlah 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 Minggu keEichhornia crassipes (Eceng Gondok)

Pertumbuhan

Kesimpulan
Makrozoobentos di Situ Bagendit yang ditemukan pada saat pengamatan sebanyak 16 spesies terdiri dari 4 (empat) kelas yaitu : Gastropoda, Pelecypoda, Clitellata, dan Pterygota. Kelimpahan rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh spesies Melanoides tuberculata, yaitu sebanyak 47600 (ind/m2) dan kelimpahan rata-rata terendah oleh spesies Physa heterostraopha, yaitu sebanyak 15 (ind/m2). Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener makrozoobentos di Situ Bagendit yaitu 1,42 yang termasuk kategori tercemar sedang. Tekstur substrat di Situ Bagendit yaitu lempung berpasir.

Makrozoobentos yang ditemukan di Situ Bagendit umumnya merupakan indikator perairan tercemar ringan yaitu Valvata sincera dan Bithynia tentaculata, untuk tercemar sedang adalah Lymnaea peregra dan Physa heterostropha, sedangkan untuk tercemar berat adalah Chironomus sp.

Saran
Melihat penyebaran eceng gondok yang sudah hampir menutupi perairan Situ Bagendit dan pertumbuhannya yang meningkat 50% setiap minggu, perlu dilakukan pengelolaan eceng gondok berupa pemanenan setiap 2 minggu dengan memperhatikan aktivitas di sekitar situ. Perlu dilakukan penelitian debit air masuk dan keluar Situ Bagendit agar dapat diduga sedimentasi yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai