Anda di halaman 1dari 39

I.

EKOSISTEM DARATAN

1. DASAR TEORI
Ekosistem merupakan suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi
hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, juga dengan
keadaan lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukurannya
tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponen penyusunnya. Bedasarkan
pada komponen penyusunnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem lengkap
dan tidak lengkap.
Ekosistem lengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
Tanah

ABIOTIK

Iklim
Komponen
Ekosistem
Lengkap

Temperatur
RH
Angin
Cahaya dsb

Produsen (bisa membuat makanan sendiri


dengan bantuan sinar matahari)

Herbivora

BIOTIK
Makro
Konsumen

Karnivora K1,
K2, TK

Konsumen

Dekomposer

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

Contoh ekosistem yang paling lengkap adalah biosfer. Bila salah satu komponen
ekosistem tersebut tidak lengkap maka ekosistem tersebut disebut dengan
ekosistem tidak lengkap.
Berdasarkan sistem energi, ekosistem dibedakan ekosistem tertutup dan
ekosistem terbuka. Ekosistem terbuka, jika terdapat masukan energi ke dalam
ekosistem tersebut, sebaliknya dalam ekosistem tertutup masukan energi ini tidak
ada. Berdasarkan kepada habitatnya ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
daratan (terestrial) dan ekosistem perairan (akuatik). Sebagai contoh ekosistem
daratan adalah hutan, padang rumput, semak belukar, ekosistem tegalan dan
sebagainya. Sedangkan ekosistem perarairan perairan dibedakan ekosistem
perairan tawar dan asin. Sebagai contoh ekosistem perairan tawar adalah
ekosistem danau, kolam, sungai dan perairan asin adalah lautan.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem
dan kedudukannya dalam ekosistem tersebut.
3. BAHAN DAN ALAT
a. Ekosistem daratan dan perairan yang diamati (hutan, padang rumput,
belukar dan kolam).
b. Petunjuk pengenalan taksonomi jenis tumbuhan dan hewan
c. Alat untuk koleksi tumbuhan (sasak) dan hewan
d. Penyaring
4. PROSEDUR KERJA
a. Tentukan ekosistem daratan yang akan diamati

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

b. Lakukan inventarisasi mengenai komponen biotik dan abiotik yang


terdapat di dalamnya
c. Tentukan berdasarkan kelengkapan komponen ekosistem peranan dari
individu-individu yang teramati dalam ekosistem tersebut.
d. Buatlah diagram yang menghubungkan komponen-komponen dalam
ekosistem tersebut serta daur energi yang ada di dalamnya.

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

II. EKOSISTEM PERAIRAN


1. DASAR TEORI
Keberadaan

komunitas

biotik

selalu

dalam

keseimbangan

dengan

lingkungannya. Lingkungan dapat diartikan sebagai semua benda dan kondisi


sekeliling organisme yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan organima serta populasinya. Ekosistem merupakan
sesuatu sistem yang kompleks dimana habitat, tumbuhan dan hewan sebagai
suatu unit dan sisi lain materi dan energi masuk dan keluar sistem. Ekosistem
adalah satuan fungsional untuk studi-studi ekologis. Perlu diingat bahwa satu
ekosistem saling berhubungan dengan ekosistem lainnya, misalnya sungai dengan
laut, kayu mati (busuk) merupakan bagian dari ekosistem hutan.
Komponen-komponen ekosistem menurut Odum (1994) ada empat
komponen dasar yaitu:
a. Benda-benda mati (komponen abiotik)
b. Produsen, terutama tumbuhan hijau
c. Konsumen, kebanyakan hewan
d. Dekomposer, terutama bakteri, jamur dan mikro organisme.
Air merupakan komponen ekosistem perairan dan pengetahuan tentang
kuantitas serta kualitas air merupakan salah satu dasar mempelajari suatu
ekositem. Potensi air ditentukan oleh jumlah air yang dihasilkan atau dimiliki oleh
ekosistem perairan tersebut. Sedangkan kualitas air ditentukan oleh faktor fisik,
faktor kimia, dan faktor biologi dari perairan tersebut. Faktor fisik meliputi:
temperatur, intensitas cahaya, warna air, benda-benda yang ada di dalamnya.
Faktor-faktor kimia meliputi keasaman air (pH), O 2 dan CO2 terlarut, kandungan

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

bahan-bahan anorganik dan organik. Faktor biologis mengenai kandungan jumlah


bakteri atau mikroorganisme yang bersifat toksik.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari faktor lingkungan atau komponen abiotik pada suatu
ekosistem kolam (perairan).
3. BAHAN DAN ALAT
1. H2SO4 pekat
2. KJ
3. Na2S2O3
4. Aquadest
5. Erlenmeyer 250 cc
6. Pipet berskala 10 cc

7. pH stick
8. Buret
9. Pipet tetes
10. Gelas ukur
11. Termometer
12. Statip dan klem

4. PROSEDUR KERJA
a. Pengukuran Temperatur Air
Dilakukan dengan cara mencelupkan termometer ke dalam air selama satu
menit (pengukuran pada tiga bagian yaitu bagian permukaan, tengah dan
dasar perairan), besarnya temperatur dapat dibaca pada bagian yang berskala
dari termometer.
b. Pengukuran Derajad Keasaman (pH)
Celupkan pH stick ke dalam air, kemudian diangkat dan lihatlah perubahan
warna kertas tersebut (kertas pH), lalu cocokkan dengan standar pH stick.
c. Pengukuran Turbiditas
Amati keadaan warna pada air tersebut, keruh atau jernih
d. Pengukuran DO Dengan Metode Winkler
Mengambil sampel air sebanyak 40 cc kedalam erlenmeyer 125 cc kemudian
tambahkan 8 tetes MnSO4 dan 9 tetes KOH-KJ, kemudian erlenmeyer

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

digoncang sampai terbentuk gumpalan-gumpalan warna kuning kecolatan.


Kemudaian ke dalam sampel ditambahkan 0,5 cc H 2SO4 pekat yang
mengakibatkan semua gumpalan terlarut, kemudian tambahkan air sampel
kembali sampai volume mencapai 50 cc. Erlenmeyer digoyang-goyangkan dan
sampel didiamkan selama 15 menit. Kemudian sampel dititrasi dengan
Na2S2O3 (natrium tiosulfat) sampai terbentuk warna kuning pucat, kemudian
tambahkan indikator amilum 8 tetes hingga larutan berubah menjadi warna
biru. Titrasi dilanjutkan sampai larutan berubah dari warna biru menjadi tidak
berwarna. Hitung banyaknya titran dari awal dan tentukan kada DO (Disolved
Oxygen) dengan rumus sebagai berikut:

DO

= Titran x 0,05 ppm (jika skala buret 80 ml)


Titran x 0,04 ppm (jika skala buret 100 ml)

e. Pengukuran CO2 Terlarut


Pengukuran CO2 terlarut menggunakan dasar metode alkalimetri. Air sampel
diambil sebatas tanda (20 ml) yang tertera pada tabung, kemudian
ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes, titrasi air sampel tersebut dengan
larutan NaOH standar sambil digoyang-goyangkan sampai warna larutan
berubah menjadi merah jambu yang konstan. Catat titran yang keluar, kadar
CO2 terlarut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CO2

= Titran x 0,05 ppm (jika skala buret 100 ml)


Titran x 0,04 ppm (jika skala buret 80 ml)

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

III. SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN


1. DASAR TEORI
Sifat dasar dan yang paling khas dari populasi yang menyebabkan orang
ingin dan tertarik untuk mengkaji populasi adalah ukuran populasi atau
kerapatan populasi. Dalam penelitian ekologi, seringkali seseorang perlu
mendapatkan informasi besarnya populasi mahluk hidup di habitatnya baik di
laboraturium, dan lapangan seperti hutan, pantai, rawa, sungai maupun lautan.
Jadi pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah berapa kerapan populasi
yaitu cacah individu di dalam satuan luas atau volume tertentu.
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah
dengan cara menghitung seluruh individu mahluk hidup yang dimaksud
(sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan
pelaksanaan hal tersebut, terutama pada perhitungan hewan liar misalnya burung
atau rusa. Mungkin sebagain medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau
beberapa individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu
pergerakan hewan dari dan kearah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya
perhitungan.
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai
dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk sampling
populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput,
untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal
count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus,

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture


mark release recapture (CMMR).
Penggunaan metode CMRR pada populasi ikan diuji dengan meneliti
sisiknya, atau dengan meneliti otolith atau mengenai lensa mata. Pada hewan jenis
lain dapat diuji dengan penelitian umur meliputi penelitian tentang gigi-geligi,
atau mugkin metode catch-perunit-effort. Perlu diingat harus dipehitungkan
adanya kesalahan baik sejak perencanaan maupun sampai pelaksanaan dan juga
analisisnya serta interprestasinya. Pengaruh luas medan penelitian dan unit
pengambilan sampel, letak stasiun pengambilan sampel, jenis alat sampling dan
waktu sampling semuanya perlu dimasukkan dalam analisis, demikian pula
pengaruh faktor lingkungan.
Metode CMMR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai,
melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang
bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah ditangkap (trap shy). Southwood
(1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMRR dengan asumsi-asumsi:
a. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah
hilang
b. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi
c. Populasi harus dalam sistem tertutpup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat
dihitung)
d. Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling
e. Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling
selanjutnya
f. Populasi disampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur
dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai
kemampuan yang sama untuk ditangkap
g. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap.

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

Rumus dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah rumus Petersen


yaitu:

M.n
N

, dimana

=
R

Untuk menghitung kesalahan (error) metode CMMR dapat dilakukan


dengan cara menghitung kesalahan baku (standar erornya) dengan rumus:

SE

Setelah

(M.n) [(M-R).(n-R)]
R3

ditentukan standar

errornya,

kemudian

ditentukan selang

kepercayaannya dengan rumus:

N t.SE

Dengan catatan:
(df,), lihat tabel distribusi t dengan df = , dan adalah tingkat signifikasi
cacah hewan di alam/dalam populasi
cacah hewan yang tertangkap pada pengakapan pertama dan ditandai
cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan kedua, terdiri atas hewan
yang tidak bertanda dan hewan yang bertanda hasil penangkapan kedua
R = Cacah hewan yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap
kembali pada pengankapan kedua.
t
N
M
n

=
=
=
=

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

Untuk memperbaiki keakuratan metode Peterson (karena sampel yang


diambil relatif kecil), dapat digunakan metode Scnhnabel. Metode Schanabel
selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Petersen, juga
ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan pada periode
sampling yang berikutnya. Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan
pelepasan kembali hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode
sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan
kembali. Dengan cara ini besarnya populasi dapat diduga dengan rumus:

(ni. mi)
N

=
Ri

Karena pengambilan sampel dengan cara diatas dilakukan berulang kali,


maka hal ini akan mengurangi kesalahan sampling. Kesalahan baku (SE) metode
ini dihitung dengan rumus:

1
SE

Setelah

1
(k-1)
+
(N- Mi)
N

ditentukan standar

errornya,

1
(N- ni)

kemudian

ditentukan selang

kepercayaannya dengan rumus:

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

10

N t.SE
Dengan catatan:
t
k
N
Mi
ni
Ri

= (df,), lihat tabel distribusi t dengan df = , dan adalah tingkat


signifikasi
= Jumlah periode sampling
= cacah hewan di alam/dalam populasi
= Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah periode
sebelumnya/jumlah total hewan yang bertanda
= Jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke-i
= Jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Menerapkan metode Capture Mark Release Recapture untuk
memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi) dan membandingkan
hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus Petersen dan Schnabel.
3. ALAT DAN BAHAN
Dua buah stoples yang masing-masing berisi dua macam warna kacang
koro (diusahakan besar butirannya sama) dengan jumlah tertentu.
4. PROSEDUR KERJA
Apabila akan menghitung populasi kacang koro merah, maka dikerjakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Diambil segenggam kacang koro merah yang ada di dalam toples, dihitung
jumlahnya (ni) kemudian menggantikan jumlah kacang koro merah tersebut
dengan kacang koro warna lain dan dimasukkan kedalam toples yang berisi
kacang koro merah tadi. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan.

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

11

b. Kemudian isi stoples dikocok dengan konstan agar kacang koro tercampur
secara homogen.
c. Mengambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat
sejumlah kacang koro yang berwarna lain, maka dicatat sebagai (Ri).
d. Lakukan cuplikan berikutnya sampai sepuluh kali
e. Dengan demikian estimasi populasi untuk kacang koro merah dapat dihitung
dengan kedua rumus Petersen dan Schnabel.
f. Apabila ingin menghitung kacang koro warna yang lain, caranya sama seperti
di atas hanya stoples yang diambil kacang koronya yang pertama adalah yang
berisi kacang koro dengan warna yang lain tersebut dan cuplikan dilakukan
sebanyak sepuluh kali.
g. Setelah selesai mengestimasi populasi, selanjutnya kedua macam kacang
koroter tadi dihitung jumlahnya secara langsung.
h. Isikan angka-angka yang didapat ke dalam tabel lembaran kerja yang tersedia.

Catatan:
Contoh cara pengisian daftar lembaran kerja simulasi populasi dengan
menggunakan metode CMMR:
k

ni

Ri

hewan bertanda

Mi

(ni. mi)

40

40

44

35

40

1760

38

14

24

75

2850

46

24

22

99

4554

35

19

16

121

4235

Mi=121

13.399

k=1
0

Ri=66

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

12

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

13

IV. POPULASI DEKOMPOSER


1. DASAR TEORI
Sebagian besar materi mati di dalam ekosistem (khususnya daun yang telah
gugur dan kayu mati) dimakan oleh detritus feeder. Organisme yang memperoleh
nutrisi dengan jalan memecahkan molekul organik kompleks menjadi molekul
organik sederhana dari tumbuhan atau hewan yang telah mati atau kotoran yang
dihasilkan organisme hidup disebut sebagai organisme dekomposer.
Dekomposisi pada kondisi lapang merupakan proses yang sangat
kompleks. Proses dekomposisi ini dikendalikan tiga faktor utama yaitu sifat bahan
organik atau kualitas bahan baku, kondisi fisik dan kimia lingkungan seperti
temperatur, kelembahan, pH, unsur mineral dan potensi redoks, serta komposisi
organisme tanah.
Dekomposisi

(penguraian)

oleh

dekomposer

di

dalam

ekosistem

merupakan hasil kerjasama antara kelompok mikroflora dan invertebrata. Tanpa


kehadiran invertebrata mikroflora dalam proses dekomposisi sangat lambat
(Brayer et al., 1976). Invertebrata telah diketahui menstimulasi pertumbuhan
mikrobia melalui fragmentasi substrat, merubah sifat fisik dan kimia substrat serta
melalui grazing (memakan mikrobia). Dengan kata lain proses dekomposisi secara
tidak langsung dapat dicerminkan oleh komposisi, dinamika populasi dan
aktivitas lain invertebrata.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam
suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organic.
3. BAHAN DAN ALAT
a. Komunitas tumbuhan pohon alami, kaya akan jenis tumbuhan bawah

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

14

b. Formalin 40%
c. Kalium permanganat atau air sabun yang pekat atau minyak tanah
d. Embrat
e. Pinset
f. Air pelarut
g. Botol pengumpul material
h. Alat tulis dan tabel catatan lapangan
4. PROSEDUR KERJA
a. Bersihkan serasah penutup tanah dari ekosistem komunitas yang akan diamati
b. Batasi petak kuadrat tersebut setiap satuan satu meter persegi.
c. Sediakan larutan formalin 40 % sebanyak 25 cc dalam 4,5 liter air atau larutan
kalium permanganat 0,5 % dalam air
d. Semprotkan dengan cepatt pada petak kuadrat hingga keadaan jenuh (petak
kuadrat berukuran 1 m x 1 m)
e. Tunggu selama 15-20 menit, dan kumpulkan jenis-jenis cacing tanah yang
muncul kepermukaan. Cara pengambilan harus hati-hati, gunakan pinset,
tetapi cacing tidak boleh putus. Bantu dengan lidi untuk mengangkat cacing
dari lubang.
f. Simpan material ini ke dalam laruatan formalin 40%.
g. Di dalam laboraturium, material yang dikumpulkan dari lapang selanjutnya
dibilas dengan air lalu dikeringkan di atas kertas dan akhirnya ditimbang.
h. Identifikasi tiap jenis dan susun dalam tabulasi. Buat kolom nama jenis, unit
cuplikan dan ulangannya. Pada tiap jenis dalam masing-masing unit cuplikan
sebutkan jumlah individu yang diperoleh. Jumlahkan kearah horizontal dan
vertikal. Jumlah arah vertikal hanya melihat jumlah individu dalam setiap

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

15

cuplikan sementara jumlah arah horizontal hanya melihat besar masingmasing jenis tanpa memperhatikan banyak individu dalam setiap cuplikan.

i. Dugalah besarnya polupasi (N) dengan rumus:

X S2
p

=
X
X

, atau
P

X2
N

dimana,

=
2

XS

X = Rata-rata pengamatan yang terhitung


S2 = Ragam contoh yang tercuplik dalam pengamatan
N = Dugaan besar populasi total
j.

Ekstrapolasikan jumlah tersebut untuk luasan yang diduduki oleh populasi


yang diduga berdasarkan homogenitas lahan yang saudara hadapi.

Catatan:
UNIT CUPLIKAN/ULANGAN

JENIS
1

10

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

16

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

17

V. KOMPETISI INTRASPESIFIK
1. DASAR TEORI
Kompetisi intraspesifik adalah interaksi antara individu satu jenis (spesies)
yang sama sehingga berakibat kematian atau berkurangnya kemampuan untuk
bertahan hidup bagi satu atau beberapa individu. Interaksi demikian ini dapat
terlaksana secara langsung antara individu dengan individu, atau secara tidak
langsung

melalui

lingkungannya.

Mahluk

hidup

kebanyakan

cenderung

menghuni habitat yang sama memiliki tuntutan atau keperluan hidup yang
serupa dan merubah atau mempengaruhi lingkungannya secara sama. Sehingga
makin dekat hubungan kekerabatan suatu jenis mahluk hidup makan akan
semakin besar tingkat persaingannya.
Bilamana suatu macam sumber daya berlimpah-limpah ketersediaannya,
tidaklah akan bersifat restriktif, namun bila tersedianya kurang dari tuntutan
individu-individu akan memperebutkannya, sehingga akan ada yang berhasil dan
akan ada yang gagal untuk mendapatkannya. Persaingan akan membatasi jumlah
individu suatu spesies, misalnya dengan kematian, berkurangnya kesuburan dan
kemampuan untuk berkembang biak, dan akan terusirlah individu yang kurang
mampu bertahan dari suatu daerah persaingan. Dalam jangka panjang dengan
melalaui seleksi alami individu yang lemah dibinasakan dan persaingan akan
mempengaruhi frekuensi gen tertentu dalam populasi. Hal ini berakibat terjadinya
perubahan evolusioner adaptif.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari kompetisi intraspesifik secara langsung dengan analisis
pengaruh kerapatan populasi pada lalat buah Drosophyla melanogaster yang
dipelihara pada medium pisang:tape singkong dengan perbandingan 6:1

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

18

3. BAHAN DAN ALAT


a. Pisang yang telah masak
b. Tape singkong
c. Botol bekas selai 4 buah untuk masing-masing kelompok (usahan ukurannya
sama)
d. Drosophyla melanogaster (lalat buah)
e. Ether/clorofom
f. Mikroskop/loupe
g. Spidol
4. POSEDUR KERJA
1. Memberi tanda pada botol selai dengan spidol marker setinggi 50 cc, botol
yang digunakan oleh anggota kelas diusahakan seragam, hal ini untuk
memperkecil error dalam analisis data
2. Pisang dan tape singkong yang telah matang diaduk dengan perbandingan 1:6,
mengenai perbandingan ini bisa juga menggunakan volume asalkan
pelaksanaannya seragam
3. Sexing

dengan cara menangkap Drosophyla melanogaster yang telah

dipersiapkan dari rumah sebelumnya dibius terlebih dahulu dengan eter atau
klorofom.
4. Menentukan jenis kelamin

Drosophyla melanogaster dengan menggunakan

mikroskop atau loupe. Seks pada lalat dewasa dapat dikenal dengan cara :

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

19

a. Ujung abdomen (perut) lalat betina memanjang dan meruncing sedangkan


jantan membulat
b. Abdomen lalat betina berjumlah 7 segmen (warna hitam) yang mudah
dilihat sedangkan abdomen lalat jantan hanya mempunyai 5 segmen
c. Lalat jantan memiliki sisir kelamin (seks comb) yaitu 10 rambut kaku
berwarna hitam yang terdapat pada permukaan distal dari tarsus terakhir
pada kaki depan sedangkan lalat betina tidak memiliki sisir kelamin.
5. Setelah sexing selesai kemudian dilakukan proses penanaman (stocking) pada
medium yang telah dipersiapkan. Masing-masing kelompok menanam dengan
perbandingan jantan: betina 2:2, 2:4, 2:8 dan 2:16.
6. Seminggu kemudian dilaksanakan pengamatan atas biakan masing-masing.
Pada waktu yang sudah ditentukan, lalat buah dibunuh dengan semprotan
pestisida lalu dihitung masing-masing jenis kelamin agar dapat ditentukan
seks rasionya.
7. Buatlah grafik pertumbuhan biakan yang sama misalnya 2:2, jadi saudara yang
menanam dengan rasio seks 2:2 mengumpulkan angka hasil pengamatan
subgrup 2:2. Demikian pula dengan rasio yang lain.
8. Menghitung angka r = the intrinsic rate of natural increase. Jika diasumsikan
medium tidak terbatas, nilai r dapat dihitung dengan rumus:
Nt

= N0.ert dijabarkan dari dN/dt

lnNt

= lnN0 + rt, jadi r dapat dihitung dengan rumus

= r.N

log e(Nt/N0)
t
log e Nt log eN0

, dimana

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

20

t
Nt = Kerapatan populasi pada waktu t( angka yang didapat diakhir
praktikum)
N0 = Kerapatan populasi padasaat pengamatan dimulai (periode awal
atau t=0). Pada praktikum ini N0 adalah seks rasio: 2:2, 2:4, 2:8 dan
2:16
t
= Waktu pengamatan (diketahui t2 t1)
e
= bilangan euler = 2,71828
9. Hitung pertumbuhan harian dan buatlah kurva eksponensial untuk masingmasing rasio seks menggunakan rumus di atas.
10. Jelaskan peranan komposisi makanan, volume botol, cara membius,jenis zat
pembius, rasio seks pada permulaan penanaman, dan beberapa hal lain yang
saudara laporkan.
Catatan: contoh tebel pengamatan

I
8

II
9

III
10

KELOMPOK/HARI KE
IV
V
VI
11
12
13

VII
14

VIII
15

IX
16

2:2
2:4
2:8
2:16

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

21

VI. KOMPETISI INTERSPESIFIK


1. DASAR TEORI
Persaingan adalah suatu tipe hubungan antara jenis yang terjadi pada dua
atau lebih individu organisme hewan maupun tumbuhan. Persaingan yang
dilakukan oleh hewan sangat berlainan bila dibandingkan dengan tumbuhan.
Pada dasarnya persaingan yang dilakukan oleh tumuhan tidak dilakukan secara
fisik, lain halnya seperti yang dilakukan oleh hewan atau manusia. Dalam
praktikum ini akan dibatasi pada tipe persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan.
Di alam persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan dapat terjadi antara
individu-individu dari satu jenis yang sama (intra spesifik) atau individu-individu
dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan ini terjadi dikarenakan
individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama terhadap faktorfaktor tertentu yang tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam
lingkungannya seperti makanan, tempat hidup, cahaya, oksigen, air dan lain-lain.
Akibat dari persaingan ini kedua belah pihak akan saling mempengaruhi laju
pertumbuhannya dan akan menurunkan produksi yang dihasilkannya.
Studi mengenai kompetisi interspesifik pada tanaman dapat memberikan
informasi yang berharga untuk mengungkapkan faktor-faktor yang membatasi
distribusi suatu spesies atau keberhasilan tumbuhnya spesies pada suatu wilayah.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari kompetisi interspesifik secara langsung diantara dua jenis
tumbuhan yang berbeda pada suatu wilayah (tempat) yang terbatas.
3. BAHAN DAN ALAT
1. Polibag atau pot tanaman
2. Mistar

3. Biji kacang hijau dan jagung


4. Air

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

22

4. PROSEDUR KERJA
a. Sediakan beberapa pot plastik atau polibag yang telah diisi dengan tanah
b. Pilih biji kacang hijau dan jagung yang masih baik
c. Tanamlah biji tersebut ke dalam pot/polibag yang sudah disediakan dengan
pengaturan penanaman (perlakuan) sebagai berikut:
2 biji kacang hijau dan 2 biji jagung
4 biji kacang hijau sebagai kontrol
4 biji jagung sebagai kontrol
d. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 4 minggu.
e. Pengukuran tinggi dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 minggu, setelah
itu dipanen dan ditimbang bobot tanaman tanpa akar (berat basah dan berat
kering udara).
f. Bandingkan tinggi dan bobot antara tanaman kontrol dengan yang diberi
perlakukan.
g. Buatlah diagram pertumbuhannya dalam kertas grafik.
Catatan: contoh lembar data pengamatan
Pengamatan
(Minggu)
1

A
2

Perlakuan/Ulangan ke
B
3
1
2
3

C
2

1
2
3
4

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

23

VII. ALELOPATI
1. DASAR TEORI
Semua jenis tanaman yang hidup mempunyai kebutuhan yang hampir
sama, mereka memerlukan sinar matahari, air, unsur hara untuk pertumbuhannya
dan juga memerlukan ruangan sebagai tempat hidupnya. Dengan adanya
kesamaan keperluan tersebut, dalam keadaan tertentu terjadi suatu persaingan
untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan.
Dalam rangka persaingan hidup, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan
mengeluarkan senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut dapat menghambat
pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut.
Peristiwa semacam ini disebut alelopati. Peristiwa alelopati sebenarnya merupakan
tipe persaingan, dimana persaingannya dapat bersifat interspesifik maupun
intraspesifik.
Pada kenyataannya peristiwa alelopati di alam sulit untuk diterangkan
karena proses yang terjadi sangat kompleks. Sebagai contoh adalah Helianthus
annus tanaman ini memiliki senyawa kimia berupa asam Khlorogenate dan
Scopolitin yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain yang berada
disekitarnya. Kemudain Wilson dan Rice (1968) mengadakan suatu penelitian
untuk menguji kesuburan tanah bekas ditanami Helianthus annus tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada contoh tanah yang diambil
setelah periode tanam ternyata ketersediaan fosfat, kalium, nitrat dan amonium
nitrogen berkurang.
2. TUJUAN PRAKTIKUM

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

24

Mempelajari pengaruh alelopati/jenis tumbuhan terhadap perkecambahan


tanaman palawija.
3. BAHAN DAN ALAT
a. Bagian akar dan daun alang-alang (Imperata cylindrica), daun gamal
(Glericida manuculata), akasia (Acacia mangium) dan kirinyuh (Eupatorium
odoratum)
b. Biji kacang hijau dan jagung
c. Cawan petri, kertas saring
d. Corong penyaring
e. Mangkuk penggerus
f. Kertas merang
g. Blender, pisau, gunting
4. PROSEDUR KERJA
1. Buatlah ekstrak daun alang-alang, daun gamal, akasia dan kirinyuh dengan
cara berikut:
2. Letakkan biji sengon, biji jagung atau biji kacang hijau pada cawa petri,
sebanyak 9 petri setiap regu.
3. Siram sebanyak 5 ml ekstrak allelopati kedalam cawan petri yang telah
berisi sengon, biji kacang hijau, atau biji jagung.
4. Tiap regu dapat memilih kombinasi perlakuan, biji sengin, biji kacang hijau
atau biji jagung dengan perlakuan kontrol (kontrol dan perlakuan ekstrak
dengan salah satu konsentrasi 1;7 atau 1;14 atau 1;21).
5. Tiap regu terdapat 3 (tiga) perlakuan dengan masing-masing perlakuan 3
(tiga) ulangan.

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

25

6. Amati perkecambahan biji tersebut selama 1 minggu, tentukan persen


kecambah dan ukur panjang kecambah.
7. Dengan menggunakan rancangan acak lengkap gunakan sidik ragam untuk
mengetahui pengaruh perlakuan penberian ekstrak bahan allelopati
terhadap respon pertumbuhan.
Catatan: contoh lembar data pengamatan
Jenis Ekstrak:
Hari
KeKontrol
1
1
2
3
2
3
4
5
6
7
Jenis Ekstrak:
Hari
KeKontrol
1
1
2
3
2
3
4
5
6
7
Jenis Ekstrak:
Hari
KeKontrol
1
1
2
3
2
3
4
5

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1;7
1;14
X
1
2
3
X
1
2
3
X
1

1;21
2
3

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1;7
1;14
X
1
2
3
X
1
2
3
X
1

1;21
2
3

Panjang Kecambah (cm) dalam perlakuan


1;7
1;14
X
1
2
3
X
1
2
3
X
1

1;21
2
3

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

26

6
7

VIII. ANALISIS VEGETASI


1. DASAR TEORI
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyususn vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Berbeda dengan
inventaris hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Dari segi
floristis ekologi lebih tepat digunakan random sampling, sedangkan untuk
penelitian ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan purposive
sampling pun juga boleh digunakan.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu (1)
pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal namun waktu pengamatan bereda;
(2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan
korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau
beberapa faktor lingkungan.

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

27

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode


Berpetak (Teknik sampling kuadrat; petak tunggal ganda, Metode Jalur, Metode
Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode Berpasangan Acak, Titik Pusat
Kwadran, Metode Titik Sentuh, Metode Garis Sentuh, Metode Bitterich).
Metode Kuadrat, berbentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi
empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analaisisi yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Menurut Weaver dan Clements (1938), kuadrat adalah daerah persegi
dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm 2 sampai 100 m2.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: spesies diluar petak sampel dicatat
b. Count/list count quadrat: metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang adad beberapa batang dari masing-masing spesies
di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada didaerah
yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiaptiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi disuatu daerah. Total
basal dari vegetasi merupakan perjumlahan basal area dari beberapa
jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat
dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi
dada)

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

28

d. Chart quadrat: penggambaran letak/bentuk bentuk tumbuhan disebut


Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara
tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang
vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan
planimeter.

Pantograf

dilengkapi

legan

pantograf.

Planimeter

merupakan alat yang dipakai dalam patograf yaitu alat otomatis


mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan
jarumnya.

Rumus-rumus yang digunaka dlam analisis vegetasi anatar lain:

Kerapatan Mutlak (KM) =

Kerapatan Relatif (KR) =

Frekuensi Mutlak(FM) =

Frekuensi Relatif (FR) =

Dominasi Mutlak (DM) =

Dominasi Relatif (DR) =

Jumlah individu suatu jenis


Luas Contoh (Ha)

Kerapatan Suatu Jenis


Kerapatan Seluruh jenis

X 100%

Jumlah Pot Terisi Suatu Spesies


Jumlah Seluruh Pot

Frekuensi Suatu Jenis


Frekuensi Seluruh Jenis

X 100%

Luas Bidang Dasar Suatu


Contoh Luas (Ha)

Dominasi Suatu Jenis


Dominasi Seluruh Jenis

X 100%

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

29

Indeks Nilai Penting (INP) = KR+FR+DR


2.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur dari suatu
tipe vegetasi yang diamati.

3.

ALAT DAN BAHAN


a. Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum
b. Tali Rafia atau benang
c. Penghitung (Counter)
d. Alat ukur diameter pohon seperti : Diameter tape (phi band) atau pita
meter 100 cm
e. Meteran 10 m atao 20 m
f. Patok tanda pembatas
g. Alat tulis dan kertas label
h. Penggaris
i. Perlengkapan pembuatan hebarium
j. Buku-buku identifikasi

4.

PROSEDUR KERJA
1. Tali rafia ditarik sepanjang 100 meter pada lokasi yang telah ditentukan.
2. Buatlah petek-petak dengan ukuran 10 m X 10 m secara berselang-seling
seperti gambar dibawah ini.
1

10m

10 m

10m

10m

5
10m

10m

7
10m

10m

9
10m

10

3. Pada setiap plot (kotak) siamati jenis vegetasinya terutama yang


berdiameter batangnya 10 cm atau lebih. Jika terjadi kesulitan untuk

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

30

menentukan diameter, maka dicatat keliling batang, kemudian gunakan


rumus keliling lingkaran untuk mendapatkan diameternya.
4. Catat nama species vegetasi yang terdapat dalam plot (menurut syarat
diatas) dan jika belum diketahui namanya maka gunakan nama spesies A,
spesies B, Spesies C, dst.
5. Data dikumpulkan dari semua plot dan dianalisis dalam satu kesatuan.

Dibawah ini adalah tabel data hasil perhitungan vegetasi dilapangan.

No.

Nama Spesies

Jumlah pada plot


4
5
6
7

10

Jumlah
Tabel 1. Lembar data pengamatan analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Tabel 2. Lembar data keliling, jari-jari dan luas bidang dasar suatu jenis

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

31

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Spesies

Keliling (cm)

r (cm)

Luas (cm2)

Bidang Dasar

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

32

Tabel 3. Hasil Analisis Petek Kuadrat


No.
Nama Jenis
KR (%)

FR (%)

DR (%)

INP

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

SDR

33

IX. DAUR KARBON


1.

DASAR TEORI
Daur karbon merupakan bagian dari daur energi. Reaksi fotosintesis sangat

esensial untuk daur karbon maupun daur energi. Melalui proes fotosintesis
tersebut karbondioksida berhubungan dengan mahluk hidup. Melalui proses
fotosintesisnya tumbuhan hijau berperan dalam daur karbon. Karbon diubah
menjadi karbohidrat denagnbantuan energi matahari dengan pigmen klorifil.
Reaksi-reaksi tersebut biasanya terjadi dihutan-hutan padang rumput dan juga
dirumput laut di lautan. Dalam daur karbon, karbondioksida dibutuhkan
tumbuhan yang kemudian akan dikonsumsi oleh hewan dan manusia untuk
kebutuhan sel dan energi. Karbondioksida dikembalikan kealam, bila hewan atau
tumbuhan tersebut mati akibat kerja mikroorganisme, dan karbon akan
dikembalikan ke bumi.
Sumber utama karbon untuk mahluk hidup ada diudara. Dalam bentuk
karbondioksida dengan jumlah kira-kira 0,03% dari volume. CO 2 diudara akan
difiksasi kedalam jaringan hidup malalui fotoautotrof tanaman dan ganggang.
Daur karbon juga dapat diartikan sebagai rangkaian transformasi.
Karbondioksida ditetapkan sebagai karbon atau senyawa karbon dalam
organisme-organisme hidup melalui fotosintesa atau kemosintesi, dibebaskan
melaui respirasi dan atau kematian dan penguaraian organisme pengikat yang
digunakan oleh spesies heterofik, dan akhirnya dikembalikan kepada keadaan asli
untuk digunakan kembali.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari hubungan antara produsen dan konsumen di dalam ekosisitem
3. BAHAN DAN ALAT

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

34

a. Tabung biakan tertutup


b. Rak tabung reaksi
c. Siput kecil, sebagai konsumen
d. Hydrilla, sebagai produsen
e. Larutan Bromtimol Biru
f. Air
g. Sumber cahaya
h. Kamar gelap, untuk emnempatkan beberapa tabung dalam linkungan gelap
4. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan dua percobaan Adan B, masing-masing terdiri dari empat tabung
biakan. Tandai tabung-tabung biakan ini denagn kode A1,A2,A3, A4, dan
B1, B2, B3, B3, B4. Rangkaian percbaan Adan B.
2. Isilah tiap tabung dengan air sampai permukaan air kira-kira 20mm
dibawan mulut tabung.
3. Tambahkan 3 sampai 5 tetes Bromtimol Biru kedalam tiap-tiap tabung.
4. Masukkan kedalam tabung biakan A1 dan B1 hewan siput, kedalam tabung
biakan A2 dan B2 hewan siput dan tumbuhan Hydrilla sp, kedalam tabung
biakan A3 dab B3 masukkanlah tumbuhan Hydrilla sp saja, dan kedalam
tabung biakan A4 dab B4 tidak dimasukkan siput maupun Hydrilla sp.
(sebagai kontrol)
5. Tutup kesemua tabung biakan tersebut rapat-rapat, usahakan tutup
tersebut tidak bocor.
6. Jika semua tabung telah tertutup rapat, tempatkan rangkaian perconbaan A
(A1 s/d A4) dalam tempat terang (cahaya) dan rangkaian percobaan B (B1
s/d B4) dalam kamar gelap.
7. Setelah 24 jam, amati semua tabung biakan. Catatlah semua perubahan
dalam warna indikator (bromtimol Biru). Demikian pula catatlah bilaman

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

35

terjadi perubahan pada siput maupun Hydrilla sp. Setelah itu pindahkan
tabung biakan A (A1 s/d A4) kedalam kamar gelap dan tabung baiakn B
(B1 s/d B4) kedalam tempat terang. Setelah 24 jam lakukan lagi
pengamatan-pengamatan dengan mengembalikan tabung baiakn A (A1
s/d A4) kedalam tempat terang dan tabung biakan B (B1 s/d B4) kedalam
kamar gelap.pengamatan dilakukan sampai beberapa hari (7 hari).
8. Buatlah data hasil, pengamatan selama beberapa hari tersebut. Bagaimana
kesimpulan saudara tentang daur karbon pada percobaan ini?
Keterangan:
Bromtimol Biru merupakan suatu larutan indikator yang berwarna biru dalm
larutan basa kering dan kuning kemerahan dalam larutan asam. Gas CO 2 akan
membentuk asam apabila dilarutkan dalam air. Perubahan warna larutan
biakkan disebabkan oleh perubahan kandungan CO 2 yang ada dalam biakkan
tersebut. Kadar CO2 akan berkurang apabila terjadi reaksi fotosintesis oleh
Hydrilla sp., sebaliknya kadar CO2 akan berambah kalau terjadi repirasi .
Pengukuran kandungan O2 dalam larutan juga dapat diukur dengan
menggunakan Oxygen meter.

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

36

X. BIOLOGICAL CONTROL
1.

DASAR TEORI
Biological Control atau pengendalian hayati pertama kali digunakan

oleh Harry S. Smith pada 1919, banyak pengertian diberikan terhadap istilah
tersebut. Smith mula-mula memberikan pengertian kepada pengendalian
hayati sebagai penggunaan musuh alami yang diintroduksi maupun yang
dimanipulasi dari musuh alami setempat untuk mengendalikan serangga
hama. Selanjutnya Bach (1964) juga memberikan pengertian mengenai
pengendalian hayati ini yaitu Pengendalian hayati adalah kemampuan
predator, parasitoid, maupun patogen dalam menjaga padat populasi
organisme lain lebih rendah daripada padat populasi dalam keadaan tanpa
kehadiran predator, parasitoid, atau patogen. Pengendalian hayati terdiri atas
dua kategori yakni :
a. Pengendalian

hayati

alami

(natural

biological

control)

sebagai

pengendalian yang terjadi tanpa campur tangan manusia.


b. Pengendalian

hayati

terapan

(applied

biological

control)

sebagai

manipulasi musuh alami oleh manusia untuk mengendalikan hama.

2.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari pengendalian hayati terhadap tumbuhan Eichorrnia sp
terhadap beserta dampaknya terhadap lingkungan.

3.

BAHAN DAN ALAT


1. Eichornia crassipes

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

37

2. Neochetina sp
3. Wadah plastik
4. Air
5. Loupe
4.

Prosedur Kerja :

1. Diambil tumbuhan Eichornia crassipes lengkap seluruh bagian (akar, batang


dan daun), ambil dengan jumlah daun yang sama.
2. Masukkan ke dalam wadah plastik, beri tanda sesuai dengan perlakuan dan
ulangan yang telah ditentukan.
3. Diamkan Eichornia crassipes dalam wadah selama dua hari.
4. Amati keadaan daun tersebut.
5. Hitung berapa persentase kerusakan daun tersebut.
Tabel Pengamatan :
No.

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Kerusakan

Catatan :

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

38

Grafik :

Penuntun Praktikum
Ekologi Umum
PROGRAM STUDI BIOLOGI FKIP UNJA, 2012

39

Anda mungkin juga menyukai