Intisari
Produktivitas primer sangat berpengaruh karena merupakan awal dari rantai makanan di
perairan. Tingginya produktivitas primer diharapkan nantinya produksi ikan dalam
budidaya meningkat sehingga dapat memenuuhi kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat. Tujuan dari praktikum limnologi acara produktivitas primer suatu perairan
ialah untuk memperlajari cara pengukuran produktivitas primer perairan dengan
menggunakan metoda botol terang dan botol gelap, mengetahui produktivitas primer suatu
perairan, dan mengetahui kepadatan plankton yang diduga berpengaruh terhadap
produktivitas primer suatu perairan. Pelaksanaan praktikum limnologi acara produktivitas
primer perairan dilaksanakan di kolam jurusan perikanan UGM dan danau lembah UGM
apada hari sabtu 18 Oktober 2014 pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB. Metode yang
digunakan dalam praktikum produktivitas primer ialah metode botol terang-gelap yang
ditanam pada kedalaman 30 cm dan 50 cm dari permukaan air. Penanaman dilakukan pada
pukul 06.00 WIB dan pengamatan dilakukan pada pukul 12.00 WIB dan 18.00 WIB.
Produktivitas primer paling tinggi terjadi pada siang hari pukul 12.00 WIB baik untuk
kolam maupun danau. Pada kolam kedalaman 30 cm 0,000233 inlet 0,000018 outlet,
kedalaman 50 cm 0,000297 inlet dan 0,0000036 outlet. Sedangkan danau pada kedalaman
30 cm 0,0003 inlet dan 0,000034 outlet, kedalaman 50 cm 0 inlet dan 0,000029 outlet.
Semakin tinggi densitas dan diversitas maka produktivitas primer suatu perairan itu
semakin baik, hal tersebut didukung dengan cahaya sebagai sumber untuk fotosintesis.
Produktivitas primer di kolam lebih tinggi dibanding dengan produktivitas primer di
danau, sehingga kolam perikanan sangat mendukung kegiatan perikanan khususnya
budidaya.
Kata kunci : danau, densitas, kolam, plankton, produktivitas primer.
PENDAHULUAN
Kolam atau danau memiliki banyak sekali manfaat bagi manusia, misalnya untuk
aktifitas sehari-hari yaitu untuk konsumsi air minum serta untuk kebutuhan lainnya. Danau
atau kolam juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan yang sangat nantinya
dapat dimanfaatkan manusia untuk dikonsumsi. Pemanfaatan lainnya adalah sebagai bahan
cadangan air yang digunakan sebagai parameter kedalaman sumur penduduk sehingga bila
air danau debitnya sangat kecil maka dapat dipastikan kedalaman sumur penduduknya
akan semakin dalam. Pelestarian danau sangat diperlukan mengingat banyaknya manfaat
dari sebuah danau. Salah satu syarat yang sangat penting adalah produktivitas primer yang
ada di perairan itu. Produktivitas primer sangat berpengaruh karena merupakan awal dari
rantai makanan di perairan. Tingginya produktivitas primer diharapkan nantinya produksi
ikan dalam budidaya meningkat sehingga dapat memenuuhi kebutuhan protein hewani
bagi masyarakat.
Produktivitas primer merupakan laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh
organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesis oleh
fitoplankton. Dalam tropik level suatu perairan fitoplankton merupakan produsen utama
perairan (Odum, 1996). Produktivitas primer sering diasumsikan sebagai jumlah karbon
yang terdapat dalam material hidup. Tinggi rendahnya produktivitas primer dapat diketahui
dengan melakukan pengukuran biomassa plankton (fitoplankton) dan klorofil-a
(Baksir,1999). Produktivitas suatu perairan ditentukan oleh beberapa faktor meliputi
cahaya, nutrien, suhu, jenis fitoplankton. Ketersediaan cahay secara kuantitatif dan
kualitatif tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), letak geografis, kedalaman,
awan, inklinasi matahari, material terlarut dalam air, partikel tersuspensi dalam air.
Intensitas cahaya mempengaruhi tinggi rendahnya aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas fotosintesis dapat ditunjukkan dalam grafik
kuadratik, yang berarti jika intensitas cahaya terlalu tinggi akan mengurangi produksi
energi oleh fotosintesis (Andriani, 2007).
Pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton dipengaruhi oleh kandungan nutrien di
dalam badan perairan. Laju pertumbuhan fitoplankton tergantung pada ketersediaan
nutrien, terutama unsur N dan P (Andriani, 2007). Suhu secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap produktivitas primer suatu perairan. Secara langsung, suhu
perperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan
secara tidak langsung suhu berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang
akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton. Tingginya suhu
memudahkan penyerapan nutrien bagi fitoplankton (Effendi, 2003). Tingginya pasokan
nutrien akan memacu peningkatan produktivitas primer oleh fitoplankton (Welch, 1992).
Nilai produktivitas primer ini dapat digunakan sebagai indikasi tentang tingkatan tingkatan
kesuburan ekosistem perairan danau (Barus, 2004).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas primer
perairan. Faktor-faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3 yaitu faktor kimia, fisika, dan
biologi. Faktor kimia seperti kandungan fosfat dan nitrat adalah merupakan hara yang
pentong untuk pertumbuhan dan reproduksi phytoplankton. Bila dikaitkan dengan faktor
fisika dan level air maka pada level air yang rendah dengan tersedianya sinar matahari
menghasilkan produktivitas primer yang tinggi. Disamping faktor kimia dan fisika, faktor
biologi seperti perbandingan komposisi biomassa phytoplankton dan zooplankton,
memperlihatkan bahwa jumlah individu dalam populasi phytoplankton jauh lebih besar
dibandingkan dengan jumlah individu dalam populasi zooplankton, dan karena yang
melakukan fotosintesa didalam ekosistem perairan adalah phytoplankton, ini berakibat
langsung terhadap tingginya produktivitas primer (Kaswadji, 1976).
Komposisi dalam suatu perairan dipengaruhi oleh proses-proses fisika, kimia, dan
biologi yang terjadi. Air tawar berasal dari hujan atmosfer yang mengandung bervariasi zat
organik dan anorganik. Partikel-partikel tersebut berasal dari garam-garam lautan, debu,
atau emisi industri sebagai inti dari uap air yang mengalami kondensasi menjadi
awan. Hujan jatuh ke daratan menyebabkan aliran permukaan diatas tanah dan batuan
yang melarutkan bermacam-macam zat sehingga kandungan mineral air hujan
meningkat. Air mengalir mencapai kolam, danau atau waduk, bahan partikel yang lebih
besar mengendap karena gerakan turbulensi kurang cukup untuk mensuspensi kembali
(Boyd 1979).
Tujuan dari praktikum limnologi acara produktivitas primer suatu perairan ialah
untuk memperlajari cara pengukuran produktivitas primer perairan dengan menggunakan
metoda botol terang dan botol gelap, mengetahui produktivitas primer suatu perairan, dan
mengetahui kepadatan plankton yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas primer
suatu perairan.
METODE
Pelaksanaan praktikum limnologi acara produktivitas primer perairan dilaksanakan
di kolam jurusan perikanan UGM dan danau lembah UGM apada hari sabtu 18 Oktober
2014 pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB. Adapun alat dan bahan yang digunakan ialah
botol terang, botol gelap, plastik, alumunium foil, rafia, ember, botol cuka, botol air
mineral, plankton net, sedgwick rafter, mikroskop, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur,
pipet tetes, larutan 4% formalin, reagen oksigen, MnSO4, larutan H2SO4 pekat, 1/80 N
Na2S2O3, indikator amilum.
Metode yang digunakan dalam praktikum produktivitas primer ialah metode botol
terang-gelap. Prinsip kerja yang dilakukan, pertama setiap botol diisi air permukaan dari
perairan yang ditetapkan produktivitas primernya. Pengisian dilakukan pada waktu
matahari belum cukup entensif bersinar ( sekitar pukul 06.00 WIB). Pengukuran kadar
oksigen terlarut dilakukan pada siang hari pukul 12.00 WIB dan sore hari pukul 18.00
WIB. Perhitungan produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan rumus :
produktivitas primer kotor =
terlarut akhir dalam botol terang; DB = kandunagn oksigen terlarut akhir dalam botol
gelap; Pq ialah hasil bagi fotosintesis (molekul O2 yang dihasilkan dibagi molekul CO2
yang digunakan) = 1,2 ; 0,375 merupakan faktor koreksi dari berat molekul 12 atom O
terhadap 6 atom C pada persamaan fotosintesis; t ialah waktu inkubasi. Selain itu
kepadatan plankton juga dihitung. Kepadatan plankton dapat diketahui dengan mengambil
sampel air kemudian memfiksasi menggunakan larutan 4% formalin. Sampel dimasukkan
ke dalam sedgwick rafetr kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop. Kepadatan
plankton dihitung dengan menggunakan rumus, densitas plankton =
d x b/c
a
individu/liter; dengan d merupakan jumlah semua plankton; b ialah volume air di dalam
botol; c adalah volume sedcwick rafter; a ialah sampel air. Indeks diversitas plankton dapat
2
dihitung dengan rumus : plankton H =
log
dengan H merupakan
N
N
indeks keragaman; Ni ialah cacah individu dalam suatu genus; N ialah cacah individu
dalam suatu genera.
50 cm
Outlet
30 cm
50 cm
0.000003
0.000297 0.000018 6
18:00
Inlet
30 cm
50 cm
0.0000
0.00014 7
Outlet
30 cm
50 cm
0.000012 0.000012
Outlet
50 cm 30 cm
0
0.000034
50 cm
0.000029
18:00
Inlet
Outlet
30 cm 50 cm 30 cm 50 cm
0
0
0
0
Tabel 2. b. Diversitas Plankton Danau
Lembah UGM
12:00
18:00
Inlet
Outlet
Inlet
Outlet
109.088
2
320.721767
6
201.966
115,922835 8
1.0865
18
3.1943
89
1.1545
91
2.0115
89
0
Inlet
Outlet
0
0
12.5 12.75
Waktu Pengamatan
Inlet
Outlet
Waktu Pengamatan
Inlet
Outlet
Waktu Pengamatan
0
0
Produktivitas Primer (mg C/m3/s) 0
Inlet
Outlet
0
00
0
0
12.5 12.75
Waktu Pengamatan
Berdasarkan grafik dia atas nilai produktivitass primer Primer Danau Lembah
UGM Kedalaman 50 cm untuk inlet bernilai 0, sedangakn untuk outlet memiliki nilai
sangat kecil yaitu 0,000002. Rendahnya nilai produktivitas primer ini dipengaruihi oleh
kedalaman dan waktu pengambilan sampel. Semakin dalam suatu perairan maka proses
fotosintesis akan semakin berkurang sehingga produktivitas primer menurun. Pada sore
hari intenstas cahayabmatahri juga menurun sehingga laju fotosintesi menurun.
Ketersediaan cahaya di dalam perairan baik secara kuantitatif maupun kualitatif tergantung
pada waktu, tempat, kondisi prevalen di atas permukaan perairan atau dalam perairan.
Panjang gelombang yang lebih pendek dari 400nm atau lebih panjang dari 700 nm secara
efektif diabsorbsi oleh lapisan atas dekat permukaan perairan. Laju pertumbuhan
fitoplankton sangta tergantung pada ketersediaan cahaya di dalam perairan. Laju
pertumbuhan plankton mengalami penurunan apabila perairan berada pada kondisi cahaya
yang rendah. Fotosintesis akan meningkat sejalan dengan meningkatnya intensitas cahaya
hingga mancapai nilai asimptot, di mana sistem menjadi jenuh cahaya. Fotosintesis tidak
akan terjadi hingga cahaya melalui suatu batas di mana produksi dan respirasi memiliki
nilai yang sama. (Baksir, 1999)
Inlet
Outlet
Kedaalaman
Inlet
Outlet
Kedalaman
Inlet
Outlet
0.2
0
0
0
30 cm 50 cm
Kedalaman
matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian
cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar dari
permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut
akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kulitatif maupun kuantitatif.
Cahaya gelombang pendek merupakan yang paling kuat yang mengalami pembiasan yang
menyebabkan kolom air yang jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan.
0
Produktivitas Primer (mg C/m3/s)
0
Inlet
0
Outlet
Kedalaman
hal ini menyebabkan turunnya nilai kandungan oksigen terlarut, sehingga nilai
produktivitas primer ikut mengalami penurunan karena banyak mikroorganisme yang mati
akibat lingkungan yang kurang baik. Dilihat dari densitas dan diversitas plankton, di kolam
lebih baik dibanding dengan di danau, ini menunjukkan bentuk linier hubungan antara
produktivitas primer dengan nilai kepadatan plankton. ( Nybakken, 1992 ). Berdasarkan
hasil pengamatan yang dihubungkan dengan teori pendukungah kolam perikanan UGM
memiliki produktivitas primer lebih tinggi dari pada danau Lembah UGM, sehingga kolam
perikanan UGM memiliki kualitas perairan yang terbaik daripada danau. Hal tersebut
dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk pada danau lebih sedikit karena di danau
terdapat banyak bahan organik yang berasal dari limbah disekitarnya. Selain itu nilai
densitas dan diversitas plankton di kolam lebih besar daripada danau.
Dengan menghitung produktifitas primer suatu perairan kita dapat menentukan
nilai produktivitas primer, nilai produktivitas primer dapat menjadi acuan lebih buruknya
perairan. Nilai produktifitas primer yang tinggi menunjukkan perairan yang baik. Hal ini di
karenakan peningkatan produktivitas primer sebanding dengan kadar O2 terlarut dalam air
oleh organism produsen (Odum,1993) dengan di ukurnya produktivitas primer maka dapat
di tentukan perairan mana yang baik untuk tempat hidup ikan. Produktifitas primer
merupakan salahsatu daya dukung dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan.
Dengan mengetahui produktifitas primer suatu perairan maka kita dapat menentukan
sector yang cocok di gunakan dalam usaha perikanan. Selain itu dengan mengetahui
produktifitas primer, dapat mengidentifikasi perairan yang buruk dan baik. Kemudian
dapat mengambil langkah yang tepat dalam memperbaiki perairan jika itu perairan buruk.
KESIMPULAN
Produktivitas primer dapat diamati dengan menggunakan metode botol terang
gelap. Produktivitas primer di kolam lebih tinggi dibanding dengan produktivitas primer di
danau. Produktivitas primer paling tinggi terjadi pada siang hari pukul 12.00 WIB baik di
kolam maupun di danau yang disebabkan oleh tingginya intensitas cahaya. Nilai
produktivitas primer akan menurun seiring bertambhanya kedalaman. Semakin tinggi nilai
produktivitas primer maka semakin baik dan mendukung kehidupan mikroorganisme yang
hidup didalamnya.
SARAN
Setelah mengetahui cara pengukuran produktivitas primer suatu perairan perlu
adanya sosialisasi mengenai produktivitas primer kepada para pembudidaya ikan.
Penyediaan bahan harus lebih banyak agar tidak menghambat kegiatan praktikum ketika
bahan tersebut terisa sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani. 2007. Hubungan Produktivitas Fitoplankton dengan Biomass dan Nutrien N-P di
perairan Pantai Kabupaten Luwu. Jurnal Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin vol
17 (3) : 193-202.
Baksir, Abdurrachaman. 1999. Tesis Hubungan antara Produktivitas Primer Fitoplankton
dan Intensitas Cahaya di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Barus, T. A. 2004. Pengertiam Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Darat. USU.
Medan.
Boyd. E. C., 1979. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Auburn Univercity
Agricultural Experiment Stasion. Alabama. 389 p. College. Philadelphia.
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan
Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya Ilmiah Fakltas perikanan
IPB Bogor. Bogor.
Nyabakken, JW.1992. Biologi: Laut Suatu Pendekatan Ekologis Penerjema:H Muhammad
Ridwan. PT. Gramedia. Jakarta.
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of Ecology 3th ed. W.B Sounders Company. Philadelphia.
Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University.
Yogyakarta.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Payne, A.I. 1986. The ecology of tropical lakes and river. John Willey and Sons. New
York.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarutdan BOD Sebagai Salah Satu Indicator untuk Menentukan
Kualitas Perairan Oseana. Volume XXX. No 3, 2005:21-26
Wetzel, Robert G. 1975. Limnology, Lake and River Ecosystem, 3th Edition. Sounders
College. Philadelphia.