Anda di halaman 1dari 82

PENGELOLAAN PAKAN DAN LINGKUNGAN

BUDIDAYA IKAN
Semester II

Oleh
Dr. Ir. Pigoselpi Anas, MSi.

JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
2020
PENGELOLAAN KUALITAS AIR
PARAMETER FISIKA DANBIOLOGI
I. Parameter Fisika dan Dinamikanya
1. Latar Belakang
2. Intensitas cahaya
3. Suhu
4. Kecerahan/kekeruhan
5. Warna air
6. Arus
7. Pasang surut
8. Salinitas
II. Parameter Biologi dan Dinamikanya
9. Plankton
10.Benthos
11.Ganggang
12.Tananan Air
I PARAMETER FISIKA DAN
DINAMIKANYA
1. LATAR BELAKANG
 MENGAPA KUALITAS AIR PERLU DIKELOLA?
 Air merupakan sumber daya alam yang
diperlukan untuk semua makhluk hidup
 Sumber daya air harus dilindungi baik
secara kualitas maupun kuantitas agar tetap
dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup
untuk memenuhi kehidupannya secara
berkelanjutan
 Masalah utama yang dihadapi oleh sumber
daya air saat ini adalah:
a. Kuantitas air tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat
b. Kualitas air semakin menurun
 Oleh karena itu, pengelolaan kualitas air
diperlukan secara saksama agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan
dengan tingkat mutu yang diinginkan.
 Tujuan Pengelolaan Kualitas Air bagi
budidaya perikanan adalah:
1. Membuat biota yang ada dalam
perairan tersebut hidup dengan
nyaman
2. Biota dapat tumbuh dan berkembang
biak dengan baik
3. Menciptakan produktivitas yang tinggi
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air mendefinisikan:
 Air, meliputi semua air yang terdapat di
dalam dan atau berasal dari sumber air
yang terdapat di atas permukaan tanah
 Kualitas Air adalah: sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energy,
atau komponen lain di dalam air
 Kualitas air dinyatakan dengan beberapa
parameter, yaitu parameter fisika,
parameter kimia, dan parameter biologi
 Kualitas lingkungan perairan mempengaruhi
kehidupan biota yang hidup dalam
ekosistem perairan tersebut
 Air merupakan media kehidupan ikan
yang sangat menentukan berhasil tidak
nya suatu usaha budidaya
 Seluruh kehidupan ikan (respirasi,
keseimbangan cairan tubuh, proses
fisiologis, dll) sangat bergantung pada
kondisi air.
 Air yang dapat digunakan sebagai
budidaya ikan harus mempunyai
standar kualitas dan kuantitas yang
sesuai dengan persyaratan hidup ikan
yang optimal
 Jika salah satu parameter melewati
batas toleransi suatu spesies atau nilai
parameter kualitas air menurun sampai
dibawah kebutuhan minimum spesies
tersebut, maka parameter tersebut
menjadi faktor pembatas terhadap
pertumbuhan spesies tersebut (Odum,
1996).
 Parameter-parameter fisika yang paling
berpengaruh dalam budidaya ikan
meliputi: intensitas cahaya, kedalaman
perairan, suhu, kecerahan, kekeruhan,
dan warna air
2. INTENSITAS CAHAYA
 Intensitas cahaya diukur dengan alat
Lux meter, diukur langsung pada
perairan yang ada.
 Waktu pengukuran biasanya pagi,
siang, dan menjelang sore.
 Intensitas cahaya berkaitan erat
dengan suhu perairan, dimana
intensitas cahaya yang masuk ke
dalam suatu perairan akan
menentukan derajat panas (suhu)
 Semakin banyak sinar matahari yang
masuk ke dalam perairan, semakin
tinggi suhu air nya
 Radiasi cahaya bersumber dari radiasi
cahaya matahari. Dalam perjalanan radiasi
cahaya matahari mengalami berbagai
proses: penyerapan, pemantulan, dan
pembiasan oleh berbagai partikel di udara
sehingga cahaya yang mencapai
permukaan bumi hanya 70%
 Panjang gelombang radiasi matahari
berkisar antara 150 nm sd 3.200 nm.
 nm = nanometer
 1 nm = 10-9 m
 Radiasi dengan panjang gelombang 400
nm sampai 700 nm sangat bermanfaat dan
berperan penting dalam proses
fotosintesis oleh fitoplankton
 Cahaya dalam selang 400 nm sampai 700
nm tersebut dinamakan
Photosynthetically Active Radiation (PAR)
atau disebut juga dengan cahaya tampak
yaitu cahaya yang dapat dideteksi oleh
mata manusia
 Radiasi dengan panjang gelombang < 400
nm disebut radiasi ultra violet
 Radiasi dengan panjang gelombang > 700
nm disebut radiasi infra merah
 Semakin panjang spectrum cahaya
semakin panas energy yang
ditimbulkannya.
 Pada saat cahaya menyentuh permukaan
air cahaya diserap oleh molekul air dan
diubah menjadi energy panas terutama
cahaya infra merah.
 Cahaya yang paling berhasil masuk ke
dalam kolom air adalah cahaya biru, ini
lah yang menyebabkan secara umum air
kelihatan bewarna biru terutama di laut
lepas.
 Perairan yang banyak fitoplankton
cenderung bewarna hijau, disebabkan oleh
penyerapan cahaya hijau oleh klorofil
sehingga terlihat warna hijau
 Klorofil menyerap cahaya warna hijau
lebih banyak dibandingkan dengan cahaya
lain
 Cahaya merupakan sumber energy utama
dalam ekosistem perairan, memiliki 2
(dua) fungsi utama yaitu:
1. Memanasi air sehingga terjadi
perubahan suhu dan berat jenis
2. Sumber energy bagi proses fotosintesis
algae dan tumbuhan air
 Cahaya sangat mempengaruhi tingkah
laku organisme perairan, sebagai contoh
perubahan intensitas cahaya
menyebabkan zooplankton melakukan
migrasi vertical.
3. SUHU
 Suhu merupakan salah satu parameter
fisika yang sangat penting dalam proses
kehidupan, terutama proses metabolisme
 Pada umumnya , suhu dinyatakan dengan
satuan derajat Celsius (o C) atau derajat
Fahrenheit ( o F)
 Suhu air yang normal adalah suhu air yang
memungkinkan makhluk hidup dapat
melakukan metabolisme dan berkembang
biak
 Organisme perairan memiliki kisaran suhu
tertentu (batas atas dan bawah) yang
disukai bagi pertumbuhannya
 Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton di perairan adalah 20oC – 30oC
 Algae dari filum Chlorophyta tumbuh
dengan baik pada kisaran suhu 30oC –
35oC
 Diatom akan tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu 20oC - 30oC
 Secara vertikal, suhu air akan
menurun dengan bertambahnya
kedalaman perairan
 Semakin masuk menembus
kedalaman, panas akan diserap dan
dipantulkan oleh partikel- partikel
sehingga makin ke dalam panas yang
tersisa akan semakin sedikit
 Proses penyerapan cahaya ini lebih
intensif pada lapisan atas sehingga
lapisan atas perairan suhu nya lebih
panas dari pada lapisan bawah
 Kondisi ini menyebabkan terjadinya
stratifikasi panas pada kolom air
 Stratifikasi kolom air berdasarkan perbedaan
suhu (Boyd, 1988)
1. Lapisan Epilimnion, pada kedalaman 0 – 1
m, penurunan suhu dari 32oC menjadi
28oC
2. Lapisan Termoklin, pada kedalaman 1 –
1,5 m, penurunan suhu pada lapisan ini
cukup tajam dari 28oC menjadi 21oC
3. Lapisan Hipolimnion, pada kedalaman
>1,5 m, perbedaan suhu sangat kecil dari
21oC menjadi 20oC bahkan hampir
konstan
 Suhu perairan akan mempengaruhi proses
fisika maupun kimia yang terjadi di dalam
perairan seperti: kelarutan oksigen,
kekeruhan, komposisi substrat, dan
kecepatan reaksi kimia di dalam air
 Peningkatan suhu mengakibatkan:
1. Peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi.
2. Peningkatan kecepatan metabolisma
dan respirasi organisme air, yang
mengakibatkan komsumsi oksigen juga
meningkat
3. Penurunan kelarutan gas dalam air (O2,
CO2, N2, CH 4 ,dll)
4. Peningkatan dekomposisi bahan organic
oleh mikroba
 Peningkatan suhu perairan sebesar 10o C
menyebabkan peningkatan konsumsi
Oksigen oleh organisme perairan sekitar 2 –
3 kali lipat sehingga keberadaan kadar
Oksigen dalam perairan menurun
4. KECERAHAN DAN KEKERUHAN
 Kecerahan air merupakan ukuran
kejernihan atau transparansi suatu
perairan, semakin tinggi nilai
kecerahan perairan semakin dalam
cahaya menembus ke dalam air
 Kecerahan suatu perairan dapat
ditentukan secara visual dengan
menggunakan Secchi disk, nilainya
dalam satuan meter ( m )
 Faktor-factor yang mempengaruhi
kecerahan: partikel-partikel terlarut,
intensitas cahaya matahari, cuaca,
waktu pengukuran, kekeruhan
 Kekeruhan merupakan banyaknya zat
yang tersuspensi pada suatu perairan
 Kekeruhan menyebabkan terhalangnya
cahaya matahari menembus air sehingga
dapat menghambat pertumbuhan ikan
budidaya di dalam air
 Semakin banyak zat yang tersuspensi
atau partikel-partikel terlarut dalam air
maka kekeruhan akan meningkat dan
kecerahan menurun
 Kekeruhan yang tinggi dapat
mengakibatkan terganggunya system
pernafasan (respirasi) serta menghambat
penetrasi cahaya ke dalam air
5. WARNA AIR
 Warna pada perairan dapat menghambat
penetrasi cahaya ke dalam air
 Air bewarna karena proses alami yang
berasal dari proses biologis (humus,
gambut, dll), maupun non biologis
(senyawa kimia yang mengandung unsur
Fe, Ni, Co , Mn, dll)
 Perubahan warna air juga dapat
disebabkan oleh aktivitas manusia yang
menghasilkan limbah bewarna
 Semakin tinggi tingkat pewarnaan suatu
perairan dapat menghambat proses
fotosintesa serta mengganggu kehidupan
biota perairan terutama fitoplankton
 Warna air berdasarkan zat penyebabnya
dapat dibedakan menjadi:
a. Warna sejati,
 Disebabkan adanya zat-zat organik
dalam bentuk koloid,
 Warna ini tidak akan berubah
walaupun disaring dan
disentrifugasi.
 Tidak dipengaruhi oleh kekeruhan.
 Contoh warna sejati adalah warna
air akibat adanya asam humus,
plankton atau tanaman air yang
mati
b. Warna semu,
 Disebabkan oleh adanya partikel-
partikel tersuspensi dalam air.
 Warna ini akan mengalami
perubahan setelah disaring atau
disentrifugasi serta dapat
mengalami pengendapan.
 Warna semu akan semakin pekat
bila kekeruhan meningkat.
6. ARUS
 Arus air merupakan pergerakan massa
air dari suatu tempat ke tempat lain,
baik secara vertikal maupun horizontal
dari air lapisan bawah ke lapisan atas
atau sebalik nya.
 Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya arus adalah:
1. Tiupan angin
2. Perbedaan tinggi permukaan air
(pasang surut)
3. Perbedaan suhu
4. Perbedaan kadar garam
 Arus sangat mempengaruhi penyebaran
atau keberadaan ikan di perairan, arus
dapat mengalihkan telur-telur dan anak-
anak ikan pelagis dan daerah pemijahan
ke daerah pembesaran dan ketempat
mencari makan
 Ikan bereaksi secara langsung terhadap
arus, dimana pergerakan ikan selalu
mengarah menuju arus
 Daerah penangkapan ikan (fishing
ground) yang paling baik biasanya
terletak pada daerah batas antara dua
arus atau daerah upwelling

 DISKUSIKAN ALASANNYA, MENGAPA?


 Upwelling adalah penaikan massa air
dari lapisan bawah ke lapisan permukaan.
 Gerakan naik ini membawa serta air yang
suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan
kaya zat-zat hara (fosfat, nitrat)
 Ciri-ciri perairan upwelling suhu
permukaan dibawah 28oC dan kandungan
klorofil 0,8 – 2,0 mg
 Proses Upwelling dapat terjadi pada
waktu arus dalam (deep current) bertemu
dengan rintangan dimana arus tersebut
dibelokkan ke atas dan selanjutnya air
mengalir deras ke permukaan
 Upwelling di suatu perairan dapat
meningkatkan produksi perikanan
disebabkan karena ketersediaan
makanan yang cukup untuk larva, ikan
kecil dan besar
 Berdasar kan beberapa hasil penelitian
Upwelling di Indonesia terjadi
diantaranya di Samudera Hindia,
Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat,
Sumatera, Kepulauan Maluku, Selat
Makasar, Laut Banda, dll
 Jenis arus laut dapat dibedakan
berdasarkan temperature dan
berdasarkan letak
1. Berdasarkan Temperatur:
a. Arus panas, yaitu pergerakan massa
air yang panas ke massa air yang
temperaturnya lebih rendah (dingin)
b. Arus dingin, yaitu pergerakan massa
air yang lebih dingin ke massa air
yang panas
2. Berdasarkan Letak:
a. Arus atas (permukaan), yaitu arus
yang bergerak berada di permukaan.
Contoh Arus yang disebabkan oleh
angina
b. Arus bawah, yaitu pergerakan air
sebagai arus berada di dasar
perairan

 Jika pergerakan arusnya berubah ke


arah vertikal (ke atas), arus ini
menjadi Up-welling
c. Long Shore Current, merupakan arah
aliran arus yang sejajar dengan garis
pantai
d. Rip Current, adalah arus yang arah
gerakannya tegak lurus dengan garis
pantai.
 Arus ini berada di pantai berpasir
halus dan bergelombang agak besar
dan bisa menyeret pasir dan orang
yang berada di daerah tersebut ke arah
yang lebih dalam. Contoh: Pantai
Parangtritis di Yogyakarta memiliki
kecepatan arus 80km/jam.
7. PASANG SURUT (PASUT)
 Pasang surut merupakan fenomena yang
terjadi karena adanya pergerakan naik
turunnya posisi permukaan perairan secara
berkala yang disebabkan oleh gaya gravitasi
bulan dan matahari.
 Pasang adalah keadaan ketika air laut naik
dan Surut adalah keadaan dimana permukaan
air laut turun
 Gaya gravitasi bulan 2x lebih besar dari gaya
tarik matahari dalam membangkitkan pasut
karena jarak bulan ke bumi lebih dekat dari
pada jarak matahari ke bumi
 Karena gratifikasi bulan, lautan akan tertarik
sehingga menimbulkan air pasang dan ketika
jarak bumi dan bulan menjauh, gaya gravitasi
bulan menurun mengakibatkan laut surut
 Pasang besar terjadi saat bulan dan matahari
menghasilkan gaya Tarik (gaya gravitasi)
yang segaris. Hal ini terjadi saat bulan
purnama dan bulan baru
 Faktor-faktor penyebab terjadi Pasang Surut
Air Laut:
1. Rotasi bumi pada sumbunya
2. Revolusi bulan terhadap matahari
3. Revolusi bumi terhadap matahari
4. Topograsi dasar laut
5. Kedalaman dan luas perairan
 Pasang laut menyebabkan perubahan
kedalaman perairan dan mengakibatkan
arus pusaran yang dikenal dengan arus
pasang
 Periode pasang laut adalah waktu antara
puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikut
nya
 Panjang periode pasang surut bervariasi
antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50
menit
 Manfaat Pasang Surut
1. Sumber penghasil tenaga listrik
2. Tenaga penggerak
8. SALINITAS
 Salinitas didefinisikan sebagai jumlah garam
atau konsentrasi total ion yang terdapat di
perairan, dalam satuan g/kg atau promil
(o/oo), ppt
 Salinitas merupakan salah satu parameter
fisika yang mempengaruhi proses biologi dan
secara langsung akan mempengaruhi laju
pertumbuhan, jumlah makanan, nilai
konversi makanan, kelangsungan hidup ikan
 Nilai salinitas:
a. Perairan tawar kurang dari 0,5 o/oo
(promil)
b. Perairan payau antara 0,5 – 30 o/oo
c. Perairan laut 30 – 40 o/oo
d. Perairan hypersaline 40 – 80 o/oo
 Pada perairan pesisir (Estuaria) salinitas
sangat dipengaruhi oleh pasang dan surut
 Faktor-faktor yang mempengaruhi
salinitas:
a. Penguapan, makin besar tingkat
penguapan maka salinitas makin
tinggi dan sebalik nya. Daerah yang
tingkat penguapannya tinggi maka
kadar garamnya juga tinggi Contoh di
Madura.
b. Curah hujan, curah hujan tinggi
menyebabkan salinitas rendah
c. Aliran air sungai, jika perairan yang
banyak mengalir air sungai maka
salinitas akan rendah.
 Perbedaan salinitas menyebabkan
terjadinya Osmosis
 Osmosis adalah perpindahan air melalui
membrane semipermiabel (kulit dan
membrane sel) dari daerah yang
konsentrasi zat terlarut nya rendah ke
arah yang konsentrasi zat terlarut nya
lebih tinggi.
 Untuk menjaga keseimbangan air dan zat-
zat terlarut pada sel-sel ikan dengan
lingkungannya maka ikan mengadakan
proses osmoregulasi.
 Organ yang berperan pada proses
osmoregulasi adalah insang dan ginjal
 Berdasarkan kemampuan ikan
menyesuaikan diri dengan salinitas dapat
digolongkan menjadi:
a. Stenohaline, ikan yang mempunyai
toleransi kecil terhadap perubahan
salinitas. Contoh udang laut tidak
dapat bertahan hiduppada perubahan
salinitas yang ekstrim
b. Euryhaline, ikan yang mempunyai
daya toleransi yang besar terhadap
salinitas. Contoh ikan Salmon yang
bermigrasi dan beradaptasi sekaligus
dengan air laut dan air tawar
TERIMA KASIH
PARAMETER BIOLOGI DAN
II DINAMIKANYA
LATAR BELAKANG
 Pengelolaan kualitas air adalah cara kita
mengatur kondisi lingkungan pada kisaran
yang dapat meningkatkan pertumbuhan
atau produksi ikan
 Dari segi biologi, air merupakan media yang
baik untuk kegiatan biologis dalam
pembentukan dan penguraian bahan - bahan
organik
 Kualitas air dapat dikatakan baik apabila air
tersebut memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi
 Parameter biologi perairan sangat perlu
dipahami oleh pembudidaya karena sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan biota.
 Lingkungan perairan selalu berubah atau
dinamik, perubahan yang terjadi
mempunyai pengaruh terhadap
perubahan intensitas faktor-faktor
lingkungan
 Perubahan yang terjadi bisa berdampak
baik bagi kehidupan suatu organisme
sebaliknya bisa berdampak buruk bagi
suatu organisme lainnya.
 Karena dinamika (perubahan)
lingkungan yang terus menerus maka
organisme yang ada juga akan berubah
 Ada 4 (empat) komponen dalam suatu
ekosistem air yaitu:
1. Komponen abiotik: senyawa-senyawa
bahan dasar pembentuk senyawa organik.
2. Komponen produsen (autotrof):
organisme hidup yang dapat mengubah
unsur anorganik menjadi unsur organik
melalui proses fotosintesa
3. Komponen konsumer (heterotrof):
organisme yang bersifat heterotroph
4. Komponen decomposer: organisme yang
tidak mempunyai zat hijau daun dan
mempergunakan energy dari senyawa
organik yang sedang terurai
 Parameter biologi yang paling banyak
berpengaruh dalam pengelolaan kualitas
air adalah: Plankton, Benthos, Alga,
Tanaman Air
 Sifat biologi air yang banyak berpengaruh
dalam penentuan lokasi budidaya ikan
atau biota lain adalah Produktivitas
primer, karena berperan sebagai pakan
alami dan penyedia oksigen terlarut dalam
air
 Produktivitas Primer adalah: laju
pembentukan senyawa-senyawa organik
yang kaya energi dari senyawa-senyawa
anorganik oleh produsen (autotrof)
I. PLANKTON

 Plankkton adalah biota (jasad renik) baik


hewan maupun tumbuhan yang hidup
mengapung atau melayang di dalam
perairan, bergerak sangat lemah
mengikuti arus.
 Plankton merupakan jasad renik yang
sangat beraneka ragam dan terpadat
dalam suatu perairan
 Ukuran plankton sangat beragam mulai
dari nannoplankton, mikroplankton,
sampai makroplankton dan
megaplankton.
 Pengelompokan Plankton Berdasarkan
Ukurannya:
1. Nannoplankton : (2,0 - 20 um)
2. Mikroplankton : (20 - 200 um)
3. Mesoplankton : (0,2 - 2,0 mm)
4. Makroplankton : (2,0 - 20 mm)
5. Megaplankton : ( 20 - 200 mm)
Catatan: u = mikron (1 um = 0,001 mm)
 Meskipun berukuran relatif sagat kecil,
plankton memiliki peranan ekologis
sangat penting dalam menunjang
kehidupan di perairan.
 Kehidupan di perairan dimulai berkat
fitoplankton yang dapat memprouksi
bahan organik melalui proses fotosintesa.
 Namun demikian plankton juga dapat
menimbulkan dampak negatif bagi biota
yang hidup di perairan tersebut dengan
adanya fenomena “red tide” (warna air
merah kecoklatan)
 Klasifikasi plankton menurut cara
memperoleh makanan dibedakan
menjadi:
a. Fitoplankton (plankton nabati)
b. Zooplankton (plankton hewani)
1. Fitoplankton:
 Mempunyai klorofil yang dapat
membuat makanan sendiri (autotrof)
melalui proses fotosintesa merubah
bahan anorganik menjadi organik
 Hidup pada lapisan perairan yang
masih terdapat sinar matahari
 Ada 4 jenis kelompok utama fitoplankton
yang hidup di ekosistem perairan laut:
1. Diatom,
2. Dinoflagelata,
3. Coccolithophorids,
4. Beberapa jenis flagelata lainnya.
 Kelompok fitoplankton yang hidup di
ekosistem perairan tawar (danau, waduk,
sungai, dan kolam) terdiri dari:
1. Fitoplankton hijau (green algae)
2. Fitoplankton hijau-biru (blue-green
algae).
2. Zooplankton:
 Dapat hidup pada lapisan perairan yang
tidak tembus cahaya matahari (bersifat
fototaksis negatif)
 Merupakan konsumen primer (memakan
fitoplankton)
 Terdapat didasar perairan pada siang
hari dan dipermukaan pada malam hari
 Bersifat heterotrofik, artinya tidak dapat
menghasilkan makanan sendiri, namun
untuk hidupnya membutuhkan materi
organik dari organisme lainnya,
khususnya fitoplankton.
 Perbedaan Utama Antara Fitoplankton Dan
Zooplankton:
1. Fitoplankton:
 Ukuran lebih kecil
 Gerakan pasif mengikuti arus
 Sebagian besar bersifat autotrof
2. Zooplankton:
 Ukuran lebih besar
 Dapat berenang dan bermigrasi >100
m
 Semua zooplankton bersifat
heterotrof
 Berdasarkan siklus hidupnya plankton bibedakan
menjadi:
(1) Holoplankton
(2) Meroplankton
1) Holoplankton
 Holoplankton adalah: kumpulan organisme
akuatik yang seluruh daur hidupnya sebagai
plankton (bersifat planktonik).
 Holoplankton sering disebut sebagai plankton
tetap. Contoh Holoplankton diantaranya
adalah: Protozoa, Foraminifera, Ctenopora,
Ubur-ubur, Sifonopora, Copepoda , dll.
2) Meroplankton
 Meroplankton diartikan sebagai organisme yang
sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonis
dan selanjutnya mengalami perubahan
(metamorfosis) menjadi nekton atau benthos.
 Meroplankton pada fase awal berupa telur
hingga larva hidup melayang sebagai plankton,
memasuki fase dewasa berubah secara bertahap
menjadi nekton yang bisa berenang bebas (ikan)
atau sebagai benthos hidup didasar perairan
(kerang).
 Meroplankton sering juga disebut sebagai plankton
sementara.
FUNGSI DAN PERANAN PLANKTON
 Ada 3 aspek penting dari plankton
yang perlu dipelajari untuk
keberhasilan usaha perikanan
budidaya (aquaculture) yaitu:
1. Plankton sebagai pakan alami
2. Plankton sebagai indikator kualitas
perairan
3. Plankton sebagai ‘racun’ atau
pencemar perairan yang
menghambat pertumbuhan atau
mematikan organisme budidaya.
1. PLANKTON SEBAGAI PAKAN ALAMI
 Kehidupan di perairan dimulai berkat adanya
fitoplankton yang dapat memproduksi bahan
organik melalui proses fotosintesa (autotrof).
 Fitoplankton merupakan produsen primer karena
kehidupan dimulai oleh fitoplankton.
 Kehidupan ini berlanjut ke tingkat kehidupan yang
lebih tinggi yaitu Zooplankton sampai pada ikan-
ikan yang berukuran besar,
 Tingkatan terakhir sampai pada manusia yang
memanfaatkan ikan sebagai bahan makanan.
 Plankton merupakan sumber makanan alami bagi
ikan, artinya semakin tinggi kelimpahan plankton
pada suatu perairan berarti sumber makanan
alami ikan akan semakin banyak. Perairan tersebut
dikatakan subur.
 Pada perairan yang memiliki tingkat kelimpahan
plankton tinggi sering ditemukan banyak ikan.
 Sebagai contoh di perairan yang mengalami
“upwelling” (pembalikan masa air) banyak
ikannya.
 Plankton di tambak dimanfaatkan oleh udang
sebagai pakan alami.
 Beberapa jenis Zooplankton dapat dikonsumsi
oleh manusia sebagai bahan makanan yag
banyak megandung berbagai jenis asam amino
esensial, mineral, vitamin, serta lemak , dan
karbohidrat.
 Ada sekitar 20 jenis Zooplankton yang dapat
digunakan untuk berbagai macam
pemanfaatan secara komersial.
 Ketersediaan plankton dalam perairan tambak
sangat membantu pertumbuhan benur.
 Pertumbuhan benur jauh lebih baik pada tambak
yang konsentrasi planktonnya sangat tinggi.
 Konsentrasi plankton dalam suatu perairan dapat
diketahui (diukur) secara visual dengan melihat
warna air, atau dengan mengukur kecerahan
perairan menggunakan Secci disk (piring secci).
 Konsentrasi plankton yang baik untuk tambak
udang sekitar 104 – 106 sel/mili liter atau kecerahan
sekitar 30 – 40 cm.
 Kelebihan plankton sebagai pakan alami
diantaranya:
1. Berukuran kecil, sehingga dapat disesuaikan
dengan ukuran bukaan mulut larva
2. Mengandung enzim-enzim pencernaan yang
memudahkan larva dalam mencerna
makanannya
3. Memiliki warna yang menarik perhatian larva
4. Memiliki gerakan lambat, memudahkan larva
untuk menangkapnya
5. Dapat dibudidayakan secara intensif
2. PLANKTON SEBAGAI INDIKATOR
KUALITAS PERAIRAN
 Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh
konsentrasi populasi plankton dan bahan padatan
tersuspensi.
 Semakin tinggi populasi plankton dan konsentrasi
padatan tersuspensi dalam suatu perairan  akan
semakin tinggi kekeruhannya atau semakin rendah
kecerahannya
 Kekeruhan yang diinginkan dalam budidaya udang
adalah kekeruhan yang diakibatkan oleh
keberadaan fitoplankton dalam air, bukan padatan
tersuspensi.
 Indeks Keanekagaman Hayati ( H ) yang
dikemukakan oleh Shanon and Winer nilainya
berkisar antara 0 – 3.
 Jika dikaitkan degan kualitas perairan maka
semakin tinggi nilai Indeks Keragaman Hayati
maka semakin tidak tercemar perairan tersebut.
 Dengan kata lain jika tingkat keragaman hayatinya
tinggi , maka perairan tersebut subur atau tidak
tercemar (Shanon and Winer).
Tabel 1. Hubungan Antara Indeks Keanekaragaman
Hayati Dengan Tingkat Keragaman Spesies

Nilai Tingkat keragaman


H spesies
<1 Sangat rendah

1–3 Rendah – sedang

>3 Baik

Sumber : Wilhm and Dorris (1958)


Tabel 2. Hubungan Antara Indeks Keanekaragaman
Hayati Dengan Tingkat Pencemaran Perairan

Nilai Tingkat pencemaran


H perairan
<1 Tercemar berat

1–3 Tercemar sedang

>3 Tidak tercemar

Sumber : Wilhm and Dorris (1958)


 Dari Tabel:1 dan Tabel: 2 dapat dijelaskan bahwa:
1. Nilai H < 1, menunjukkan keragaman spesies
(jenis) yang dapat hidup dalam perairan tersebut
sangat rendah artinya hanya spesies tertentu
yang bisa bertahan hidup pada perairan trsebut,
ini menunjukkan perairan tersebut Tercemar
berat.
2. Sebaliknya nilai H > 3, menunjukkan keragaman
spesies yang hidup di perairan tersebut tinggi,
artinya sangat banyak ragam spesies yang bisa
hidup di perairan tersebut, ini menunjukkan
perairan tersebut tidak tercemar.
3. PLANKTON SEBAGAI RACUN/PENCEMAR PERAIRAN
 Plankton dapat dijadikan sebagai indikator tingkat
kesuburan perairan.
 Namun demikian kelimpahan plankton khususnya
fitoplankton yang berlebihan dapat menimbulkan
dampak negatif atau racun bagi biota yang hidup di
perairan tersebut.
 Plankton dari golongan Cyanophyceae yang tidak
baik untuk udang di tambak antara lain adalah:
Anabaena dan Microcystis.
 Kasus-kasus kematian ikan yang terjadi di berbgai
perairan sering dikaitkan dengan adanya fenomena
“red tide”
 Peristiwa red tide yang tidak dikehendaki ini, sangat
terkait dengan perubahan parameter lingkungan.
 Fenomena red tide dapat menimbulkan spesies
plankton yang menghasilkn racun (Sazatoxin) yang
merupakan penyebab kematian masal biota laut.
 Spesies red tide ini memiliki ciri khas dalam
tubuhnya mengandung klorofil dan menghasilkan
racun ketika berfotosintesis.
 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA RED TIDE
1. Pertumbuhan fitoplankton sangat luar biasa
(blooming) terutama jenis yang tidak
dikehendaki seperti Gymnodinium, Alexandrium,
Heterosigma,
2. Suhu permukaan laut yang hangat
3. Adanya “upwelling” yang mengangkat unsur
hara kepermukaan sehingga perairan menjadi
subur
4. Salinitas rendah karena adanya hujan lebat dan
masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar.
 DAMPAK RED TIDE TERHADAP LINGKUNGAN
LAUT DAN PERAIRAN
1. Kualitas perairan menurun sehingga dapat
mengganggu kehidupan ikan, invertebrata dan
organisme lainnya serta gangguan tehadap
kesehatan manusia.
2. Kematian massal sumber daya ikan sehingga
menurunkan hasil tangkapan dan pendapatan
masyarakat.
 Pengelolaan Parameter Biologi dilakukan
dengan cara:
a. Pengangkatan Lumpur: Lumpur dalam
perairan menyebabkan pendangkalan,
kekeruhan meningkat, kandungan
oksigen terlarut berkurang, dan
endapan bangkai organisme mati
meningkat
b. Pengeringan dan penjemuran dasar
kolam: bertujuan untuk mengoksidasi
bahan organik yang ada pada dasar
kolam menjadi hara, membunuh
bakteri pathogen, dan telur atau benih
hama
c. Pengapuran: bertujuan untuk
meningkatkan pH tanah sehingga bakteri
pathogen dan organisme hama akan mati,
dan meningkatkan kesuburan tanah
 pH < 4,5 = Perairan asam
 pH 6,5 – 9,5 = Perairan sedang
 pH > 9,5 = Perairan basa
d. Pemupukan: bertujuan untuk
meningkatkan kandungan hara bagi
kebutuhan fitoplankton untuk
fotosintesis. Jika fitoplankton meningkat
maka zooplankton meningkat sehingga
ketersediaan pakan alami di perairan juga
meningkat
II. BENTOS
 Bentos merupakan organisme air yang mendiami
dasar perairan (substrat) dan tinggal di dalam
atau pada sedimen dasar perairan berupa pasir,
lumpur, batuan atau patahan karang yang sudah
mati.
 Sama seperti plankton keberadaan bentos juga
dapat dijadikan sebagai bioindikator (indikator
biologi) perairan.
 Perairan yang tercemar akan mempengaruhi
kelangsungan hidup organisme perairan
diantaranya makrozoobentos
 Keberadaan makrozoobentos dapat
menentukan tingkat pencemaran suatu
perairan:
a. Perairan yang tidak tercemar dicirikan
dengan adanya beberapa jenis
makrozoobentos yang terdapat dalam
perairan tersebut seperti: Trichoptera dan
Planaria
b. Perairan yang sangat tercemar tidak terdapat
makrozoobentos, tetapi akan ditemui bakteri
(Sphaerotilus) yang sangat toleran terhadap
limbah organik yang ada di permukaan
 Beberapa persyaratan organisme air yang dapat
digunakan sebagai indikator biologi untuk menduga
tingkat pencemaran perairan:
a. Hidup relative menetap
b. Jangka hidup panjang
c. Mempunyai toleransi yang spesifik terhadap
lingkungan
1. Berdasarkan sifat hidupnya bentos dikelompokkan:
 Fitobentos= organisme bentos yang bersifat tumbuhan
 Zoobentos= organisme bentos yang bersifat hewan
 Keberadaan bentos di suatu perairan dipengaruhi oleh
berbagai bahan organik baik lingkungan biotik maupun
abiotik
2. Faktor-faktor organik yang berpengaruh terhadap
keberadaan bentos:
 Produsen (biotik) : sebagai sumber makanan bagi
bentos
 Abiotik : suhu, oksigen terlarut (DO), kebutuhan
oksigen biologi (BOD), Kebutuhan oksigen kimia
(COD), Nitrogen, kedalaman air, substrat dasar
3. Berdasarkan Ukuran bentos dikelompokkan:
 Mikrobentos < 0,1 mm, contoh: bakteri, diatom,
amoeba, dll
 Meiobentos 0,1 mm – 1 mm, contoh: polychaeta,
pelecypoda, turbellaria, feraminifora
 Makrobentos > 1 mm, contoh: cacing, anthozoa,
Echinodermata, sponge, dll
4. Berdasarkan keberadaan bentos di perairan:
 Epifauna = bentos yang hidup melekat pada
permukaan dasar perairan
 Infauna = hidup pada dasar perairan
5. Berdasarkan pergerakannya bentos
dikelompokkan:
 Sesil = hidup menetap
 Motile = hidup ber pindah-pindah
III. GANGGANG (ALGAE)
 Ganggang mengandung klorofil, tetapi tidak
memiliki batang, akar, dan daun sejati seperti
yang dimiliki tumbuhan pada umumnya
 Kebanyakan ganggang bersifat autotrophic
(dapat membuat makanan sendiri) dengan
melakukan fotosintesis
 Terdapat beberapa jenis ganggang seperti:
a. Ganggang hijau
b. Ganggang biru hijau
c. Ganggang merah
d. Ganggang cokelat, dll
 Dari semua jenis ganggang, ganggang hijau
merupakan kelompok besar yang terdiri dari
organisme uniseluler dan multiseluler
 Sebagian besar ganggang hijau memiliki kloroplas
 Kloroplas tersebut mengandung pigmen klorofil “ a
“ dan “ b “ yang memberikan warna hijau terang
pada ganggang
 Banyak spesies ganggang hijau memiliki flagella
yang digunakan untuk bergerak, namun beberapa
spesies ganggang hijau tidak bergerak karena tidak
memiliki flagella
 Contoh ganggang hijau yang paling terkenal adalah
Volvox, volvox membentuk koloni bola dan setiap
sel dari koloni memiliki dua flagella untuk bergerak
 Ganggang (Algae) bisa menyebabkan masalah bagi
perairan terutama pada kolam ketika permukaan kolam
dipenuhi oleh hamparan ganggang
 Ada dua jenis ganggang yang terdapat pada kolam
yaitu: ganggang plankton dan ganggang berbentuk
filamen yang berbentuk seperti untaian rambut dan
bisa mengumpul seperti lapisan karpet bewarna hijau
di permukaan kolam
 Dalam jumlah kecil kedua ganggang tersebut
bermanfaat bagi lingkungan kolam, tapi akan
menimbulkan masalah jika tumbuh tak terkendali
 Oleh sebab itu sangat penting mengontrol
pertumbuhan ganggang di kolam untuk menjaga
habitat tetap sehat
 Pertumbuhan ganggang sangat tergantung pada sinar
matahari, nutrisi (fosfat dan nitrat), serta pH air yang
tinggi (Basa)
 Laju pertumbuhan ganggang lebih cepat terjadi pada
musim kemarau ketika terdapat cukup sinar matahari
untuk fotosintesis
IV. TANAMAN AIR
 Tanaman air adalah: Tumbuhan yang sebagian
atau seluruh daur hidupnya berada di air, terdiri
dari kumpulan berbagai golongan tumbuhan,
lumut, paku-pakuan, spermatophyta dan telah
beradaptasi dengn lingkungan perairan.
 Tanaman air berdasarkan cara hidupnya
dikelompokkan menjadi:
a. Tanaman air jenis timbul
b. Tanaman air jenis terapung
c. Tanaman air jenis melayang
 Dampak positif tanaman air bagi kualitas air:
1. Menurunkan temperature air
2. Pembersih dan penjernih air
3. Meningkatkan Oksigen pada siang hari
4. Memperkaya unsur hara
5. Memiliki nilai estetika dan nilai ekonomis
 Tanaman air dapat berfungsi untuk menyerap
kelebihan nutrisi (fosfat dan nitrat) untuk
mengendalikan pertumbuhan ganggang .
 Contoh tanaman air yang dapat digunakan adalah :
lili, selada air, atau eceng gondok
 Dampak negatif tanaman air bagi kualitas air:
1. Penguapan air lebih besar terutama oleh
tanaman yang mengapung
2. Pendangkalan akibat tanaman air yang mati
dan tenggelam ke dasar perairan
3. Penurunan O2 terlarut karena respirasi
tanaman pada malam hari
4. Menimbulkan gas CO2 yang bersifat racun dan
menurunkan pH air

Anda mungkin juga menyukai