Anda di halaman 1dari 14

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang

mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar daripada zat cair lainnya. Sifat

ini dapat di lihat dari banyak unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air

(Hutabarat, 2000).

Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah

tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat

organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya.

Makintinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa

air tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009).

Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian

dari binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah

karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami bakteri

dengan menggunakan oksigen terlarut. Di dalam sistem air tanahyang belum

terkontaminasi senyawa organic yang dominan adalah senyawahumus (humic

substances). Senyawa tersebut merupakan hasil dekomposis itumbuhan dan

hewan secara biologis dan tidak memiliki struktur yang baku(Halim, 2007).

Kesuburan suatu perairan suatu perairan hanya bisa ditentukan oleh

keberadaan gas serta zat-zat terlarut dalam suatu perairan yang dimana gas serta

bahan-bahan organik ini berasal run-off dari daratan, dari hasil proses fisika dan

kimia dari kehidupan suatu perairan. Misalnya oksigen yang merupakan faktor

penting bagi kehidupan di laut yang digunakan untuk keperluan respirasi yang
2

bersumber dari dari hasil proses fotosintesis, difusi dari udara, serta berasal dari

pengadukan pada dasar perairan yang menyebabkan percampuran massa air

sehingga mempengaruhi distribusi oksigen tersebut.

1.2. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan diadakannya praktikum adalah dapat memahami tentang

kosentrasi TOM di kolam percobaan faperika untuk pengelolahan hasil-hasil

perairan.

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu diharapkan agar praktikan dapat

memberikan suatu gambaran mengenai bahan organik terlarut, tersuspensi dan

koloid di perairan lokasi praktikum.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Effendi (2003), Kalium perman ganat (KMnO4) telah lama

dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi

bahan organik yang terkenal sebagai parameter nilai permanganate atau sering

disebut sebagai kandungan bahan organik total atau TOM (Total Organic Matter).

Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung

pada senyawa-senyawa yang terkandung dalam air.

Menurut Mulya (2002) bahan organik dibagi atas dua bagian yaitu:

· Bahan organik terlarut yang berukuran < 0,5 cm

· Bahan organik yang tidak terlarut yang berukuran > 0,5 cm

Menurut Koesbrono (1985) dalam Syaifudin (2004), terdapat empat

macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam air laut yaitu (1) berasal

dari daratan, (2) proses pembusukan organisme yang telah mati (3) perubahan

matabolik-metabolik ekstra seluler oleh algae, larutan sitoplankton dan (4) eksresi

zooplankton.

Bahan Organik Terlarut (BOT) atau Total Organik Matter (TOM)

menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari

bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik di

perairan terdapat sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan

organik yang mengalami perombakan (detritus) dan bahan-bahan organik total

yang berasal dari daratan dan terbawa oleh aliran sungai (Syafiuddin, 2004).
4

Hampir seluruh organik karbon terlarut di dalam air laut berasal dari

karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung

pada keseimbangan antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh

hasil pembusukan eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya

(Mulya, 2002).

Makin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan

aerobik akan makin besar pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang

mendekomposisi, bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada melebihi

konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen terlarut bisa menjadi noldan mikroba

aerob pun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang

untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen (SMK Negeri 3 Kimia

Madiun, 2008).

Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut

telahtercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat

organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya.

Makintinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa

air tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009).

Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian

dari binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah

karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami

pembusukanoleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Di dalam sistem

air tanahyang belum terkontaminasi senyawa organic yang dominan adalah

senyawahumus (humic substances). Senyawa tersebut merupakan hasil


5

dekomposisitumbuhan dan hewan secara biologis dan tidak memiliki struktur

yang baku(Halim, 2007)

Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut

telahtercemar oleh kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat

organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya.

Makintinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa

air tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009).

Kandungan bahan organik terlarut di perairan alami sekitar 50 mg/l.

Danau yang kaya biota akan menunjukkan kekurangan oksigen dalam kolam air

bagian bawah di bandingkan danau yang miskin biota air. dekomposisi bahan

organik di perairan dapat dilakukan oleh mikroba. Untuk mengurangi bahan

organik diperairan dapat dilakukan aerasi untuk mempertahankan dekomposisi

yang aerobik ( Michael,1984 dalam sudaryanti,1991).

tingginya kandungan bahan organik akan mempengaruhi kelimpahan

organisme, dimana terdapat organismeorganisme tertentu yang tahan terhadap

tingginya kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominansi oleh spesies

tertentu dapat terjadi. Zulkifli et.al,, (2009)

Kandungan bahan organik di perairan akan mengalami fluktuasi yang

disebabkan bervariasinya jumlah masukan baik dari domestik, pertanian, industri

maupun sumber lainnya. Kandungan bahan organik dalam perairan akan

mengalami peningkatan yang disebabkan buangan dari rumah tangga, pertanian,

industri, hujan, dan aliran air permukaan. Pada musim kemarau kandungan bahan

organik akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula kandungan unsur hara
6

perairan dan sebaliknya pada musim hujan akan terjadi penurunan karena adanya

proses pengenceran (Hadinafta,2009).

Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu

atau lebih elemen lainnya. Menurut Dugan dalam Effendi (2003) biasanya bahan

organik tersebut tersusun atas polisakarida (karbohidrat), polipeptida (protein),

lemak (fats), dan nucleid acid. Bahan organik disuatu perairan lebih banyak

terdapat dalam bentuk terlarut dibandingkan dalam bentuk tersuspensi atau koloid

( Hadinafta, 2009).
7

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengelolaan hasil-hasil perairan tentang TOM ini dilaksanakan

pada hari Rabu, 18 April 2018. Bertempat di Laboratorium produktivitas perairan

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air sampel, KmnO4,

H2SO4, natrium oksalat, aquades.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini gelas piala, hot plate,

alumuniun, termometer, buret, botol BOD, gelas ukur ,erlenmeyer,buku penuntun.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang di lakukan adalah metode pangamatan secara langsung oleh

praktikan di laboratorium produktvitas perikanan universitas riau.

3.4. Prosedur Praktikum

3.4.1. Total Organic Matter (TOM)

 Diambil air sampel 50 ml, masukkan kedalam erlenmeyer

 Ditambahkan sebanyak 9,5 ml KMnO4 langsung dari buret

 Ditambahkan 10 ml H2SO4 (1:4)

 Dipanaskan sampai suhu 70-800C, kemudian diangkat

 Bila suhu telah turun menjadi 60-700C, langsung ditambahkan natrium

oksalat 0,001 N, secara perlahan-lahan sampai tak berwarna

 Segera dititrasi dengan KMnO4 0,01 N, sampai berubah warna (merah

jambu/pink). Catat ml titrasi


8

 Diambil 50 ml akuades, lakukan prosedur 1-6, catat titran yang digunakan

(y ml)

 Perhitungan TOM

(𝑥−𝑦)×31,6×0,001×100
TOM mg/L = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :

X = ml titran untuk air sampel

Y = ml titran untuk akuades (larutan blanko)


9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dapat diketahui hasilnya

adalah sebagai berikut:

4.1.1. Perhitungan TOM

(𝑥−𝑦)×31,6×0,001×100
TOM mg/L = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(2−1,4)×31,6×0,001×100
= 50

(2−1,4)×31,6
= 50

0,6×31,6
= 50

= 0,3792 mg/L

4.2. Pembahasan

Dari data pengamatan TOM/ total bahan organic pada Praktikum

pengelolaan hasil-hasil perairan diperoleh hasil 0,3792 mg/L . Menurut Alan

(1995) dalam sari (2007), TOM dapat berupa allochtihonous yang berasal dari

perairan ini sendiri seperti pembusukan organisme mati oleh destritus, aktiviotas

perifithon, maktofil yang dibawa oleh aliran air dari daerah sekitar.

Menurut Sari (2007), kandungan bahan organic yang terlarut dekat sungai

berkisar antara 256,69-447,97 mg/L dan diantara karamba ikan berkisar antara

348,16-456 mg/ L nilai tersebut masih standart mutu air. Dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa kandungan TOM di kolam percobaan faperika kurang baik

untuk kehidupan ikan karena hasilnya kurang dari optimal.


10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa kandungan TOM di

kolam percobaan faperika adalah 0,3792 mg/L kandungan bahan organic yang

terlarut dekat sungai berkisar antara 256,69-447,97 mg/L dan diantara karamba

ikan berkisar antara 348,16-456 mg/ L nilai tersebut masih standart mutu air. Dari

data diatas bahwa kandungan TOM di kolam percobaan faperika kurang baik

untuk kehidupan ikan karena hasilnya kurang dari optimal.

5.2. Saran

Dalam praktikum hendaknya praktikan lebih memperhatikan arahan atau

petunjuk dari asisten sehingga praktikum akan lebih lancar. Sebelum melakukan

praktikum, segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum telah disiapkan.

Baik alat-alat yang akan digunakan pada praktikum maupun bahan atau sampel

yang akan dijadikan objek praktikum.


11

DAFTAR PUSTAKA

Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta.

Halim. 2007. Bahan Organik .http://kmit.faperta.ugm.ac.id/artikel%20-% 20


organik. Html Diakses tanggal 20 April 2018.

Hadinafta, R. 2009. Analisis Kebutuhan Oksigen Untuk Dekomposisi Bahan


Organik Di Lapisan Dasar PerairanEstuari Sungai Cisadane, Tangerang.
Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kurniawan, A. 2009. Penetapan Kadar Zat Organik ( Bilangan Permanganat) .http://


sodiycxacun. blogspot.com/ 2009/10/ penetapan-kadar-zatorganik-
bilangan_09.html Diakses tanggal 20 April 2018.

SMK Negeri 3 Kimia Madiun. 2008. Dekomposisi Zat Organik http:// smk3ae
.wordpress .com /2008 /11/12/ dekomposisi-zat-organik/ Diakses tanggal
20 April 2018.

Zulkifli, H., Z. Hanafiah., D. A. Puspitawati. 2009. Struktur dan Fungsi


Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Sungai Musi Kota Palembang:
Telaah Indikator Pencemaran Air. Jurusan FMIPA. Universitas Sriwijaya.
12

LAMPIRAN
13

LAMPIRAN

1. Lampiran bahan dan Alat

H2SO4 Air Sampel Natrium Oksalat

Bufer KMnO4 Aquades

Erlenmeyer Hot Plate


14

Anda mungkin juga menyukai