PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan
energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem seperti pemindahan
energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen. Penyimpanan energi dalam
ekosistem seperti penggunaan energi oleh konsumen dan mikroorganisme. Laju
produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut sebagai produktivitas primer
(Sumawidjaja,
1979). Besarnya
produktivitas
primer
suatu
perairan
Produktivitas primer dapat diketahui pada laju produksi oksigen, laju penggunaan
karbon atau air maupun perubahan konsentrasi bahan organik yang terbentuk
dalam sistem perairan tersebut (Sumawidjaja, 1979). Oleh karena itu dilakukan
praktikum untuk mengukur produktivitas primer pada perairan danau kampus C
Universitas Airlangga.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum pengukuran produktivitas primer
sebagai berikut:
1. Berapa nilai produktivitas primer perairan danau Kampus C Universitas
Airlangga?
2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas primer perairan danau
Kampus C Universitas Airlangga?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum pengukuran produktivitas primer sebagai berikut:
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di badan
air. Suhu yang tinggi pada perairan dapat meningkatkan metabolisme dan aktivitas
organisme perairan. Jika metabolisme dan aktivitas organisme perairan tinggi
maka laju fotosintesis akan tinggi sehingga nilai produktivitas primer menjadi
tinggi (Barus, 2004).
2.2.2. Derajat Keasaman
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen
dalam perairan. Nilai pH dapat menggambarkan tingkat keasaman atau kebasaan
suatu perairan. Perairan dapat dikatakan bersifat netral jika pH=7, bersifat asam
jika pH>7, dan bersifat basa jika nilai pH<7 (Effendi, 2003). Organisme akuatik
dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran
toleransi antara asam lemah dan basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan
organisme akuatik umumnya berkisar antara 7-8,5. Kondisi perairan yang bersifat
sangat asam maupun sangat basa akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa
logam berat yang bersifat toksik. Hal tersebut akan membahayakan kelangsungan
hidup organisme di perairan. Jika organisme perairan sedikit maka produktivitas
primer juga akan rendah (Barus, 2004).
2.2.3. Penetrasi Cahaya
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang
peranan penting dalam perubahan produktivitas primer. Jika kedalaman penetrasi
cahaya yang menembus air diketahui, maka dapat ditentukan interval kedalaman
proses asimilasi tumbuhan terjadi. Energi cahaya matahari digunakan dalam
proses fotosintesis diserap oleh pigmen klorofil dan diubah menjadi energi kimia
sehingga terbentuk bahan organik sebagai hasil akhir fotosintesis. Cahaya yang
tampak kemudian dipantulkan terutama pada panjang gelombang hijau dan secara
keseluruhan radiasi matahari yang aktif dalam fotosintesis sebesar 40% (Effendi,
2003).
Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Jika
tingkat intensitas cahaya tinggi maka nilai penetrasi cahaya akan tinggi dan laju
fotosintesis juga akan tinggi. Laju fotosintesis yang tinggi akan menyebabkan
nilai produktivitas primer tinggi. Sebaliknya, jika tingkat intensitas cahaya rendah
maka penetrasi cahaya akan rendah dan laju fotosintesis juga akan rendah. Laju
4
lainnya.
Kekeruhan perairan
primer
ekosistem
perairan,
dengan
fitoplankton
sebagai
Mn(OH)2 + 2 NaSO4
Mn(OH)2 + O2
2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O
Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2C3
Na2S4O6 + 2 NaI
Hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik
akhir titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar
6
kalium bikromat yang tepat. Pengukuran kadar oksigen terlarut dengan mengikuti
prosedur penimbangan kalium bikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis,
akan diperoleh hasil yang lebih akurat. Kandungan oksigen terlarut pada metode
titrasi Winkler dapat dihitung dengan melihat volume titran natrium tiosulfat (V
Na2S2O3) (Salmin, 2005). Perhitungan oksigen terlarut dengan metode titrasi
Winkler dapat menggunakan rumus pada persamaan (1) (Hanafi, 2013).
OT = a.N.8000
(1)
50-(V-2)/V
Keterangan:
OT
BAB III
METODE PRAKTIKUM
pinggir danau. Lokasi pengambilan sampel diberi penanda. Botol blanko dibawa
ke ruang laboratorium 122 untuk dilakukan titrasi Winkler. Data yang didapatkan
dicatat dan dihitung. Botol terang dan botol gelap diambil setelah dibiarkan
selama 8 jam, lalu dilakukan penguncian dengan reagen MnSO4, NaOH-KI, dan
H2SO4 pekat. Cara penguncian dilakukan seperti perlakuan pada sampel di botol
blanko. Botol terang dan gelap dibawa ke ruang laboratorium 122 untuk dilakukan
titrasi Winkler. Data tersebut dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
sampel botol blanko. Skema kerja dapat dilihat pada gambar 3.
Produktivitas primer
Botol blanko
Botol blanko
Botol blanko
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
4.1 Hasil
Hasil praktikum pengukuran produktivitas primer sebagai berikut:
4.1.1 Data
Data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Volume Titran Na2S2O3
Botol
Titrasi
Blanko
Pertama
Kedua
Pertama
Kedua
Pertama
Kedua
Gelap
Terang
Titrasi Pertama
Blanko OT = a.N.8000
50. ((V-2)/V)
= 2,5.0,0037.8000
50.((250-2)/250)
= 1,49 mg O2/L
Oksigen Terlarut
Titrasi Kedua
OT = a.N.8000
50.((V-2)/V)
= 2,7.0,0037.8000
50.((250-2)/250)
= 1,61 mg O2/L
Rata-rata
OT = OT I + OT II
2
= 1,49 + 1,61
2
= 1,55 mg O2/L
Gelap
OT = a.N.8000
50. ((V-2)/V)
= 4,3.0,0037.8000
50.((250-2)/250)
= 2,57 mg O2/L
OT = a.N.8000
50. ((V-2)/V)
= 4,5.0,0037.8000
50.((250-2)/250)
= 2,68 mg O2/L
OT = OT I+ OT II
2
= 2,57 + 2,68
2
= 2,62 mg O2/L
Terang
OT = a.N.8000
50. ((V-2)/V)
= 7,3.0,0037.8000
50.((250-2)/250)
= 4,36 mg O2/L
OT = a.N.8000
50. ((V-2)/V)
= 7,8.0,0037.8000
50.((250-2)/250)
= 4,65 mg O2/L
OT = OT I + OT II
2
= 4,36 + 4,65
2
= 4,5 mg O2/L
13
=ID
= 1,55 2,62
= -1,07 mg O2/L
=LI
= 4,5 1,55
= 2,95 mg O2/L
=LD
= 4,5 2,62
= 1,88 mg O2/L
= NPP GPP
= 2,95 1,88
= 1,07 mg O2/L
4.2 Pembahasan
Praktikum pengukuran produktivitas primer bertujuan untuk mengetahui
nilai produktivitas primer perairan danau kampus C Universitas Airlangga serta
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas primer perairan danau
kampus C Universitas Airlangga. Metode yang digunakan pada pengukuran
produktivitas primer ini adalah metode penentuan oksigen terlarut. Praktikum ini
terbagi menjadi 2 proses, yaitu proses penanaman sampel dan proses titrasi.
Proses penanaman sampel dilakukan di danau kampus C Universitas Airlangga
pada koordinat S: 0716.199 dan E: 11246.930. Proses penanaman sampel
dimulai dengan pengambilan sampel pada pukul 06.30 WIB. Sampel diambil
dengan 3 botol yang berbeda, yaitu botol blanko, botol terang, dan botol gelap.
14
oksigen terlarut yang diperoleh sebagai berikut: botol blanko 1,55 mg O2/L, botol
gelap 2,62 mg O2/L, dan botol terang 4,5 mg O2/L. Terdapat kesalahan pada botol
gelap, seharusnya urutan kadar oksigen terlarut mulai dari terendah adalah botol
gelap, botol blanko, kemudian botol terang. Hal ini disebabkan karena proses
fotosintesis pada botol terang terjadi lebih sempurna, sedangkan pada botol gelap
proses fotosintesis terhalang oleh plastik hitam yang digunakan untuk menutup
botol tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut
pada botol gelap lebih tinggi daripada botol blanko. Penyebab terjadinya
kesalahan tersebut diperkirakan karena plastik penutup botol kurang gelap,
sehingga memungkinkan cahaya tetap dapat menembus plastik dan terjadi
fotosintesis didalamnya meskipun dalam intensitas kecil. Botol gelap
dikondisikan agar terjadi proses respirasi, namun karena terdapat cahaya yang
menembus botol maka proses respirasi terhambat oleh proses fotosintesis yang
terjadi.
Data oksigen terlarut tersebut digunakan untuk melakukan perhitungan
besarnya respirasi komunitas plankton, produktivitas primer kotor, dan
produktivitas primer bersih. Nilai respirasi komunitas plankton pada danau
kampus C Universitas Airlangga adalah -1,07 mg O2/L. Pada perhitungan ini
diperoleh hasil minus, karena terjadi kesalahan data oksigen terlarut pada botol
gelap sehingga berpengaruh pada nilai respirasi komunitas plankton. Nilai
produktivitas primer kotor pada danau kampus C Universitas Airlangga adalah
2,95 mg O2/L. Nilai tersebut merupakan total energi yang diasimilasi oleh
ekosistem danau dalam interval waktu 8 jam. Nilai produktivitas primer bersih
danau kampus C Universitas Airlangga adalah 1,88 mg O2/L. Nilai tersebut
merupakan total energi yang terkumpul dalam biomassa autotrof, yaitu total
energi yang diasimilasi oleh organisme yang melakukan fotosintesis dalam
ekosistem danau (Campbell, 2004). Nilai produktivitas primer danau kampus C
Universitas Airlangga adalah 1,07 mg O2/L. Nilai tersebut merupakan
pengurangan antara nilai produktivitas primer kotor dengan nilai produktivitas
primer bersih.
Nilai produktivitas primer danau kampus C Universitas Airlangga dapat
dikatakan cukup tinggi karena koordinat yang dipilih berdasarkan kedalamannya
16
merupakan zona limnetik, yaitu lapisan permukaan perairan terbuka dimana sinar
matahari dapat menembus zona ini. Zona tersebut juga didominasi oleh
fitoplankton dan ikan yang berenang bebas. Berdasarkan distribusi suhunya,
koordinat yang dipilih termasuk zona epilimnion yaitu kawasan bersuhu hangat.
Fotosintesis terjadi dengan baik pada zona epilimnion. Hal ini disebabkan karena
intensitas cahaya matahari yang menembus zona tersebut cukup tinggi (Soegianto,
2005).
Nilai produktivitas primer pada danau kampus C Universitas Airlangga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kedalaman penetrasi cahaya,
kekeruhan, dan kadar oksigen terlarut. Suhu berpengaruh terhadap produktivitas
primer perairan karena suhu berpengaruh pada proses fotosintesis tumbuhan.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di badan
air. Suhu yang tinggi pada perairan dapat meningkatkan metabolisme dan aktivitas
organisme perairan sehingga produktivtas primer juga meningkat (Barus, 2004).
Kedalaman penetrasi cahaya memengaruhi nilai produktivitas primer
danau. Semakin dalam penetrasi cahaya suatu perairan maka semakin banyak
cahaya yang masuk dalam perairan, sehingga memungkinkan terjadinya
fotosintesis dengan baik. Kekeruhan juga merupakan faktor yang berpengaruh,
karena kekeruhan berpengaruh terhadap intensitas cahaya yang masuk dalam
perairan. Perairan yang keruh menyebabkan cahaya yang masuk dalam air sedikit,
sehingga berakibat pada terhambatnya proses fotosintesis. Sebaliknya, perairan
yang tidak terlalu keruh, menyebabkan intensitas cahaya yang dapat menembus
perairan cukup tinggi, sehingga proses fotosintesis berjalan dengan baik. Oksigen
terlarut juga merupakan faktor yang memengaruhi produktivitas primer danau
kampus C Universitas Airlangga, karena oksigen terlarut merupakan suatu
cerminan atau acuan terhadap produktivitas primer perairan. Semakin tinggi kadar
oksigen terlarut perairan maka semakin tinggi pula nilai produktivitas primer
perairan tersebut.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
17
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.
2015.
Universitas
Airlangga
Kampus
C.
https://www.google.co.id/maps/place/Universitas+Airlangga+Kampus+C/
@-7.2692364,112.7835123,206m/data=!3m1!1e3!4m2!3m1!
1s0x2dd7fa2160d0876f:0x4b76831de0adddad?hl=en
20
Anonim2.
2015.
Universitas
Airlangga
Kampus
C.
https://www.google.co.id/maps/place/Universitas+Airlangga+Kampus+C/
@-7.2661629,112.7838185,207m/data=!3m1!1e3!4m2!3m1!
1s0x2dd7fa2160d0876f:0x4b76831de0adddad?hl=en
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: USU Press.
Campbell, N. A. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogjakarta: Kanisius.
Hanafi, H. 2013. Air Limbah. Jakarta : Buana.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Pitoyo, A. dan Wiryanto. 2001. Produktivitas Primer Perairan Waduk Cengklik
Boyolali. Surakarta: FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualiatas Perairan.
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi Jakarta.
Sumawidjaja, K. 1979. Limnologi. Bogor: Fakultas Perikanan IPB
Soegianto, A. 2005. Ilmu Lingkungan : Sarana Menuju Masyarakat
Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press.
Wibisono, W.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT Grasindo.
21