0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan82 halaman
Dokumen tersebut membahas parameter fisika dan biologi yang mempengaruhi kualitas air untuk budidaya ikan, termasuk intensitas cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, dan warna air. Parameter-parameter tersebut berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan dan keseimbangan ekosistem perairan.
Dokumen tersebut membahas parameter fisika dan biologi yang mempengaruhi kualitas air untuk budidaya ikan, termasuk intensitas cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, dan warna air. Parameter-parameter tersebut berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan dan keseimbangan ekosistem perairan.
Dokumen tersebut membahas parameter fisika dan biologi yang mempengaruhi kualitas air untuk budidaya ikan, termasuk intensitas cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, dan warna air. Parameter-parameter tersebut berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ikan dan keseimbangan ekosistem perairan.
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN 2020 PENGELOLAAN KUALITAS AIR PARAMETER FISIKA DANBIOLOGI I. Parameter Fisika dan Dinamikanya 1. Latar Belakang 2. Intensitas cahaya 3. Suhu 4. Kecerahan/kekeruhan 5. Warna air 6. Arus 7. Pasang surut 8. Salinitas II. Parameter Biologi dan Dinamikanya 9. Plankton 10.Benthos 11.Ganggang 12.Tananan Air I PARAMETER FISIKA DAN DINAMIKANYA 1. LATAR BELAKANG MENGAPA KUALITAS AIR PERLU DIKELOLA? Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk semua makhluk hidup Sumber daya air harus dilindungi baik secara kualitas maupun kuantitas agar tetap dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kehidupannya secara berkelanjutan Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air saat ini adalah: a. Kuantitas air tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat b. Kualitas air semakin menurun Oleh karena itu, pengelolaan kualitas air diperlukan secara saksama agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Tujuan Pengelolaan Kualitas Air bagi budidaya perikanan adalah: 1. Membuat biota yang ada dalam perairan tersebut hidup dengan nyaman 2. Biota dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik 3. Menciptakan produktivitas yang tinggi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan: Air, meliputi semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah Kualitas Air adalah: sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energy, atau komponen lain di dalam air Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologi Kualitas lingkungan perairan mempengaruhi kehidupan biota yang hidup dalam ekosistem perairan tersebut Air merupakan media kehidupan ikan yang sangat menentukan berhasil tidak nya suatu usaha budidaya Seluruh kehidupan ikan (respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis, dll) sangat bergantung pada kondisi air. Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus mempunyai standar kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan yang optimal Jika salah satu parameter melewati batas toleransi suatu spesies atau nilai parameter kualitas air menurun sampai dibawah kebutuhan minimum spesies tersebut, maka parameter tersebut menjadi faktor pembatas terhadap pertumbuhan spesies tersebut (Odum, 1996). Parameter-parameter fisika yang paling berpengaruh dalam budidaya ikan meliputi: intensitas cahaya, kedalaman perairan, suhu, kecerahan, kekeruhan, dan warna air 2. INTENSITAS CAHAYA Intensitas cahaya diukur dengan alat Lux meter, diukur langsung pada perairan yang ada. Waktu pengukuran biasanya pagi, siang, dan menjelang sore. Intensitas cahaya berkaitan erat dengan suhu perairan, dimana intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan akan menentukan derajat panas (suhu) Semakin banyak sinar matahari yang masuk ke dalam perairan, semakin tinggi suhu air nya Radiasi cahaya bersumber dari radiasi cahaya matahari. Dalam perjalanan radiasi cahaya matahari mengalami berbagai proses: penyerapan, pemantulan, dan pembiasan oleh berbagai partikel di udara sehingga cahaya yang mencapai permukaan bumi hanya 70% Panjang gelombang radiasi matahari berkisar antara 150 nm sd 3.200 nm. nm = nanometer 1 nm = 10-9 m Radiasi dengan panjang gelombang 400 nm sampai 700 nm sangat bermanfaat dan berperan penting dalam proses fotosintesis oleh fitoplankton Cahaya dalam selang 400 nm sampai 700 nm tersebut dinamakan Photosynthetically Active Radiation (PAR) atau disebut juga dengan cahaya tampak yaitu cahaya yang dapat dideteksi oleh mata manusia Radiasi dengan panjang gelombang < 400 nm disebut radiasi ultra violet Radiasi dengan panjang gelombang > 700 nm disebut radiasi infra merah Semakin panjang spectrum cahaya semakin panas energy yang ditimbulkannya. Pada saat cahaya menyentuh permukaan air cahaya diserap oleh molekul air dan diubah menjadi energy panas terutama cahaya infra merah. Cahaya yang paling berhasil masuk ke dalam kolom air adalah cahaya biru, ini lah yang menyebabkan secara umum air kelihatan bewarna biru terutama di laut lepas. Perairan yang banyak fitoplankton cenderung bewarna hijau, disebabkan oleh penyerapan cahaya hijau oleh klorofil sehingga terlihat warna hijau Klorofil menyerap cahaya warna hijau lebih banyak dibandingkan dengan cahaya lain Cahaya merupakan sumber energy utama dalam ekosistem perairan, memiliki 2 (dua) fungsi utama yaitu: 1. Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis 2. Sumber energy bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air Cahaya sangat mempengaruhi tingkah laku organisme perairan, sebagai contoh perubahan intensitas cahaya menyebabkan zooplankton melakukan migrasi vertical. 3. SUHU Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang sangat penting dalam proses kehidupan, terutama proses metabolisme Pada umumnya , suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celsius (o C) atau derajat Fahrenheit ( o F) Suhu air yang normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak Organisme perairan memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20oC – 30oC Algae dari filum Chlorophyta tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 30oC – 35oC Diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20oC - 30oC Secara vertikal, suhu air akan menurun dengan bertambahnya kedalaman perairan Semakin masuk menembus kedalaman, panas akan diserap dan dipantulkan oleh partikel- partikel sehingga makin ke dalam panas yang tersisa akan semakin sedikit Proses penyerapan cahaya ini lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan suhu nya lebih panas dari pada lapisan bawah Kondisi ini menyebabkan terjadinya stratifikasi panas pada kolom air Stratifikasi kolom air berdasarkan perbedaan suhu (Boyd, 1988) 1. Lapisan Epilimnion, pada kedalaman 0 – 1 m, penurunan suhu dari 32oC menjadi 28oC 2. Lapisan Termoklin, pada kedalaman 1 – 1,5 m, penurunan suhu pada lapisan ini cukup tajam dari 28oC menjadi 21oC 3. Lapisan Hipolimnion, pada kedalaman >1,5 m, perbedaan suhu sangat kecil dari 21oC menjadi 20oC bahkan hampir konstan Suhu perairan akan mempengaruhi proses fisika maupun kimia yang terjadi di dalam perairan seperti: kelarutan oksigen, kekeruhan, komposisi substrat, dan kecepatan reaksi kimia di dalam air Peningkatan suhu mengakibatkan: 1. Peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi. 2. Peningkatan kecepatan metabolisma dan respirasi organisme air, yang mengakibatkan komsumsi oksigen juga meningkat 3. Penurunan kelarutan gas dalam air (O2, CO2, N2, CH 4 ,dll) 4. Peningkatan dekomposisi bahan organic oleh mikroba Peningkatan suhu perairan sebesar 10o C menyebabkan peningkatan konsumsi Oksigen oleh organisme perairan sekitar 2 – 3 kali lipat sehingga keberadaan kadar Oksigen dalam perairan menurun 4. KECERAHAN DAN KEKERUHAN Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan atau transparansi suatu perairan, semakin tinggi nilai kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air Kecerahan suatu perairan dapat ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk, nilainya dalam satuan meter ( m ) Faktor-factor yang mempengaruhi kecerahan: partikel-partikel terlarut, intensitas cahaya matahari, cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan Kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu perairan Kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya matahari menembus air sehingga dapat menghambat pertumbuhan ikan budidaya di dalam air Semakin banyak zat yang tersuspensi atau partikel-partikel terlarut dalam air maka kekeruhan akan meningkat dan kecerahan menurun Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya system pernafasan (respirasi) serta menghambat penetrasi cahaya ke dalam air 5. WARNA AIR Warna pada perairan dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air Air bewarna karena proses alami yang berasal dari proses biologis (humus, gambut, dll), maupun non biologis (senyawa kimia yang mengandung unsur Fe, Ni, Co , Mn, dll) Perubahan warna air juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan limbah bewarna Semakin tinggi tingkat pewarnaan suatu perairan dapat menghambat proses fotosintesa serta mengganggu kehidupan biota perairan terutama fitoplankton Warna air berdasarkan zat penyebabnya dapat dibedakan menjadi: a. Warna sejati, Disebabkan adanya zat-zat organik dalam bentuk koloid, Warna ini tidak akan berubah walaupun disaring dan disentrifugasi. Tidak dipengaruhi oleh kekeruhan. Contoh warna sejati adalah warna air akibat adanya asam humus, plankton atau tanaman air yang mati b. Warna semu, Disebabkan oleh adanya partikel- partikel tersuspensi dalam air. Warna ini akan mengalami perubahan setelah disaring atau disentrifugasi serta dapat mengalami pengendapan. Warna semu akan semakin pekat bila kekeruhan meningkat. 6. ARUS Arus air merupakan pergerakan massa air dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal maupun horizontal dari air lapisan bawah ke lapisan atas atau sebalik nya. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya arus adalah: 1. Tiupan angin 2. Perbedaan tinggi permukaan air (pasang surut) 3. Perbedaan suhu 4. Perbedaan kadar garam Arus sangat mempengaruhi penyebaran atau keberadaan ikan di perairan, arus dapat mengalihkan telur-telur dan anak- anak ikan pelagis dan daerah pemijahan ke daerah pembesaran dan ketempat mencari makan Ikan bereaksi secara langsung terhadap arus, dimana pergerakan ikan selalu mengarah menuju arus Daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus atau daerah upwelling
DISKUSIKAN ALASANNYA, MENGAPA?
Upwelling adalah penaikan massa air dari lapisan bawah ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan kaya zat-zat hara (fosfat, nitrat) Ciri-ciri perairan upwelling suhu permukaan dibawah 28oC dan kandungan klorofil 0,8 – 2,0 mg Proses Upwelling dapat terjadi pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan dimana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan Upwelling di suatu perairan dapat meningkatkan produksi perikanan disebabkan karena ketersediaan makanan yang cukup untuk larva, ikan kecil dan besar Berdasar kan beberapa hasil penelitian Upwelling di Indonesia terjadi diantaranya di Samudera Hindia, Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, Sumatera, Kepulauan Maluku, Selat Makasar, Laut Banda, dll Jenis arus laut dapat dibedakan berdasarkan temperature dan berdasarkan letak 1. Berdasarkan Temperatur: a. Arus panas, yaitu pergerakan massa air yang panas ke massa air yang temperaturnya lebih rendah (dingin) b. Arus dingin, yaitu pergerakan massa air yang lebih dingin ke massa air yang panas 2. Berdasarkan Letak: a. Arus atas (permukaan), yaitu arus yang bergerak berada di permukaan. Contoh Arus yang disebabkan oleh angina b. Arus bawah, yaitu pergerakan air sebagai arus berada di dasar perairan
Jika pergerakan arusnya berubah ke
arah vertikal (ke atas), arus ini menjadi Up-welling c. Long Shore Current, merupakan arah aliran arus yang sejajar dengan garis pantai d. Rip Current, adalah arus yang arah gerakannya tegak lurus dengan garis pantai. Arus ini berada di pantai berpasir halus dan bergelombang agak besar dan bisa menyeret pasir dan orang yang berada di daerah tersebut ke arah yang lebih dalam. Contoh: Pantai Parangtritis di Yogyakarta memiliki kecepatan arus 80km/jam. 7. PASANG SURUT (PASUT) Pasang surut merupakan fenomena yang terjadi karena adanya pergerakan naik turunnya posisi permukaan perairan secara berkala yang disebabkan oleh gaya gravitasi bulan dan matahari. Pasang adalah keadaan ketika air laut naik dan Surut adalah keadaan dimana permukaan air laut turun Gaya gravitasi bulan 2x lebih besar dari gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasut karena jarak bulan ke bumi lebih dekat dari pada jarak matahari ke bumi Karena gratifikasi bulan, lautan akan tertarik sehingga menimbulkan air pasang dan ketika jarak bumi dan bulan menjauh, gaya gravitasi bulan menurun mengakibatkan laut surut Pasang besar terjadi saat bulan dan matahari menghasilkan gaya Tarik (gaya gravitasi) yang segaris. Hal ini terjadi saat bulan purnama dan bulan baru Faktor-faktor penyebab terjadi Pasang Surut Air Laut: 1. Rotasi bumi pada sumbunya 2. Revolusi bulan terhadap matahari 3. Revolusi bumi terhadap matahari 4. Topograsi dasar laut 5. Kedalaman dan luas perairan Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal dengan arus pasang Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikut nya Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit Manfaat Pasang Surut 1. Sumber penghasil tenaga listrik 2. Tenaga penggerak 8. SALINITAS Salinitas didefinisikan sebagai jumlah garam atau konsentrasi total ion yang terdapat di perairan, dalam satuan g/kg atau promil (o/oo), ppt Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan, nilai konversi makanan, kelangsungan hidup ikan Nilai salinitas: a. Perairan tawar kurang dari 0,5 o/oo (promil) b. Perairan payau antara 0,5 – 30 o/oo c. Perairan laut 30 – 40 o/oo d. Perairan hypersaline 40 – 80 o/oo Pada perairan pesisir (Estuaria) salinitas sangat dipengaruhi oleh pasang dan surut Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas: a. Penguapan, makin besar tingkat penguapan maka salinitas makin tinggi dan sebalik nya. Daerah yang tingkat penguapannya tinggi maka kadar garamnya juga tinggi Contoh di Madura. b. Curah hujan, curah hujan tinggi menyebabkan salinitas rendah c. Aliran air sungai, jika perairan yang banyak mengalir air sungai maka salinitas akan rendah. Perbedaan salinitas menyebabkan terjadinya Osmosis Osmosis adalah perpindahan air melalui membrane semipermiabel (kulit dan membrane sel) dari daerah yang konsentrasi zat terlarut nya rendah ke arah yang konsentrasi zat terlarut nya lebih tinggi. Untuk menjaga keseimbangan air dan zat- zat terlarut pada sel-sel ikan dengan lingkungannya maka ikan mengadakan proses osmoregulasi. Organ yang berperan pada proses osmoregulasi adalah insang dan ginjal Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri dengan salinitas dapat digolongkan menjadi: a. Stenohaline, ikan yang mempunyai toleransi kecil terhadap perubahan salinitas. Contoh udang laut tidak dapat bertahan hiduppada perubahan salinitas yang ekstrim b. Euryhaline, ikan yang mempunyai daya toleransi yang besar terhadap salinitas. Contoh ikan Salmon yang bermigrasi dan beradaptasi sekaligus dengan air laut dan air tawar TERIMA KASIH PARAMETER BIOLOGI DAN II DINAMIKANYA LATAR BELAKANG Pengelolaan kualitas air adalah cara kita mengatur kondisi lingkungan pada kisaran yang dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ikan Dari segi biologi, air merupakan media yang baik untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan penguraian bahan - bahan organik Kualitas air dapat dikatakan baik apabila air tersebut memiliki tingkat kesuburan yang tinggi Parameter biologi perairan sangat perlu dipahami oleh pembudidaya karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan biota. Lingkungan perairan selalu berubah atau dinamik, perubahan yang terjadi mempunyai pengaruh terhadap perubahan intensitas faktor-faktor lingkungan Perubahan yang terjadi bisa berdampak baik bagi kehidupan suatu organisme sebaliknya bisa berdampak buruk bagi suatu organisme lainnya. Karena dinamika (perubahan) lingkungan yang terus menerus maka organisme yang ada juga akan berubah Ada 4 (empat) komponen dalam suatu ekosistem air yaitu: 1. Komponen abiotik: senyawa-senyawa bahan dasar pembentuk senyawa organik. 2. Komponen produsen (autotrof): organisme hidup yang dapat mengubah unsur anorganik menjadi unsur organik melalui proses fotosintesa 3. Komponen konsumer (heterotrof): organisme yang bersifat heterotroph 4. Komponen decomposer: organisme yang tidak mempunyai zat hijau daun dan mempergunakan energy dari senyawa organik yang sedang terurai Parameter biologi yang paling banyak berpengaruh dalam pengelolaan kualitas air adalah: Plankton, Benthos, Alga, Tanaman Air Sifat biologi air yang banyak berpengaruh dalam penentuan lokasi budidaya ikan atau biota lain adalah Produktivitas primer, karena berperan sebagai pakan alami dan penyedia oksigen terlarut dalam air Produktivitas Primer adalah: laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik oleh produsen (autotrof) I. PLANKTON
Plankkton adalah biota (jasad renik) baik
hewan maupun tumbuhan yang hidup mengapung atau melayang di dalam perairan, bergerak sangat lemah mengikuti arus. Plankton merupakan jasad renik yang sangat beraneka ragam dan terpadat dalam suatu perairan Ukuran plankton sangat beragam mulai dari nannoplankton, mikroplankton, sampai makroplankton dan megaplankton. Pengelompokan Plankton Berdasarkan Ukurannya: 1. Nannoplankton : (2,0 - 20 um) 2. Mikroplankton : (20 - 200 um) 3. Mesoplankton : (0,2 - 2,0 mm) 4. Makroplankton : (2,0 - 20 mm) 5. Megaplankton : ( 20 - 200 mm) Catatan: u = mikron (1 um = 0,001 mm) Meskipun berukuran relatif sagat kecil, plankton memiliki peranan ekologis sangat penting dalam menunjang kehidupan di perairan. Kehidupan di perairan dimulai berkat fitoplankton yang dapat memprouksi bahan organik melalui proses fotosintesa. Namun demikian plankton juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi biota yang hidup di perairan tersebut dengan adanya fenomena “red tide” (warna air merah kecoklatan) Klasifikasi plankton menurut cara memperoleh makanan dibedakan menjadi: a. Fitoplankton (plankton nabati) b. Zooplankton (plankton hewani) 1. Fitoplankton: Mempunyai klorofil yang dapat membuat makanan sendiri (autotrof) melalui proses fotosintesa merubah bahan anorganik menjadi organik Hidup pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar matahari Ada 4 jenis kelompok utama fitoplankton yang hidup di ekosistem perairan laut: 1. Diatom, 2. Dinoflagelata, 3. Coccolithophorids, 4. Beberapa jenis flagelata lainnya. Kelompok fitoplankton yang hidup di ekosistem perairan tawar (danau, waduk, sungai, dan kolam) terdiri dari: 1. Fitoplankton hijau (green algae) 2. Fitoplankton hijau-biru (blue-green algae). 2. Zooplankton: Dapat hidup pada lapisan perairan yang tidak tembus cahaya matahari (bersifat fototaksis negatif) Merupakan konsumen primer (memakan fitoplankton) Terdapat didasar perairan pada siang hari dan dipermukaan pada malam hari Bersifat heterotrofik, artinya tidak dapat menghasilkan makanan sendiri, namun untuk hidupnya membutuhkan materi organik dari organisme lainnya, khususnya fitoplankton. Perbedaan Utama Antara Fitoplankton Dan Zooplankton: 1. Fitoplankton: Ukuran lebih kecil Gerakan pasif mengikuti arus Sebagian besar bersifat autotrof 2. Zooplankton: Ukuran lebih besar Dapat berenang dan bermigrasi >100 m Semua zooplankton bersifat heterotrof Berdasarkan siklus hidupnya plankton bibedakan menjadi: (1) Holoplankton (2) Meroplankton 1) Holoplankton Holoplankton adalah: kumpulan organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya sebagai plankton (bersifat planktonik). Holoplankton sering disebut sebagai plankton tetap. Contoh Holoplankton diantaranya adalah: Protozoa, Foraminifera, Ctenopora, Ubur-ubur, Sifonopora, Copepoda , dll. 2) Meroplankton Meroplankton diartikan sebagai organisme yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonis dan selanjutnya mengalami perubahan (metamorfosis) menjadi nekton atau benthos. Meroplankton pada fase awal berupa telur hingga larva hidup melayang sebagai plankton, memasuki fase dewasa berubah secara bertahap menjadi nekton yang bisa berenang bebas (ikan) atau sebagai benthos hidup didasar perairan (kerang). Meroplankton sering juga disebut sebagai plankton sementara. FUNGSI DAN PERANAN PLANKTON Ada 3 aspek penting dari plankton yang perlu dipelajari untuk keberhasilan usaha perikanan budidaya (aquaculture) yaitu: 1. Plankton sebagai pakan alami 2. Plankton sebagai indikator kualitas perairan 3. Plankton sebagai ‘racun’ atau pencemar perairan yang menghambat pertumbuhan atau mematikan organisme budidaya. 1. PLANKTON SEBAGAI PAKAN ALAMI Kehidupan di perairan dimulai berkat adanya fitoplankton yang dapat memproduksi bahan organik melalui proses fotosintesa (autotrof). Fitoplankton merupakan produsen primer karena kehidupan dimulai oleh fitoplankton. Kehidupan ini berlanjut ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi yaitu Zooplankton sampai pada ikan- ikan yang berukuran besar, Tingkatan terakhir sampai pada manusia yang memanfaatkan ikan sebagai bahan makanan. Plankton merupakan sumber makanan alami bagi ikan, artinya semakin tinggi kelimpahan plankton pada suatu perairan berarti sumber makanan alami ikan akan semakin banyak. Perairan tersebut dikatakan subur. Pada perairan yang memiliki tingkat kelimpahan plankton tinggi sering ditemukan banyak ikan. Sebagai contoh di perairan yang mengalami “upwelling” (pembalikan masa air) banyak ikannya. Plankton di tambak dimanfaatkan oleh udang sebagai pakan alami. Beberapa jenis Zooplankton dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan makanan yag banyak megandung berbagai jenis asam amino esensial, mineral, vitamin, serta lemak , dan karbohidrat. Ada sekitar 20 jenis Zooplankton yang dapat digunakan untuk berbagai macam pemanfaatan secara komersial. Ketersediaan plankton dalam perairan tambak sangat membantu pertumbuhan benur. Pertumbuhan benur jauh lebih baik pada tambak yang konsentrasi planktonnya sangat tinggi. Konsentrasi plankton dalam suatu perairan dapat diketahui (diukur) secara visual dengan melihat warna air, atau dengan mengukur kecerahan perairan menggunakan Secci disk (piring secci). Konsentrasi plankton yang baik untuk tambak udang sekitar 104 – 106 sel/mili liter atau kecerahan sekitar 30 – 40 cm. Kelebihan plankton sebagai pakan alami diantaranya: 1. Berukuran kecil, sehingga dapat disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva 2. Mengandung enzim-enzim pencernaan yang memudahkan larva dalam mencerna makanannya 3. Memiliki warna yang menarik perhatian larva 4. Memiliki gerakan lambat, memudahkan larva untuk menangkapnya 5. Dapat dibudidayakan secara intensif 2. PLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi populasi plankton dan bahan padatan tersuspensi. Semakin tinggi populasi plankton dan konsentrasi padatan tersuspensi dalam suatu perairan akan semakin tinggi kekeruhannya atau semakin rendah kecerahannya Kekeruhan yang diinginkan dalam budidaya udang adalah kekeruhan yang diakibatkan oleh keberadaan fitoplankton dalam air, bukan padatan tersuspensi. Indeks Keanekagaman Hayati ( H ) yang dikemukakan oleh Shanon and Winer nilainya berkisar antara 0 – 3. Jika dikaitkan degan kualitas perairan maka semakin tinggi nilai Indeks Keragaman Hayati maka semakin tidak tercemar perairan tersebut. Dengan kata lain jika tingkat keragaman hayatinya tinggi , maka perairan tersebut subur atau tidak tercemar (Shanon and Winer). Tabel 1. Hubungan Antara Indeks Keanekaragaman Hayati Dengan Tingkat Keragaman Spesies
Nilai Tingkat keragaman
H spesies <1 Sangat rendah
1–3 Rendah – sedang
>3 Baik
Sumber : Wilhm and Dorris (1958)
Tabel 2. Hubungan Antara Indeks Keanekaragaman Hayati Dengan Tingkat Pencemaran Perairan
Nilai Tingkat pencemaran
H perairan <1 Tercemar berat
1–3 Tercemar sedang
>3 Tidak tercemar
Sumber : Wilhm and Dorris (1958)
Dari Tabel:1 dan Tabel: 2 dapat dijelaskan bahwa: 1. Nilai H < 1, menunjukkan keragaman spesies (jenis) yang dapat hidup dalam perairan tersebut sangat rendah artinya hanya spesies tertentu yang bisa bertahan hidup pada perairan trsebut, ini menunjukkan perairan tersebut Tercemar berat. 2. Sebaliknya nilai H > 3, menunjukkan keragaman spesies yang hidup di perairan tersebut tinggi, artinya sangat banyak ragam spesies yang bisa hidup di perairan tersebut, ini menunjukkan perairan tersebut tidak tercemar. 3. PLANKTON SEBAGAI RACUN/PENCEMAR PERAIRAN Plankton dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan. Namun demikian kelimpahan plankton khususnya fitoplankton yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif atau racun bagi biota yang hidup di perairan tersebut. Plankton dari golongan Cyanophyceae yang tidak baik untuk udang di tambak antara lain adalah: Anabaena dan Microcystis. Kasus-kasus kematian ikan yang terjadi di berbgai perairan sering dikaitkan dengan adanya fenomena “red tide” Peristiwa red tide yang tidak dikehendaki ini, sangat terkait dengan perubahan parameter lingkungan. Fenomena red tide dapat menimbulkan spesies plankton yang menghasilkn racun (Sazatoxin) yang merupakan penyebab kematian masal biota laut. Spesies red tide ini memiliki ciri khas dalam tubuhnya mengandung klorofil dan menghasilkan racun ketika berfotosintesis. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA RED TIDE 1. Pertumbuhan fitoplankton sangat luar biasa (blooming) terutama jenis yang tidak dikehendaki seperti Gymnodinium, Alexandrium, Heterosigma, 2. Suhu permukaan laut yang hangat 3. Adanya “upwelling” yang mengangkat unsur hara kepermukaan sehingga perairan menjadi subur 4. Salinitas rendah karena adanya hujan lebat dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar. DAMPAK RED TIDE TERHADAP LINGKUNGAN LAUT DAN PERAIRAN 1. Kualitas perairan menurun sehingga dapat mengganggu kehidupan ikan, invertebrata dan organisme lainnya serta gangguan tehadap kesehatan manusia. 2. Kematian massal sumber daya ikan sehingga menurunkan hasil tangkapan dan pendapatan masyarakat. Pengelolaan Parameter Biologi dilakukan dengan cara: a. Pengangkatan Lumpur: Lumpur dalam perairan menyebabkan pendangkalan, kekeruhan meningkat, kandungan oksigen terlarut berkurang, dan endapan bangkai organisme mati meningkat b. Pengeringan dan penjemuran dasar kolam: bertujuan untuk mengoksidasi bahan organik yang ada pada dasar kolam menjadi hara, membunuh bakteri pathogen, dan telur atau benih hama c. Pengapuran: bertujuan untuk meningkatkan pH tanah sehingga bakteri pathogen dan organisme hama akan mati, dan meningkatkan kesuburan tanah pH < 4,5 = Perairan asam pH 6,5 – 9,5 = Perairan sedang pH > 9,5 = Perairan basa d. Pemupukan: bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk fotosintesis. Jika fitoplankton meningkat maka zooplankton meningkat sehingga ketersediaan pakan alami di perairan juga meningkat II. BENTOS Bentos merupakan organisme air yang mendiami dasar perairan (substrat) dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan berupa pasir, lumpur, batuan atau patahan karang yang sudah mati. Sama seperti plankton keberadaan bentos juga dapat dijadikan sebagai bioindikator (indikator biologi) perairan. Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme perairan diantaranya makrozoobentos Keberadaan makrozoobentos dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan: a. Perairan yang tidak tercemar dicirikan dengan adanya beberapa jenis makrozoobentos yang terdapat dalam perairan tersebut seperti: Trichoptera dan Planaria b. Perairan yang sangat tercemar tidak terdapat makrozoobentos, tetapi akan ditemui bakteri (Sphaerotilus) yang sangat toleran terhadap limbah organik yang ada di permukaan Beberapa persyaratan organisme air yang dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk menduga tingkat pencemaran perairan: a. Hidup relative menetap b. Jangka hidup panjang c. Mempunyai toleransi yang spesifik terhadap lingkungan 1. Berdasarkan sifat hidupnya bentos dikelompokkan: Fitobentos= organisme bentos yang bersifat tumbuhan Zoobentos= organisme bentos yang bersifat hewan Keberadaan bentos di suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai bahan organik baik lingkungan biotik maupun abiotik 2. Faktor-faktor organik yang berpengaruh terhadap keberadaan bentos: Produsen (biotik) : sebagai sumber makanan bagi bentos Abiotik : suhu, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD), Kebutuhan oksigen kimia (COD), Nitrogen, kedalaman air, substrat dasar 3. Berdasarkan Ukuran bentos dikelompokkan: Mikrobentos < 0,1 mm, contoh: bakteri, diatom, amoeba, dll Meiobentos 0,1 mm – 1 mm, contoh: polychaeta, pelecypoda, turbellaria, feraminifora Makrobentos > 1 mm, contoh: cacing, anthozoa, Echinodermata, sponge, dll 4. Berdasarkan keberadaan bentos di perairan: Epifauna = bentos yang hidup melekat pada permukaan dasar perairan Infauna = hidup pada dasar perairan 5. Berdasarkan pergerakannya bentos dikelompokkan: Sesil = hidup menetap Motile = hidup ber pindah-pindah III. GANGGANG (ALGAE) Ganggang mengandung klorofil, tetapi tidak memiliki batang, akar, dan daun sejati seperti yang dimiliki tumbuhan pada umumnya Kebanyakan ganggang bersifat autotrophic (dapat membuat makanan sendiri) dengan melakukan fotosintesis Terdapat beberapa jenis ganggang seperti: a. Ganggang hijau b. Ganggang biru hijau c. Ganggang merah d. Ganggang cokelat, dll Dari semua jenis ganggang, ganggang hijau merupakan kelompok besar yang terdiri dari organisme uniseluler dan multiseluler Sebagian besar ganggang hijau memiliki kloroplas Kloroplas tersebut mengandung pigmen klorofil “ a “ dan “ b “ yang memberikan warna hijau terang pada ganggang Banyak spesies ganggang hijau memiliki flagella yang digunakan untuk bergerak, namun beberapa spesies ganggang hijau tidak bergerak karena tidak memiliki flagella Contoh ganggang hijau yang paling terkenal adalah Volvox, volvox membentuk koloni bola dan setiap sel dari koloni memiliki dua flagella untuk bergerak Ganggang (Algae) bisa menyebabkan masalah bagi perairan terutama pada kolam ketika permukaan kolam dipenuhi oleh hamparan ganggang Ada dua jenis ganggang yang terdapat pada kolam yaitu: ganggang plankton dan ganggang berbentuk filamen yang berbentuk seperti untaian rambut dan bisa mengumpul seperti lapisan karpet bewarna hijau di permukaan kolam Dalam jumlah kecil kedua ganggang tersebut bermanfaat bagi lingkungan kolam, tapi akan menimbulkan masalah jika tumbuh tak terkendali Oleh sebab itu sangat penting mengontrol pertumbuhan ganggang di kolam untuk menjaga habitat tetap sehat Pertumbuhan ganggang sangat tergantung pada sinar matahari, nutrisi (fosfat dan nitrat), serta pH air yang tinggi (Basa) Laju pertumbuhan ganggang lebih cepat terjadi pada musim kemarau ketika terdapat cukup sinar matahari untuk fotosintesis IV. TANAMAN AIR Tanaman air adalah: Tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air, terdiri dari kumpulan berbagai golongan tumbuhan, lumut, paku-pakuan, spermatophyta dan telah beradaptasi dengn lingkungan perairan. Tanaman air berdasarkan cara hidupnya dikelompokkan menjadi: a. Tanaman air jenis timbul b. Tanaman air jenis terapung c. Tanaman air jenis melayang Dampak positif tanaman air bagi kualitas air: 1. Menurunkan temperature air 2. Pembersih dan penjernih air 3. Meningkatkan Oksigen pada siang hari 4. Memperkaya unsur hara 5. Memiliki nilai estetika dan nilai ekonomis Tanaman air dapat berfungsi untuk menyerap kelebihan nutrisi (fosfat dan nitrat) untuk mengendalikan pertumbuhan ganggang . Contoh tanaman air yang dapat digunakan adalah : lili, selada air, atau eceng gondok Dampak negatif tanaman air bagi kualitas air: 1. Penguapan air lebih besar terutama oleh tanaman yang mengapung 2. Pendangkalan akibat tanaman air yang mati dan tenggelam ke dasar perairan 3. Penurunan O2 terlarut karena respirasi tanaman pada malam hari 4. Menimbulkan gas CO2 yang bersifat racun dan menurunkan pH air