Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN KE EMPAT BELAS

I. Pendahuluan
1.1. Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran
1. Produktifitas primer
2. Tingkatan trofik dalam menentukan kualitas perairan lentik
3. Eutrofikasi
3.2 SasaranPembelajaran
1. Menjelaskan Produktifitas primer
2. Menjelaskan tingkatan trofik dalam menentukan kualitas perairan lentik
3. Menjelaskan eutrofikasi
1. 1.3. Perilaku Awal Mahasiswa
1. Mahasiswa harus mengetahui tentang perairan tawar (ekologi perairan)
2. Mahasiswa harus mengetahui sifat fisika dan kimia (kimia dasar dan fisika dasar)
1.4. Manfaat
1. Mengetahui Produktifitas primer
2. Mengetahui tingkatan trofik dalam menentukan kualitas perairan lentik
3. Mengetahui eutrofikasi
1.5. Urutan Pembahasan
1. Produktifitas primer
2. Tingkatan trofik dalam menentukan kualitas perairan lentik
3. Eutrofikasi
1.6. Petunjuk Belajar
Mahasiswa di harapkan membaca materi sebelum perkuliahan di mulai, Pada saat
perkuliahan di mulai mahasiswa di harapkan menyimak, memperhatikan, dan
mencatat penjelasan yang di berikan.
II. Penyajian
1.1. Uraian
1.Produktifitas Primer

Adapun yang dimaksud dengan produktivitas primer dalam artian umum


adalah laju produksi bahan organic (dinyatakan dalam C=karbon) melalui reaksi
fotosintesis per satuan volume atau luas suatu perairan tertentu, yang dapat
dinyatakan dengan satuan seperti mg C/m3/hari atau g C/m2/tahun. Besarnya produksi
itu sendiri dikenal sebagai produksi primer, yang dapat dinyatakan dengan satuan
seperti g C/m3/tahun.

Reaksi fotosintesis dapat terjadi pada semua tumbuhan yang mengandung


pigmen klorofil dan dengan adanya cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan
sumber dari segala energy yang menggerakkan seluruh fungsi ekosistem di bumi. Di
laut tumbuhan berklorofil dapat berupa rumput laut atau seaweed, lamun (seagrass),
fitoplankton atau mikroflora bentik. Rumput laut, lamun, dan mikroflora bentik hanya
terdapat diperairan tertentu saja yakni pada pesisir yang dangkal. Sebaliknya
fitoplankton terdapat diseluruh laut dari permukaan sampai pada kedalaman yang
dapat ditembus cahaya matahari, kira-kira sampai kedalaman sekitar 100 meter. Oleh
sebab itu, konstibusi fitoplankton dalam produktifitas primer global dilaut adalah yang
terbesar. Menurut Steemann-Nielsen (1975) kurang lebih 95% produktifitas primer di
laut disumbangkan oleh fitoplankton. Inilah yang menjadi dasar mengapa pembahasan
mengenai prduktifitas primer dilaut hamper selalu tertuju pada produktivitas primer
oleh fitoplankton.

Fotosintesis yang merupakan dasar dari produktivias primer atau reaksi dari
foto-kimia yang sangat rumit. Tetapi secara keseluruhan dapat disederhanakan
sebagai berikut :

cahaya
NCO2 + n H2O aksi tersebut. (CH2O)n + n O2
klorofil

Dalam proses ini, cahaya matahari (sebagai sumber energy) disadp oleh
pigmen klorofil yang ada di dalam tumbuhan dan dengan adanya karbondioksida air
dan zat-zat hara akan terjadi reaksi kimia yang akan menghasilkan senyawa organic
(misalnya karbohidrat) yang mempunyai potensi energy kimiawi yang tinggi yang
disimpan dalam sel. Dalam reaksi fotosintesis ini akan akan dihasilkan oksigen.
Klorofil sendiri tidak ikut dalam reaksi sintesis namun sebagai kaatalisator yang
menyadap energy cahaya yang diperlukan dalam reaksi tersebut.

Potensi energy kimiawi berupa bahan organic yang terbentuk dalam sel
fitoplankton kelak dapat digunakan untuk respirasi yang akan menghasilkan energy
untuk berbagai proses metabolism lainnya. Reaksi respirasi itu sendiri merupakan
kebalikan dari reaksi fotosintesisi yakni bahan organic dalam sel mengomsumsi
oksigen dan akan menghasilkan karbondioksida, air dan energy penunjang
kehidupan (life spot energy) reaksi respirasi ini dapat dinyatakan secara sederhana
sebagai berikut
(CH2O)n + No2 nCO2 + nH2O + energi

Dalam konsep produktivitas, dikenal dengan istilah produktivitas primer


kotor (gross primary Produktisifiti) dan produksi primer bersih (net primary
Produktisifiti). Produktivitas primerkotor adalah produktivitas primer zat organic
dalam jaringan tumbuhan, termasuk yang digunakan untuk respirasi. Produktivitas
primer bersih (PPB) adalah produkktivitas primer kotor (PPK) dikurangi dengan yang
digunakan untuk respirasi (R) atau dapat dinyatakan sebagai berikut :

PPB = PPK – R

Hasil pruduktivitas primer bersih inilah yang dapat dialihkan ke berbagai


komponen ekosistem laut. Potensi energy kimiawi yang terwujud dalam biomassa
fituplankton dialihkan keberbagai hewan melalui rantai makanan (food chain) atau
jaringan pakan (food web). Dengan demikian, kehidupan seluruh hewan dilaut
bergantung pada energy yang di peroleh dari fitoplankton, bail secara langsung
maupun tak langsung.

Pengukuran produktivitas primer kini dapat dilakukan secara langsung


dilapangan, atau secara tak langsung dengan pendugaan dari hasil pengukuran
klorofil di laut atau dengan penerapan teknologi inderaja atau pengindraan jauh (
remote sensing).

Sebenarnya, selain fotosintesis ada juga reaksi lain yang bisa menghasilkan
zat organic dari zat inorganic yang tidak memerlukan cahaya, yakni reaksi yang
dikenal dengan kemonsintesis. Tetapi kontribusinya dalam produktivitas global
dipandang sangat kecil. Kemosintesis misalnya dapat terjadi pada lingkungan yang
ekstrim, yang sumber energy utamanya bukan sinar energy matahari tetapi dari
reduksi bahan inorganic yang terlarut dalam laut seperti ammonia, sulfur, dan
hydrogen. Reaksi kemosistesis ini dilaksanakan oleh bakteri. Jadi bakteri ini juga
dapat menghasilkan bahan organic dari inorganic, seperti layaknya fitoplankton
menggunakan energy matahari. Dalam hamper tiga decade ini, banyak ekspedisi
oseanografi laut-dalam menemukan celah didasar laut yang menyemburkan bahan
panas (hydrothermal vent) yang dipercaya merupakan lokasi dalam laut yang
memeberikan kontribusi dalam produksi organic lewat reaksi kemosintesis ini. Telah
banyak dilaporkan berbagai jenis niota yang hidup didaerah sekitar hydrothermal ini,
yang bertumpuh pada kemosintesis.

Hasil dari proses fotosinteis dilakukan oleh tumbuhan berklrofil disebut


sebagai produktifitas primer. Fotosintesis yang memainkan peranan sangat penting
dalam pengaturan metabolisme komunitas sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari, konsentrasi karbondioksida terlarut dan faktor temperatur. Laju
fotosintesis bertambah 2 -3 kali lipat untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 100 C
. Meskipun demikian intensitas sinar dan temperatur yang ekstrim cenderung
memiliki pengaruh yang menghambat laju fotosintesis terjadi proses penyerapan
energi cahaya dan karbondioksida serta pelepasan oksigen yang berupa salah satu
produk fotosintesis tersebut. Sebagai proses kebalikan dari fotosintesis dikenal prose
respirasi yang meliputi pengambilan oksigen serta pelepasan karbondioksida dan
energi. Apabila cahaya tidak ada maka proses fotosintesis akan terhambat,
sementara aktivitas respirasi terus berlangsung.

2. Tingkatan Trofik
Pengertian trofik adalah kandungan zat hara yang terdapat dalam suatu
ekosistem danau dan berhubungan dengan nilai produktifitas. Suatu danau yang
bersifat oligottrofik (miskin zat hara) akan mempunyai nilai produktivitas yang
rendah. Peningkatan akumulasi zat hara dalam danau dapat mengibah kondisi
oligotrofik dapat menjadi eutrofik dan itu juga berarti terjadi peningkatan
produktifikas. Berdasarkan parameter kandungan zat harda (terutama nitrogen
dan fosfor), parameter kandungan klorofil serta parameter penetrasi cahaya maka
suatu ekosistem danau dapat dibagi kedalam empat tingkatan trofik.
Selain itu didalam menentukan kualitas suatu danau, juga dapat
menggunakan parameter saprobik seperti yang diterapkan pada ekosistem
sungai. Analisis populasi yang sudah diuraikan dalam pembahasan ekosistem
sungai juga tetap digunakan pada ekosistem danau.
Peningkatan unsure hara pada suatu perairan menggenang terutama
akan meningkatkan populasi dari berbagai jenis algae sehingga HOEHNE &
KLOSI, 1966 dalam KLEE (1991) membuat suatu persamaan trofi berdasarkan
kehadiran beberapa kelompok alga yang penting :

Scy + Sch + Sc + Se
𝑄𝑐𝑞 =
Sd

Keterangan :
Qcq : Nilai Persamaan Trofik
Scy : ∑ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐶𝑦𝑎𝑛𝑜𝑝ℎ𝑦𝑐𝑒𝑎𝑒
Sch : ∑ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐶ℎ𝑙𝑜𝑟𝑜𝑐𝑜𝑐𝑐𝑎𝑐𝑒𝑎𝑒
Sc : ∑ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐷𝑖𝑎𝑡𝑜𝑚𝑎𝑒
Se : ∑ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐸𝑢𝑔𝑙𝑒𝑛𝑜𝑝ℎ𝑦𝑐𝑒𝑎𝑒
Sd : ∑ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐷𝑒𝑠𝑚𝑖𝑑𝑖𝑐𝑒𝑎𝑒

Apabila nilai Qcq berkisar antara :


0-0,3 disebut Dystrofik
<1 disebut Oligitrofik
1-2,5 disebut Mesotrofik
3-5 disebut Eutrofik
5-20 disebut Polytrofik
20-43 disebut Polytrofik sampai Saprotofik (Air limbah)
3. Eutrofikasi

Eutrofikasi (pengayaan) merupakan suatu gejala peningkatan unsur hara,


teutama fosfor, nitrogen di suatu ekosistem air, Unsur hara tersebut terutama berasal
dari limbah cair yang dibuang kesuatu ekosistem air secara terus – menerus
sehingga teakumulasi dalam jumlah yang banyak. Peningkatan unsur hara tesebut
akan meningkatkan proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan.

ZAT NUTRISI
(NITROGEN, FOSFOR)

EKOSISTEM AIR
(MISAL : DANAU)

BLOOMING

KONSENTRASI
OKSIGEN TERLARUT
MENURUT TAJAM
2.2. Lingkup penghiliran/Penerapan

Melihat langsung ke lapangan tentang dinamika dalam suatu ekosistem lentik


2.3. Latihan
Mendiskusikan tentang perubahan suhu pada setiap peraian lentik
2.4 Tugas Mandiri
1. Mencari jurnal yang berkaitan dengan dinamika dalam suatu eksositem lentik

III. Penutup
2.1. Rangkuman
Jenis Perairan lentik atau perairan menggenang dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk yaitu : Rawa, danau dan Waduk . Menurut SUWIGNYO (1909), suatu
perairan disebut sebagai rawa apabila perairan tersebut dangkal dengan tepi yang
landai serta dipenuhi oleh tumbuhan air. Berdasarkan pada fkultuasi permukaan
airnya, perairan rawa dibagi menjadi rawa darat dan rawa pasang surut. Fluktuasi
permukaan air rawa daraat adalah bersifat tahunan artinya tinggi di musim hujan.
Dan rendah dimusim kemarau, sedangkan fluktuasi permukaan rawa pasang surut
(pasut) bersifat harian karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Pada beberapa perairan (bukan danau) faktor-faktor fisika biasanya adalah


yang mengontrol karakteristik perairan, namun pada danau faktor fisika utama yang
menentukan karakter danau adalah panas. Densitas maksimum air murni dicapai
pada temperature 3,940C ; seluruh air tawar dengan temperature 3,940C, masa air
cenderung menuju kepermukaan, dan hal ini mengakbatkan terjadinya tenaga
pengadukan, yang membuat temperature menjadi uniform (seragam).

2.2. Soal tes formatif


1. Jelaskan perubahan suhu pada setiap peraian lentik
1.3 Umpan balik, atau tindak lanjut
Mengembalikan kembali hasil tes dan memberi penjelasan pada bagian yang
belum dimengerti
1.4 Daftar pustaka
BERAS T.A 2002 .Pengantarlimnologi
Gold man. C.R. and Horne. A.J. 1983 Limnologi

Anda mungkin juga menyukai