Anda di halaman 1dari 17

PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN

MUHAMMAD JAFAR SHODIQ


15 / 378199/ PN / 14005
BUDIDAYA PERIKANAN
Abstrak
Produktivitas primer merupakan laju pembentukan senyawa-senyawa organik dari senyawasenyawa anorganik. Praktikum pengukuran produktivitas primer perairan ini dilaksanakan pada
tanggal 03 September 2016 dan bertempat di kolam Jurusan Perikanan UGM serta danau
Lembah UGM. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pengukuran produktivitas primer
perairan dengan menggunakan metode botol terang-botol gelap, mengetahui produktivitas
primer suatu perairan, serta mengetahui kepadatan plankton yang diduga berpengaruh
terhadap produktivitas primer suatu perairan.Metode pengamatan yang digunakan adalah
dengan menginkubasi botol gelap dan terang pada kedalaman 30 cm dan 50 cm, kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran Oksigen terlarut. Produktivitas primer kolam pada pukul 12.00
kedalaman 30 cm inlet = 229,16, outlet = 60,41; kedalaman 50 cm inlet = 83,33 outlet = 39,58
dan pada pukul 18.00 kedalaman 30 cm inlet = 117,08, outlet = 82,29; kedalaman 50 cm inlet
= 105,21, outlet = 58,85. Sedangkan di danau pukul 12.00 kedalaman 30 cm inlet = 12,5, outlet
= 416,67; kedalaman 50 cm inlet = 2,1, outlet = 283,34 dan untuk pukul 18.00 kedalaman 30 cm
inlet = 0, outlet = -57,55; kedalaman 50 cm inlet = 0 outlet = -37,5. Produktivitas primer paling
baik yaitu perairan danau, di mana nilai produktivitasnya tinggi sebab pada kolam kualitas
airnya lebih dapat diukur dan dikendalikan.
Kata kunci : Cahaya, Danau, Fotosintesis, Kolam, Produktivitas

Pengantar
Daratan sebagai sumber utama yang menyuplai bahan organik dan sedimen, memegang
peranan penting dalam siklus ekologi. Peningkatan aktivitas di daratan seperti pemupukan,
budidaya (tanaman dan ikan di tambak), industri dan aktivitas rumah tangga memicu
peningkatan jumlah bahan organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk sedimen. Hal
tersebutlah yang sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan dari suatu badan perairan.
Tingkat kesuburan perairan tersebut dapat ditentukan dengan mengetahui nilai produktivitas
yang dimiliki oleh suatu ekosistem perairan. Oleh karena itulah, produktivitas primer perairan
dianggap penting terutama terkait hubungannya dengan pemanfaatan suatu badan perairan.
Produktivitas primer menurut Odum (1993), merupakan laju perubahan energi matahari melalui
proses fotosintesis menjadi subtansi organik yang dilakukan oleh produsen. Produktivitas
primer dapat dibedakan menjadi produktivitas kotor (bruto) yang merupakan hasil asimilasi total,
dan produktivitas bersih (neto). Produktivitas kotor adalah jumlah total bahan organik yang
dihasilkan, sedangkan produktivitas primer bersih merupakan jumlah bahan organik yang
tinggal setelah beberapa darinya dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk mendapatkan energi
respirasi (Emberlin, 1983). Tingkat produktivitas primer merupakan deskripsi kualitas yang
menyatakan konsentrasi unsur hara yang terdapat di dalam suatu badan air yang
menggambarkan laju pembentukan senyawa-senyawa organik (Parsons, 1984). Faktor yang
mempengaruhi produktivitas primer antara lain faktor fisika (suhu dan kecerahan), faktor kimia
(DO, pH, CO2, alkalinitas) dan faktor biologi (plankton) (Effendy, 2003). Perubahan masukan
unsur hara ke dalam perairan akan berpengaruh terhadap produktivitas primer, dengan
demikian produktivitas primer dapat menggambarkan kondisi perairan secara umum (Wetzel,
1975). Produktifitas primer sering diestimasi sebagai jumlah karbon yang terdapat didalam
material hidup dan secara umur dinyatakan sebagai jumlah gram karbon yang dihasilkan dalam
1 meter kuadrat kolam air per hari (g /C m/hari) atau jumlah gram karbon yang dihasilkan
dalam 1 meter kubik perhari (g/cm/hari). Namun produktivitas primer juga dapat disebut
sebagai hasil perubahan zat anorganik oleh tumbuhan yang mengandung klorofil (Brum,1989).

Produktifitas primer dapat dihitung dengan meengukur perubahan kandungan oksigen terlarut
yang disebabkan oleh proses fotosintesis (Wetzel,1975) . Reaksi fotosintesis menurut
Payne(1986):
CO2 + 12H2O C6 H12 O6 + 6 H2O + 6O2.
Dalam produktivitas primer terjadi reduksi karbondioksida dengan atom hidrogen dari air untuk
menghasilkan gula sederhana dan selanjutnya membentuk molekul organik yang lebih
kompleks dengan menggunakan energi matahari yang ditangkap klorofil (Antik, 2007). Laju
sintesis bahan organik dan perubahan produktivitas primer dapat dihitung dengan teknik
pengukuran laju fotosintesis yang didasarkan pada reaksi fotointesis. Produktivitas primer dapat
dilukiskan misalnya pada laju produksi oksigen, laju penggunaan CO2 atau air maupun
perubahan konsentrasi bahan organik yang terbentuk (Hardiyanto, 2012).
Metode pengukuran produktivitas primer yang paling peka adalah metode karbon radioaktif.
Metode ini mampu mengukur produktivitas primer bersih, dengan menggunakan botol yang
mengandung radioaktif yang ditambahkan sebagai karbonat. Setelah beberapa waktu si ngkat,
plankton atau tumbuhan air disaring dan diletakkan dalam alat penghitung. Melalui perhitungan
yang baik dan pembentukan untuk pengambilan waktu gelap (penyerapan 140C di dalam
botol gelap), banyaknya CO2 yang diikat dalam fotosintesis dapat ditent ukan dari perhitungan
radioaktif yang dibuat. Metode lain yang digunakan untuk pengukuran produktivitas primer
adalah metode klorofil atau metode pH yang berguna dalam pengkajian mikro ekosistem
laboratorium (Yuliana, 2006).
Metode pengukuran produktivitas primer yang sering dilakukan dan popular di bidang limnologi
menurut Sumawidjaja (1974) adalah metode oksigen botol gelap dan terang. Pada metode
botol gelap terang ini, perkiraan produktivitas dapat diketahui dari perubahan oksigen (Payne,
1986; Wetzel and Likens, 1991; Nybakken, 1992), yang berisi contoh air setelah diinkubasi
dalam jangka waktu tertentu pada perairan yang mendapat sinar matahari. Pada botol gelap
yang tidak menerima cahaya matahari maka diduga hanya terjad i proses respirasi, sementara
paada botol terang terjadi baik proses fotosintesis maupun respirasi. Berdasarkan asumsi
bahwa respirasi kedua botol sama, maka perbedaan kandungan oksigen pada botol gelap dan
terang, pada akhir percobaan menunjukkan produkti vitas kotor.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum limnologi acara produktivitas primer mengenai
ekosistem perairan lentik ini adalah untuk mempelajari cara pengukuran produktivitas primer
perairan dengan menggunakan metode botol gelap botol terang. Di samping itu, praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui produktivitas primer suatu perairan. Kemudian selain itu, praktikum
ini juga bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara produktivitas primer dengan kepadatan
plankton serta jenis-jenis plankton di suatu periran.

Metode

Acara praktikum produktivitas primer dilakukan pada hari Sabtu,tangal 03 September 2016
pada pukul 06.00 18.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan pada dua tempat yang berbeda,
yaitu kolam Jurusan Perikanan serta danau lembah Universitas Gadjah Mada. Adapun alat dan
bahan yang digunakan antara lain botol terang, botol gelap, plastik, tali rafia, patok, plankton
net, ember, botol film, mikroskop, sedwick rafter, larutan 4 % formalin, gelas ukur, pipet ukur,
pipet tetes, erlen meyer, reagen oksigen, larutan MnSO 4, larutan H2SO4 pekat, kempot, larutan
1/80 N Na2S2O3, dan indikator amilum.

Metode yang digunakan dalam praktikum produktivitas primer adalah metode botol terang
gelap. Prinsip kerja yang dilakukan adalah dengan menginkubasi botol gelap dan terang selama
6 jam dan 12 jam pada kedalaman yang berbeda, yakni 30 cm dan 50 cm, untuk kemudian
ditinjau kandungan Oksigen terlarutnya. Di samping itu, pada praktikum ini juga dilakukan
pengamatan kepadatan plankton dengan bantuan sedwick rafter dan mikroskop.
Penghitungan Produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan rumus, produktivitas primer

(LBDB )(1,375)
( 1,2 ) t

kotor =

, dimana LB = kandungan O2 akhir botol terang; DB =

kandungan O2 akhir dalam botol gelap; 1,2 = angka pembagi untuk prposes fotosintesis; 1,375
= faktor konfersi dari pembentukan oksigen ke karbon dioksida yang digunakan, t =
waktu inkubasi. Kepadatan plankton dihitung menggunakan rumus, densitas plankton =

d x b/c
a

individu/L , dengan d = jumlah semua plankton, b = volume air dalam botol, c =

volume sedgwick rafter, a= sampel air. Indeks diversitas plankton dapat dihitung dengan rumus:
diversitas plankton (H) = -Ni/N 2logNi/N, dengan H = indeks keragaman, Ni = cacah individu
suatu genus, N = cacah individu seluruh genera.

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Tabel 1. Produktivitas primer Danau Lembah UGM

12.00
Inlet
30 Cm
T
G
0.6 0.3
2
8
12.5

50 Cm
T
G
0.4 0.
4
4
2.1

18.00
Inlet
30
Cm
T
0.0
0
0

50 Cm
G T G
0 0 0
0

12.00
Outlet
30 Cm
T
G
8.0
0
0
416.67

50 Cm
T
G
5.4
4
0
283.34

18.00
Outlet
30 Cm
T
G
0.0 2.2
0
1
-57.55

Tabel 2. Produktivitas primer Kolam Jurusan Perikanan UGM

12.00

18.00

12.00

18.00

50 Cm
T
G
1.4
0
4
-37.5

Inlet

Inlet

30 Cm
T
G
6.4 2.0
0
0

50 Cm
T
G
3.1 1.5
2
2

229.16

83.33

30
Cm
T
4.40
117.
08

Outlet

50 Cm
G T
G
4.3 6.
1 8
4

30 Cm
T
G
3.4 2.2
0
4

105.21

60.41

Outlet
50
Cm
T
2.8
0
39.
58

30
Cm
G
1.0
2
82.
29

T
4.2
0

50 Cm
G
T
1.0 3.
4
2
58.85

Pembahasan
Kondisi danau lembah UGM disekelilingnya ditumbuhi vegetasi seperti pohon mahoni yang
cukup rimbun, sehingga suasana di danau cukup sejuk. Air danau tampak berwarna kehijauan.
Substrat dasar danau berupa lumpur. Sedangkan kondisi lingkungan kolam Jurusan Perikanan
UGM hijau di sekelilingnya, sebab ditumbuhi vegetasi seperti pohon dan rerumputan namun
tidak terlalu rimbun. Substrat dasar kolam berupa lumpur dengan dinding kolam berupa
bangunan permanen dari semen. Air di kolam tampak berwarna hijau. Bagian dinding kolam
tampak ditumbuhi lumut. Di dalam kolam dapat ditemukan beberapa spesies makrobentos
seperti siput dan kerang. Kolam mendapatkan masukan air dari Selokan Mataram. Kondisi
cuaca pada saat pengamatan adalah cerah dan tidak hujan.Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengukuran produktivitas primer pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel
2. Masing-masing lokasi memberikan gambaran produktivitas yang bervariasi.

Menurut Odum (1993), produktivitas primer merupakan laju perubahan energi matahari melalui
proses fotosintesis menjadi subtansi organik yang dilakukan oleh produsen. Sementara
menurut Parsons (1984) produktivitas primer merupakan deskripsi kualitas yang menyatakan
konsentrasi unsur hara yang terdapat dalam suatu badan air yang menggambarkan laju
pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik.
Pada umumnya produktivitas suatu ekosistem perairan dikendalikan oleh kondisi lingkungan,
seperti radiasi cahaya matahari, serta konsentrasi nutrien yang tersedia oleh kemampuan
fotosintesis spesies fitoplankton yang ada (Lemusluoto, 1977). Laju produktivitas akan tinggi
apabila faktor-faktor lingkungan cocok atau optimal. Adapun faktor yang mempengaruhi
produktivitas primer menurut Effendy (2003), meliputi faktor fisika (suhu dan kecerahan), faktor
kimia (DO, pH, CO2, alkalinitas) dan faktor biologi (plankton). Sementara menurut Andriani
(2007), faktor-faktor utama yang mempengaruhi produktivitas primer adalah cahaya, nutrient,

G
0.9
4

dan suhu. Selain dari ketiga faktor tersebut jenis fitoplankton juga berperan dalam mendukung
produktivitas primer perairan. Fotosintesis merupakan proses mensintesis glukosa (karbohidrat)
dan ikatan-ikatan anorganik karbon dioksida dan air. Produktivitas primer juga dapat
dipengaruhi oleh faktor kedalaman , semakin dalam suatu perairan maka semakin rendah
produktivitas primernya (Nyibakken,1992).

Secara umum nilai produktivitas primer danau yang tertinggi adalah 416,67 yaitu pada pukul
12.00 outlet serta pada kedalaman 30cm. Sedangkan nilai terendah adalah -57,55 yaitu pada
pukul 18.00 outlet pada kedalaman 30cm. Sementara secara umum nilai produktifitas primer
kolam yang tertinggi adalah229,16 yaitu pada pukul 12.00 inlet pada kedamalan 30cm.
Sedangkan nilai terendah adalah 39,58 yaitu pada pukul 12.00 outlet kedalaman 50cm. Secara
keseluruhan baik pada danau maupun kolam nilai produktivitas primer tertinggi dan terendah
terdapat pada danau, tertinggi yaitu 416,67 pada pukul 12.00 outlet danau kedalaman 30cm
sedangkan terendah yaitu -57,55 pada pukul 18.00 outlet danau pada kedalaman 30cm.

Grafik Produktifitas Primer vs


Kedalaman Pukul 12.00 pada Danau

Produktivitas primer danau lembah UGM pada Pukul 12.00

Inlet
Outlet

Grafik Produktifitas Primer Kedalaman Pukul 18.00 pada Danau

Produktivitas primer danau lembah UGM pada Pukul 18.00

Inlet
Outlet

Gambar Produktivitas Primer vs


Waktu Kedalaman 30cm pada Danau

Produktivitas Primer Danau Lembah UGM pada Kedalaman 30 cm

Inlet
Outlet

Gambar Produktivitas Primer


Waktu Kedalaman 50cm pada Danau

Produktivitas Primer Danau Lembah UGM pada Kedalaman 50 cm

Inlet
Outlet

Grafik Produktivitas Primer vs


Kedalaman pukul 12.00 pada Kolam

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Pukul 12.00

Inlet
Outlet

Grafik Produktivitas Primer vs Kedalaman pukul 18.00 pada kolam

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Pukul 18.00

Inlet
Outlet

Grafik Produktivitas Primer vs


Waktu Kedalaman 30cm pada Kolam

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Kedalaman 30 cm

Inlet
Outlet

Grafik Produktivitas Primer vs Waktu Kedalaman 50 cm pada Kolam

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Kedalaman 50 cm

Inlet
Outlet

Dari grafik 1,2,3 dan 4 dapat diketahui kondisi produktifitas primer danau secara
keseluruhan. Sedangakan dari grafik 5,6,7 dan 8 dapat diketahui kondisi produktivitas
primer kolam secara keseluruhan. Jika kedua hasil dibandingkan maka diketahui bahwa
nilai produktifitas primer danau lebih fluktuatif dengan rentang antara produktifitas
primer terendah dan tertinggi cukup tinggi. Sedangakan nilai produktifitas primer kolam

lebih stabil. Rentang antara nilai produktivitas terendah dan tertingginya cukup rendah.
Nilai tertinggi dan terendah produktifitas primer terdapat pada danau.
Grafik 1.Produktifitas Primer vs
Kedalaman Pukul 12.00 pada Danau

Produktivitas primer danau lembah UGM pada Pukul 12.00

Inlet
Outlet

Grafik 2.Produktivitas Primer vs Kedalaman Pukul 18.00 pada Danau

Produktivitas primer danau lembah UGM pada Pukul 18.00

Inlet
Outlet

Grafik 3. Produktivitas Primer vs


Kedalaman pukul 12.00 pada Kolam

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Pukul 12.00

Inlet
Outlet

Grafik 4. Produktivitas Primer vs Kedalaman pukul 18.00 pada Kolam

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Pukul 18.00

Inlet
Outlet

Berdasarkan grafik diatas pada bagian inlet danau terjadi penurunan tingkat produktivitas
primer pada kedalaman 30cm dari pukul 12.00-18.00 yaitu dari 12,5 menjadi 0, sedangkan
pada kedalaman 50cm nilai produktivitas primernya juga mengalami penurunan yaitu dari 2,1
menjadi 0.Pada bagian inlet kolam terjadi penurunan tingkat produktivitas primer dari pukul
12.00 hingga pukul 18.00 pada kedalaman 30cm,yaitu dari 229,16 menjadi 117,08 sedangkan
pada kedalaman 50cm nilai produktivitas primer mengalami 83,33 menjadi 105,21.Nilai
produktivitas primer danau ada yang bernilai nol sebab tidak ada intensitas cahaya yang masuk
sehingga tidak ada O2 yang terbentuk sementara O2 yang terakumulasi telah digunakan untuk
proses respirasi organisme di dalamnya seperti plankton. Penurunan tingkat produktivitas
primer dari pukul 12.00 hingga 18.00, hal ini terjadi karena pada siang hari intensitas cahaya
matahari terpenuhi, terjadi proses fotosintesis sehingga mampu menghasilkan produksi bahan
organic dengan bantuan energy matahari. Sedangkan pukul 18.00 WIB matahari mulai hilang
sehingga tidak terjadi fotosintesis.
Faktor cahaya yang menurun maka produktivitas primernya pun juga akan menurun
(Wetzel,1975). Pada siang hari, pukul 12.00 nilai produktivitasnya tinggi karena tingkat
fotosintesisnya tinggi namun seiring dengan berkurangnya intensitas cahaya yang dapat masuk
ke dalam perairan, tingkat fotosintesisnya pun ikut menurun. Sementara kebutuhan organisme
seperti plankton untuk melakukan respirasi tetap sama sehingga jumlah oksigen yang
terakumulasi digunakan lebih banyak dibandingkan dengan O 2 yang dihasilkan sehingga nilai
produktivitasnya menurun. Sedangkan pada pukul 12.00 samapai pukul 18.00 terjadi kenaikan
tingkat produktivitas primer. Hal tersebut dapat disebabkan karena oksigen yang dihasilkan oleh
proses fotosintesis fitoplankton hanya digunakan sebagian kecil untuk respirasi, atau dengan
kata lain kandungan oksigen terlarutnya tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kurun
waktu 6 jam tersebut produktivitas primernya stabil.

Gambar 1. Produktivitas Primer vs


Waktu Kedalaman pada Danau pukul 12.00

Produktivitas primer danau lembah UGM pada Pukul 12.00

Inlet
Outlet

Gambar 2.Produktivitas Primer vs Waktu Kedalaman pada Danau pukul 18.00

Produktivitas primer danau lembah UGM pada Pukul 18.00

Inlet
Outlet

Gambar 3.Produktivitas Primer vs Waktu Kedalaman pada Kolam pukul 12.00

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Pukul 12.00

Inlet
Outlet

Gambar 4.Produktivitas Primer vs Waktu Kedalaman pada Kolam pukul 18.00

Produktivitas Primer Kolam Perikanan UGM pada Pukul 18.00

Inlet
Outlet

Berdasarkan grafik diatas yakni produktivitas Danau Lembah UGM pada pukul 12.00 -18.00
pada bagian outlet mengalami penurunan hingga titik negatif yaitu di kedalaman 30 cm turun
dari 416,67 menjadi -57,55 sedangkan pada kedalaman 50 cm turun dari 283,34 menjadi
-37,5.Pada outlet kolam dari jam 12.00-18.00 mengalami kenaikan yang relatif stabil yaitu pada
kedalaman 30 cm dari 60,41 menjadi 82,29,sedangkan pada kedalaman 50 cm naik dari 39,58
menjadi 58,85.
Pada siang hari, nilai produktivitas primer pada kedalaman 50 cm baik bagian inlet maupun
outlet cenderung rendah apabila dibandingkan pada kedalaman 30 cm. Hal ini dapat
disebabkan oleh letak ketinggian botol yang berbeda, di mana pada botol 50 cm letaknya lebih
dalam sehingga mengurangi intensitas cahaya yang masuk / menembus ke dalam botol. Pada
bagian outlet kolam tampak bahwa nilai produktivitasnya menurun. Hal tersebut juga berkaitan
dengan letak kedalaman di mana proses fotosintesis tidak / kurang dapat berjalan optimal,
sehingga kandungan O2 terlarut dalam botol hanya digunakan oleh plankton untuk respirasi,
namun tidak dihasilkan O2 dari proses fotosintesis. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya
yang masuk ke dalam perairan. Semakin rendah cahaya yang masuk maka fotosintesisnya pun
akan berkurang, dengan demikian nilai produktivitasnya rendah.
Hal serupa juga terjadi pada produktivitas primer Danau Lembah UGM dengan kedalaman 50
cm. Di mana terjadi penurunann nilai produktivitas primer dari siang hari hingga menjelang
malam, sebab semakin sore semakin / semakin beranjak malam intensitas cahaya matahari
akan semakin berkurang. Penurunan produktivitas primer terjadi seiring dengan penurunan
tingkat kedalamannya. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah kekeruhan di mana
pada tingkat kekeruhan yang tinggi intensitas cahaya yang ada tidak dapat menembus pada
bagian yang dalam. Oleh karena itulah, terjadi penurunan nilai produktivitas pada kedalaman 30
cm ke 50 cm, sebab intensitas cahaya tersebutlah yang digunakan dalam proses fotosintesis.
Apabila cahayanya sedikit yang dapat diserap maka energi yang dapat digunakan plankton
untuk melakukan fotosintesis pun berkurang, maka hasilnya pun berkurang.
Terjadi kenaikan produktivitas primer seiring dengan penurunan kedalaman merupakan
penyimpangan. Pada kasus ini mengalami penyimpangan yang dapat diakibatkan oleh
kesalahan praktikan dalam penentuan dan pengukuran produktivitas primernya. Berdasarkan
grafik tersebut tampak penurunan produktivitas primer dari siang hingga menjelang malam. Hal
tersebut dapat diakibatkan menurunnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan.

Apabila ditinjau berdasarkan lokasi pengamatan, nilai produktivitas primer pada bagian outlet
lebih tinggi dan cenderung stabil apabila dibandingkan dengan bagian inlet. Hal tersebut dapat
diakibatkan oleh pengaruh intensitas cahaya yang masuk pada inlet sebab pada bagian inlet
merupakan daerah yang cukup teduh karena berada di dekat pepohonan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer perairan.
Faktor-faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi. Faktor kimia
seperti kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan hara yang pentong untuk pertumbuhan
dan reproduksi phytoplankton. Bila dikaitkan dengan faktor fisika dan level air maka pada level
air yang rendah dengan tersedianya sinar matahari menghasilkan produktivitas primer yang
tinggi. Disamping faktor kimia dan fisika, faktor biologi seperti perbandingan komposisi
biomassa phytoplankton dan zooplankton, memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam
populasi phytoplankton jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu dalam populasi
zooplankton, dan karena yang melakukan fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah
phytoplankton, ini berakibat langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji 1976).
Produktivitas Primer suatu perairan memiliki berbagai manfaat dan kegunaan di dalam
kehidupan.Salah satunya adalah dalam bidang perikanan budidaya yaitu sangat penting bagi
budidaya, karena sebagai penghasil oksigen terbesar yang sanagt dibutuhkan oleh organisme
untuk bernafas. Produktivitas primer sangat dipegaruhi oleh tingkat kesuburan perairan
tersebut, kesuburan dipengaruihi oleh kecepatan pengeluaran bahan organik menjadi garan
mineral. Bila suatu perairan kurang subur produktivitas primer harus dirangsang dengan
pemupukan. Pada perairan yang produktivitasnya tinggi maka sinar matahari dapat menembus
beberapa sentimeter saja, karena terhalang oleh fitoplankton yang ada dalam permukaan air.

Kesimpulan
Cara pengukuran produktivitas primer yaitu menggunakan metode botol gelap dan terang yang
ditanam pada pukul 06.00 WIB, serta digantungkan pada kedalaman 30cm dan 50cm pada
bagian inlet maupun outlet. Kemudian diukur DO pada pukul 12.00 dan 18.00.
Berdasarkan kedua lokasi pengamatan tersebut, yakni kolam Jurusan Perikanan dan Danau
Lembah UGM masih memiliki produktivitas primer yang cukup baik. Akan tetapi, apabila
dibandingkan antara keduanya maka danau memiliki nilai produktivitas primer yang lebih baik,
karena memiliki nilai produktivitas primer yang lebih tinggi. Sehingga perairan danau memiliki
kualitas air yang lebih

Daftar Pustaka

Andriani. 2007. Hubungan Produktivitas Fitoplankton dengan Biomass dan Nutrien N-P di
perairan Pantai Kabupaten Luwu. Jurnal Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin vol 17
(3) : 193-202
Antik , et al. 2007. Kualitas Perairan Di Sekitar BBPBAPJ Ditinjau dari Aspek Produktivitas
Primer sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan.
Jurnal Pasir Laut Universitas Diponegoro vol 2(2) : 1-17.
Brum, GD. Dan LK. McKane. 1989. Biology of Exploring Life. John Wiley & Sons Press. New
York
Effendy, H. 2003. Analisis Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Emberlin, J.C. 1983. Introduction. UI Press. Jakarta.
Hardiyanto, Rizky et al. 2012. Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton di Waduk Saguling,
Desa Bongas dalam Kaitannya dengan Kegiatan Perikanan. Jurnal Perikanan Kelautan
Universitas Padjajaran vol 2(4)
Kaswadji, R. F. !976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan
Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya Ilmiah Fakltas perikanan IPB Bogor.
Bogor.
Lehmusluoto, P. 1977. National Inventory of Major Lakes. Expedition Technical Report. Helsinki.
Mirah,R. 2002. Pendekatan Biologis pada Perairan Budidaya. Sumber Alam. Surabaya
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah Mada University Press. Jogjakarta.
H. 134-162.
Parsons, T.R. et all. 1984. Biological Oceanographic Processes third edition. Pergamon press.
Oxford.
Payne,A.I.1986. The Ecology of Tropical Lakes and River. John Willey and Sons. Singapore.
Sumawidjaja, K. 1974. Limnologi. Fakultas Perikanan IPB. Bogor
Wetzel, Robert G. 1975. Limnology, Lake and River Ekosistem 3rd edition. Sounders College.
Philadelphia.
Yuliana. 2006. Produktivitas Primer Fitoplankton pada Berbagai Periode Cahaya di Perairan
Teluk Kao, Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Perikanan UGM vol 8 (2).

Anda mungkin juga menyukai